Laporan Magang Eky
Laporan Magang Eky
Laporan Magang Eky
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya terutama pada sumber daya minyak dan gas bumi. Pada masa sekarang permintaan minyak dan gas bumi sangat besar baik dari dalam negeri maupun luar negeri sehingga dibutuhkan produksi minyak dan gas bumi secara tepat dan efisiensiguna memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam hal ini, salah satu perusahan minyak dan gas yang cukup berperan dalam mengatasin kebutuhan minyak dan gas bumi di Indonesia yaitu PT. PERTAMINA EP Field Limau. Perusahaan ini bergerak dibidang produksi minyak dan gas dengan mengunakan berbagai macam teknologi yang digunakan untuk menunjang proses produksi minyak dan gas bumi. Dalam hal iniperusahaan dituntut untuk memiliki kinerja yang tinggi terutama dalam sumber daya manusianya agar perusahaan tersebut dapat terus berkembang dan maju serta dapat tercapai visi dan misi perusahaan sehingga perusahaan dapat terus bersaing dalam pasar global. Dalam tulisan ini penulis akan membahas permasalahan mengenai perawatan dan perbaikan valve positioner pada control valve di unit produksi PT. PERTAMINA EP Field Limau, hal ini sesuai dengan permasalahan yang penulis temukan, selama melakukan praktek kerja lapangan di
1.2 1.2.1
TUJUAN DAN MANFAAT Tujuan Tujuan dilakukannya pengkajian valve positioner yaitu :
1. Meningkatkan efisiensi kinerja control valve 2. Sebagai bahan studi perbandingan antara teori dan praktek kerja dilapangan khususnya pada valve positioner.
1.2.2
Manfaat Manfaat yang bisa diperoleh jika valve positioner bekerja dengan baik
yaitu : 1. 2. 3. Mengurangi perawatan Menurunkan waktu penghentian operasi. Meningkatkan kinerja control valve
1.3
RUMUSAN MASALAH Rumusan Masalah dalam laporan ini adalah komponen, kapasitas,
1.4
METODE PENELITIAN Adapun metode peelitian yang di gunakan selama peyusunan laporan ini
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 2.1.1 PT PERTAMINA (PERSERO) Sejarah PT PERTAMINA (PERSERO) PT Minyak Pertamina dan Gas (Persero) dahulu Bumi Negara bernama Perusahaan Pertambangan bertugas
adalah
mengelola penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia. Pertamina pernah mempunyai monopoli pendirian SPBU di Indonesia, namun monopoli tersebut telah dihapuskan pemerintah pada tahun 2001. Perusahaan ini juga mengoperasikan 7 kilang minyak dengan kapasitas total 1.051,7 MBSD, pabrik petrokimia dengan kapasitas total 1.507.950 ton per tahun dan pabrik LPG dengan kapasitas total 102,3 juta ton per tahun. Pertamina adalah hasil gabungan didirikan pada dari tanggal 10
Desember 1957. Penggabungan ini terjadi pada 1968. Kegiatan Pertamina dalam menyelenggarakan usaha di bidang energi dan petrokimia, terbagi ke dalam sektor Hulu dan Hilir, serta ditunjang oleh kegiatan anak-anak perusahaan dan perusahaan patungan. 2.1.2 Direktur Utama Direktur Agustiawan yang utama (Dirut) oleh yang menjabat saat ini adalah Karen Djalil pada 5
dilantik
Menneg
BUMN Syofan
Februari 2009 menggantikan Dirut yang lama Ari Hernanto Soemarno. Pelantikan Karen Agustiawan ini mencatat sejarah penting karena ia menjadi wanita pertama yang berhasil menduduki posisi puncak di perusahaan BUMN terbesar milik Indonesia itu.
