Dongko, Dongko, Trenggalek
Dongko adalah salah satu Desa yang terletak di wilayah Kecamatan Dongko ,2. CERITA SEPUH
Dongko | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Timur | ||||
Kabupaten | Trenggalek | ||||
Kecamatan | Dongko | ||||
Kode pos | -66363 | ||||
Kode Kemendagri | 35.03.04.2007 | ||||
Luas | .... km² | ||||
Jumlah penduduk | .... jiwa | ||||
Kepadatan | .... jiwa/km² | ||||
|
Dalam Prasasti kamsyaka yang bertuliskan angka tahun 851 caka atau 929 M. Pada masa itu daerah Kampak menjadi daerah otonomi khusus bebas pajak atau SIMA SWATANTRA .
Sima Swatantra diberikan oleh raja kepada orang atau wilayah yang berjasa kepada raja.
Perdikan kampak menjadi sima swatantra diberikan oleh Sang Hyang Prasadha Kabhaktian I Pangurumbigyan I Kampak.
Wilayah perdikan tersebut dengan batas selatan adalah MAHA SAMUDERA meliputi DONGKO, Panggul, Munjungan Prigi dan Kampak sendiri.
Perdikan Kampak tersebut dipimpin oleh MANTRI KETANDAN.
Perdikan Kampak adalah tempat pengemblengan calon prajurit Medang atau biasa disebut Mataram Kuno dan juga sebagai salah satu tempat pemujaan kepada dewata atau menyepi karena dekat dengan maha samudera serta menerangkan bahwa tempat tersebut sebagai markas pertahanan dan keamanan karena banyak prajurit pilihan yang dilatih didaerah itu atau bisa disebut sebagai kawah candradimuka prajurit khusus kerajaan Medang.
Hal itu terjadi pada waktu kerajaan Medang atau biasa disebut kerajaan Mataram Kuno di pimpinan oleh raja empu sendok .
Tahun 1010 masehi terjadi maha pralaya di kerajaan Medang Mataram Kuno, Sehingga Kutaraja dipindahkan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur .
Ada salah satu pangeran bersama keluarga dan beberapa prajurit setia bergerak bergeser ke arah timur Kotaraja kearah matahari terbit.
Rombongan terus bergerak menyusuri jalan setapak naik gunung turun gunung naik bukit turun ke lembah, yang utama dari rombongan itu menjauhi Kotaraja Medang menuju perdikan kampak tanah harapan.
Karena di Medang sudah tidak bisa lagi untuk hidup, semua rata dengan tanah.
Pangeran dan istrinya kalau teringat saat pesta pernikahan salah satu saudarinya tersebut dadanya sangat sesak
Dengan tiba-tiba datang serangan dari musuh . Ternyata Kerajaan Wurawari berhasil terhasut oleh kerajaan Sriwijaya untuk melakukan kudeta. Pemberontakan ini dilakukan tatkala Kerajaan Medang Mataram sedang larut dalam perayaan pesta pernikahan Mahendradatta dengan Airlangga yang merupakan putera dari Raja Bali Udayana. Mahendradatta merupakan saudari dari Raja Dharmawangsa Teguh.
Pada akhirnya peristiwa berdarahpun terjadi (sekitar tahun 928 saka), sang Raja Dharmawangsa Teguh dan beberapa kerabat istana akhirnya tewas dalam peperangan dadakan. Peristiwa ini dikenal dengan naman Mahapralaya (pralaya berarti mati).
Kerajaan Medang Mataram akhirnya hancur.
Perjalanan itu terasa berat dan lambat karena sang pangeran harus membawa keluarga dan menaiki cikar yang ditarik kerbau.
Sudah beberapa pekan pelarian itu namun belum ada keinginan untuk berhenti.
Disuatu tempat yang berbukit bukit dengan gunung gunung disekitarnya serta sungai berbatu batu yang airnya jernih gemericik mengalir disertai dengan suara burung saling bersahut sahutan menentramkan jiwa manusia yang sedang gundah gulana bersedih hati karena banyak keluarganya yang menjadi korban peristiwa mahapralaya tersebut.
