Pentakosta Keesaan

golongan denominasi dan jemaat Pentakosta yang menganut doktrin teologis Keesaan yang bersifat atritunggal

Pentakosta Keesaan (juga dikenal dengan sebutan Pentakosta Rasuli, Pentakosta Nama Yesus, dan Pentakosta Yesus Saja) adalah gerakan keagamaan berakidah Awatritunggal di dalam aliran Kristen Pentakosta, salah satu di antara sekian banyak aliran Kristen Protestan.[1][2][3] Nama gerakan ini diambil dari ajarannya tentang hakikat kewujudan Allah yang lazim disebut "doktrin Keesaan" dan merupakan salah satu ragam akidah Monarkianisme Modalistis.[4][5][6] Doktrin Keesaan menandaskan bahwa hanya ada satu Allah, roh ilahi yang tunggal tanpa kejamakan oknum, yang menyatakan diri dengan berbagai macam cara, antara lain sebagai Bapa, sebagai Putra, dan sebagai Roh Kudus.[7][8][9] Ajaran semacam ini bertolak belakang dengan doktrin tentang kewujudan tiga oknum berlainan yang diajarkan teologi Tritunggal.[10][11][12][13]

Penganut doktrin Keesaan hanya dibaptis dalam nama Yesus Kristus, berbeda dari umat Kristen berakidah Tritunggal yang dibaptis "dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus."[14][15][16] Penganut doktrin Keesaan menegaskan bahwa Yesus adalah satu-satunya nama diri Bapa, Putra, maupun Roh Kudus, dan oleh sebab itu segala macam kegiatan hidup beragama harus dilaksanakan di dalam nama yang satu itu.[17]

Selain berbeda paham mengenai hakikat kewujudan Allah, Pentakosta Keesaan juga berbeda paham soteriologi dengan Kristen Pentakosta dan Kristen Injil pada umumnya. Jika jemaat-jemaat Kristen Pentakosta dan Kristen Protestan Injili pada umumnya berpendirian bahwa keimanan kepada Yesus Kristus sajalah yang merupakan unsur pokok keselamatan umat manusia, maka jemaat Pentekosta Keesaan berpendirian bahwa keselamatan adalah anugerah yang didapatkan melalui iman, dan bahwasanya iman yang sejati menuntun orang menuju pertobatan, baptis selam dalam nama Yesus Kristus, dan baptisan Roh Kudus yang dibuktikan dengan kemampuan berkata-kata di dalam bahasa-bahasa lain.[18][19] Banyak pula jemaat Pentakosta Keesaan yang cenderung secara ketat menerapkan tolok ukur kekudusan dalam hal berpakaian, bersolek, dan berbagai urusan pribadi lainnya, sama seperti amalan jemaat-jemaat Pentakosta Kekudusan tradisional, tetapi berbeda dari amalan jemaat-jemaat Pentakosta Karya Tuntas, setidaknya tidak sampai ke taraf yang sama dengan amalan sejumlah jemaat Pentakosta Keesaan (dan Pentakosta Kekudusan) yang juga mengajarkan bahwa kekudusan berarti ditersendirikan bagi Allah.[20]

Gerakan Pentakosta Keesaan pertama kali muncul di Amerika Utara sekitar tahun 1914 sebagai akibat dari skisma yang timbul menyusul pertikaian doktrinal di dalam gerakan Pentakosta Karya Tuntas (pecahan dari gerakan Pentakosta Kekudusan),[21] khususnya di dalam denominasi Sidang Jemaat Allah,[3] dan mengaku beranggotakan 24 juta pengikut saat ini.[4] Pada awal kemunculannya, gerakan Pentakosta Keesaan kerap diberi julukan "gerakan Yesus Saja", yang sesungguhnya dapat menimbulkan kesalahpahaman karena para pengikut gerakan Pentakosta Keesaan tidak mendustakan kewujudan Bapa maupun Roh Kudus.[22]

Sejarah

sunting

Latar belakang teologi Keesaan

sunting

Aliran Pentakosta yang pertama adalah Pentakosta Kekudusan, yang mengajarkan tiga karya kasih karunia (lahir baru, pengudusan seutuhnya, dan baptisan Roh Kudus yang dibarengi glosolalia). Dari aliran Pentakosta Kekudusan, aliran Pentakosta Karya Tuntas menyempal dan kemudian hari pecah menjadi aliran yang berakidah Tritunggal dan aliran yang berakidah Awatritunggal. Aliran yang berakidah Awatritunggal inilah yang dikenal dengan sebutan "Pentakosta Keesaan".[21][23]

Gerakan Pentakosta Keesaan di Amerika Utara diyakini bermula pada tahun 1913 sebagai akibat dari sengketa doktrinal di dalam tubuh aliran Pentakosta,[7][24] khususnya Sidang Jemaat Allah, denominasi Pentakosta Karya Tuntas yang pertama.[3][23] Pada tahun 1913, tokoh Pentakosta asal Kanada, Robert T. McAlister, berkhotbah dalam rapat perkemahan Pentakosta di Los Angeles bahwa rumusan baptis "dalam nama Yesus saja" terdapat di dalam Kitab Kisah Para Rasul (Kisah Para Rasul 2:38) sehingga harus lebih diistimewakan ketimbang rumusan baptis "dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus" yang termaktub di dalam Injil Matius (Matius 28:19). Bertolak dari khotbah tersebut, sekelompok orang dibaptis ulang dan membentuk suatu gerakan baru di dalam tubuh gerakan Pentakosta.[25]

Pada tahun-tahun awal pembentukannya, timbul perpecahan doktrinal yang kian melebar seputar teologi Tritunggal tradisional dan rumusan baptis. Beberapa pimpinan gerakan Pentakosta mengaku menerima wahyu atau petunjuk lain yang menuntun mereka kepada konsep Keesaan. Golongan Kristen Pentakosta serta-merta pecah lantaran perbedaan doktrinal. Orang-orang yang berpegang teguh kepada keimanan akan Tritunggal dan rumusan baptis Tritunggal membidatkan ajaran Keesaan.[26] Di lain pihak, orang-orang yang yakin kalau doktrin Tritunggal bertentangan dengan Alkitab, malah merupakan sejenis politeisme (lantaran beranggapan bahwa doktrin Tritunggal memecah Allah menjadi tiga wujud yang berlainan) membentuk denominasi-denominasi dan lembaga-lembaga sendiri, yang pada akhirnya berkembang menjadi gereja-gereja Keesaan saat ini.[27]

Sarjana-sarjana di dalam gerakan ini berbeda pandangan seputar sejarah Gereja. Beberapa sejarawan Gereja semisal Dr. Curtis Ward, Marvin Arnold, dan William Chalfant, menganut pandangan Suksesionisme dengan berdalil bahwa gerakan mereka sudah wujud di dalam Gereja dari generasi ke generasi sejak hari Pentakosta hingga sekarang.[28][29][30] Dr. Curtis Ward mengajukan suatu teori tentang runut sejarah gereja Pentakosta yang tidak terputus, dengan mengaku sudah melacak kesinambungannya secara kronologis sepanjang sejarah Gereja.[31] Pandangan ini didukung buku terbitan tahun 1531 berjudul De Trinitatis Erroribus Libri VII (Ihwal Kekeliruan-Kekeliruan Akidah Tritunggal Buku VII), yang memaparkan berbagai sesat pikir teologis di dalam doktrin Tritunggal menurut penulisnya, Mikhael Servetus. Kemudian hari Mikhael Servetus diadili dengan mengacu kepada tiga puluh delapan pasal rumusan Yohanes Kalvin, atas dakwaan penghujatan dan bidat terkait Tritunggal dan baptis bayi, dan dihukum bakar pemerintah Jenewa.[32][33][34][35]

Sarjana-sarjana lain menganut pandangan Restorasionisme, dengan berkeyakinan bahwa para rasul maupun Gereja rasuli sudah mengajarkan doktrin Keesaan dan penghayatan Pentakosta dengan jelas dan terang benderang, hanya saja Gereja rasuli murtad dan berakhir menjadi Gereja Katolik. Bagi mereka, gerakan Pentakosta Keesaan baru lahir di Amerika pada awal abad ke-20, yakni pada hari-hari terakhir Kebangunan Rohani di Jalan Azuza. Sarjana-sarjana Restorasionis semisal Dr. David K. Bernard dan Dr. David S. Norris menafikan adanya kaitan langsung antara Gereja zaman rasuli dan gerakan Keesaan dewasa ini, dengan berkeyakinan bahwa Kristen Pentakosta Keesaan yang lahir pada zaman modern merupakan suatu pemulihan menyeluruh yang berpangkal dari pemisahan bertahap di dalam aliran Kristen Protestan dan berujung kepada pemulihan akhir Gereja rasuli purba.[36][37]

Pandangan tentang Gereja purba

sunting

Sarjana-sarjana Suksesionis maupun Restorasionis di dalam gerakan Pentakosta Keesaan berpendapat bahwa Gereja rasuli purba mengimani doktrin Keesaan maupun doktrin baptis dalam nama Yesus. Teolog Keesaan David K. Bernard mengaku dapat merunut asal usul ajaran Keesaan sampai kepada orang-orang Kristen terdahulu dari bangsa Yahudi pada zaman rasuli. Menurutnya, tidak ada bukti kalau orang-orang Kristen pertama tersebut sukar memahami ajaran-ajaran Gereja maupun mengintegrasikan ajaran-ajaran tersebut dengan akidah Monoteisme Yahudi yang sudah ada. Meskipun demikian, menurutnya tokoh-tokoh zaman pascarasuli Hermas, Klemens dari Roma, Polikarpus, Polikrates, Ignasius (hidup antara tahun 90 sampai 140 Masehi), dan Ireneus (wafat sekitar tahun 200 Masehi) menurut Bernard menganut paham Keesaan, Modalisme, atau maksimal menganut suatu paham "Tritunggal ekonomis," yakni Tritunggal untuk sementara waktu, bukan Tritunggal secara kekal.[6] Ia juga berpendapat bahwa doktrin Tritunggal bersumber dari paganisme, dengan mengutip pendapat Alexander Hislop, pendeta Presbiterian yang anti-Katolik;[38] Tak satu pun argumen Hislop terkait teologi Kristen maupun sejarah yang dibenarkan para sejarawan di lingkungan kesarjanaan modern.[39][40][41]

Bernard berteori bahwa mayoritas umat beriman menganut doktrin Keesaan sampai dengan zaman Tertulianus,[38][42][43] yang ia yakini sebagai penganjur terkemuka yang pertama dari doktrin Tritunggal (bertentangan dengan pendapatnya, sebetulnya Teofilus dari Antiokhialah tokoh terkemuka pertama yang menganjurkan doktrin Tritunggal).[44][45] Untuk menguatkan pendapatnya tersebut, Bernard mengutip kalimat penentangan yang ditujukan Tertulianus terhadap Prakseas:

Orang-orang lugu, sungguh (saya tidak akan menyebut mereka tak bijak maupun tak terpelajar), yang senantiasa merupakan golongan mayoritas di kalangan umat beriman, terperangah mendengar keistimewaan (ihwal tiga di dalam satu) itu, justru lantaran tolok ukur iman mereka sendiri yang menuntun mereka beralih dari kemajemukan ilah duniawi kepada satu-satunya Allah yang sejati, tanpa paham bahwa sekalipun Ia adalah satu-satunya Allah yang sejati, haruslah Ia diimani dengan oikonomia-Nya sendiri. Penyematan angka dan urutan pada Tritunggal mereka anggap sebagai tindakan memecah-belah Keesaan.[46]

Bertolak belakang dengan teori Bernard, kebanyakan sarjana justru berpendapat bahwa karya-karya tulis Ignasius dan Ireneus menyiratkan ketritunggalan yang kekal,[10][47] kendati pendapat mereka ditolak teolog Pentakosta Keesaan, Dr. David S. Norris, yang mengemukakan di dalam bukunya, I AM: A Oneness Pentecostal Theology, bahwa "meskipun Ignasius adakalanya membahasakan Bapa, Putra, dan Roh Kudus, tidaklah terbayang tiga pribadi di dalam benaknya."[48]

Awal mula gerakan Keesaan

sunting

Dalam Rapat Perkemahan Iman Rasuli Sedunia yang diselenggarakan pada bulan April 1913 di Arroyo Seco, California, dipimpin Maria Woodworth-Etter, pihak penyelenggara berjanji bahwa Allah akan "menjumpai mereka, mengaruniakan kepada mereka kesatuan dan kuasa yang belum kita ketahui."[49][50] Pendeta asal Kanada, R. E. McAlister, berkhotbah tentang baptisan air tepat sebelum dilaksanakannya upacara pembaptisan. Khotbah itu berisi pembelaan terhadap metode "sekali selam" dan imbauan "supaya baptisan rasuli dilakukan dengan cara sekali selam dalam satu nama, yaitu Yesus Kristus," dengan mengatakan bahwa "kalimat Bapa, Putra, dan Roh Kudus tidak pernah digunakan di dalam baptisan Kristen."[51] Khotbah ini serta-merta menimbulkan kontroversi ketika Frank Denny, misionaris Pentakosta di Tiongkok, melompat ke atas panggung dan berusaha membetulkan ucapan-ucapan yang dilontarkan McAlister. Bagi golongan Pentakosta Keesaan, peristiwa tersebut adalah "pijar api" mula-mula di dalam gerakan kebangunan rohani Keesaan.