Masa Jabatan Direktur Utama adalah 3 tahun.Berikut adalah daftar Direktur Utama Pertamina:
No Nama
Soegijanto
1996
1998
Martiono Hadianto
1998
2000
Baihaki Hakim
2000
2003
Ariffi Nawawi
2003
2004
Widya Purnama
2004
2006
2009
Karen Agustiawan
2009
2012
Tabel 2.1 Direktur Utama PT PERTAMINA (PERSERO) 2.1.3 Pertamina Hulu Kegiatan usaha Pertamina Hulu meliputi eksplorasi dan
produksi minyak, gas, dan panas bumi. Untuk kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas dilakukan di beberapa wilayah Indonesia maupun di luar negeri. Pengusahaan di dalam negeri dikerjakan oleh PERTAMINA Hulu dan melalui kerjasama dengan mitra sedangkan untuk pengusahaan di luar negeri dilakukan Politeknik Negeri Sriwijaya
melalui aliansi strategis bersama dengan mitra. Berbeda dengan kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi, kegiatan eksplorasi dan produksi panas bumi masih dilakukan di dalam negeri. Untuk mendukung kegiatan intinya, PERTAMINA Hulu juga memiliki usaha di bidang pemboran minyak dan gas. A. PT PERTAMINA EP (Eksplorasi Produksi) Sebagai tindak lanjut dari UU Migas No. 22 tahun 2001, pada tanggal 13 September 2005 dibentuk PT Pertamina EP yang merupakan anak perusahaan PT PERTAMINA (PERSERO) yang bergerak di sektor hulu minyak dan gas untuk mengelola Wilayah Kuasa Pertambangan (WKP) PERTAMINA kecuali untuk Blok Cepu dan Blok Randu Gunting. Kegiatan eksplorasi ditujukan untuk mendapatkan penemuan
cadangan migas baru sebagai pengganti hidrokarbon yang telah diproduksikan. Upaya ini dilakukan untuk menjaga agar kesinambungan produksi migas dapat terus dipertahankan. Pengusahaan minyak dan gas melalui operasi sendiri dilakukan di 7 (tujuh) Daerah Operasi Hulu (DOH). Ketujuh daerah operasi tersebut adalah DOH Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) Sumatra Bagian Utara yang berpusat di Rantau, DOH Sumatra Bagian Tengah berpusat di Jambi, DOH Sumatra Bagian Selatan berpusat di Prabumulih, DOH Jawa Bagian Barat berpusat di Cirebon, DOH Jawa Bagian Timur berpusat di Cepu, DOH Kalimantan berpusat di Balikpapan, dan DOH Papua berpusat di Sorong. B. Perusahaan Patungan Aktivitas eksplorasi dan produksi dilakukan melalui operasi sendiri dan konsep kemitraan dengan pihak ketiga. Pola kemitraan dalam bidang minyak dan gas berupa JOB-EOR (Joint Operating Body for Enhanced Oil Recovery), JOBPSC (Joint Operating Body for Production Sharing Contract), TAC (Technical Assistance Contract), BOB (Badan Operasi Bersama), penyertaan berupa IP (Indonesian Participation) dan PPI (Pertamina Participating Interest), serta proyek
pinjaman; sedangkan pengusahaan panasbumi berbentuk JOC (Joint Operating Contract). Sampai akhir tahun 2004 jumlah kontrak pengusahaan migas bersama dengan mitra sebanyak 92 kontrak yang terdiri dari 6 JOB-ER, 15 JOB-PSC, 44 TAC, 27 IP/PPI (termasuk BOB-CPP) dan 5 proyek loan. Sedangkan untuk bidang panas bumi terdapat 8 JOC. Saat ini DOH yang dulu digabung menjadi 3 region, yaitu Region Sumatera berusat di Prabumulih: Region Jawa di Cirebon dan Region KTI (Kawasan Timur Indonesia) dengan pusatnya di Balikpapan. C. Panas Bumi Pengusahaan bidang panas bumi dilakukan di 3 (tiga) area panas bumi dengan total kapasitas terpasang sebesar 162 MW. Ketiga Area Panas Bumi tersebut adalah Area Sibayak (2 MW) diSumatera Utara, Kamojang (140 MW) di Jawa Barat dan Lahendong (20 MW) di Sulawesi Utara. D. Pengembangan Usaha Dalam hal pengembangan usaha, Pertamina telah mulai mengembangkan usahanya baik di dalam dan luar negeri melalui aliansi strategis dengan mitra. Pertamina juga memiliki usaha yang prospektif di bidang jasa pemboran minyak dan gas melalui Pertamina Drilling Service (PDS) yang memiliki 26 unit rig pemboran serta anak perusahaan PT Usayana yang memiliki 7 rig pemboran. Dalam kegiatan transmisi gas, Pertamina memiliki jaringan pipa gas dengan panjang total 3800 km dan 64 stasiun kompresor. 2.1.4 Pertamina Hilir Kegiatan usaha PERTAMINA Hilir meliputi pengolahan, pemasaran & niaga dan perkapalan serta distribusi produk Hilir baik di dalam maupun keluar negeri yang berasal dari kilang PERTAMINA maupun impor yang didukung oleh sarana transportasi darat dan laut. Usaha hilir merupakan integrasi Usaha Pengolahan, Usaha Pemasaran, Usaha Niaga, dan Usaha Perkapalan.
