Taman Nasional Way Kambas
Taman Nasional Way Kambas (TNWK) adalah taman nasional perlindungan gajah yang terletak di daerah Lampung tepatnya di Kecamatan Labuhan Ratu, Lampung Timur, Indonesia. Selain di Way Kambas, sekolah gajah (Pusat Latihan Gajah) juga bisa ditemui di Minas, Riau. Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) yang hidup di kawasan ini semakin berkurang jumlahnya.
Taman Nasional Way Kambas | |
---|---|
IUCN Kategori II (Taman Nasional) | |
Lokasi TNWK di Sumatra | |
Letak | Kabupaten Lampung Timur, Lampung, Sumatra, Indonesia |
Kota terdekat | Bandar Lampung Metro |
Koordinat | 4°55′S 105°45′E / 4.917°S 105.750°E |
Luas | 1.300 km2[1] |
Didirikan | 1989[1] |
Pengunjung | 2.553 (tahun 2007[2]) |
Pihak pengelola | Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia |
Taman Nasional Way Kambas berdiri pada tahun 1985 merupakan sekolah gajah pertama di Indonesia. Awalnya, sekolah gajah bernama Pusat Latihan Gajah (PLG) namun setelah beberapa tahun terakhir namanya berubah menjadi Pusat Konservasi Gajah (PKG) yang diharapkan mampu menjadi pusat konservasi gajah dalam penjinakan, pelatihan, perkembangbiakan dan konservasi. Hingga sekarang PKG ini telah melatih sekitar 300 ekor gajah yang sudah disebar ke seluruh penjuru Tanah Air. Di Way Kambas juga terdapat International Rhino Foundation yang bertugas menjaga spesies badak agar tidak terancam punah.
Sejarah dan Status Kawasan
suntingSejarah Taman Nasional Way Kambas adalah satu dari dua kawasan konservasi yang berbentuk taman nasional di Provinsi Lampung selain Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 670/Kpts-II/1999 tanggal 26 Agustus 1999, kawasan TNWK mempunyai luas lebih kurang 125,631.31 ha.
Secara geografis Taman Nasional Way Kambas terletak antara 40°37’ – 50°16’ Lintang Selatan dan antara 105°33’ – 105°54’ Bujur Timur. Berada di bagian tenggara Pulau Sumatera di wilayah Provinsi Lampung. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas dan Cabang disisihkan sebagai daerah hutan lindung, bersama-sama dengan beberapa daerah hutan yang tergabung didalamnya.
Berdasarkan sejarah pendirian kawasan pelestarian alam Way Kambas dimulai sejak tahun 1936 oleh Resident Lampung, Mr. Rookmaker, dan disusul dengan Surat Keputusan Gubernur Belanda tanggal 26 Januari 1937 Stbl 1937 Nomor 38.
Pada tahun 1978 Suaka Margasatwa Way Kambas diubah menjadi Kawasan Pelestarian Alam (KPA) oleh Menteri Pertanian dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 429/Kpts-7/1978 tanggal 10 Juli 1978 dan dikelola oleh Sub Balai Kawasan Pelestarian Alam (SBKPA).
Kawasan Pelestarian Alam diubah menjadi Kawasan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) yang dikelola oleh SBKSDA dengan luas 130,000 ha. Pada tahun 1985 dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 177/Kpts-II/1985 tanggal 12 Oktober 1985. Pada tanggal 1 April 1989 bertepatan dengan Pekan Konservasi Nasional di Kaliurang Yogyakarta, dideklarasikan sebagai Kawasan Taman Nasional Way Kambas berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 444/Menhut-II/1989 tanggal 1 April 1989 dengan luas 130,000 ha.