Khotbah McAlister membuat seorang pendeta muda bernama John G. Schaepe merasa tergerak hati.[52] Keesokan paginya, sesudah semalam suntuk berdoa dan membaca Alkitab, ia berlari-lari di lingkungan perkemahan sembari mengumumkan bahwa ia sudah menerima wahyu tentang baptisan, yakni wahyu bahwa nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus adalah "Tuhan Yesus Kristus."[53][54][55][56] Dalam acara rapat perkemahan itu pula John G. Schaepe mengklaim bahwa nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus adalah nama "Tuhan Yesus Kristus," sesuai dengan bagian akhir dari imbauan Petrus di dalam Kisah Para Rasul 2:38, yakni imbauan untuk memberi diri dibaptis "dalam nama Yesus Kristus", yang merupakan penggenapan dan sejajar dengan Amanat Agung di dalam Matius 28:19 untuk membaptis dalam nama (tunggal) Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus (yang menurut para penganut doktrin Keesaan adalah nama Yesus). Kesimpulan ini diterima beberapa orang lain yang menghadiri acara itu, kemudian diperdalam secara teologis oleh seorang pendeta bernama Frank Ewart.[57]

Pada tanggal 15 April 1914, dengan disaksikan banyak orang, Frank Ewart dan Glenn Cook membaptis satu sama lain secara khusus dalam "nama Tuhan Yesus Kristus" (bukan dengan rumusan Tritunggal) di dalam sebuah tangki di dalam tenda kebaktian Frank Ewart.[58][59] Peristiwa ini dianggap sebagai tonggak sejarah lahirnya Pentakosta Keesaan sebagai sebuah gerakan tersendiri.[4] Sejumlah pendeta mengaku sudah dibaptis "dalam Nama Yesus Kristus" sebelum tahun 1914, antara lain Frank Small dan Andrew D. Urshan. Pendeta Andrew D. Urshan bahkan mengaku sudah membaptis orang dalam nama Yesus Kristus seawal-awalnya pada tahun 1910.[60][61][62][63] Selain itu, Charles Parham, pendiri gerakan Pentakosta modern, tercatat membaptis dengan menggunakan suatu rumusan Kristologis pada peristiwa kebangunan rohani Jalan Azusa.[64]

Meskipun demikian, bukan rumusan baptis Keesaan yang terbukti menjadi titik tengkar penganjur doktrin Keesaan dan jemaat Pentakosta lain, melainkan penolakan mereka terhadap doktrin Tritunggal. Di dalam tubuh Sidang Jemaat Allah, tindakan baptis-ulang dalam nama Yesus ditentang keras oleh banyak anggota jemaat berakidah Tritunggal, yang khawatir dengan arah tuju yang mungkin saja sedang ditujui jemaat mereka. J. Roswell Flower memprakarsai suatu resolusi mengenai pokok permasalahan tersebut, yang menyebabkan banyak pembaptis penganut doktrin Keesaan keluar dari Sidang Jemaat Allah. Permasalahan ini akhirnya diketengahkan di dalam Sidang Raya IV yang diselenggarakan gereja Sidang Jemaat Allah pada bulan Oktober 1916. Lantaran khawatir doktrin Keesaan yang baru muncul ini akan menguasai organisasi mereka, para pemimpin yang rata-rata berakidah Tritunggal pun lantas menyusun suatu pernyataan doktrinal yang antara lain menegaskan kebenaran dogma Tritunggal. Ketika Pernyataan Kebenaran-Kebenaran Asasi Sidang Jemaat Allah disahkan, sepertiga pendeta keluar dari persekutuan Sidang Jemaat Allah dan membentuk persekutuan penganut doktrin Keesaan.[65] Selepas perpecahan tersebut, sebagian besar penganut doktrin Keesaan menjadi relatif terkucil dari jemaat-jemaat Pentakosta lainnya.[4]

Pembentukan organisasi-organisasi Keesaan

sunting

Sesudah memisahkan diri dari golongan berakidah Tritunggal di dalam gerakan Pentakosta, golongan Pentakosta Keesaan merasa perlu untuk berhimpun dan membentuk perhimpunan yang mewadahi jemaat-jemaat dengan "iman yang sama indahnya" (2 Petrus 1ː1), sehingga terbentuklah Sidang Raya Jemaat Rasuli di Eureka Springs, Arkansas, pada bulan January 1917, yang bergabung dengan perhimpunan Keesaan yang kedua pada tahun 1918, yakni Sidang Jemaat Pentakosta Sedunia.

Beberapa perhimpunan pendeta Keesaan terbentuk selepas tahun 1914. Banyak yang akhirnya bergabung dengan Sidang Jemaat Pentakosta Sedunia, tetapi sisanya tetap berdiri sendiri, misalnya Gereja Allah Misi Iman Rasuli. Perpecahan timbul di dalam tubuh Sidang Jemaat Pentakosta Sedunia akibat perbedaan pendapat seputar peran perempuan di dalam pelayanan jemaat, penggunaan minuman anggur atau sari buah anggur di dalam upacara perjamuan kudus, perceraian dan kawin-ulang, serta cara yang benar dalam melaksanakan baptisan air. Ada pula laporan-laporan tentang ketegangan rasial di dalam organisasi ini. Banyak orang Afrika-Amerika yang bergabung dengan Sidang Jemaat Pentakosta Sedunia, dan banyak di antara mereka yang memegang jabatan kepemimpinan penting,[66] teristimewa pendeta Afrika-Amerika, G. T. Haywood, yang memegang jabatan sekretaris jenderal dan berwenang menandatangani semua surat kredensial kependetaan. Pada tahun 1925, terbentuk tiga organisasi baru, yaitu Gereja-Gereja Rasuli Yesus Kristus, Gereja Imanuel dalam Yesus Kristus, dan Aliansi Pendeta Pentakosta.[67] Gereja-Gereja Rasuli Yesus Kristus dan Gereja Imanuel dalam Yesus Kristus kemudian hari bergabung menjadi Gereja Rasuli Yesus Kristus.[68]

Pada tahun 1945, dua kelompok Pentakosta Keesaan yang mayoritas jemaatnya adalah orang kulit putih, yakni Pentecostal Church, Inc. dan Sidang Jemaat Yesus Kristus, bergabung menjadi Persatuan Gereja Pentakosta Internasional. Organisasi yang berawal dari 521 jemaat ini tumbuh menjadi organisasi Pentakosta Keesaan terbesar dan paling berpengaruh lewat usaha penginjilan dan penerbitannya, dan jumlah anggota jemaatnya dilaporkan sudah mencapai 5,3 juta jiwa.[69]

Doktrin Keesaan tentang Allah

sunting

Monarkianisme Modalistis adalah gerakan abad ke-4 Masehi yang dapat dianggap sebagai pendahulu Pentakosta Keesaan.[70] Ajarannya selaras dengan dua aspek pokok doktrin Keesaan, yaitu:

  1. Allah itu Maha Esa, tidak terbagi-bagi, tanpa pembedaan oknum di dalam hakikat kekal Allah, dan
  2. Yesus Kristus adalah manifestasi, personifikasi insani, atau inkarnasi dari Allah Yang Maha Esa itu.[71]

Bagi mereka, berdasarkan nas Kolose 2:9, konsep tentang pribadi Allah semata-mata berkaitan dengan kehadiran imanen Yesus selaku inkarnasi Allah.[72]

Sifat-sifat Allah

sunting

Teologi Keesaan secara khusus menegaskan bahwa Allah adalah roh tunggal yang satu mutlak dan tidak terbagi-bagi (bukannya tiga oknum, tiga pribadi, atau tiga budi).[73][74][75] Mereka yakin bahwa istilah "Bapa," "Putra," dan "Roh Kudus" hanyalah gelar-gelar belaka yang mencerminkan aneka manifestasi pribadi Allah di dalam jagat raya.[76] Bilamana berwacana tentang Bapa, Putra, dan Roh Kudus, golongan Pentakosta Keesaan memaknainya sebagai tiga manifestasi dari Allah yang esa dalam kewujudan maupun pribadi.[77]

Para pengajar Keesaan kerap mengutip kalimat yang dicetuskan para pelopor gerakan tersebut, yaitu "Allah bermanifestasi sebagai Bapa dalam penciptaan, Putra dalam penebusan, dan Roh Kudus dalam pencurahan,"[78] kendati teolog Keesaan Dr. David Norris menandaskan bahwa maksudnya bukan Pentakosta Keesaan percaya Allah hanya dapat menjadi salah satu dari manifestasi-manifestasi tersebut pada satu kesempatan, sebagaimana tersirat pada kalimat tersebut.[79]

Menurut teologi Keesaan, Bapa dan Roh Kudus adalah pribadi Allah yang satu dan sama. Para teolog Keesaan mengajarkan bahwa istilah "Roh Kudus" adalah gelar deskriptif bagi Allah yang memanifestasikan diri-Nya melalui Gereja dan di dalam dunia.[8][80] Kedua gelar tersebut (maupun gelar lainnya) tidak mencerminkan oknum-oknum terpisah di dalam kewujudan Allah, tetapi mencerminkan dua cara berlainan yang dipakai Allah untuk menyingkapkan diri-Nya kepada makhluk-Nya. Oleh karena itu, menurut teologi Keesaan, perkataan "Tuhan Allah dan Roh-Nya" di dalam nas Yesaya 48:16 bukan mengindikasikan keberadaan dua oknum. "Tuhan Allah" mengindikasikan Allah Yang Maha Mulia dan transendens, sementara "Roh-Nya" mengacu kepada Roh Allah sendiri yang berkiprah di atas dan berbicara kepada nabi-nabi. Para teolog Keesaan mengajarkan bahwa nas tersebut tidak menyiratkan keberadaan dua oknum, sebagaimana nas-nas Alkitab lainnya yang berbicara tentang manusia dan roh atau jiwanya (misalnya nas Lukas 12:19) tidak menyiratkan keberadaan dua "oknum" di dalam satu tubuh.[81]

Ketaksaan istilah "oknum" telah dikedepankan para penganjur doktrin Keesaan maupun para penganjur doktrin Tritunggal sebagai salah satu sumber konflik. Permasalahan ini dipaparkan Alister McGrath, sarjana sekaligus apolog Kristen dari golongan berakidah Tritunggal, sebagai berikut:

Kata 'oknum' sudah berbah makna sejak mulai dipakai pada abad ketiga dalam kaitannya dengan 'ke-tiga-rangkap-an Allah'. Bilamana kita berbicara tentang Allah sebagai oknum, secara alamiah kita memikirkan Allah sebagai satu oknum. Namun para teolog semisal Tertulianus, ketika menulis risalahnya pada abad ketiga, menggunakan kata 'oknum' dengan makna lain. Kata Latin untuk 'oknum' yang dipakai Tertulianus adalah persona, yang berarti topeng pelakon, dan oleh karena itu juga berarti peran yang dilakonkannya di dalam sebuah sandiwara. Dengan menyatakan ada tiga oknum tetapi hanya satu Allah, Tertulianus bermaksud menjelaskan bahwa ketiga-tiga peran utama di dalam drama besar penebusan umat manusia dilakonkan oleh Allah yang satu dan sama. Ketiga-tiga peran besar di dalam drama tersebut dilakonkan oleh satu aktor yang sama, yakni Allah. Tiap-tiap peran tersebut dapat saja menyingkapkan Allah dengan cara yang agak beda, tetapi dalam tiap kasus Allah yang disingkapkan itu adalah Allah yang sama. Jadi bilamana kita membicarakan Allah sebagai satu oknum, yang kita maksudkan adalah satu oknum dengan makna modern dari kata oknum, dan bilamana kita membicarakan Allah sebagai tiga oknum, yang kita maksudkan adalah tiga oknum dengan makna kuno dari kata oknum. ... Mencampuradukkan dua makna dari kata 'oknum' ini sudah barang tentu menuntun kepada gagasan bahwa sesungguhnya Allah adalah suatu panitia.[82]