A. a.
Pengolahan Kilang Minyak Bidang Pengolahan mempunyai 7 unit kilang dengan kapasitas total
1.041,20 Ribu Barrel. Beberapa kilang minyak terintegrasi dengan kilang Petrokimia dan memproduksi NBBM. Ketujuh Kilang minyak tersebut terdiri dari :
Unit Pengolahan I di Pangkalan Brandan - Sumatera Utara (ditutup pada Januari 2007)
Unit Pengolahan II di Dumai - Riau Unit Pengolahan III di Plaju-Sei Gerong Palembang - Sumatera Selatan Unit Pengolahan IV di Cilacap - Jawa Tengah Unit Pengolahan V di Balikpapan - Kalimantan Timur Unit Pengolahan VI di Balongan Indramayu - Jawa Barat Unit Pengolahan VII di Sorong - Papua Kilang LNG Disamping kilang minyak, PERTAMINA Hilir mempunyai kilang LNG
b.
di Arun, Aceh dan di Bontang, Kalimantan Timur. Kilang LNG Arun dengan 6 train dan LNG Badak di Bontang dengan 8 train. Kapasitas LNG Arun sebesar 12,5 Juta Ton sedangkan LNG Badak 22,5 Juta Ton per tahun. Beberapa Kilang tersebut juga menghasilkan LPG, seperti di Pangkalan Brandan, Dumai, Plaju, Cilacap, Balikpapan, Balongan, Donggi, Senoro dan Mundu. Kilang Cilacap adalah satu-satunya penghasil lube base oil dengan grade HVI- 60, HVI 95, HVI -160 S dan HVI 650. Produksi lube base ini disalurkan ke Lube Oil Blending Plant (LOBP) untuk diproduksi menjadi produk pelumas dan kelebihannya diekspor. Politeknik Negeri Sriwijaya
B.
BioPertamax, Pertamax Pertamax Plus BioPremium, Premium, Solar, Bio Solar, Pertamina DEX Kerosine 90, HVI 160, Lube Base, Green
Gas : Elpiji, Bahan Bakar Gas (BBG), Vigas, LPG, CNG, Musicool Pelumas :
Fastron adalah minyak lumas mesin kendaraan dengan bahan dasar semi synthetic
Prima XP SAE 20W - 50 adalah pelumas produksi Pertamina untuk mesin bensin
Mesran Super SAE 20W-50 adalah pelumas mesin bensin Mesrania 2T Super-X adalah pelumas mesin bensin dua langkah yang berpendingin air seperti mesin tempel atau speed boat. Pelumas ini diproduksi oleh Pertamina. Juga cocok untuk penggunaan pada motor tempel yang lebih kecil dan mesin ketam, mesin gergaji, bajaj dan bemo.
2T
Tak
dengan
bahan
bakar bensin juga pelumas semi sintetis yang dibuat dari bahan dasar pelumas mineral ditambah Isobutylene. bahan dasar untuk pelumas digunakan sintetis Poly pada mesin
Direkomendasikan
kendaraan 2 Tak berbahan bakar bensin dengan pendingin udara. Kendaraan-kendaran 2 Tak buatan Jepang
dapat
juga
digunakan untuk mesin gergaji (chain saw) dan mesin potong rumput.