Ditempat tersebut sang pangeran menghentikan rombongannya. Beliau mengajak turun sang istri dari atas cikar untuk menghirup udara segar,diajak memandang keindahan alam yang terhampar indah agar bisa melupakan peristiwa beberapa hari yang lalu telah menimpa keluarga kerajaan Medang.
Rombongan tersebut berhenti dan memasang tenda untuk beristirahat mesangrah di tempat tersebut.
Keindahan alam tempat itu memukau sang putri dan juga sang pangeran serta rombongannya.
Entah sudah berapa hari rombongan itu beristirahat di tempat itu. Hati terasa nyaman .
Setiap hari kerbau penarik cikar serta kuda sang pangeran di mandikan di sungai tersebut bahkan para pengikut sang pangeran juga mandi dengan cerianya di kali tersebut, lupa akan kejadian yang telah lalu.
Setelah dimandikan kerbau serta kuda dijemur dengan cara tali dadung kerbau dan kuda tersebut di talikan di pohon.
Pada suatu hari sang pangeran dan istri beliau jalan jalan di sekitar Pesanggaran tempat berkemah beliau dan duduk di tepi sungai melihat keceriaan para pengikutnya yang tertawa riang sambil memandikan kerbau dan kuda beliau dan Pangeran terkejut ketika melihat kerbau dan kuda beliau. Ternyata dadung kerbau dan kuda tersebut di talikan pada suatu pohon yang aneh.
Pangeran : " paman bekel,...... sampeyan ndiko opo ndak ngroso ana sing aneh karo wit gae nguger kebo karo jaran ndiko......?"
Prajurit : " kulo kok mboten ngroso aneh ,gusti...... !"
Pangeran : " Coba sampeyan ndiko waspadakne wit kuwi !!!!!"
Prajurit :"walah......nuwun ....inggih ....gusti.......!"
Pangeran : " Paman bekel, Ana wit loro nyawiji dadi siji, Kuwi wit opo paman........?????"
Prajurit : " menawi Mboten lepat meniko wit BENDO kaliyan wit NONGKO ....Gusti......!!!!!!!
Pangeran: " Lek ngono paman seksenono.............Papan iki tak jenengne DONGKO sing tegese nyawijine wit BENDO Karo wit NONGKO ugo ngemu maksud nyawijine tekat kita Kabeh mbukak lembaran Urip kang luwih apik luwih rukun luwih makmur timbang sing wis kawuri, Iki wis di garis ne dening batara kang akarya loka kita Kabeh mesangrah ana ing papan Iki, sakiki kabarono sing liyane paman!!!!!!
Prajurit :"......woro woro ....para prajurit,sanak kadang kebeh.... Gusti Pangeran Rakai Rangga...maringi tetenger kanggo panggonan mesangrah Iki kanthi tenger DONGKO sing kanti maksud nyawijine wit loro yaiku wit BENDO Karo wit NONGKO ugo ngemu maksud nyawijine tekat e kita Kabeh kanggo miwiti Urip sing luwih apik, luwih makmur.
Dan akhirnya ketika Rakai Rangga melanjutkan perjalanan ke Perdikan kampak ada beberapa penderek beliau untuk tetap bertahan dan berada di Pesanggrahan beliau tersebut. Pesanggaran yang diberi nama Dongko untuk menjaga tempat tersebut.
Dengan berjalannya waktu tempat mesangrah Rakai Rangga semakin berkembang semakin banyak penduduk berdatangan ketempat tersebut ada yang menetap ada yang sekedar singgah karena perjalanan jauh menuju Perdikan kampak.
Orang orang memanggil Rakai Rangga dengan sebutan ÉYANG RONGGO.
3. DONGKO PUNYA CERITA
Pada zaman kekuasaan Kerajaan Medang atau biasa disebut-sebut kerajaan Mataram kuno rajanya
yang bernama mpu sendok, pada abad X Kota raja dipindahkan ke Jawa Timur dan berganti nama menjadi Kerajaan Kahuripan dengan penguasa dinasti isyana.
Secara politik pada masa mpu sendok, Dongko berada dalam wilayah perdikan kampak dan perdikan kampak ada sejak dari kekuasaan Kemaharajaan Mataram Kuno atau biasa disebut juga Kerajaan Medang.