Teolog Keesaan Dr. David K. Bernard sebaliknya mengemukakan bahwa tidaklah Alkitabiah jika Allah disifatkan sebagai suatu kemajemukan oknum dengan makna kata oknum yang mana pun, "apa pun makna kata oknum di dalam sejarah Gereja purba."[83]

Putra Allah

sunting

Menurut teologi Keesaan, Putra Allah tidak maujud (dalam makna substansial apa pun) sebelum peristiwa inkarnasi Yesus orang Nazaret kecuali sebagai Logos (atau Firman) Allah Bapa. Para teolog Keesaan berkeyakinan bahwa kemanusiaan Yesus tidak maujud sebelum peristiwa inkarnasi, sekalipun Yesus (yakni Roh Yesus) prawujud dalam keilahian-Nya selaku Allah Yang Maha Kekal. Keyakinan ini didukung oleh ketiadaan wujud inkarnasi Yesus di dalam Perjanjian Lama.[84]

Golongan Pentakosta Keesaan percaya bahwa gelar "Putra" hanya dapat disandangkan kepada Kristus pada saat ia menjadi manusia di muka bumi, tetapi Kristus adalah Logos atau Pikiran Bapa sebelum menjadi manusia, dan bukan suatu oknum tersendiri. Menurut teologi Keesaan, gelar "Bapa" menyatakan sifat-sifat hakiki kewujudan Allah, dan gelar "Putra" menyatakan aspek-aspek insani. Golongan Pentakosta Keesaan percaya bahwa Yesus dan Bapa pada hakikatnya adalah satu oknum, sekalipun berkiprah selaku modus-modus yang berlainan.[7]

Sastrawan Keesaan W. L. Vincent mengemukakan di dalam bukunya bahwa "argumen yang menggugat 'Putra adalah Bapa-Nya sendiri' adalah argumen pengalih perhatian. Sudah terbukti bahwa teologi Keesaan mengakui perbedaan yang jelas antara Bapa dan Putra. Malah sesungguhnya permasalahan tersebut tidak pernah diganggu-gugat pandangan Kristologis manapun yang saya ketahui."[8]

Firman

sunting

Menurut teologi Keesaan, "Firman" di dalam nas Yohanes 1:1 adalah pikiran atau rencana Allah. Golongan Pentakosta Keesaan percaya bahwa Firman bukanlah oknum yang terpisah dari Allah, melainkan adalah rencana Allah dan Allah itu sendiri. Di dalam bukunya, The Oneness View of Jesus Christ, Dr. David K. Bernard mengemukakan sebagai berikutː

Di dalam Perjanjian Lama, Firman Allah (dabar) bukanlah oknum tersendiri melainkan Allah yang sedang bersabda, atau Allah yang menyingkapkan diri (Mazmur 107:20, Yesaya 55:11). Bagi orang Yunani, Firman (logos) bukanlah oknum ilahi tersendiri, melainkan akal budi selaku asas pengendali jagat raya. Kata benda logos dapat berarti pikiran (firman yang tidak diungkapkan) maupun ucapan atau tindakan (firman yang diungkapkan). Di dalam nas Yohanes 1, Firman adalah pewahyuan-diri atau penyingkapan-diri Allah. Sebelum Inkarnasi, Firman adalah pikiran, rencana, akal budi, atau penalaran Allah yang tak terungkapkan.[9]

Selain itu, Bernard menyatakan bahwa kata Yunani pros (diterjemahkan menjadi “bersama-sama dengan” di dalam nas Yohanes 1:1) dapat pula diterjemahkan menjadi “berpautan dengan,” artinya nas Yohanes 1:1 dapat pula diterjemahkan (menurut pandangannya) menjadi, “Firman itu berpautan dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.”[85]

Golongan Pentakosta Keesaan percaya bahwa di dalam peristiwa inkarnasi, Allah mewujudnyatakan Firman (yang sebelumnya adalah rencana-Nya) ke dalam tindakan dengan cara mengejawantahkan diri-Nya sendiri ke dalam wujud insan Yesus, dan dengan demikian "Firman itu telah menjadi manusia" (Yohanes 1:14). Terkait pokok pikiran ini, golongan Pentakosta Keesaan mengatakan bahwa inkarnasi adalah suatu peristiwa tunggal, tidak sama dengan apa pun yang pernah dilakukan Allah sebelumnya maupun yang akan dilakukan Allah sesudahnya.[86] Golongan Pentakosta Keesaan percaya bahwa Firman di dalam nas Yohanes 1:1 tidak menyiratkan suatu oknum ilahi prawujud, tetapi adalah rencana Allah belaka, yang diwujudnyatakan ke dalam tindakan melalui inkarnasi.[85]

Dwikodrat Kristus

sunting

Bilamana membicarakan Inkarnasi, para penulis dan teolog Keesaan kerap mengacu kepada konsep yang dikenal dengan sebutan "dwikodrat" Kristus, yang dipahami sebagai kemanunggalan kodrat insani dan kodrat ilahi di dalam diri insan Kristus Yesus. Di dalam bukunya, The Oneness of God, Dr. Bernard menjabarkan konsep ini dengan pernyataan bahwa Yesus "adalah Roh sekaligus jasad, Allah sekaligus manusia, Bapa sekaligus Putra. Di sisi insaninya Ia adalah Anak manusia; di sisi ilahinya Ia adalah Anak Allah dan adalah Allah yang bersemayam di dalam jasad."[87] Bagi para teolog Keesaan, dwikodrat Kristus bukanlah dua oknum di dalam satu jasad melainkan dua kodrat yang manunggal di dalam satu oknum, yakni oknum Yesus Kristus.[88] Bagi golongan Pentakosta Keesaan, kata "rahasia" di dalam nas 1 Timotius 3:16 merujuk kepada gagasan dwikodrat yang manunggal di dalam satu oknum Yesus Kristus.[89]

Meskipun keyakinan akan kemanunggalan ilahi dan insani di dalam satu oknum Kristus yang diimani golongan Pentakosta Keesaan ini mirip dengan akidah Kristen Kalsedon, umat Kristen yang menganut ajaran Konsili Kalsedon menolak keras penentangan mereka terhadap dogma Tritunggal. Umat Kristen penganut ajaran Konsili Kalsedon memandang Yesus Kristus sebagai satu oknum tunggal yang memanunggalkan Allah Putra, yakni oknum kekal yang kedua dari Allah Tritunggal menurut ajaran tradisional, dengan kodrat insani. Di lain pihak, golongan Pentakosta Keesaan memandang Yesus sebagai satu oknum tunggal yang memanunggalkan Allah itu sendiri dengan kodrat insani menjadi Anak Allah.

Kitab Suci

sunting

Golongan Pentakosta Keesaan menganut doktrin Sola Scriptura sebagaimana golongan Pentakosta arus utama.[90] Mereka memandang Alkitab sebagai Firman Allah yang diilhamkan kepada manusia, sehingga isinya tidak mengandung kekeliruan sedikit pun (meskipun tidak mesti demikian halnya di dalam setiap terjemahan). Mereka secara khusus menolak keputusan-keputusan konsili Gereja semisal Konsili Nikea dan Syahadat Nikea. Mereka percaya bahwa umat Kristen arus utama yang menganut doktrin Tritunggal sudah tersesat lantaran diperdaya mengikuti "tradisi-tradisi manusia" yang sudah lama dianut dan tak kunjung ditentang.[91]

Nama Yesus

sunting

Penekanan istimewa terhadap pribadi Yesus membentuk isi dari suatu teologi yang didasarkan atas penghayatan, baik di kalangan jemaat Pentakosta Keesaan maupun di kalangan jemaat Pentakosta berakidah Tritunggal. Pada hakikatnya, penitikberatan doktrinal pada Yesus menisbatkan segala sifat dan fungsi Allah kepada Kristus. Paham yang dapat disebut 'Maksimalisme Kristologis' di dalam doktrin Kristen Pentakosta tentang Allah menuntun golongan Pentakosta Keesaan menuju penggantian faktual tiga oknum ilahi dengan satu pribadi Yesus, sementara golongan Pentakosta berakidah Tritunggal biasanya melambungkan Kristus selaku oknum 'kedua' Tritunggal menjadi sosok yang berada di pusat keimanan dan peribadatan Kristen.[92]

Para penentang teologi Keesaan pada umumnya menyebut para pendukung teologi Keesaan sebagai golongan "Yesus Saja," yang menyiratkan bahwa mereka menyangkal kewujudan Bapa maupun kewujudan Roh Kudus.[4] Rata-rata jemaat Pentakosta Keesaan menganggap sebutan tersebut sebagai julukan yang merendahkan, dan sebagai wujud kesalahpahaman terhadap keyakinan-keyakinan mereka yang sesungguhnya terkait perkara tersebut.[93][94] Golongan Pentakosta Keesaan bersikeras bahwa sekalipun mereka memang mengimani baptisan hanya dalam nama Yesus Kristus, dengan mengutip nas Kisah Para Rasul 2:38, Kisah Para Rasul 8:12, Kisah Para Rasul 8:16, Kisah Para Rasul 10:48, dan Kisah Para Rasul 19:15 sebagai nas-nas yang melawan baptisan Tritunggal tradisional, sebutan "jemaat Pentakosta Yesus Saja" yang ditujukan kepada mereka menyiratkan penyangkalan terhadap Bapa dan Roh Kudus.[93]

Pandangan tentang Tritunggal

sunting

Golongan Pentakosta Keesaan yakin bahwa doktrin Tritunggal adalah "tradisi buatan manusia" belaka, tidak alkitabiah, dan bukan ajaran yang berasal dari Allah. Mereka mengedepankan ketiadaan kata "Tritunggal" di dalam Alkitab sebagai buktinya. Sama seperti Saksi-Saksi Yehuwa, mereka yakin bahwa doktrin Tritunggal berkembang sedikit demi sedikit sepanjang empat abad pertama tarikh Masehi, hingga mencapai titik zenitnya pada Konsili Nikea dan konsili-konsili berikutnya yang merumuskan doktrin Tritunggal sebagaimana yang dewasa ini dijunjung tinggi sebagai akidah yang ortodoks;[51][95][96][97] kebanyakan sarjana Kristen arus utama menolak keyakinan semacam itu, dan beberapa di antaranya telah mengemukakan bantahan terhadap pendapat-pendapat yang dituding sebagai tafsir-tafsir keliru dari golongan penganut Tritunggal yang tampaknya mendukung keyakinan semacam itu.[98][99][100] Golongan Pentakosta Keesaan bersikeras bahwa konsepsi kewujudan Allah versi merekalah yang benar menurut monoteisme ketat yang konon dianut Kekristenan Purba, dengan tidak semata-mata menandingkan pandangan-pandangan mereka dengan Tritunggalisme saja, melainkan juga dengan teologi Orang-Orang Kudus Zaman Akhir (yang percaya bahwa Kristus adalah ilah tersendiri yang terpisah dari Bapa dan Roh Kudus) maupun teologi Saksi-Saksi Yehuwa (yang menganggap Kristus sebagai Anak Sulung Allah, dan sebagai suatu ilah bawahan Bapa). Teologi Keesaan setali tiga uang dengan paham Modalisme atau Sabelianisme yang pernah mengemuka dalam perjalanan sejarah Gereja, kendati tidak dapat dikatakan sama persis.[6][101]

Akidah Awatritunggal yang dianut golongan Pentakosta Keesaan merenggangkan hubungan mereka dengan umat dari sebagian besar denominasi Kristen. Beberapa denominasi bahkan menuding golongan Pentakosta Keesaan sebagai penganut paham Modalisme, bahkan mencemooh mereka sebagai penganut ajaran menyimpang.[102][103][104][105] Rohaniwan Pentakosta Keesaan yang ditahbiskan menjadi anggota Dewan Penilik Jemaat pun mengalami hal yang sama lantaran mendaku sebagai penerus suksesi apostolik (karena ada dokumen yang menyatakan bahwa pentahbis mereka adalah tokoh-tokoh berakidah Tritunggal dari Gereja Katolik Roma, gereja Anglikan, dan Gereja Timur, maupun catatan-catatan yang bertentangan).[106][107]