Enduro 4T Meditran Rored Petrokimia : Pure Teraphithalic Acid (PTA), Paraxyline, Benzene. Propylite. Sulfur
2.1.5 A.
Gambar 2.1 Logo lama PT PERTAMINA (PERSERO) Logo lama PT PERTAMINA (PERSERO) selama 35 tahun sebelum digantikan logo baru pada 10 Desember2005. B. Logo Baru PT PERTAMINA (PERSERO)
10
2.2 2.2.1
PT PERTAMINA EP Field Limau Sejarah Singkat PERTAMINA EP Field Limau Lapangan produksi Limau Barat merupakan salah satu aset PERTAMINA
Region Sumatera yang terletak di kecamatan Rambang Dangku, Muara Enim. Pada Tahun 1989 telah di tanda tanagani kontrrak kontrak kerja antara UEP Prabumulih pada waktu itu dengan perusahhaan minyak Husky Oil yang berpusat di Canada yang wilayah kerjanya terletak di lapangan Limau Barat. Lapangan ini berpusat di kecamatan Rambang Dangku, kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan yang pengolahannya dikerjakan secara Joint Operating Body (JOB) . Pada tahun 1992 wilayah operasi produksi JOB-Husky Oil Limau bertambah, yaitu : Lapangan Limau Timur Lapangan Belimbing Lapangan Karangan Lapangan Krayan
Yang luasnya meliputi 3 kecamatan yaitu : Rambang Dangku Rambang Lubai Gunung Megang
Dengan sistem pembagian hasil produksi yang sama. Kemudian pada tanggal 1 Juli 1997 JOB Pertamina Husky Limau menjual sahamnya kepada JOB Pertamina Seaunion Energi (Limau) Ltd. Produksi puncak terjadi pada tahun 1998 sebesar 8000 BOPD.
11
Pada tahun 2005 JOB Pertamina Seaurion Energi (Limau) berubah menjadi Unit Bisnis Pertamina EP Limau yang sebelumnya di pegang oleh IPOA selama setahun sebagai masa transisi. 2.2.2 Struktur Organisasi PT. Pertamina EP Field Limau PT. Pertamina EP Field Limau dikepalai oleh General Manager yang membawahi 4 manager, manager tersebut antara lain Manager operasi, Manager Area Operasi, Manager SDM & Umum dan Manager Keuangan. Seluruh Manager diatas berdomisili di jakarta, kecuali Manager Area Operasi (MAO) / Field Manager yang langsung membawahi Lapangan Limau di Sumatera Selatan Field Manager Di Lapangan Limau mengepalai empat kepala bagian yaitu Asisten Manager Engineering, Asisten Manager Produksi, Asisten manajer Admistrasi dan Layanan Umum, dan Kepala HSE. Kerja praktek ini berkompetensi pada bagian Engineering yang membawahi Kepala Teknik Produksi, Kepala DWO & Completion, Kepala Teknik Kontruksi dan pada Bagian Produksi membawahi Kepala Operasi Produksi, Kepala Pemeliharaan, Kepala Transportasi Migas, Kepala ESP & Listrik, Kepala Water Injection Plant.
12
General Manager
Manager Operasi
Manager Keuangan
Sekretaris
Kepala HSE
Kep. Pemeliharaan Kep. Transp. Migas Kep. ESP & Listrik Kep. Water Injection Plant
Pws. Ut. Layanan jasa SDM Pws. Ut. Pergudangan & Transp. Pws. Ut. Humas & Hukum Pws. Ut. Security