Perdikan atau tlatah sima swatantra adalah daerah otonomi khusus.
Sima swatantra diberikan oleh raja kepada suatu wilayah tertentu karena kawasan tersebut pernah berjasa kepada rajanya dan sifatnya turun temurun walaupun raja atau dinastinya berganti.
Dan ketika dinasti berganti dari wangsa Syailendra ke wangsa isyana dan terus berganti ke Kediri, Singosari, Majapahit, Demak, Pajang dan Mataram Islam.
Perdikan Kampak masih tetap daerah perdikan dengan batas selatan adalah MAHA SAMUDERA meliputi Kampak DONGKO, Panggul, Munjungan Prigi.
Ketika terjadi huru hara di Mataram Islam yang akhirnya terjadi perjanjian Giyanti tahun 1755 yang menjadikan Mataram pecah menjadi dua kerajaan yaitu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kasunanan Surakarta Hadiningrat perdikan kampak juga ikut pecah menjadi dua.
DONGKO Panggul Munjungan masuk kewilayah Kadipaten Pacitan sedangkan Kampak, Gandusari, Prigi masuk ke wilayah Kadipaten Tulungagung.
Kadipaten Pacitan berada dibawah wilayah kekuasaan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Pada tahun 1812 Inggris berkuasa di Pulau Jawa dengan gubernur jenderalnya Thomas Stamford Raffles [[1]]).
Dan Pacitanpun masuk ke dalam kekuasaan Inggris termasuk Dongko didalamnya.
Tahun 1816 Belanda kembali menjajah pulau jawa termasuk Pacitan dan Dongko yang ada di dalamnya kembali dijajah oleh Belanda.
Tahun 1825 terjadi perang Jawa atau biasa disebut perang Diponegoro. Perang ini berlangsung selama lima tahun yaitu 1825 sampai 1830. Karena Sang Pangeran dalam perundingan di tipu oleh Jenderal De kock dan akhirnya ditangkap dan dibuang ke makassar .
Setelah perang Jawa selesai, Adipati Kadipaten Trenggalek yang bergelar Mangoen Negoro II bertekad mengembalikan wilayah kekuasaan Kadipaten Trenggalek yang hilang seperti wilayah perdikan kampak yang terpecah menjadi wilayah Kadipaten Pacitan sekitar tahun 1830an, menjadi satu kesatuan dalam wilayah kadipaten Trenggalek.
Wilayah perdikan kampak yang menjadi wilayah Kadipaten Pacitan yaitu Dongko Panggul Munjungan mulai saat itu kembali menjadi wilayah Kadipaten Trenggalek .
Adipati Trenggalek Mangoen Negoro II tersebut terkenal dengan sebutan KANJENG JIMAT.
Kanjeng Jimat setelah berhasil mengambil kembali wilayah perdikan kampak ke wilayah Kadipaten Trenggalek beliau menugaskan kerabatnya untuk memimpin salah satu wilayah tersebut yaitu Dongko.
Kerabat kanjeng Jimat tersebut bernama Raden Kromodiwiryo.
Mulai saat itu Dongko menjadi Kademangan dengan DEMANG PERTAMA RADEN KROMODIWIRYO .
Pada zaman itulah Kabupaten Trenggalek termasuk Dongko Panggul dan Munjungan memperoleh bentuknya yang nyata sebagai wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten versi Pemerintah Hindia Belanda sampai di saat dihapuskannya lagi pada tahun 1923.
Alasan atau pertimbangan dihapuskannya Kabupaten Trenggalek dari administrasi Pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu secara pasti tidak dapat diketahui.
Namun diperkirakan mungkin secara ekonomi Trenggalek tidak menguntungkan bagi kepentingan pemerintah kolonial Belanda.Wilayahnya dipecah menjadi beberapa bagian. Salah satunya yakni wilayah kerja Pembantu Bupati di Panggul atau Kawedanan Panggul masuk lagi kedalam wilayah Kabupaten Pacitan termasuk Dongko didalamnya.