Tudingan menganut Modalisme dan Arianisme

sunting

Penganut doktrin Keesaan kerap dituduh menganut paham Monisme atau Modalisme.[108] Adakalanya mereka juga dituding sebagai ahli bidat Arianisme atau Semiarianisme, biasanya oleh orang-orang tertentu ketimbang oleh gereja-gereja tertentu.[109] Meskipun beranggapan bahwa Monarkianisme Modalistis dan Keesaan pada hakikatnya sama, dan bahwa pada dasarnya Sabelius memang benar (selama Modalisme tidak dipahami sebagai ajaran yang sama dengan Patripasianisme),[6] dan kendati Arius juga percaya bahwa Allah adalah satu oknum tunggal, teolog Keesaan Dr. David K. Bernard mati-matian menafikan keterkaitan dengan Arianisme maupun Subordinasionisme di dalam ajaran Keesaan.[108]

Soteriologi

sunting

Teologi Keesaan tidak merepresentasikan suatu pandangan soteriologis monolitis. Meskipun demikian, terdapat ciri-ciri umum yang jamak terlihat pada para penganut pandangan Keesaan mengenai Allah. Sama seperti soteriologi anutan denominasi-denominasi Protestan pada umumnya, soteriologi Pentakosta Keesaan mengajarkan bahwa semua orang terlahir dengan kodrat berdosa, semua orang berbuat dosa semenjak belia, dan semua orang tersesat tanpa harapan beroleh keselamatan kecuali jika menerima Injil; bahwasanya Yesus Kristus mengerjakan penebusan yang paripurna atas dosa semua orang, yang merupakan satu-satunya sarana keselamatan manusia; serta bahwasanya keselamatan semata-mata diperoleh berkat kasih karunia oleh iman akan Yesus Kristus.[4][110] Doktrin Keesaan juga mengajarkan bahwa iman sejati membuahkan ketaatan, dan bahwasanya keselamatan sejati bukanlah sekadar menyatakan keimanan melainkan juga menampakkan keimanan itu di dalam amal perbuatan.[111] Sekalipun ada satu dua perbedaan di sana-sini, jemaat-jemaat Keesaan pada umumnya mengajarkan bahwa asas-asas memeluk agama Kristen adalah sebagai berikut:

Penganut doktrin Keesaan pada umumnya mengakui asas-asas tersebut sebagai syarat minimum masuk Kristen.[17]

Kasih karunia dan iman

sunting

Penganut doktrin Keesaan berpendirian bahwa seseorang selamat bukan lantaran amal kebajikan maupun ketaatan kepada hukum, melainkan berkat kasih karunia Allah. Lagi pula keselamatan semata-mata diperoleh melalui iman akan Yesus Kristus; keselamatan tidak dapat diperoleh melalui nama selain Yesus maupun karya selain karya Yesus (Kisah Para Rasul 4:12). Ajaran Keesaan menolak tafsir-tafsir yang mengatakan bahwa keselamatan secara otomatis dikaruniakan kepada orang-orang pilihan; mereka percaya bahwa semua orang dipanggil kepada keselamatan, dan "barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma" (Wahyu 22:17).[14][18]

Menurut doktrin Keesaan, sekalipun merupakan anugerah, keselamatan haruslah disambut.[18] Menyambut keselamatan pada umumnya dipahami sebagai tindakan memeluk agama Kristen, dan pemahaman semacam ini diamini mayoritas jemaat Protestan Injili. Amanat yang pertama adalah iman sejati akan Yesus Kristus, yang ditunjukkan melalui ketaatan kepada perintah-perintah Allah, dan tekad untuk menuruti kehendak Allah di dalam setiap segi kehidupan. Penganut doktrin Keesaan menolak gagasan bahwa orang dapat beroleh keselamatan melalui apa yang mereka sebut keimanan mental, yakni sekadar percaya saja kepada Kristus, tanpa pertobatan yang mengubah hidup maupun ketaatan. Oleh karena itu mereka menentang keras gagasan bahwa orang beroleh keselamatan melalui pengucapan doa pendosa, dan menandaskan bahwa orang beroleh keselamatan melalui iman yang menyelamatkan dan perubahan hidup sebagaimana yang dinyatakan di dalam Kitab Suci. Jemaat Pentakosta Keesaan tidak mempermasalahkan doa pendosa, tetapi menafikan gagasan bahwa doa itu sendiri merupakan iman yang menyelamatkan, lantaran berkeyakinan bahwa Alkitab mengamanatkan pertobatan, baptisan dengan air dan roh beserta penerimaan Roh Kudus sebagai wujud nyata pengalaman lahir baru rohaniah dan keimanan sejati dan suci yang ditaati dan dilaksanakan oleh umat beriman terdahulu. Dengan demikian, orang yang benar-benar sudah diselamatkan dengan senang hati akan menyanggupi syarat-syarat beralih kepada iman Kristen yang termaktub di dalam Alkitab. Menurut mereka, Yesus dan para rasul mengajarkan bahwa pengalaman lahir baru mencakup pertobatan (doa pendosa yang sesungguhnya) beserta baptisan dengan air dan Roh Allah.[112]

Pertobatan

sunting

Penganut doktrin Pentakosta Keesaan berpendirian bahwa keselamatan tidak mungkin diperoleh tanpa pertobatan. Meskipun di satu sisi merupakan dukacita suci yang dialami batin lantaran dosa, pertobatan lebih merupakan perubahan penuh hati dan pikiran menuju Allah dan firman-Nya. Inilah sebabnya gereja-gereja Pentakosta Keesaan mengharapkan pembaharuan hidup yang sepenuhnya dari orang-orang yang sudah menjadi Kristen.[113]

Baptisan air

sunting

Rata-rata penganut doktrin Keesaan percaya bahwa baptisan air adalah perkara yang pokok demi beroleh keselamatan, dan pada hakikatnya bukanlah lambang belaka. Mereka juga percaya bahwa seseorang haruslah beriman dan bertobat sebelum dibaptis, dan oleh karena itu menganggap pembaptisan kanak-kanak maupun pembaptisan paksa sebagai tindakan yang tidak dapat dibenarkan.[114][115][17] Teologi Pentakosta Keesaan mengusung definisi harfiah dari baptis, yaitu sekujur tubuh dibenamkan ke dalam air. Mereka percaya bahwa cara-cara lain tidak berlandaskan Alkitab atau didasarkan atas upacara-upacara Perjanjian Lama yang kurang jelas, dan bahwasanya cara merekalah satu-satunya cara membaptis yang termaktub di dalam Perjanjian Baru. Di dalam Pokok-Pokok Iman dari organisasi pentakosta Keesaan yang terbesar, dinyatakan bahwa "cara baptis yang Alkitabiah adalah baptis selam, dan hanya bagi orang-orang yang sudah sepenuhnya bertobat... Baptisan harus diterimakan... dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus, sesuai dengan nas Kisah Para Rasul Kisah Para Rasul 2:38 2:38, Kisah Para Rasul 8:16 8:16, Kisah Para Rasul 10:48 10:48, Kisah Para Rasul 19:5 19:5; dan dengan demikian mematuhi nas Matius 28:19."[116]

Rumusan baptis

sunting

Penganut doktrin Keesaan percaya bahwa demi absahnya baptisan air, orang harus dibaptis "dalam nama Yesus Kristus,"[117] alih-alih dibaptis "dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus."[16] Kepercayaan semacam ini disebut "doktrin Nama Yesus". Sebutan "Nama Yesus" adalah sebutan yang digunakan untuk menyifatkan penganut doktrin Keesaan maupun ajaran-ajarannya tentang pembaptisan.[4]

Kepercayaan ini dilandaskan pada nas Kisah Para Rasul 2ː38 yang berisi imbauan "bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus." Penganut doktrin Keesaan bersikeras bahwa tidak ada rumusan baptis lain di dalam Perjanjian Baru, kecuali yang terdapat di dalam nas Matius 28:19, yang bagi mereka hanyalah rujukan lain kepada baptisan dalam nama Yesus.[117] Sekalipun nas Matius 28:19 tampaknya mengamanatkan rumusan baptis yang berakidah Tritunggal, teologi Keesaan menegaskan bahwa kata "nama" pada nas tersebut berbentuk tunggal, dan oleh karena itu pasti merujuk kepada Yesus, yang menurut mereka adalah nama dari Bapa, Putra, dan Roh Kudus.[118][119] Penganut doktrin Keesaan bersikeras bahwa semua teks Alkitab terkait rumusan baptis semestinya selaras satu sama lain, sehingga menurut mereka hanya ada dua kemungkinan, para rasul sudah mengkhianati amanat yang disampaikan kepada mereka di dalam Matius 28ː19 atau para rasul sudah sebaik-baiknya menunaikan amanat tersebut dengan cara membaptis dalam nama Yesus Kristus.

Sebagian penganut doktrin Keesaan menganggap nas Matius 28:19 tidak asli, dengan mengutip pendapat berbagai sarjana maupun keterangan sejarawan Gereja Esebius, yang sekurang-kurangnya delapan belas kali mengutip nas tersebut di dalam karya tulisnya.[120][121][122] Di dalam karya tulis Esebius, nas tersebut berbunyi, "pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-murid dalam nama-Ku, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu."[123] Meskipun demikian, rata-rata penganut doktrin Keesaan mengakui keaslian nas Matius 28:19 yang utuh.[124]

Penganut doktrin Keesaan menegaskan bahwa keseluruhan lima nas terkait baptisan di dalam Kitab Kisah Para Rasul meriwayatkan baptisan dalam nama Yesus (Kisah Para Rasul 2:38, Kisah Para Rasul 8:16, Kisah Para Rasul 10:48, Kisah Para Rasul 19:3–5, Kisah Para Rasul 22:16), malah rumusan baptis Tritunggal sama sekali tidak muncul di dalam kitab tersebut.[125] Selain itu, penganut doktrin Keesaan juga menganggap nas 1 Korintus 1:13 meriwayatkan baptisan dilaksanakan dalam nama Yesus,[118] Penulis dari golongan Keesaan, William Arnold III, memaparkan alasannya sebagai berikut: "Jika kita merunut alur berpikir Paulus, jelas yang ia maksud adalah 'Tidak, Kristuslah yang disalibkan bagimu, dan oleh karena itu kamu dibaptis dalam nama Kristus.' Dengan demikian umat beriman di Korintus maupun di Roma dibaptis dalam nama Yesus."[126] dan oleh karena itu menganggapnya sebagai bukti bahwa rumusan baptis dalam nama Yesus adalah rumusan baptis yang asli sedangkan rumusan baptis yang menyeru Tritunggal adalah rumusan yang baru belakangan dipakai secara keliru sebagai pengganti rumusan asli tersebut. Sebagai dalil pendukung tambahan, penganut doktrin Keesaan juga mengutip berbagai edisi Ensiklopedia Britanika, Ensiklopedia Katolik, Serial Alkitab Mufasir, maupun pendapat berbagai sarjana.[127][128] David Norris mengemukakan di dalam bukunya bahwa "ada konsensus yang kuat di kalangan sarjana bahwa baptisan Kristen terdahulu dilaksanakan dalam nama Yesus."[129]

Di lain pihak, Didakhe, risalah Kristen Yahudi yang umum diyakini sebagai sebuah karya tulis dari abad pertama Masehi, justru memuat rumusan baptis Tritunggal.[130][131][132] Sebagian penganut doktrin Keesaan menanggapi dengan mengolok-olok risalah tersebut dan mendukung pendapat yang sekarang sudah jarang terdengar gaungnya bahwa risalah tersebut adalah sebuah karya tulis dari abad kedua.[133] Mereka juga menganggap risalah itu tidak dapat dipercaya, dengan mengutip satu-satunya naskah yang tersisa, padahal pada tahun 1900 sudah ditemukan lagi sebuah naskah Didakhe dalam bahasa Latin.[134] Selain itu, umat Kristen arus utama, yakni umat Kristen berakidah Nikea atau umat Kristen berakidah Tritunggal, menafsirkan kalimat "dalam nama Yesus Kristus" bermakna "atas kewenangan Yesus", yang mengisyaratkan pembaptisan dalam nama ketiga oknum Tritunggal.[135] Menanggapi tafsir tersebut, penganut doktrin Keesaan menegaskan bahwa nas Kisah Para Rasul 22:16 mengharuskan pelisanan nama Yesus dalam pembaptisan, dan bahwasanya seseorang menjalankan kewenangan Yesus dengan cara menggunakan namanya, dengan mengacu kepada riwayat penyembuhan orang lumpuh di Gerbang Indah (Kisah Para Rasul 3) sebagai contohnya, dan menyebut Yesus sebagai satu-satunya nama Allah yang diwahyukan kepada umat manusia.[136][137]