13
2.3.3 A. a.
Geologi Lapangan Aspek Reservoir Letak Geografis Lapangan Limau terletak 110 Km ke arah Selatan kota palembang
Gambar 2.4 Peta Lokasi Limau Wilayah Operasi lapangan Limau meliputi 3 kecamatan yaitu : Rambang Dangku, Rambang Lubai, dan Gunung Megang yang terletak di Kabupaten Muara Enim, yang terdiri dari Lapangan Limau Timur Lapangan Limau Barat Lapangan Limau Tengah Lapangan Limau Niru Lapangan Belimbing Lapangan Karangan Lapangan Karangan
14
Gambar 2.5 Peta Wilayah Operasi Lapangan Limau b. 1. Keadaan Geologi Stratigrafi Lapangan Berdasarkan data data eksplorasi, stratigrafi pada cekungan Sumatera Selatan (Gambar 2.5) Formasi yang Ditembus oleh pemboran adalah sebagai berikut : a. Formasi Kasai (KAF) Terdiri dari batu pasir kasar unconsolidated, lempung berwarna hijau abu abu, kerikil, lempung, dan batu apung. b. Formasi Muara Enim (MEE) Terdiri dari lempung pasiran, pasir dan lapisan batu bara. c. Formasi Air Benakat (ABF) Terdiri dari batu pasir selang seling dengan serpih atau lempung kelabu tua dengan sisipan batu bara.
15
d. Formasi Gumai (GUF) Terdiri dari batuan serpih kelabu, napal berwaarna coklat putih merupakan sisispan karbonat di dasar formasi. e. Formasi Baturaja (BRF) Terdiri dari batu gamping terumbu. f. Formasi Talang Akar (TAF) Terdiri dari batu pasir, batu pasir gampingan, batu lempung, batu bara dan batu pasir kasar. g. Formasi Lahat (LAF) Merupakan batuan dasar atau basement rock Pada lapangan Limau hanya terdapat dua formasi yang mengandung hidrokarbon yaitu Formasi Talang Akar (TAF) dan formasi Baturaja (BRF).
16
17
2.
Stuktur Geologi Lapangan Sumatera selatan terletak pada cekungan purba yang membentang dari
selatan tenggara sampai Utara Barat. Batas batas sebelah Selatan oleh Tinggi Lampung. Sebelah Barat oleh Bukit Barisan sebelah Utara oleh Pegunungan Tiga Puluh dan Sebelah Timur oleh Daratan Sunda. Struktur geologi yang mempengaruhi terbentuknya perangkap hidrokarbon sebagian besar merupakan antikinal, patahan yang berorientasi barat laut tenggara sebagai akibat gaya kompresi. Pada cekungan Sumatera Selatan, minyak dan gas terperangkap pada lapisan batu pasir, batu gamping dan granit wash ataupun basement fracture yang berasosiasi dengan sesar geser yang berorientasi barat daya-timur laut. B. Karakteristik Reservoir Karakteristik reservoir adalah ciri ciri dari suatu reservoir dimana fluida hidrokarbon terakumulasi. Setiap lapangan mempunyai karakteristik reservoir yang berbeda beda. Karakteristik reservoir sendiri meliputi karakteristik batuan reservoir, dan karakteristik fluida reservoir. 1. Karakteristik Batuan Reservoir Sifat sifat Khusus yang membedakan apakah suatu batuan dapat berfungsi sebagai reservoir yang ekonomis atau tidak dapat diketahui dengan mempelajari komposisi kimia batuan reservoir dan sifat sifat fisik batuanreservoir tersebut. Syarat syarat yang harus dipenuhi batuan reservoir adalah harus mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan mengalirkan fluida yang terkandung di dalamnya. Ukuran dari kemampuan batuan tersebut dinyatakan dengan porositas batuan dan permeabilitas batuan yang bersangkutan. Dari hasil data log dan core diperoleh harga porositas rata rata sebesar 20 %, harga permebealitas absolute ( Ko ) sebesar 200 mD hal ini menunjukan bahwa Politeknik Negeri Sriwijaya
18
porositas dan permeabilitas cukup baik. Dan harga saturasi air rata - rata untuk sumur sumur di lapangan Limau adlah sebesar 95 %, oleh karena itu lapangan ini cocok menggunakan secondary recovery dengan carawater flooding, sebab terjadinya cukup banyak air. 2. Karakteristik Fluida Reservoir Fluida Resesrvoir yang terdapat dalam ruang pori pori batuan reservoir pada tekanan dan temperatur tertentu, secara alamiah merupakan campuran yang sangat kompleks dalam susunan atau komposisi kimianya. Sifat sifat dari fluida hidrokarbon perlu dipelajari untuk memperkirakan cadangan akumulasi hidrokarbon, menentukan laju aliran minyak atau gas dari reservoir menuju dasar sumur, mengontrol gerakan fluida dalam reservoir dan lain lain. Fluida Reservoir minyak dapat berupa hidrokarbon dan air (air Formasi). Hidrokarbon terbentuk di alam, dapat berupa gas, zat cair ataupun zat padat. Beberapa sifat fisik minyak yang perlu diketahui adalah : berat jenis, viskositas, faktor Volume Formasi, dan kompresibilitas. Dimana sifat fisik komposisi fluida reservoir untuk sumur sumur di lapangan Limau dengan harga API Gravity 30, faktor Volume Formasi Minyak (Boi) rata rata sebesar 1,22 RB/STB, Visikositas Minyak ( C. .) rata rata sebesar 1,5 cp.