Kemudian pada tahun 1991 atas dasar Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor 144/Kpts/II/1991 tanggal 13 Maret 1991 dinyatakan sebagai Taman Nasional Way Kambas, dimana pengelolaannya oleh Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Way Kambas yang bertanggungjawab langsung kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam II Tanjung Karang. Dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 185/Kpts-II/1997 tanggal 13 maret 1997 dimana Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Way Kambas dinyatakan sebagai Balai Taman Nasional Way Kambas.[3]
Sejarah Alasan ditetapkannya kawasan tersebut sebagai kawasan pelestarian alam, adalah untuk melindungi kawasan yang kaya akan berbagai satwa liar, diantaranya adalah tapir (Tapirus indicus), Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), enam jenis primata, rusa sambar (Cervus unicolor), kijang (Muntiacus muntjak), harimau Sumatera (Panthera tigris), beruang madu.[4]
Bahkan saat ini Taman Nasional Way Kambas ditetapkan sebagai kawasan Taman Warisan ASEAN (ASEAN Heritage Park). Penetapan ini menjadikan TNWK sebagai Taman Warisan ASEAN ke-4 di Indonesia atau ke-36 di Asia Tenggara.[5][6][7]
Ekosistem dan tipe ekosistem
suntingTaman nasional way kambas Berada pada ketinggian antara 0—50 mdpl dengan topografi datar sampai dengan landai, kawasan ini mempunyai 4 (empat) tipe ekosistem utama yaitu:
- Ekosistem hutan hujan dataran rendah mendominasi di daerah sebelah barat kawasan. Daerah ini terletak pada daerah yang paling tinggi dibandingkan dengan lain. Jenis yang mendominasi adalah meranti (Shorea sp), rengas (Gluta renghas), keruing (Dipterocarpus sp), puspa (Schima walichii).
- Ekosistem riparian di way kambas bukan ekosistem lazim yang telah dikenal selama ini. Ekosistem ini berada pada zona peralihan antara air dan darat, sehingga belum dikategorikan kedalam ekosistem yang ada.
- Ekosistem hutan pantai di way kambas atau lebih dikenal pantai saja, ini dicirikan dengan kondisi lingkungan yang terletak di dekat laut namun tidak mendapat genangan baik air laut dan tawar. Dengan jenis tanah biasanya didominasi oleh pasir. Ekosistem hutan pantai ini khususnya terletak di sepanjang pantai timur TN Way Kambas. Salah satu penciri hutan pantai antara lain ketapang (Terminalia cattapa), cemara laut (Casuarina equisetifolia).
- Ekosistem hutan mangrove/payau di way kambas terletak disekitar pantai dimana terdapat pergantian/salinasi antara air asin dan tawar secara teratur. Umumnya terletak disepanjang pantai timur kawasan TN Way Kambas. Ekosistem ini mempunyai peran atau manfaat nyata dalam mendukung sumber kehidupan manusia. Sebagai tempat hidup dan berkembang biak bagi jenis-jenis ikan dan udang laut.[8]
Flora dan Fauna
suntingDi Taman Nasional Way Kambas ini terdapat hewan yang hampir punah di antaranya Badak sumatera, Gajah Sumatra, Harimau sumatera, Mentok Rimba, Buaya sepit, Kijang, Tapir, Rusa dan Beruang Madu. Jenis-jenis primata seperti lutung, Owa, siamang, dan lain-lain. Di bagian pesisir sering ditemukan berbagai jenis burung antara lain Bangau Tongtong, Sempidan Biru, Kuau raja, Burung Pependang Timur, dan beberapa burung lainnya.[9]
Untuk tanaman banyak diketemukan Api-api, Pidada, Nipah, pandan.
Referensi
sunting- ^ a b "World Database on Protected Areas: Record of Way Kambas National Park". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-30. Diakses tanggal 2015-10-30.
- ^ Forestry statistics of Indonesia 2007 Diarsipkan 2013-04-05 di Wayback Machine., diakses 20 Mei 2010
- ^ Admin. "Sejarah Taman Nasional Way Kambas". waykambas.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-06-08.
- ^ https://waykambas.org/sejarah-taman-nasional-way-kambas/
- ^ "ASEAN Heritage Parks". chm.aseanbiodiversity.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-03. Diakses tanggal 2020-06-08.
- ^ Lampung, Diskominfotik Provinsi. "Way Kambas Resmi Ditetapkan Sebagai ASEAN Heritage Park - Way Kambas Resmi Ditetapkan Sebagai ASEAN Heritage Park". Provinsi Lampung (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-06-08.
- ^ "Taman Nasional Way Kambas Ditetapkan Jadi Taman Warisan ASEAN - National Geographic". nationalgeographic.grid.id. Diakses tanggal 2020-06-08.
- ^ Admin. "Ekosistem Hutan Way kambas". waykambas.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-06-08.
- ^ Admin. "Potensi Fauna TNWK". waykambas.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-06-08.