Baptisan Roh Kudus

sunting

Penganut doktrin Keesaan percaya bahwa baptisan Roh Kudus adalah anugerah cuma-cuma bagi semua orang.[138] Di dalam doktrin Kristen Pentakosta, Roh Kudus didefinisikan sebagai Roh Allah atau Roh Kristus (Roma 8:9) yang bersemayam di dalam diri umat beriman. Dijelaskan pula lebih lanjut bahwa Roh Kudus adalah kuasa Allah untuk mengarahkan (membina) umat beriman, membantu mereka menghindari dosa, dan mengurapi mereka dengan kuasa untuk menyelenggarakan karunia-karunia Roh bagi kepentingan pembinaan jemaat seturut kehendak Allah. Bersemayamnya Roh Kudus di dalam diri umat beriman pada hakikatnya berbeda dari inkarnasi Allah menjadi Yesus Kristus, karena inkarnasi adalah penyatuan "seluruh kepenuhan ke-Allahan" (Kolose 2:9) dengan jasad insani, memanunggalkan keilahian dengan kemanusiaan menjadi insan Yesus Kristus. Di lain pihak, umat beriman hanya dapat menerima bagian dari Roh, dan tidak ajek bersatu dengan Allah seperti Yesus. Oleh karena itu tidak seorang pun dapat memiliki kodrat yang sama dengan Yesus, yakni ilahi sekaligus insani.

Secara sederhana, doktrin Kristen Pentakosta tentang bersemayamnya Roh Kudus dapat dijabarkan sebagai berikut:

  • Allah berdiam di dalam diri seseorang;
  • Allah bersekutu dengan orang itu;
  • Allah berkarya melalui orang itu.

Menurut doktrin Pentakosta Keesaan, Roh Kudus adalah gelar Allah Yang Maha Esa dalam berkarya, dan oleh karena itu Roh Kudus yang bersemayam di dalam diri seseorang tidak lebih maupun kurang daripada Allah sendiri yang berkarya melalui orang itu.

Umat Kristen Pentakosta, baik yang menganut doktrin Keesaan maupun yang berakidah Tritunggal, percaya bahwa pengalaman menghayati Roh Kudus adalah tanda dari Gereja yang sejati, dan bahwasanya Roh Kudus memiliki kuasa yang memampukan umat beriman untuk melaksanakan kehendak Allah. Sama seperti sebagian besar jemaat Kristen Pentakosta, jemaat Pentakosta Keesaan percaya bahwa tanda awal seseorang dipenuhi Roh Kudus adalah kemampuan berbahasa roh, dan bahwasanya Kitab Suci Perjanjian Baru menetapkan kemampuan bahasa roh sebagai syarat minimum. Kedua golongan tersebut sama-sama percaya bahwa kemampuan berbahasa roh adalah tanda kuasa Roh Kudus yang dinyatakan bagi orang-orang tak beriman, dan kemampuan ini harus diupayakan serta diberdayakan dengan giat, teristimewa pada waktu berdoa. Meskipun demikian, tanda awal kehadiran Roh Kudus ini (1 Korintus 12:7) dianggap berbeda dari karunia kesanggupan untuk berbicara dengan berbagai bahasa yang diriwayatkan di dalam nas 1 Korintus 12:10, yakni karunia yang diberikan kepada orang-orang di antara umat beriman yang terpilih dan dipenuhi-roh seturut kehendak Roh Kudus. Penganut doktrin Keesaan menandaskan bahwa penerimaan Roh Kudus, yang termanifestasikan lewat kemampuan berbahasa roh, merupakan unsur yang diperlukan demi beroleh keselamatan.[138]

Amalan

sunting

Ibadat

sunting

Sama seperti jemaat-jemaat Pentakosta lainnya, jemaat Pentakosta Keesaan terkenal dengan kebaktian bergaya karismatik. Mereka percaya bahwa karunia-karunia Roh yang diriwayatkan di dalam Perjanjian Baru masih terus bekerja di dalam jemaat, oleh karena itu kebaktian sering kali bersifat spontan, dan menonjolkan kegiatan berbahasa roh, menafsirkan bahasa roh, bernubuat, serta penumpangan tangan untuk menyembuhkan sakit penyakit. Sebagaimana semua jemaat Pentakosta lainnya, amalan berbahasa roh juga menjadi ciri khas jemaat Pentakosta Keesaan. Dalam keadaan ekstatis, seorang anggota jemaat Pentakosta Keesaan dapat saja melisankan kata-kata yang tak terpahami (glosolalia) atau kata-kata dalam bahasa lain yang tidak ia kuasai sebelumnya (ksenoglosia).

Beberapa jemaat Pentakosta Keesaan mengamalkan pembasuhan kaki, yang sering kali diserangkaikan dengan perayaan perjamuan kudus, sebagaimana yang dilakukan Yesus kepada murid-muridnya pada perjamuan malam terakhir.

Standar kekudusan

sunting

Penganut doktrin Keesaan percaya bahwa gaya hidup orang Kristen harus menampakkan kekudusan.[4] Kekudusan bermula saat seseorang dibaptis, tatkala darah Kristus membasuh segala dosa sehingga orang itu dapat berdiri dalam keadaan yang sepenuhnya kudus di hadirat Allah untuk pertama kali dalam hidupnya. Sesudah itu, memisahkan diri dari dunia dalam perkara amal perbuatan maupun akhlak menjadi hal yang penting bagi kehidupan rohaninya.[139] Perkara akhlak atau kekudusan batiniah terdiri atas cara hidup yang benar, yang dituntun dan digerakkan oleh Roh Kudus yang bersemayam di dalam diri. Bagi banyak penganut doktrin Keesaan, perkara amal perbuatan atau kekudusan lahiriah memiliki standar-standar tertentu, antara lain berpakaian sopan dan berpenampilan sesuai jenis kelamin. Penganut doktrin Keesaan menjunjung tinggi amalan berpakaian sopan (dengan aturan dan batasan) sebagai suatu akidah. Mereka yakin bahwa ada kemuliaan di dalam susila (sadar batasan, atau menghindari ketidaksenonohan) dan ugahari (menghindari kemubaziran atau sikap berlebih-lebihan, bahkan dianjurkan supaya diupayakan dengan lebih giat daripada yang lumrah dilakukan orang). Kesusilaan mengandung konotasi sesuatu yang kelewat batas. Mereka melandaskan akidah ini pada nas 1 Timotius 2:9, yang berbunyi "demikian juga hendaknya perempuan, hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana ..." Lantaran menganggap kecenderungan gaya berbusana dewasa ini tidak berakhlak, beberapa organisasi Pentakosta Keesaan menetapkan tata cara berbusana bagi anggotanya. Pedoman-pedoman berbusana tersebut mirip dengan pedoman-pedoman berbusana yang diterapkan semua denominasi Pentakosta hampir sepanjang seperdua awal abad ke-20.[4] Menurut standar Gereja Persatuan Pentakosta Internasional yang disusun pada akhir dasawarsa 1990-an, kaum wanita dianjurkan tidak mengenakan celana panjang, merias muka, mengepas gaun, mengenakan perhiasan, maupun memangkas rambut; sementara kaum pria dianjurkan bercukur klimis, berambut pendek, berkemeja lengan panjang (kaum perempuan juga dianjurkan mengenakan gaun atau blus berlengan panjang), dan bercelana panjang alih-alih bercelana pendek. Selain itu, beberapa organisasi Pentakosta Keesaan melarang keras anggotanya untuk menonton film-film atau acara-acara televisi sekuler. Banyak dari standar-standar tersebut berpangkal dari gerakan Kekudusan, kendati longgar-ketat penerapannya berbeda-beda dari satu gereja ke gereja lain, bahkan berbeda-beda antara satu orang pribadi dengan orang pribadi lain di dalam tubuh gerakan tersebut. Meskipun demikian, ketika gerakan Pentakosta Keesaan baru saja memberlakukan standar-standar tersebut, kekudusan belum menjadi suatu akidah yang dijunjung tinggi atau diundangkan bagi anggota jemaat, malah gagasan Pentakosta Keesaan tentang kekudusan atau pengudusan ketika itu pada hakikatnya sama dengan pandangan Wesley.[140]

Lantaran memberlakukan standar-standar tersebut secara relatif ketat, jemaat-jemaat Pentakosta Keesaan kerap dituding menganut paham legalisme oleh umat Kristen dari aliran lain.[141] Denominasi-denominasi Pentakosta Keesaan menjawab tudingan tersebut dengan menandaskan bahwa kekudusan adalah perintah Allah, dan bahwasanya kekudusan menyusul keselamatan alih-alih menghasilkan keselamatan.[139] Bagi penganut doktrin Keesaan, kekudusan lahir dari kasih alih-alih dari kewajiban, berkat dorongan sifat kudus yang dikaruniakan Roh Kudus yang bersemayam di dalam diri. Sekalipun kehidupan seorang Kristen adalah kehidupan yang merdeka dari aturan dan hukum, kemerdekaan itu tidaklah menafikan tanggung jawabnya untuk menaati ajaran-ajaran Kitab Suci seputar akhlak, mengingat banyak di antaranya bersumber dari para rasul sendiri.