Kondisi Reservoir Tekanan dan temperatur merupakan besaran besaran yang sangat penting
dan berpengaruh terhadap keadaan reservoir, baik pada batuan maupun fluidanya (air, minyak , dan gas). Berdasarkan dari data tes tekananyang dilakukan terhadap sumur sumur di lapangan Limau, diperoleh harga tekanan statis rata rata adalah 1700 psi dan temperatur dasar sumur (BHT) antara 180 250 F.
19
20
3.1
PENGERTIAN CONTROL VALVE Control valve atau Proportional valve adalah alat yang digunakan untuk
memodifikasai aliran fluida atau laju tekanan pada sebuah sistem proses dengan menggunakan daya untuk operasinya. Control valve memiliki peran penting dalam proses industri. Oleh karena itu sangant penting bagi setiap industriawan untuk mengetahui manfaat control valve tersebut. 3.1.1 FUNGSI CONTROL VALVE Control valve atau Proportional valve fungsinya adalah untuk mengatur aliran fluida yang melewatinya sebagai realisasi koneksi yang diterima dari kontroler. Di UBEP Limau, pemilihan control valve didasarkan pada tingkat keamanannya selain itu juga karena faktor keekonomian dan kehandalannya sehingga control valve yang dipakai adalah jenis Actuator Pneumatic tipe diafragma. 3.1.2 BAGIAN-BAGIAN CONTROL VALVE 1. Aktuator Aktuator yang digunakan aktuator pneumatik karena tenaga pneumatik yang bekerja pada diapraghm. Gaya yang timbul karena tekanan sinyal pneumatik pada pegas akan mendorong stem untuk membuka atau menutup valve. 2. Yoke Yoke merupakan bagian dari control valve yang berfungsi sebagai penghubung antara aktuator dengan valve body dari control valve dan juga sebagai pelindung dari aktuator.
21
3. Valve Body Valve body merupakan bagian dari control valve yang mempunyai saluran dimana aliran fluida akan diatur melalui saluran ini disebut dengan valve seat. Aksi control valve dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu : - Air To Open (ATO) Merupakan control valve yang akan membuka jika ada penambahan udara. Aksi control valve tersebut juga dikenal dengan Normally Close (NC) yaitu pada saat keadaan awal control valve akan menutup dengan demikian jika ada kegagalan dalam proses pengendalian maka control valve akan menutup. -Air To Close (ATC) Merupakan control valve yang akan menutup plug-nya jika ada penambahan udara. Aksi control valve tersebut juga dikenal dengan Normally Open (NO) yaitu saat keadaan awal control valve akan membuka, dengan demikian jika terdapat kegagalan dalam sistem maka control valve akan membuka.
22
Pemilihan control valve ATO atau ATC didasarkan atas pertimbangan keamanan proses suatu sistem, jika terjadi kegagalan atau fail pada proses pengendalian maka demi keamanan perlu dipilih control valve dari suatu sistem lebih aman dalam keadaan open atau close.
