0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
190 tayangan3 halaman

Kewajiban Dakwah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 3

Kewajiban Dakwah Hasna Muftiyah

A. Dalil yang Mewajibkan 1. Dalil Quran

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dia-lah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (Q.S. An-Nahl: 125)


Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang maruf dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran: 104)


Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik. (QS. AlHijr: 94) Serta dalil-dalil yang lainnya; QS. Ali Imran: 110, QS. Al-Araf: 199, QS. Al-Muddatsir: 1-2, QS. At-Taubah: 71, QS. Al-Ashr: 1-3, QS. Ar-Radu: 36. 2. Hadits

Orang yang hadir hendaknya menyampaikan kepada yang tidak hadir. Sesungguhnya orang yang menyaksikan itu barangkali menyampaikan kepada orang yang lebih mengetahui (paham) daripadanya. (HR. Bukhari)

Barangsiapa melihat kemunkaran di antara kalian maka hendaklah mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak bisa maka dengan lisannya, dan jika tidak bisa juga maka dengan hatinya. Demikian itulah selemah-lemahnya iman. (HR. Muslim)

B. Posisi Kewajiban Dakwah dalam Islam Para ulama sepakat atas wajibnya dakwah, dan berbeda pendapat dalam macam kewajibannya; Apakah termasuk wajib ain atau wajib kifayah. Masing-masing pihak memperluas argumentasi dengan mendasarkan kepada nas syariat dan dalil akal yang terkadang para peneliti tentang perselisihan dan argumentasi mereka itu merasakan perbedaan yang jauh antara keduanya, dan pengaruh yang besar bagi keduanya dari segi perbuatan. Orang-orang yang berpendapat wajib kifayah bersepakat dengan lainnya bahwa apabila kecukupan (kifayah) tidak tercapai, hukum tidak gugur terhadap sisanya dan seruan tetap terarah kepada semua orang sampai terealisasi kecukupan (kifayah) tersebut, dan bila belum terealisasi maka semuanya berdosa. Orang-orang yang berpendapat bahwa dakwah itu wajib ain membatasi kewajiban dengan kemampuan. Maka orang yang tidak tahu tentang hukum munkar, secara sepakat tidak dianggap mampu. Begitu pula orang yang tidak mampu mengubah kemunkaran dianggap gugur baginya kewajiban. Karena itu, pendapat wajib ain tidak berakibat adanya kesulitan pada seseorang. Meskipun kewajiban gugur dengan adanya pelaksanaan oleh sebagian yang memenuhi syarat (kifayah), maka masih tetap (sisa) hukum sunnah (anjuran). Karena itu, semua orang muslim dianjurkan (sunnah) melaksanakan dakwah dengan dasar firman Allah Taala:

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: Sesungguhnya aku termasuk orangorang yang berserah diri. (QS. Fushilat: 33)1 C. Kewajiban Dakwah bagi Ummat Islam Mempelajari berbagai gejolak dan perilaku manusia di satu sisi dan aspek-aspek ajaran Islam di sisi yang lain, maka dapatlah kiranya dimengerti antara lain: 1) Bahwa dakwah adalah suatu kewajiban yang dipikul oleh ummat Islam. 2) Kewajiban itu berlaku baik secara individu maupun kelompok, baik rakyat maupun pemerintahnya. 3) Khususnya dalam rangka menghadapi gejolak sosial yang ada, maka dakwah harus di kelola dengan menyajikan materi, sistem dan metode yang islami.

Muhammad Abu Al-Fatah Al-Bayanuniy, Ilmu Dakwah Prinsip dan kode etik (Jakarta: Akademika Pressindo, 2010) cet. I, hal. 24-29.

4)

Materi, sistem dan metode itu tidak lain adalah menepati syari'at Allah SWT. Sebagai suatu kebenaran yang bersifat muthlaq.

Memang manusia adalah penyebab sekaligus penerima akibat perbuatannya, maka sudah sewajarnya semua terlibat di dalam mengantisipasi dan mengatasinya. Dan untuk mengatasi itu tidak bisa lain kecuali dengan kembali menerima dan mengamalkan Syari'at Islam secara Kaffah. Hanya saja yang perlu direnungkan bahwa dakwah Islam itu ditegakkan bukan karena setelah adanya gejolak dan segala akibatnya, bukan karena situasional dan kondisional. Sebab ini semua terjadi adalah sebagai akibat sampingan saja dari ketidakmauan mereka kepada syari'at Allah. Justru disitulah letaknya. Dakwah berarti mengembalikan manusia yang telah menyirnpang jalur, keluar dari jalan beraspal, akibat mereka menjalani konsepsi-konsepsi yang tidak Islami.2 Namun dalam pelaksanaannya, dakwah memerlukan pelbagai pemain peranan, Allah Taala berfirman; QS. At-Taubah 122:

Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya. Dari ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa tidak semestinya seluruh tenaga umat Islam diterjunkan ke medan perang. Perlulah ada segelintir yang berada di garis belakang memainkan peranan lain. Ini menunjukkan bahwa perjuangan Islam bukan hanya semata-mata pada perang bersenjata saja, walaupun ia adalah satu amalan yang begitu mulia. Perjuangan Islam memerlukan pelbagai pendekatan dan pemain peranan. Dalam kehidupan ini, hendaklah pendakwah memastikan bahwa ia memainkan sekurang-kurangnya salah satu dari tiga peranan utama; berjihad di medan perang, mendalami ilmu agama dan memberi peringatan kepada kaumnya. Manusia paling beruntung adalah yang dapat menggabungkan ketiga peran tersebut di dalam hidupnya. Ayat ini memberi indikasi bahwa hendaklah ada dalam umat Islam tiga kelompok manusia; mujahid (pejuang), faqih (ahli ilmu/ulama) dan munzir (pemberi peringatan/pendakwah).3

Daftar Pustaka Muhammad Abu Al-Fatah Al-Bayanuniy, Ilmu Dakwah Prinsip dan kode etik. Jakarta: Akademika Pressindo, 2010 M. Anas Adnan, Digital Book Digital Journal Al-Manr, Fiqih Dakwah: Pola dan Kebijaksanaannya, 2004 Muhammad Haniff Hassan, Fiqih Dakwah dalam al-Quran, 2003 (PDF)
2

M. Anas Adnan, Digital Book Digital Journal Al-Manr Edisi I/2004, Fiqih Dakwah: Pola dan Kebijaksanaannya 3 Muhammad Haniff Hassan, Fiqih Dakwah dalam al-Quran, 2003 (PDF)

Anda mungkin juga menyukai