0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
80 tayangan5 halaman

Teknik Autopsy

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 5

TEKNIK AUTOPSI

Pemeriksaan Luar Sistematika pemeriksaan luar adalah: 1. Memeriksa label mayat (dari pihak kepolisian) yang biasanya diikatkan pada jempol kaki mayat. Gunting pada tali pengikat, simpan bersama berkas pemeriksaan. Catat warna, bahan, dan isi label selengkap mungkin. Sedangkan label rumah sakit, untuk identifikasi di kamar jenazah, harus tetap ada pada tubuh mayat. 2. Mencatat jenis/bahan, warna, corak, serta kondisi (ada tidaknya bercak/pengotoran) dari penutup mayat. 3. Mencatat jenis/bahan, warna, corak, serta serta kondisi (ada tidaknya bercak/ pengotoran) dari bungkus mayat. Catat tali pengikatnya bila ada. 4. Mencatat pakaian mayat dengan teliti mulai dari yang dikenakan di atas sampai bawah, dari yang terluar sampai terdalam. Pencatatan meliputi bahan, warna dasar, warna dan corak tekstil, bentuk/model pakaian, ukuran, merk penjahit, cap binatu, monogram/inisial, dan tambalan/tisikan bila ada. Catat juga letak dan ukuran pakaian bila ada tidaknya bercak/pengotoran atau robekan. Saku diperiksa dan dicatat isinya. 5. Mencatat perhiasan mayat, meliputi jenis, bahan, warna, merek, bentuk serta ukiran nama/inisial pada benda perhiasan tersebut. 6. Mencatat benda di samping mayat. 7. Mencatat perubahan tanatologi: a. Lebam mayat; letak/distribusi, warna, dan intensitas lebam. b. Kaku mayat; distribusi, derajat kekakuan pada beberapa sendi, dan ada tidaknya spasme kadaverik. c. Suhu tubuh mayat; memakai termometer rektal dan dicatat juga suhu ruangan pada saat tersebut. d. Pembusukan. e. Lain-lain; misalnya mumifikasi atau adiposera. 8. Mencatat identitas mayat, seperti jenis kelamin, bangsa/ras, perkiraan umur, warna kulit, status gizi, tinggi badan, berat badan, disirkumsisi/tidak, striae albicantes pada dinding perut. 9. Mencatat segala sesuatu yang dapat dipakai untuk penentuan identitas khusus, meliputi rajah/tatoo, jaringan parut, kapalan, kelainan kulit, anomali, dan cacat pada tubuh. 10. Memeriksa distribusi, warna, keadaan tumbuh, dan sifat dari rambut.

11. Memeriksa mata, seperti apakah kelopak terbuka atau tertutup, tanda kekerasan, kelainan. Periksa selaput lendir kelopak mata dan bola mata, warna, cari pembuluh darah yang melebar, bintik perdarahan, atau bercak perdarahan. Kornea jernih/tidak, adanya kelainan fisiologik atau patologik. Catat keadaan dan warna iris serta kelainan lensa mata. Catat ukuran pupil, badingkan kanan dan kiri. 12. Mencatat bentuk dan kelainan/anomali pada daun telinga dan hidung. 13. Memeriksa bibir, lidah, rongga mulut, dan gigi geligi. Catat gigi geligi dengan lengkap, termasuk jumlah, hilang/patah/tambalan, gigi palsu, kelainan letak, pewarnaan, dan sebagainya. 14. Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan. Pada pria dicatat kelainan bawaan yang ditemukan, keluarnya cairan, kelainan lainnya. Pada wanita dicatat keadaan selaput dara dan komisura posterior, periksa sekret liang sanggama. Perhatikan bentuk lubang pelepasan. 15. Perlu diperhatikan kemungkinan terdapatnya tanda perbendungan, ikterus, sianosis, edema, bekas pengobatan, bercak lumpur atau pengotoran lain pada tubuh. 16. Bila terdapat tanda-tanda kekerasan/luka harus dicatat lengkap: a. letak luka: regio anatomis dan koordinat terhadap garis/titik anatomis terdekat. b. jenis luka: luka lecet, memar, atau terbuka. c. bentuk luka: termasuk bentuk luka terbuka setelah dirapatkan. d. arah luka: melintang, membujur, atau miring. e. tepi luka: rata atau tidak beraturan. f. sudut luka: runcing, membulat, atau bentuk lain. g. dasar luka: jaringan bawah kulit, otot, tulang, atau rongga badan. h. sekitar luka: pengotoran atau luka/tanda kekerasan lain di sekitarnya. i. ukuran luka: untuk luka terbukajuga diukur setelah dirapatkan. j. saluran luka: penentuan in situ mengenai perjalanan serta panjang luka baru dapat ditentukan pada saat pembedahan mayat. k. lain-lain: misalnya pada luka lecet jenis serut diperiksa pola penumpukan kulit ari untuk menentukan arah kekerasannya, pada memar dicatat warnanya. 17. Pemeriksaan ada tidaknya patah tulang, serta jenis/sifatnya Untuk melakukan pembedahan mayat diperlukan : o Kamar autopsi agar dokter yang melakukan pemeriksaan jenazah dapat bekerja tanpa terganggu oleh orang yang tidak berkepentingan. o Meja autopsi di mana terdapat tempat penampungan darah yang keluar saat melakukan bedah mayat serta air untuk melakukan pencucian. o Alat-alat autopsi yaitu pisau, gunting, pinset bergigi, gergaji, pahat (Chissel-T), jarum jahit kulit, benang kasar, gelas ukur, semprit, serta jarum.

o Alat pemeriksaan tambahan, berupa beberapa botol kecil yang berisi formalin (formaldehid 10%) atau alkohol 70% sebagai pengawet untuk mengambil jaringan untuk pemeriksaan histopatologik, dan beberapa tabung reaksi atau kantong plastik untuk bahan pemeriksaan toksikologi. o Alat dokumentasi berupa kertas atau formulir laporan obduksi dan peralatan fotografi berupa kamera.