Saat itu DONGKO DIPIMPIN oleh DEMANG TOIKROMO yaitu Demang yang keempat, namun dalam masa masa terakhir kepemimpinan beliau. Diperkirakan disaat itu pula Belanda masuk ke wilayah Kademangan Dongko dengan membuat tempat peristirahatan sebelum melanjutkan perjalanan ke Panggul.
Tempat peristirahatan tersebut masyarakat lingkungan sekitar menyebutnya SANGGRAHAN. Sanggrahan artinya tempat mesanggrah, menginap atau beristirahat sementara sebelum melanjutkan perjalanannya menurut catatan di perhutani , sinderan dan kemungkinan juga Sanggrahan dibangun tahun 1917 dengan kayu jati didatangkan dari Blitar diangkut dengan perahu dilewatkan samudera bersandar di joketro, dilanjutkan diangkut atau di pikul ke Dongko (catatan yang ada diperhutani , informasi dari Margo Santoso staff perhutani)
Sanggrahan sampai hari ini masih berdiri kokoh dan menjadi cagar budaya warisan masa lalu dan saat ini dijadikan PENDAPA KECAMATAN DONGKO . Setelah Demang Toikromo, sepuh kekuasaan diteruskan oleh putra kedua beliau
karena putra pertamanya telah menjadi Demang di melis Gandusari.
Putra kedua beliau yang bernama Paiman menjadi DEMANG dengan gelar MARTODISASTRO mulai tahun 1923.
Di masa pemerintahan beliau inilah banyak terjadi peristiwa besar baik secara nasional maupun daerah. Kademangan Dongko adalah sebuah wilayah dibawah perdhikan Kampak di sebelah selatan lereng gunung sengungklung. Ki Rangga Wirandanu adalah adik seperguruan Panji Nawangkung. Dalam rangka mendukung perjuangan pangeran Mangkubumi seperti juga panji Nawangkung dipercaya sebagai salah satu senopati dari laskar Mangkubumi dari brang wetan. Maka dari itu setelah pangeran Mangkubumi menjadi Sultan Hamengku Buwono I, Iradanu dipercaya menjadi salah satu tangan kanan nya. Dan di beri pangkat Rangga serta diberi anugerah tanah di bekas tempat Putra pertama Panembahan Senopati dulu bertapa. Ketika Pangeran Mangkubumi perang dengan Belanda, mendapat bantuan dari Demang Panji Nawangkung yaitu Demang Wonocoyo( wono = hutan. Coyo= cahaya). Demang Panji Nawangkung mempunyai seorang Putri yang cantik bernama Nitisari. Ketika Pangeran Mangkubumi menjadi Sultan Ngayogyakarto Hadiningrat, Nitisari diangkat menjadi Selir beliau dengan nama BMAy Sari. Ketika semua pendukung Pangeran Mangkubumi mendapat ganjaran salah seorang pendukung belum mendapatkannya . Orang tersebut bernama Setro Ketipo namun akhirnya mendapat ganjaran tanah Pace etan dan BMAy Sari sebagai putri triman. BMA Sari ketika itu sedang hamil tua sehingga boleh di nikahi oleh Setro Ketipo setelah bayi lahir. Bayi tersebut lahir di beri nama RM Lancur. Setro Ketipo menjadi Bupati Pacitan dengan gelar RT Setro Wijoyo dan ketika wafat dilanjutkan oleh RM Lancur dengan gelar RT Setro Ketipo II.
Silsilah 1. Nitisari ( Selir Hamengku Buwono I , dengan gelar BMAy Sari) 2. RM Lancur 3. RM Suma Wijaya 4. Mbah Wira mempunyai 3 putra putri. 1. Mbah Kami gayam panggul 2. Mbah guru jombok pule 3. Mbah Tumirah ( isteri Demang Martodisastro Dongko)
(Ditulis oleh Winarno dari berbagai sumber)
Silsilah Demang Dongko 1.Ki Rangga Wirandanu 2.Ki Demang Kramadiwirya 3.Ki Demang Jayantika 4.Ki Demang Dipa 5.Ki Demang Toikromo 6.Ki Demang Martodisastro bin Toikromo