Penganut terkenal

sunting

Baca juga

sunting

Rujukan

sunting
  1. ^ Chryssides, George D. (2012). ""Jesus Only" Pentecostalism". Historical Dictionary of New Religious Movements. Historical Dictionaries of Religions, Philosophies, and Movements Series (edisi ke-2). Lanham, Maryland: Rowman & Littlefield. hlm. 189–190. ISBN 978-0-8108-6194-7. LCCN 2011028298. 
  2. ^ Reed, David A. (2018) [2008]. "From Issue to Doctrine: The Revelation of God and the Name, One Lord and One Baptism". "In Jesus' Name": The History and Beliefs of Oneness Pentecostals. Journal of Pentecostal Theology: Supplement Series. 31. Leiden and Boston: Brill Publishers. hlm. 175–205. ISBN 978-90-04-39708-8. ISSN 0966-7393. 
  3. ^ a b c Reed, David A.; Barba, Lloyd (2019). "Oneness Pentecostalism". Dalam Wilkinson, Michael; Au, Connie; Haustein, Jörg; Johnson, Todd M. Brill's Encyclopedia of Global Pentecostalism Online. Leiden dan Boston: Brill Publishers. doi:10.1163/2589-3807_EGPO_COM_041662. ISSN 2589-3807. 
  4. ^ a b c d e f g h i j Patterson, Eric; Rybarczyk, Edmund (2007). The Future of Pentecostalism in the United States. New York: Lexington Books. hlm. 123–4. ISBN 978-0-7391-2102-3. 
  5. ^ "Modalism | Definisi Modalisme dari Oxford Dictionary di situs Lexico.com juga arti dari Modalisme". Lexico Dictionaries | English (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-28. Diakses tanggal 13 April 2021. 
  6. ^ a b c d Bernard, David (1993). "Oneness Believers in Church History". The Oneness of God. Word Aflame Press. ISBN 978-0-912315-12-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Februari 2008. 
  7. ^ a b c Gill, Kenneth. "Dividing Over Oneness". Christianity Today (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 November 2020. Diakses tanggal 19 November 2020. 
  8. ^ a b c Bernard, David (1993). "The Father is the Holy Ghost". The Oneness of God. Word Aflame Press. ISBN 978-0-912315-12-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Februari 2008. 
  9. ^ a b Bernard, David (1994). The Oneness View of Jesus Christ. Word Aflame Press. ISBN 1-56722-020-7. 
  10. ^ a b "What the Early Church Believed: God in Three Persons". Catholic Answers. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 September 2021. Diakses tanggal 13 April 2021. 
  11. ^ "The Blessed Trinity". Catholic Encyclopedia. New Advent. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 September 2021. Diakses tanggal 29 September 2021. 
  12. ^ "BBC - Religions - Christianity: The Trinity". British Broadcasting Corporation (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 September 2021. Diakses tanggal 29 September 2021. 
  13. ^ "Trinity - ReligionFacts". religionfacts.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 Januari 2022. Diakses tanggal 9 Januari 2022. 
  14. ^ a b Slick, Matt (8 Desember 2008). "What is Oneness Pentecostal theology?". Christian Apologetics and Research Ministry (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 November 2020. Diakses tanggal 19 November 2020. 
  15. ^ "The Importance of Acts 2:38". Abundant Life United Pentecostal Church (dalam bahasa Inggris). 21 November 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 September 2021. Diakses tanggal 13 April 2021. 
  16. ^ a b "What the Early Church Believed: Trinitarian Baptism". Catholic Answers. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 September 2021. Diakses tanggal 13 April 2021. 
  17. ^ a b c "The "Oneness" Heresy Exposed". The Bereans Apologetics Research Ministry (dalam bahasa Inggris). 9 August 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 November 2020. Diakses tanggal 19 November 2020. 
  18. ^ a b c Bernard, David. "Grace and Faith". The New Birth. Word Aflame Press. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 Maret 2009. 
  19. ^ Bernard, David. "Speaking in Tongues". The New Birth. Word Aflame Press. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 September 2021. 
  20. ^ Synan, Vinson (1975). Aspects of Pentecostal-charismatic Origins (dalam bahasa Inggris). Logos International. hlm. 221. ISBN 978-0-88270-110-3. 
  21. ^ a b Anderson, Allan (13 May 2004). An Introduction to Pentecostalism: Global Charismatic Christianity (dalam bahasa English). Cambridge: Cambridge University Press. hlm. 47. ISBN 978-0-521-53280-8. Pihak-pihak yang tidak menerima ajaran Durham dan bertahan di kubu 'tiga-tahap' adalah Seymour, Crawford, dan Parham, serta para penilik jemaat Charles H. Mason, A.J. Tomlinson, dan J.H. King, berturut-turut adalah gembala sidang gereja Allah Dalam Kristus, gereja Allah (Cleveland), dan gereja Kekudusan Pentakosta. Tomlinson dan King masing-masing menyuarakan kecaman keras secara tertulis menentang doktrin 'karya tuntas' di dalam terbitan-terbitan berkala mereka, tetapi pada tahun 1914, sekitar 60 persen dari seluruh pengikut aliran Pentakosta di Amerika Utara sudah menganut ajaran Durham. ... Kontroversi 'Karya Tuntas' hanyalah yang pertama dari serangkaian perpecahan yang dialami aliran Pentakosta di Amerika Utara. Bukan hanya perpecahan yang dialami jemaat-jemaat Pentakosta akibat selisih paham seputar pengudusan sebagai suatu pengalaman istimewa, melainkan juga perpecahan yang lebih dalam dan getir akibat selisih paham seputar doktrin Tritunggal pada tahun 1916. ... 'Aliran baru' tersebut merupakan skisma di dalam aliran Pentakosta 'Karya Tuntas' yang mula-mula muncul sebagai ajaran mengatakan bahwa rumusan baptis yang benar adalah kalimat 'dalam nama Yesus' dan kemudian hari berkembang menjadi perselisihan mengenai Tritunggal. Aliran Pentakosta Kekudusan berketetapan untuk putus hubungan dengan aliran Pentakosta 'Karya Tuntas' yang sudah 'sesat'. 
  22. ^ Synan, Vinson (2001). The Century of the Holy Spirit: 100 Years of Pentecostal and Charismatic Renewal, 1901–2001. Nashville: Thomas Nelson. hlm. 141. ISBN 9780785245506. 
  23. ^ a b Levinson, David (1996). Religion: A Cross-cultural Encyclopedia (dalam bahasa English). Santa Barbara, California: ABC-Clio. hlm. 151. ISBN 978-0-87436-865-9. Jemaat Pentakosta Karya Tuntas mengimani bahwa pertobatan dan pengudusan sebagai satu karya kasih karunia yang sama. Sidang Jemaat Allah yang terbentuk pada tahun 1914 adalah denominasi aliran Pentakosta Karya Tuntas yang pertama. 
  24. ^ Davis, Tal. "Oneness Pentecostalism". North American Mission Board (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 November 2020. Diakses tanggal 19 November 2020. 
  25. ^ C. Douglas Weaver The Healer-prophet: William Marrion Branham : a Study of the Prophetic hlm.16 "dibaptis ulang" 'dalam nama Yesus' saja. Suatu gerakan terlahir ketika McAlister, Glenn Cook, dan Frank Ewart mencapai kesepahaman tentang perlunya tindakan baptis ulang. ... rumusan baptis yang baru, mereka terdorong untuk mengembangkan suatu pembenaran teologis untuk hal tersebut."
  26. ^ "Formation of the Assemblies of God". Assemblies of God USA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Januari 2001. 
  27. ^ "Is Oneness Pentecostalism biblical?". Christian Research Institute. 15 Oktober 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 November 2020. Diakses tanggal 19 November 2020. 
  28. ^ Johnson, William (2005). The Church Through the Ages. Bethesda. hlm. 25. 
  29. ^ Arnold, Marvin M (2002). Pentecost Before Azusa: The Acts of the Apostles, Chapter Two; Fanning the Flames of International Revival for Over 2000 Years. Bethesda Ministries. ISBN 978-1-58169-091-0. 
  30. ^ Chalfant, William B. (2001). Ancient champions of oneness: an investigation of the doctrine of God in church history. Word Aflame Press. ISBN 978-0-912315-41-6. 
  31. ^ Johnson, William (2005). The Church Through the Ages. Bethesda Books. hlm. 27. 
  32. ^ "Who Was Michael Servetus?". Michael Servetus Unitarian Society. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 November 2020. Diakses tanggal 19 November 2020. 
  33. ^ "The Servetus Affair". Christianity Today (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 November 2020. Diakses tanggal 19 November 2020. 
  34. ^ Mitchell, S. C. (1897). "A Stricture on Schaff's Account of Servetus". The American Journal of Theology. 1 (2): 455–456. doi:10.1086/476602. 
  35. ^ Wright, Shawn (26 September 2017). "What Your Church Members Should Know about the Reformation". 9Marks Journal. 
  36. ^ Bernard, David (1993). "Oneness Believers In Church History". The Oneness of God. Word Aflame Press. ISBN 978-0-912315-12-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Februari 2008. 
  37. ^ Norris, David (4 September 2009). "Rediscovering Covenant". I AM: A Oneness Pentecostal Theology. Word Aflame Press. hlm. 224–225. ISBN 978-1567227307. 
  38. ^ a b Bernard, David (1993). "Trinitarianism: Definition and Historical Development". The Oneness of God. Word Aflame Press. ISBN 978-0-912315-12-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 November 2007. 
  39. ^ Grabbe, Lester L. (1997-01-01). Can a 'history of Israel' be Written? (dalam bahasa Inggris). A&C Black. ISBN 978-1-85075-669-9. 
  40. ^ Lloyd, Nathaniel (26 March 2019). "Blind Spot: A Tale of Two Babylons". Historical Blindness (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 7 November 2021. 
  41. ^ "No, Easter wasn't named after a Mesopotamian goddess". Australian Associated Press (dalam bahasa Inggris). 23 April 2021. Diakses tanggal 9 January 2022. Ahli sejarah Gereja dan profesor emeritus sejarah di Universitas Massey di Auckland, Peter Lineham, mengemukakan kepada AAP FactCheck: “Hislop cenderung berpikir bahwa jika bunyinya mirip maka pasti ada kaitannya. Itulah logika yang dia pakai. Bukunya memang luar biasa karena penuh dengan khayalan dan omong kosong. Fantastis memang, tetapi sungguh-sungguh keliru penalarannya.” 
  42. ^ McAllister, Brannon (25 September 2013). "T is for Trinity (and Tertullian)". 5 Minutes in Church History (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 November 2020. Diakses tanggal 19 November 2020. 
  43. ^ Rester, Todd (19 August 2020). "Tertullian's View of the Trinity". reformation21 (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 November 2020. Diakses tanggal 19 November 2020. 
  44. ^ Tuggy, Dale (November 2020). "Trinity > History of Trinitarian Doctrines". Stanford Encyclopedia of Philosophy. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 November 2020. Diakses tanggal 19 November 2020. 
  45. ^ Teofilus dari Antiokhia. "Buku II.15". Apologia ad Autolycum. Patrologiae Graecae Cursus Completus (dalam bahasa Yunani dan latin). 6. Ὡσαύτως καὶ αἱ τρεῖς ἡμέραι τῶν φωστήρων γεγονυῖαι τύποι εἰσίν τῆς Τριάδος, τοῦ Θεοῦ, καὶ τοῦ Λόγου αὐτοῦ, καὶ τῆς Σοφίας αὐτοῦ.
  46. ^ Tertullian. "Sundry Popular Fears and Prejudices. The Doctrine of the Trinity in Unity Rescued from These Misapprehensions". Against Praxeas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 November 2020. 
  47. ^ Hanson, Mark (30 December 2011). "Tracing the Thread of Trinitarian Thought from Ignatius to Origen". Maranatha Baptist Seminary. Diakses tanggal 30 September 2021. 
  48. ^ Norris, David (4 September 2009). "Moving Away from Orthodoxy". I AM: A Oneness Pentecostal Theology. Word Aflame Press. hlm. 161. ISBN 978-1565630000. 
  49. ^ Warner, Wayne (Spring 1983). "World-Wide Apostolic Faith Camp Meeting" (PDF). The Asseblies of God Archives. Asseblies of God Heritage. 
  50. ^ Blumhofer, Edith Waldvogel (1993). "Baptism and the Trinity". Restoring the Faith: The Assemblies of God, Pentecostalism, and American Culture. hlm. 127. ISBN 978-0-252-06281-0. 
  51. ^ a b "The Jesus Name Movement". www.apostolicarchives.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 November 2020. Diakses tanggal 19 November 2020. 
  52. ^ "Oneness Pentecostalism - ReligionFacts". religionfacts.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 Januari 2022. Diakses tanggal 9 Januari 2022. 