Pada beberapa keadaan tertentu, diperlukan berbagai prosedur khusus dalam tindakan otopsi, antara lain : insisi Y, insisi pada kasus dengan kelainan leher, tes emboli udara, tes apung paru, tes pada pneumothorax, dan tes alphanaphthylamine.

Insisi Y 1. Insisi yang dilakukan dangkal (shallow incision) yang dilakukan pada tubuh pria.

Buat sayatan yang letaknya tepat di bawah tulang selangka dan sejajar dengan tulang tersebut, kiri dan kanan, sehingga bertemu pada bagian tengah (incisura jugularis). Lanjutkan sayatan, dimulai dari incisura jugularis ke arah bawah tepat di garis pertengahan sampai ke sympisis os pubis menghindari daerah umbilikus. Kulit daerah leher dilepaskan secara hati-hati sampai ke rahang bawah; tindakan ini dimulai dari sayatan yang telah dibuat pertama kali. Dengan kulit daerah leher dan dada bagian atas tetap utuh, alat-alat dalam rongga mulut dan leher dikeluarkan. Tindakan selanjutnya sama dengan tindakan pada bedah mayat yang biasa.

2. Insisi yang lebih dalam (deep incision), yang dilakukan untuk kaum wanita.

Buat sayatan yang letaknya tepat di bawah buah dada, dimulai dari bagian lateral menuju bagaian medial (proc. Xiphoideus); bagian lateral disini dapat dimulai dari ketiak, ke arah bawah sesuai dengan arah garis ketiak depan (linea axillaris anterior), hal yang sama juga dilakukan untuk sisi yang lain (kiri dan kanan). Lanjutkan sayatan ke arah bawah seperti biasa, sampai simphisis os pubis, dengan demikian pengeluaran dan pemeriksaan alat-alat yang berada dalam rongga mulut, leher, dan rongga dada lebih sulit bila dibandingkan dengan insisi Y yang dangkal.

Insisi Y, dilakukan semata-mata untuk alasan kosmetik, sehingga jenazah yang sudah diberi pakaian, tidak memperlihatkan adanya jahitan setelah dilakukan bedah mayat. Ada dua macam insisi Y, yaitu :

Insisi pada Kasus dengan Kelainan di Daerah Leher


o

Buat insisi I, yang dimulai dari incisura jugularis, ke arah bawah seperti biasa, sampai ke simpisis os pubis. Buka rongga dada, dengan jalan memotong tulang dada dan iga-iga. Keluarkan jantung, dengan menggunting mulai dari v.cava inferior, vv.pulmonalis, a.pulmonalis, v.cava superior dan terakhir aorta. Buka rongga tengkorak, dan keluarkan organ otaknya. Dengan adanya bantalan kayu pada daerah punggung, maka daerah leher akan bersih dari darah, oleh karena darah telah mengalir ke atas ke arah tengkorak dan ke bawah, ke arah rongga dada; dengan demikian pemeriksaan dapat dimulai.

o o

o o

Insisi ini dimaksudkan agar daerah leher dapat bersih dari darah, sehingga kelainan yang minimalpun dapat terlihat; misalnya pada kasus pencekikan, penjeratan, dan penggantungan. Prinsip dari teknik ini adalah pemeriksaan daerah dilakukan paling akhir.

TEKNIK VIRCHOW

1. Teknik autopsi yang tertua. 2. Setelah dilakukan pembukaan rongga tubuh, organ-organ dikeluarkan satu persatu dan langsung diperiksa.Dengan demikian kelainan-kelainan yang terdapat pada masingmasing organ dapat segera dilihat, namun hubungan anatomik antar beberapa organ yang tergolong dalam satu sistem menjadi hilang. TEKNIK ROKITANSKY 1. Setelah rongga tubuh dibuka, organ-organ dilihat dan diperiksa dengan melakukan beberapa irisan in situ, baru kemudian seluruh organ- organ tersebut dikeluarkan dalam kumpulan-kumpulan organ (en bloc). 2. Teknik ini jarang dipakai. TEKNIK LETULLE 1. Setelah rongga tubuh dibuka, organ-organ leher, dada, diafragma dan perut dikeluarkan sekaligus (en masse).

2. Kemudian diletakkan di atas meja dengan permukaan posterior menghadap ke atas. 3. Plexus coeliacus dan kelenjar-kelenjar para aortal diperiksa. 4. Aorta dibuka sampai arcus aortae dan Aa.renalis kanan dan kiri dibuka serta diperiksa. 5. Aorta diputus di atas muara a. renalis. 6. Rectum dipisahkan dari sigmoid. 7. Organ-organ urogenital dipisahkan dari organ-organ lain. 8. Bagian proksimal jejunum diikat pada dua tempat dan kemudian diputus antara dua ikatan tersebut, dan usus-usus dapat dilepaskan. 9. Esofagus dilepaskan dari trachea, tetapi hubungannya dengan lambung dipertahankan. 10. Vena cava inferior serta aorta diputus di atas diafragma dan dengan demikian organorgan leher dan dada dapat dilepas dari organ-organ perut. 11. Kerugian teknik ini adalah sukar dilakukan tanpa pembantu, serta agak sukar dalam penanganan karena panjangnya kumpulan organ-organ yang dikeluarkan bersamasama ini.

GUNSHOT WOUNDS

Anda mungkin juga menyukai