Poso (kota)
Poso adalah Ibukota Kabupaten Poso. Kota Poso ber-ibukota di Kecamatan Poso Kota. Posisi Kota Poso terletak ditengah-tengah pulau Sulawesi yang merupakan jalur strategis yang menghubungkan antar provinsi di pulau Sulawesi.[1] Kota Poso dilewati oleh sungai Poso yang terhubung dengan Danau Poso di Kecamatan Pamona Puselemba. Penduduk Kota Poso berjumlah 43.421 jiwa (2013).
Poso | |
---|---|
Julukan: Kota Harmoni | |
Motto: Sintuwu Maroso | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Sulawesi Tengah |
Kabupaten | Kabupaten Poso |
Kecamatan | 3 |
Kelurahan | 19 |
Dihuni | 1890-an |
Ditetapkan | 1 Maret 1895 |
Pendiri | Dr. A.C. Kruycht |
Luas | |
• Kota | 60,46 km2 (2,334 sq mi) |
• Luas perkotaan | 12,8 km2 (49 sq mi) |
Populasi (2013) | |
• Kota | 43,421 |
• Kepadatan | 2,650/km2 (6,900/sq mi) |
• Perkotaan | 21.823 |
• Kepadatan perkotaan | 170/km2 (440/sq mi) |
Demonim | Indonesian |
Zona waktu | UTC+8 (WITA) |
Kode area telepon | 452 |
Situs web | http://posokab.go.id/ |
Sejarah
Pada tahun 1894 Seorang Misionaris Belanda bernama Pendeta DR. A. C. Kruycht tiba di Poso untuk menjalankan misinya, saat itu penduduk yang telah menetap berada di daerah Sayo (Kelurahan Sayo sekarang) yang merupakan tempat pendaratan perahu dari muara Sungai Poso. Pada tanggal 5 September 1894 keadaan tidak aman akibat perseteruan antar suku, Dr. A. C. Kruycht meminta Pemerintah Hindia Belanda untuk mengatasi keadaan dan menempatkan aparatnya di daerah Poso yang dipimpin oleh Caontroleur Wilayah Teluk Tomini bagian selatan yang berkedudukan di Mapane. Selanjutnya kedudukan Caontroleur dipindahkan ke Poso tanggal 1 Maret 1895.
Sejak hadirnya aparat Hindia Belanda dan adanya muktamar raja–raja Sulawesi Tengah tanggal 2 Desember 1948, Kota Poso sudah dikenal oleh Pemerintah Pusat sehingga Daerah Sulawesi Tengah yang baru dibentuk berada/berkedudukan di Poso.
Sampai dengan pemerintahan RI tahun 1952, wilayah Sulawesi Tengah masih terbagi dua daerah otonom yaitu Onderafdeeling Poso meliputi Poso, Luwuk Banggai dan Kolonodale dengan ibukota Poso dan Onderafdeeling Donggala meliputi Donggala, Palu, Parigi, dan Toli Toli dengan ibukotanya Palu. Wilayah tersebut boleh dikatakan pembagian wilayah Sulawesi Tengah bagian Barat dan Timur. Jadi Poso telah menjadi pusat perdagangan dan pemerintahan Sulawesi wilayah Timur sejak puluhan bahkan seratusan tahun yang lalu.
Pada tahun 1955 terjadi perkembangan wilayah menjadi 11 kampung dan sebagian kampung Gorontalo dilebur menjadi kampung towongan, kampung Cina dan kampung Arab disatukan dengan kampung Gorontalo ditambah dengan kampung Madale / Karawasa, Buyumboyo dan Ranononcu yang meliputi wilayah Kagila/Lembomawo dan Moengko. Pada tahun 1959 berkembang lagi menjadi 14 kampung dengan pertambahan Kampung Kagila, Kampung Tegalrejo dan kampung Gebangrejo sedangkan kampung Lage berubah nama menjadi kampung Lombogia.
Penduduk asli daerah Poso saat ini sudah bercampur dengan para perantau yang telah berada di daerah ini puluhan bahkan seratusan tahun yang lalu. Selain suku asli, daerah Poso dan sekitarnya didiami oleh pendatang dari daerah Sulawesi Utara, Gorontalo, Bugis Makassar, Toraja, Jawa dan Bali. Hal ini juga merupakan salah satu bukti ketenaran daerah Poso dimasa silam.
Referensi
- ^ Pemerintah Kabupaten Poso (10 April 2016). Selayang Pandang Kota Poso. Diakses pada 8 Februari 2016 11:56 dari http://posokab.go.id/profil/profildaerah/selayangpandang