3.1.3
CONTROL VALVE ACCESSORIES Beberapa peralatan tambahan dipasang sebagai pelengkap (Accessories)
pada control valve. Peralatan ini dipasang pada rangkaian valve dan aktuator sebagai satu kesatuan. Beberapa jenis tidak persis sama, bahkan tidak dibutuhkan. Berikut beberapa peralatan tambahan tersebut : A. Air Regulator Air regulator digunakan untuk menurunkan tekanan udara dari air compressor sesuai dengan tekanan kerja peralatan pneumatic. Di dalam air regulator ini terdapat pegas dan diaphragm untuk mengatur tekanan. Juga ada filter dan ruang pengumpul uap air untuk menampung fluida hasil kondensasi atau oli yang terbawa dari air compressor. Ruang pengumpul ini harus di drain secara rutin agar liquida yang terkumpul tidak masuk ke peralatan pneumatik. Kalau filter tersumbat harus dibersihkan (diganti). Kebanyakan air regulator mampu menerima tekanan input hingga 150 Psi, outputnya harus sesuai dengan kebutuhan aktuator atau peralatan pneumatic lain yang di supply-nya. Perhatikan katalog agar diperoleh air regulator dengan range output dan kapasitas flow yang sesuai kebutuhan. Air flow yang tidak memadai akan mengurangi respon control valve terhadap sinyal input. Respon valve menjadi lambat sehingga tujuan kontrol sulit dicapai.
23
B.
Limit Switch Limit switch berfungsi memberikan indikasi berupa sinyal listrik jika
control valve sudah mencapai titik tertentu (posisi open atau closed). Indikasi ini dibutuhkan untuk menjalankan proses selanjutnya, contoh: lampu indicator atau mengaktifkan sequenced test. Limit switch terpasang pada ujung dari rangkaian control valve, terhubung langsung dengan stem agar dapat mendeteksi gerakan valve.
24
C.
Positioner Alat ini berfungsi meningkatkan akurasi gerakan buka-tutup valve dan
meningkatkan kestabilan proses. Positioner juga dapat berfungsi untuk mengubah karakteristik aliran pada sebuah valve. Fungsi dari positioner yang lain adalah mempercepat reaksi control valve sehingga lag time dapat diperkecil. Positioner hampir selalu dipasang pada control valve ukuran besar atau jika tekanan fluida proses cukup tinggi. Dari cara kerjanya dapat diketahui bahwa tekanan pneumatik yang datang dari valve
positioner bisa saja lebih tinggi dari 3-15 psi. Oleh karena itu jika control valve dilengkapi dengan valve positioner, bench setnya tidak sama dengan 3-15 psi lagi.
Positioner ada 2 jenis yaitu: single acting dan double acting. Single acting hanya mempunyai 1 output port dan digunakan pada actuator jenis spring return. Jenis double acting memiliki 2 output port dan digunakan pada actuator tanpa spring. Jenis double acting dapat digunakan sebagai single acting dengan menutup salah satu outputnya.
25
D.
menggerakkan valve. Biasa dikenal dengan nama I to P atau I/P transducer (current to pressure transducer) dan E/P transducer (voltage to pressure transducer). Output standard alat ini adalah 3 15 psi. Sinyal input adalah 4 20 mA atau 1 5 volt. Umumnya transducer selalu digunakan bersama dengan positioner. Jika dihubungkan langsung ke aktuator (tanpa positioner) maka proses pengontrolan akan menjadi lambat.
E.
Solenoid Valve Alat ini dipakai pada control valve jenis on/off. Berfungsi seperti relay
yang memungkinkan perintah buka-tutup valve secara elektrik menggunakan tombol (push button) maupun perangkat digital output (DO) lainnya. Bekerja berdasarkan prinsip elektromagnet dan memiliki kumparan (coil) dan plunger yang akan membuka/menutup saluran udara menuju control valve. Ada solenoid jenis 2-way, 3-way, dan 4-way yang menandakan banyaknya port tersedia. Jenis 2-way biasanya dipakai untuk aplikasi aliran 1 arah. Jenis 3-way dipakai pada single acting actuator (spring return). Jenis 4-way digunakan pada double acting actuator.
26
F.
Trip Valve Trip valve bekerja mirip dengan on/off switch yang digunakan untuk
menahan valve pada posisi terakhir (lock in last position) ketika actuator kehilangan tekanan supply. Ketika tekanan kembali normal, valve akan kembali membuka. Pastikan bahwa trip valve dilalui oleh supply udara yang cukup dan di kalibrasi pada tekanan ambang yang tepat.
27
BAB IV PEMBAHASAN