Jembatan Cisomang
Jembatan Cisomang (Aksara Sunda Baku: ᮞᮞᮊ᮪ ᮎᮤᮛᮠᮧᮀ, Sunda: Sasak Cisomang) merupakan sebuah jembatan kereta api yang berlokasi di Desa Cisomang, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat, Indonesia, tepat pada perbatasan antara Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Bandung Barat. Jembatan ini digunakan untuk menghubungkan jalur kereta api dari Bandung menuju Jakarta. Jembatan Cisomang merupakan jembatan kereta api yang tertinggi di Indonesia yang masih aktif digunakan, dan terdiri dari tiga generasi.
Jembatan Cisomang | |
---|---|
Kategori bangunan hikmat: Jembatan | |
Letak | |
Provinsi | Jawa Barat |
Kabupaten | Purwakarta |
Kecamatan | Darangdan |
Posisi | Di atas Sungai Ci Somang |
Sejarah | |
Tahun dibuka | 1906 (Jembatan generasi pertama)
1932 (Jembatan generasi kedua) 2004 (Jembatan generasi ketiga) |
Informasi bangunan | |
Operator | Daerah Operasi II Bandung |
Panjang Jembatan | 243 m (jembatan generasi ketiga) |
Letak | km 128+400 lintas Jakarta–Jatinegara– Cikampek–Purwakarta–Padalarang |
Nomor bangunan hikmat | BH 445 |
Layanan | Argo Parahyangan, Harina, Ciremai, Pangandaran, Papandayan, Cikuray, Serayu, Lokal Garut/Cibatu, Lokal Bandung Raya, dan Angkutan Petikemas. |
Jembatan Cisomang generasi pertama sekarang sudah sulit ditemui bekasnya dan hanya menyisakan fondasinya saja.[1] Jembatan generasi kedua merupakan jembatan baja yang digunakan sejak zaman Belanda sebagai pengganti jembatan generasi satu, sampai dengan tahun 2004. Jembatan generasi ketiga merupakan jembatan dengan jalur ganda yang saat ini digunakan.
Sejarah
suntingJembatan Cisomang Generasi 1
suntingJembatan ini merupakan jembatan pertama yang dibangun pada zaman kolonial Belanda dan mulai digunakan pada 1906, sama seperti jembatan-jembatan lainnya di lintas Purwakarta - Padalarang. Jembatan generasi pertama hanya digunakan selama beberapa tahun saja karena tanah di sekitarnya labil sehingga sering menyebabkan anjloknya kereta api yang melintas. Sejak tahun 1932, jembatan ini tidak lagi digunakan dan hanya tersisa fondasinya saja. Sisa jembatan saat ini sulit dicari karena letaknya cukup jauh dari dua jembatan Cisomang yang lebih baru.
Rel menuju bekas jembatan ini juga telah raib. Kebanyakan masyarakat saat ini cenderung mengetahui Jembatan Cisomang sebagai dua jembatan yang ada saat ini, yaitu jembatan generasi kedua dan ketiga saja.
Jembatan Cisomang Generasi 2
suntingBerdiri sejak 1932, Jembatan Cisomang generasi kedua memiliki panjang 230 meter dengan ketinggian hampir 100 meter dari dasar sungai Cisomang. Jembatan Cisomang lama bercirikan pilar besi baja yang menjulang tinggi dengan fondasi beton tertanam 3 meter lebih di kedalaman tanah. Jembatan ini cukup lama digunakan dari zaman kolonial Belanda sampai dengan masa-masa setelah Indonesia merdeka. Kereta api Parahyangan dan Argo Gede yang diresmikan pada tahun 1971 dan 1995 pun sempat melewati jembatan ini.[1]
Karena jembatan Cisomang generasi 2 tidak mungkin dibuat jalur ganda, maka pada tahun 2000 mulai dibangun jembatan Cisomang baru yang selesai pada 2004. Jembatan ini pun tergantikan dengan Jembatan Cisomang baru, generasi ketiga, yang sudah disiapkan untuk memiliki jalur ganda. Setelah jembatan ini dinonaktifkan, rel dan bantalannya pun dicabut.
Beberapa tahun setelah jembatan ini dinonaktifkan, rangkanya dicat dengan warna merah (kecuali tiangnya, yang masih menggunakan warna abu-abu). Sampai saat ini, Jembatan Cisomang lama masih berdiri di samping jembatan Cisomang baru.
Jembatan Cisomang Generasi 3
suntingJembatan Cisomang baru sepanjang 243 meter dikerjakan oleh para ahli konstruksi jembatan kereta api dari Voesp MCE (Austria) mulai tahun 2000 sampai dengan tahun 2004. Jembatan ini menggunakan konstruksi rangka baja yang melengkung ke atas, dan memiliki jalan kecil di pinggir rel yang bisa dilalui oleh sepeda motor dan pejalan kaki.[2] Jembatan Cisomang baru juga sudah disiapkan untuk jalur ganda kereta api antara stasiun Cisomang dengan stasiun Cikadongdong, meskipun jalur ganda pada petak tersebut baru beroperasi pada tahun 2014. Selama 10 tahun, dari tahun 2004 hingga 2014, jalur dari arah Stasiun Cisomang menuju Jembatan Cisomang masih berupa jalur tunggal yang menggunakan jalur yang sebelumnya menuju jembatan lama. Sementara itu, dari Jembatan Cisomang baru menuju Stasiun Cikadongdong maupun sebaliknya menggunakan salah satu dari dua jalur yang telah dibangun.
Jembatan Cisomang baru diresmikan penggunaannya oleh Presiden Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri pada 3 Agustus 2004. Meskipun demikian, jembatan ini sudah mulai digunakan sebagai bentuk uji coba sejak beberapa bulan sebelum peresmian. Jembatan Cisomang baru tersebut merupakan pengganti dari jembatan Cisomang lama (generasi 2) yang telah berusia 100 tahun lebih.
Insiden
suntingPada 30 Mei 2014, Kereta api Argo Parahyangan anjlok di ujung Jembatan Cisomang, dua unit kereta anjlok dan 1 unit lokomotif seri CC 203 hampir jatuh ke dasar jurang. Akibatnya, perjalanan kereta api pun terhambat meskipun tidak signifikan. Kereta api Argo Parahyangan mengalami anjlok dikarenakan masuk ke jalur ganda yang belum tersambung dengan jembatan Cisomang baru (saat itu, rel menuju Jembatan Cisomang baru masih merupakan jalur tunggal dan merupakan sambungan dari rel lama yang sebelumnya menuju Jembatan Cisomang lama). Sejak itu, rel ganda antara Stasiun Cisomang dan Stasiun Cikadongdong pun diaktifkan, membuat jalur tunggal yang lama antara Stasiun Cisomang dan Jembatan Cisomang tidak digunakan lagi.[3]
Galeri
sunting-
Jembatan Cisomang Lama (Generasi kedua) ketika masih aktif pada zaman Staatsspoorwegen.
-
Pembangunan Jembatan Cisomang Lama. (Generasi pertama)
-
Kereta melintasi Jembatan Cisomang Lama. (Generasi kedua)
Referensi
sunting- ^ Rakyat, Pikiran. "Langhub, Jejak Jembatan Cisomang Lama - Pikiran-Rakyat.com". www.Pikiran Rakyat. Diakses tanggal 2019-12-31.
- ^ "Cikopo Ways". Cikopo Ways. Diakses tanggal 2016-09-06.
- ^ "Semboyan35 Indonesian Railfans". www.semboyan35.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-06-25. Diakses tanggal 2016-09-09.