  53. ^ Reckart, Sr. Gary P. "Great Cloud Of Witnesses". Apostolic Theological Bible College. hlm. 124. 
  54. ^ Rabic, Jr., C. M.; Burgess; McGee. "John G. Schaepe". Dictionary of Pentecostal and Charismatic Movements. hlm. 768–769. 
  55. ^ Schaepe, J. (21 August 1917). "A Remarkable Testimony". Meat in Due Season: 4. 
  56. ^ Minute Book and Ministerial Record of the General Assembly of the Pentecostal Assemblies of the World. 1919–1920. hlm. 11. 
  57. ^ Bernard, David (1999). A History of Christian Doctrine, Jilid III: The Twentieth Century A.D. 1900–2000. Hazelwood, Missouri: Word Aflame Press. hlm. 87. ISBN 978-1567222210. 
  58. ^ Tyson, James L. (1992). The Early Pentecostal Revival. Hazelwood, Missouri: Word Aflame Press. hlm. 171. ISBN 0-932581-92-7. 
  59. ^ Bernard, David (1999). A History of Christian Doctrine 1900-2000 Jilid 3. Hazelwood, Missouri: Word Aflame Press. ISBN 0-932581-91-9. 
  60. ^ Andrew D. Urshan, Pentecost As It Was in the Early 1900s (oleh penulis, 1923; edisi revisi Portland, OR: ApostolicBook Publishers, 1981, 77)
  61. ^ The Life Story of Andrew Bar David Urshan: An Autobiography of the Author's First Forty Years (Apostolic Book Publishers, 1967), 102
  62. ^ Bell, E. N. (1915). "The Sad New Issue". Weekly Evangel (93): 3. 
  63. ^ Anderson, Robert (July 1, 1980). Vision of the Disinherited: The Making of American Pentecostalism. Oxford University Press. ISBN 978-1565630000. 
  64. ^ Johnston, Robin (24 September 2010). Howard A. Goss: A Pentecostal Life (dalam bahasa English). Word Aflame Press. ISBN 978-0757740299. 
  65. ^ Robeck, Cecil (2003). "An Emerging Magisterium? The Case of the Assemblies of God". Pneuma: The Journal of the Society for Pentecostal Studies. 25 (2): 164–215. doi:10.1163/157007403776113224. 
  66. ^ Clayton, Arthur L. "United We Stand," Pentecostal Publishing House, 1970, hlmn. 28-29
  67. ^ "The Pentecostal Ministerial Alliance (1925)". www.apostolicarchives.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 November 2020. Diakses tanggal 19 November 2020. 
  68. ^ "History of the Apostolic Church of Jesus Christ". ACJC International (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 November 2020. Diakses tanggal 19 November 2020. 
  69. ^ "About the UPCI". UPCI. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 November 2020. Diakses tanggal 16 April 2021. 
  70. ^ "Modalistic Monarchianism". Ligonier Ministries (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 November 18 2020. Diakses tanggal 19 November 2020. 
  71. ^ Vondey, Wolfgang (2013). Pentecostalism, A Guide for the Perplexed. Bloomsbury. hlm. 77. 
  72. ^ McRoberts, Kerry D. (2007). "The Holy Trinity". Dalam Horton, Stanley M. Systematic Theology. Springfield, MO: Logion. hlm. 173. 
  73. ^ Bernard, David (1993). The Oneness of God. Word Aflame Press. hlm. 10. ISBN 978-0-912315-12-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Februari 2008. 
  74. ^ Talmadge French, Our God is One, Voice and Vision Publishers, 1999, ISBN 978-1-888251-20-3.[halaman dibutuhkan]
  75. ^ Norris, David (4 September 2009). "Oneness Pentecostalism". I AM: A Oneness Pentecostal Theology. Word Aflame Press. hlm. 5. ISBN 978-1565630000. Di lain pihak, para penganut doktrin Keesaan menolak mentah-mentah pembedaan ontologis antaroknum "di dalam kewujudan Allah." 
  76. ^ "Oneness Pentecostalism: Heresy, Not Hairsplitting". Christian Research Institute. 10 June 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 November 2020. Diakses tanggal 19 November 2020. 
  77. ^ "Oneness Pentecostalism". ReligionFacts (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 November 2020. Diakses tanggal 19 November 2020. 
  78. ^ "The Truth About One God". United Pentecostal Church of Bay Point. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 Agustus 2015. Diakses tanggal 21 Agustus 2015. 
  79. ^ Norris, David (4 September 2009). "Epilogue". I AM: A Oneness Pentecostal Theology. Word Aflame Press. hlm. 238. ISBN 978-1565630000. Kadang-kadang orang akan mendengar seorang pengkhotbah Pentakosta, dengan nada yang kurang-lebih menggemakan kembali pengakuan iman Haywood, menyuarakan petikan penjelasan tentang Allah, bahwasanya "Dialah Bapa dalam penciptaan, Putra dalam penebusan, dan Roh Kudus dalam pengudusan." Namun maksudnya bukanlah (sebagaimana bukan pula maksud Haywood) bahwa ada semacam "dilasi" di mana Bapa menjadi Putra (tanpa sisa jejak kewujudan sebelumnya dan berhenti menjadi Bapa), kemudian Putra menjadi Roh Kudus (lalu berhenti menjadi Putra). 
  80. ^ Bernard, David (1 September 1988). A Handbook of Basic Doctrines. Word Aflame Press. ISBN 978-0932581372. 
  81. ^ Bernard, David (1993). "The Lord God and His Spirit". The Oneness of God. Word Aflame Press. ISBN 978-0-912315-12-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Februari 2008. 
  82. ^ McGrath, Alister E. (27 Mei 1990). Understanding the Trinity. Zondervan Academic. hlm. 130–1. ISBN 0310296811. 
  83. ^ Bernard, David (1993). "Trinitarianism: An Evaluation". The Oneness of God. Word Aflame Press. hlm. 287. ISBN 978-0-912315-12-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Februari 2008. Membicarakan Allah sebagai suatu kemajemukan oknum kian merusak konsep Allah yang Alkitabiah. Apa pun makna kata oknum dalam sejarah Gereja purba, dewasa ini kata tersebut secara definitif berkonotasi kemajemukan individu, kepribadian, pikiran, kehendak, dan tubuh. Malah dalam sejarah Gereja purba pun telah kami tunjukkan bahwa mayoritas umat beriman menganggapnya sebagai suatu penyimpangan dari monoteisme Alkitabiah. 
  84. ^ Bernard, David (1993). "Begotten Son or Eternal Son?". The Oneness of God. Word Aflame Press. ISBN 978-0-912315-12-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Februari 2008. 
  85. ^ a b Bernard, David (1993). The Oneness of God. Word Aflame Press. hlm. 60–61. ISBN 978-0-912315-12-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Februari 2008. 
  86. ^ Norris, David (4 September 2009). "The Man Who Preexisted". I AM: A Oneness Pentecostal Theology. Word Aflame Press. hlm. 161. ISBN 978-1565630000. ...dan tentu saja, Inkarnasi itu lain daripada yang lain, Inkarnasi itu unik, karena Inkarnasi diungkapkan di dalam seluruh ayat berikutnya. 
  87. ^ Bernard, David (1993). "Jesus is God". The Oneness of God. Word Aflame Press. hlm. 69–70. ISBN 978-0-912315-12-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Februari 2008. 
  88. ^ Dulle, Jason. "The Dual Nature of Christ". Institute for Biblical Studies. Diakses tanggal 6 November 2021. ...Kodrat-kodrat Yesus tidak pernah berkarya sendiri-sendiri secara terpisah satu dari yang lain. Kedua kodratnya wujud "tanpa pembauran, tanpa perubahan, tanpa pembelahan, tanpa pemisahan; perbedaan kedua kodrat itu sama sekali tidak ditiadakan oleh kemanunggalannya, malah unsur-unsur dari tiap kodrat dilanggengkan...." 
  89. ^ Bernard, David (1993). "Jesus is God". The Oneness of God. Word Aflame Press. hlm. 63–64. ISBN 978-0-912315-12-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Februari 2008. 
  90. ^ "Pentecostals and Sola Scriptura". Apostolic Theology (dalam bahasa Inggris). 30 October 2008. Diakses tanggal 13 April 2021. 
  91. ^ Raddatz, Tom (20 March 2005). "A Response to the Oneness-Trinity Debate". Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Maret 2005. Diakses tanggal 31 Maret 2009. 
  92. ^ Vondey, Wolfgang (2013). Pentecostalism, A Guide for the Perplexed. Bloomsbury. hlm. 84. ISBN 978-0567522269. 
  93. ^ a b Bernard, David (1999). A History of Christian Doctrine, Jilid Ketiga: The Twentieth Century A.D. 1900–2000. Hazelwood, MO: Word Aflame Press. hlm. 59. ISBN 978-1567222210. 
  94. ^ "Pentecostalism". BBC. 2 July 2009. Diakses tanggal 18 Oktober 2021. Gerakan Keesaan kadang-kadang disebut gereja-gereja "Yesus Saja", akan tetapi sebutan ini adalah nama yang agak merendahkan dan sepatutnya dihindari. 
  95. ^ Bernard, David (1993). "Trinitarianism: Definition and Historical Development". The Oneness of God. Word Aflame Press. hlm. 263. ISBN 978-0-912315-12-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Februari 2008. Tidak dapat dipungkiri bahwa tritungalisme Kristen berkembang selama beberapa abad sesudah Perjanjian Baru ditulis. 
  96. ^ "Plain Speaking About Nicaea and the Trinity". Watchtower Online Library. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 Januari 2022. Diakses tanggal 13 Januari 2022. 
  97. ^ "Should You Believe in the Trinity?". Jehovah's Witnesses. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 Januari 2022. Diakses tanggal 13 Januari 2022. 
  98. ^ "The Doctrine of the Trinity at Nicaea and Chalcedon". www.str.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 Januari 2022. Diakses tanggal 9 Januari 2022. 
  99. ^ Wayne, Luke (7 Januari 2017). "The Trinity before Nicea". Christian Apologetics & Research Ministry (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 Januari 2022. Diakses tanggal 9 Januari 2022. 
  100. ^ "Jehovah's Witnesses: Masters of Misquotation". Catholic Answers. Diakses tanggal 13 Januari 2022. 
  101. ^ Akin, Jimmy (1 Januari 1994). "Sabellianism". Catholic Answers. Diakses tanggal 13 April 2021. 
  102. ^ Lang, J. Stephen (1 April 2002). "'Jesus Only' Isn't Enough". ChristianityToday.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 November 2020. Diakses tanggal 19 November 2020. 
  103. ^ Grady, J. (June 1997). "The Other Pentecostals". Cult Education Institute. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 November 2020. Diakses tanggal 19 November 2020. 
  104. ^ S, Fred; On, Ers (3 May 2014). "Oneness Pentecostalism: An Analysis". The Scriptorium Daily (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 Januari 2022. Diakses tanggal 9 Januari 2022. 
  105. ^ Burgos Jr., Michael R., Against Oneness Pentecostalism: An Exegetical-Theological Critique, Edisi ke-2, (Winchester, CT: Church Militant Pub., 2016), ISBN 978-0692644065, 181-191; Hindson, Ed, Caner, Ergun (penyunting), The Popular Encyclopedia of Apologetics, (Eugene, OR: Harvest House Pub., 2008), 371-376, ISBN 978-0736920841; Nichols, Larry A., Mather, George A., Schmidt, Alvin J., Encyclopedic Dictionary of Cults, Sects, and World Religions, Edisi Revisi dan Pemutakhiran, (Grand Rapids: Zondervan, 2006), 221-225, ISBN 978-0310239543.
  106. ^ Ellis, J. Delano (2003). The Bishopric: A Handbook on Creating Episcopacy in the African-American Pentecostal Church (dalam bahasa Inggris). Trafford Publishing. ISBN 978-1-55395-848-2. Uskup Agung Schlossberg, yang berdiam di Yerusalem, Israel, mengutus Uskup Robert Woodward Burgess, II, keturunan dari "Arus (Gereja) Timur," yang sudah menerima tahbisan dari tangan Uskup Agung Schlossberg, ke Pertemuan Kudus Gereja-Gereja Masehi Pentakosta. Beliau diamanatkan untuk menolong kita dalam pentahbisan Dewan Penilik Jemaat Kedua kita dan untuk melimpahkan kepada tiap-tiap putra kita Suksesi Apostolik yang diidam-idamkan itu dari Arus Timur, sementara kita melimpahkan Suksesi yang sama dari Arus Barat. 
  107. ^ "Welcome to Province of St. Thomas". Diocese of St. Thomas (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 29 September 2021. 
  108. ^ a b Bernard, David (1993). "The Council of Nicea". The Oneness of God. Word Aflame Press. ISBN 978-0-912315-12-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Februari 2008. 
  109. ^ Misalhnya lih. "Exchanged Life Outreach". Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 Juli 2011. Diakses tanggal 20 Mei 2009.  Lih. di bawah judul "Oneness Doctrine;" khotbah ini secara langsung menuduh teolog Dr. David Bernard, Pelaksana Umum Gereja Persatuan Pentakosta, seorang penganjur Pentakostalisme Keesaan yang terkemuka, mengajarkan Arianisme.
  110. ^ Bernard, David (1988). "Only through faith in Jesus Christ". A Handbook of Basic Doctrines. Word Aflame Press. hlm. 31–32. 