A. Nasional
1. Tahun 1926 berdirinya NU
2. Tahun 1927 berdirinya PNI
3. Tahun 1942 Belanda kalah perang melawan Jepang.
4. Tahun [[2]] Jepang berkuasa di Indonesia
5. Tahun 1945 Indonesia merdeka disusul dengan pertempuran 10 November 1945
6. Tahun 1947 Agresi Belanda I
7. Tahun 1948 penghianatan PKI Muso
8. Tahun 1949 agresi Belanda II
9. Tahun [[3]] jenderal Sudirman bergerilya
10. Tahun 1955 pemilu pertama
11. Tahun 1961 merebut Irian Barat
12. Tahun 1965 Peristiwa G/30S/PKI
B. DAERAH (LOKAL)
1. Trenggalek dipecah dan Dongko masuk wilayah Kabupaten Pacitan terjadi pada tahun 1923 awal kepemimpinan beliau
[1942] Belanda kalah melawan Jepang akhirnya terjadi kerja romusha, banyak warga Kademangan Dongko yang jadi romusha membendung laut Munjungan
3. Akibat penjajah Jepang ada negatif dan positifnya. Segi negatifnya banyak rakyat Dongko yang jadi romusha, banyak rakyat Dongko yang kelaparan, banyak terjadi busung lapar, banyak rakyat Dongko yang pakaiannya dari karung goni sehingga menurut cerita para sesepuh dulu
" jaman Jepang akeh sing nganggo klambi goni terus dipangan tumo suwal, mangane ares gedang, pokok e jaman paling soro "
Namun ada juga segi positifnya : karena banyak yang dididik menjadi pasukan HEIHO, SAINEDAN, KEIBODAN dan juga banyak yang belajar disekolah rakyat (SR / SD ).
4. 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka setelah Jepang menyerah kalah karena dua kotanya yaitu Hiroshima dan Nagasaki yang dibom atom oleh sekutu.
5. Tahun 1949 jenderal Sudirman bergerilya sampai ke Dongko seperti yang dituturkan oleh eyang Suryono dan juga eyang Sudibyo putri, Jenderal Soedirman setelah dari Trenggalek berlanjut ke Dongko namun sebelum ke Dongko para prajuritnya atau telik sandinya sudah di Dongko. Bahkan mungkin ada sekitar dua atau tiga bulan telik sandi menginap di Dongko tepatnya di ndalem Carikan, yaitu rumah Kartodihardjo, carik Dongko waktu itu.
6. Waktu pemilu pertama kali. Dongko juga juga sudah ada perwakilan perwakilan partai yang berdiri seperti PNI, NU bahkan PKI. bahkan ketiga partai tersebut bersaing untuk mendapatkan simpati dari rakyat Dongko. PNI dipimpin oleh Sutiyono keponakan dari demang Martodisastro sendiri, Pemuda Demokrat yaitu pemudanya PNI dipimpin oleh Samuji menantu Demang Martodisastro orang tua Bambang Sumarsono ( pak son) sedangkan PKI dipimpin oleh mukini dan NU dengan bansernya atau hisbullohnya
dipimpin oleh Hardian seorang mantri kesehatan dari Blitar yang aslinya dari suku Dayak Kalimantan.
1965 terjadilah peristiwa yang mengubah perjalanan bangsa yang oleh BUNG KARNO disebut GESTOK atau gerakan satu oktober atau juga disebut GESTAPU maksudnya gerakan September tiga puluh dan oleh orde baru disebut G30S/PKI.
Di Dongko pun terjadi hal yang sangat luar biasa, banyak orang yang harus jadi tumbal perubahan kekuasaan Pemerintahan, bahkan di tuturkan oleh beberapa sesepuh bahwa kali kucur airnya merah darah bau amis anyir karena dibagian hulu dibuat untuk membuang tubuh atau kepala para tumbal penguasa. Itulah cerita cerita orang tua yang melegenda di Dongko.
Winarno Protiga
Dongko 12 November 2019
Sumber cerita:
1.RPJMDes Desa Dongko Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek tahun [[4]]
2. Referesi dari Google
Dongko 13 November 2019 Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur,[1][2] Indonesia.
Referensi
sunting- ^ "Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Permendagri No.56-2015)". www.kemendagri.go.id (dalam bahasa Indonesia). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 2019-01-04.
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-19. Diakses tanggal 19 Januari 2019.