  111. ^ Bernard, David (1988). "Salvation is through faith". A Handbook of Basic Doctrines. Word Aflame Press. hlm. 31–5. 
  112. ^ Bernard, David. "Those Who Profess Christ". The New Birth. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 March 2009. 
  113. ^ "The Hidden Cult of Oneness Pentecostalism". www.marketfaith.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 November 2020. Diakses tanggal 19 November 2020. 
  114. ^ "Church of our Lord Jesus Christ Statement of Faith". Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 Agustus 2012. 
  115. ^ "Doctrine Statement". ALJC. Diakses tanggal 5 Maret 2015. 
  116. ^ "Articles of Faith". Manual, United Pentecostal Church International (PDF). 2017. hlm. 33. Diakses tanggal 13 Januari 2022. 
  117. ^ a b Lih. "Rumusan Baptis Dalam Nama Yesus" dan "Rumusan Baptis di dalam Matius 28:19" dalam David Bernard, A Handbook of Basic Doctrines, Word Aflame Press, 1988, hlmn. 43-45.
  118. ^ a b Bernard, David. "The Singular Name". The New Birth. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 Maret 2009. 
  119. ^ Bernard, David (1993). "Father, Son, and Holy Ghost". The Oneness of God. Word Aflame Press. hlm. 136–137. ISBN 978-0-912315-12-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Februari 2008. Di dalam nas ini, Yesus mengamanatkan kepada murid-muridnya supaya membaptis “dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus.” Meskipun demikian, nas Kitab Suci ini tidak mengajarkan bahwa Bapa, Putra, dan Roh Kudus adalah tiga oknum terpisah. Nas ini justru mengajarkan bahwa gelar Bapa, gelar Putra, dan gelar Roh Kudus memiliki satu nama dan oleh karena itu adalah satu wujud. Nas tersebut jelas-jelas mengatakan “dalam nama,” bukan “dalam nama-nama.” ... Yehuwah atau Yahweh adalah nama Allah yang diwahyukan di dalam Perjanjian Lama, tetapi Yesus adalah nama Allah yang diwahyukan di dalam Perjanjian Baru ... Baik Bapa, Putra, maupun Roh Kudus menyifatkan Allah yang satu, jadi frasa di dalam Matius 28:19 semata-mata menyifatkan satu nama dari satu Allah. Perjanjian Lama berjanji bahwa suatu masa kelak Yehuwah akan memiliki satu nama dan bahwa manusia akan mengenal Allah dengan nama yang satu ini (Zakharia 14ː9, Yesaya 52:6). Kita ketahui bahwa nama yang satu itu di dalam Matius 28:19 adalah Yesus, karena Yesus adalah nama Bapa (Yohanes 5:43, Ibrani 1:4), Putra (Matius 1ː21), maupun Roh Kudus (Yohanes 14:26). 
  120. ^ "Matthew 28:19 Corruption | The Apostolic Voice". www.teliacarriermap.com. Diakses tanggal 13 April 2021. 
  121. ^ Valiant, Brendan (22 February 2018). "Historical Evidence in favour of Matthew 28:19 and Response to Claims of Inauthenticity". As It Reads (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-26. Diakses tanggal 13 April 2021. 
  122. ^ Willis, Clinton D. "A Collection of Evidence Against the Traditional Wording of Matthew 28:19". Institute for Biblical Studies. Diakses tanggal 6 Januari 2022. 
  123. ^ Burgos Jr., Michael R. (2016). Against Oneness Pentecostalism, Edisi ke-2. Winchester, CT: Church Militant Pub. hlm. 101–112. 
  124. ^ Kilmon, Bobby (14 October 2021). "Is the longer reading of Matthew 28:19 a trinitarian Insertion? Should the text read "in my name" instead of "in the name of the Father, and of the Son, and of the Holy Ghost"?". IBC Perspectives. Indiana Bible College. Diakses tanggal 18 Oktober 2021. 
  125. ^ Schoolcraft, Ron (11 July 2009). "The Name in Matthew 28:19". Apostolic Information Service. Diakses tanggal 13 April 2021. 
  126. ^ Arnold, William. "Baptism in Jesus' Name". Institute for Biblical Studies. Diakses tanggal 7 November 2021. 
  127. ^ "History of Baptism in Jesus' Name". Apostolic Archives International Inc. Diakses tanggal 7 November 2021. 
  128. ^ Trapasso, Michael (8 October 2009). "History Authenticates That the Early Church Baptized In The Name of Jesus: Part V". Apostolic Information Service (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 9 Januari 2022. 
  129. ^ Norris, David (4 September 2009). I AM: A Oneness Pentecostal Theology. Word Aflame Press. hlm. 193. ISBN 978-1565630000. 
  130. ^ O'Loughlin, Thomas (15 February 2011). The Didache: A window on the earliest Christians (dalam bahasa Inggris). SPCK. ISBN 978-0-281-06493-9. 
  131. ^ "The Didache". Catholic Encyclopedia. New Advent. Diakses tanggal 7 November 2021. Bagian ini (vii-x) dibuka dengan taklimat seputar baptisan, yang harus dilaksanakan "dalam Nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus" di dalam air mengalir apabila keadaan memungkinkan, tetapi apabila keadaan tidak memungkinkan, di dalam genangan air dingin atau hangat. 
  132. ^ Brickley, Ralph (24 October 2018). "Schisms: Baptism in Jesus Name or…". DivideTheWord.blog (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 November 2021. Diakses tanggal 7 November 2021. Hatta berkenaan dengan pembaptisan, baptislah sebagai berikut: Sesudah pertama-tama mengajarkan semua perkara ini, baptislah kamu ke dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus, di dalam air mengalir. Apabila tidak ada pada kamu air yang mengalir, baptislah ke dalam air lain. Jika tidak dapat kamu lakukan di dalam air dingin, lakukanlah di dalam air hangat. Namun apabila kedua-duanya tidak ada pada kamu, tuanglah [air] tiga kali ke atas kepala dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus. 
  133. ^ Ritchie, Steven (22 October 2016). "The Didache – Can We Trust It?". Apostolic Christian Faith (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 Januari 2022. Diakses tanggal 9 Januari 2022. Yang Secara Keliru Disebut “Ajaran Kedua Belas Rasul.” Satu-satunya naskah Didakhe (yang berarti “Ajaran”) yang ada pada kita ditemukan pada tahun 1873 di Konstantnopel (sekarang di Turki). Naskah itu ditandatangani dengan kalimat, “Leon, notaris dan pendosa,” dan memuat tarikh 1056 M. 
  134. ^ "Didache", Catholic Encyclopedia, 4, diakses tanggal 12 Januari 2022, Naskah itu ditemukan kembali pada tahun 1883 oleh Brienios, Metropolit Ortodoks Yunani Nikomedia, di dalam sebuah kodeks yang darinya, pada tahun 1875, telah ia terbitkan isi lengkap Surat-Surat Santo Klemens. Judul yang tercantum di dalam naskah tersebut adalah Didakhe kiriou dia ton dodeka apostolon etesin, tetapi sebelum judul tersebut tertera tajuk Didakhe ton dodeka apostolon. Di dalam terjemahannya ke dalam bahasa Latin Lama, yakni naskah cc. i-v, yang ditemukan oleh Dr. J. Schlecht pada tahun 1900, tercantum judul yang lebih panjang, tetapi meniadakan frasa "kedua belas" dan memuat rubrik De doctrin' Apostolorum. 
  135. ^ "Must baptism be "in Jesus' name"?". Christian Apologetics & Research Ministry (dalam bahasa Inggris). 8 December 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 Januari 2022. Diakses tanggal 9 Januari 2022. 
  136. ^ Bernard, David (1993). "Father, Son, and Holy Ghost". The Oneness of God. Word Aflame Press. hlm. 137–138. ISBN 978-0-912315-12-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 Februari 2008. Kisah Para Rasul 22:16 berbunyi “bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!” Di dalam Alkitab Amplifikasi, kalimat tersebut berbunyi “bangunlah, berilah dirimu dibaptis, dan dengan berseru kepada nama-Nya dosa-dosamu disucikan.” Alkitab Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Inggris menggunakan frasa “invoking the name” (menyeru nama itu). Oleh karena itu, ayat Kitab Suci ini menunjukkan bahwa nama Yesus diseru secara lisan pada saat pembaptisan. Yakobus 2:7 berbunyi “bukankah mereka yang menghujat Nama yang mulia, yang oleh-Nya kamu menjadi milik Allah?” Tatanan kalimatnya dalam bahasa Yunani menunjukkan bahwa nama tersebut diseru atas umat Kristen pada suatu waktu tertentu. Di dalam Alkitab Amplifikasi, kalimat tersebut berbunyi “bukankah mereka yang menghujat Nama yang mulia, yang oleh-Nya kamu dikhususkan dan dipanggil [nama Kristus diseru pada waktu pembaptisan]?” (tanda kurung sesuai aslinya). Sebagai contoh dari apa yang dimaksud dengan “dalam nama Yesus”, kita hanya perlu membaca riwayat penyembuhan orang lumpuh pada bab 3 Kisah Para Rasul. Yesus mengajarkan amalan menyeru nama-Nya pada saat mendoakan orang sakit (Markus 16:17–18), dan Petrus mengatakan bahwa orang lumpuh itu disembuhkan dalam nama Yesus (Kisah Para Rasul 4:10). Seperti apa kejadiannya? Petrus memang melisankan kalimat “dalam nama Yesus Kristus” (Kisah Para Rasul 3:6). Nama Yesus yang diseru dengan penuh keimanan itulah yang mendatangkan kesembuhan. Nama Yesus menandakan kuasa atau kewenangan-Nya, tetapi pemakaian nama Yesus sebagai tanda kuasa atau kewenangan-Nya tersebut tidak terlepas dari kenyataan bahwa Petrus secara lisan menyeru nama Yesus demi mendatangkan kesembuhan. 
  137. ^ Arnold III, William. "More On Baptism In Jesus' Name". Institute for Biblical Studies. Diakses tanggal 12 Januari 2022. Yesuslah yang secara langsung mengamanatkan kepada para murid untuk pergi dan membaptis orang, dan mereka pun pergi "mewakili-Nya," atau "dalam nama-Nya." Yesus juga mengutus mereka untuk menyembuhkan orang dan mengerjakan mukjizat-mukjizat. Ketika Petrus menyembuhkan orang di Gerbang Indah dalam nama Yesus, Kitab Suci memberitahukan kepada kita bahwa ia memang benar-benar melisankan kalimat "dalam nama Yesus Kristus" selagi melakukannya (Kisah Para Rasul 3:6). Bahkan umat Kristen berakidah Tritunggal pada saat mendoakan orang sakit pun mengucapkan kalimat "dalam nama Yesus." Mereka sadar sedang melakukannya "mewakili" atau "dalam nama" Kristus. Mengapa pula baptisan harus beda? Yesus mengatakan bahwa bilamana berdoa, haruslah kita memohon kepada Bapa di dalam nama-Nya (Yohanes 14:13; Yohanes 15:16 15:16; Yohanes 16:23 16:23, Yohanes 16:26 26). Itulah sebabnya bilamana berdoa, banyak orang Kristen mengakhirinya dengan berucap "dalam nama Yesus." 
  138. ^ a b Bernard, David (1988). "The Baptism of the Holy Ghost: Promise and Command". A Handbook of Basic Doctrines. Word Aflame. hlm. 45–6. 
  139. ^ a b Bernard, David (1988). "Holiness and Christian Living". A Handbook of Basic Doctrines. Word Aflame. hlm. 61–100. 
  140. ^ Goss, Ethel E. (1977). The Winds of God: The Story of the Early Pentecostal Movement (1901-1914) in the Life of Howard A. Goss. Word Aflame. ISBN 978-0-912315-26-3. 
  141. ^ Lih. Davis, Tal. "Oneness Pentecostalism". North American Mission Board. Diakses tanggal 9 Juni 2011.  sebagai salah satu contoh situs web yang menuding jemaat-jemaat Pentakosta Keesaan sebagai penganut paham legalisme.
  142. ^ Merlan, Anna (18 October 2012). "Apocalypse Now(ish): Irvin Baxter's End Times Empire". Dallas Observer. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-08-08. Diakses tanggal 30 Juni 2021. 
  143. ^ McFarlan Miller, Emily (30 September 2015). "What's an Apostolic Christian and why is Kim Davis's hair so long?". Washington Post. Diakses tanggal 1 March 2018. 
  144. ^ Vinson Synan (2001). Century Of The Holy Spirit: 100 Years Of Pentecostal And Charismatic Renewal, 1901-2001. Thomas Nelson. hlm. 462. ISBN 978-0785245506. 
  145. ^ a b Murphy, Melton and Ward, ed. (1993). Encyclopedia of African American Religions. Routledge. hlm. 591. ISBN 978-0815305002. 
  146. ^ Melton and Baumann, ed. (2010). Religions of the World: A Comprehensive Encyclopedia of Beliefs and Practices. ABC-CLIO. hlm. 716. ISBN 978-1598842036. 
  147. ^ "Ethiopia: First Lady Roman Tesfaye (Profil)". Kweschn. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 November 2014. Diakses tanggal 5 Maret 2015. 
  148. ^ "Some Christian Bookstores Pull Best Sellers by Author Tommy Tenney". Charisma. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-18. Diakses tanggal 10 Juli 2014. 
  149. ^ "Bishop J. Delano Ellis II Biography". J.D. Ellis Ministries (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 20 September 2020. 

Bahan bacaan lanjutan

sunting