Laporan Praktikum Fisika

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum Fisika

KELOMPOK : B-14
Ketua : M. Fauzi 1102009183
Sekretaris : Ramacil Afsan A.Notoprawiro 1102009235
Anggota : Chintia Ramadhani E. 1102008309
M. Dwi Prayogi 1102008314
M. Fadly Salahuddin 1102009182
M. Ichsan 1102009185
Ratna Dila 1102009236
Ratna Sari 1102009273
Siti Isye Nasrifah,Hj 1102009267
Siti Solehah 1102009270

UNIVERSITAS YARSI
HUKUM POISEUILLE dan SISTEM
KARDIOVASKULER
FAKULTAS KEDOKTERAN 2010/2011
Jalan Let. Jend. Suprapto. Cempaka Putih, Jakarta Pusat 10510
SISTEM KARDIOVASKULER
1. PENGUKURAN SECARA TIDAK LANGSUNG TEKANAN
ARTERI PADA ORANG
TEORI DASAR
Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh sirkulasi darah pada dinding pembuluh
darah, dan merupakan salah satu tanda-tanda vital utama. Pada setiap detak jantung, tekanan
darah bervariasi antara tekanan maksimum (sistolik) dan minimum (diastolik). Tekanan darah
dikarenakan oleh pemompaan jantung dan resistensi pembuluh darah, berkurang sebagai
sirkulasi darah menjauh dari jantung melalui arteri. Tekanan darah memiliki penurunan terbesar
dalam arteri kecil dan arteriol, dan terus menurun ketika bergerak melalui darah kapiler dan
kembali ke jantung melalui pembuluh darah. Gravitasi, katup dalam pembuluh darah, dan
memompa dari rangka kontraksi otot, adalah beberapa pengaruh lain pada tekanan darah di
berbagai tempat di dalam tubuh.
Tekanan darah dinilai dalam dua hal, sebuah tekanan tinggi sistolik yang menandakan
kontraksi maksimal jantung dan tekanan rendah diastolik atau tekanan istirahat. Tekanan darah
merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah di pompa
oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua
ukuran dan biasanya diukur seperti berikut - 120 /80 mmHg. Nomor atas (120) menunjukkan
tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung, dan disebut tekanan sistole. Nomor
bawah (80) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut
tekanan diastole.
Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kanan, kecuali pada lengan
tersebut terdapat cedera. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut.
Di Indonesia, tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air raksa. Saat yang paling baik
untuk mengukur tekanan darah adalah saat Anda istirahat dan dalam keadaan duduk atau
berbaring. Tidak ada nilai tekanan darah 'normal' yang tepat, namun dihitung berdasarkan
rentang nilai berdasarkan kondisi pasien. Tekanan darah amat dipengaruhi oleh kondisi saat itu,
misalnya seorang pelari yang baru saja melakukan lari maraton, memiliki tekanan yang tinggi,
namun ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi pasien tidak bekerja berat, tekanan darah normal
berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi diukur pada nilai sistolik 140-160
mmHg. Tekanan darah rendah disebut hipotensi.
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak
secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah
juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan
lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di
waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari. Bila tekanan darah diketahui lebih
tinggi dari biasanya secara berkelanjutan, orang itu dikatakan mengalami masalah darah tinggi.
Penderita darah tinggi mesti sekurang-kurangnya mempunyai tiga bacaan tekanan darah yang
melebihi 140/90 mmHg saat istirahat.
Tekanan yang diciptakan oleh kontraksi ventrikel adalah kekuatan pendorong untuk aliran
darah melalui pembuluh dari sistem. Ketika darah meninggalkan ventrikel kiri, aorta dan arteri
diperluas untuk mengakomodasi hal itu. Ketika ventrikel relaks dan menutup katup semilunar,
dinding elastis arteri mundur, mendorong darah maju ke arteri yang lebih kecil dan arteriol.
Dengan mempertahankan tekanan aliran darah selama ventrikel berelaksasi, arteri terus-menerus
menghasilkan aliran darah melalui pembuluh darah. Sirkulasi arus di sisi arteri berdenyut,
mencerminkan perubahan dalam tekanan arteri sepanjang siklus jantung. Ketika melewati
arteriol, gelombang menghilang.
Dalam sirkulasi sistemik, tekanan darah tertinggi terletak pada arteri dan terendah di
pembuluh darah kecil. Tekanan darah tertinggi di arteri dan jatuh terus seperti darah mengalir
melalui sistem sirkulasi. Penurunan tekanan terjadi karena energi yang hilang akibat hambatan
dari pembuluh darah. Resistensi terhadap aliran darah juga berasal dari gesekan antara sel-sel
darah. Dalam sirkulasi sistemik, tekanan tertinggi terjadi di dalam aorta dan mencerminkan
tekanan diciptakan oleh ventrikel kiri. Tekanan aorta mencapai tinggi rata-rata 120 mm Hg
selama sistol ventrikel, kemudian terus menurun dari 80 mm Hg selama diastol ventrikel.
Perhatikan bahwa meskipun tekanan dalam ventrikel turun menjadi hampir 0 mm Hg sebagai
ventrikel relaks, tekanan diastolik dalam arteri besar masih relatif tinggi. Tekanan diastolik yang
tinggi dalam arteri mencerminkan kemampuan wadahnya untuk menangkap dan menyimpan
energi dalam dinding elastis. Peningkatan tekanan yang cepat terjadi saat ventrikel kiri
mendorong darah ke aorta dapat ditinggalkan sebagai denyut nadi, atau tekanan gelombang,
diteruskan melalui arteri berisi cairan dari sistem kardiovaskular. Gelombang tekanan sekitar 10
kali lebih cepat dari darah itu sendiri.
Pengaruh Tekanan Darah Arteri Rata-Rata
Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong darah ke jaringan.
Tekanan ini harus diatur secara ketat karena dua alas an. Pertama, tekanan tersebut harus tinggi
untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup; tanpa tekanan ini, otak dan jaringan lain tidak
akan menerima aliran yang adekuat seberapapun penyesuaian lokal mengenai resistensi arteriol
ke organ-organ tersebut yang dilakukan. Kedua, tekanan tidak boleh terlalu tinggi, sehingga
menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningkatkan resiko kerusakan pembuluh
serta kemungkinan rupturnya pembuluh-pembuluh halus. Mekanisme-mekanisme yang
melibatkan integrasi berbagai komponen sistem sirkulasi dan sistem tubuh lain penting untuk
mengatur tekanan darah arteri rata-rata ini. Dua penentu utama tekanan darah arteri rata-rata
adalah curah jantung dan resistensi perifer total:
Tekanan darah arteri rata-rata = curah jantung x resistensi perifer total
Pada gilirannya, sejumlah faktor menentukan curah jantung dan resistensi perifer total.
Dengan demikian, kita dapat memahami kompleksitas pengaturan tekanan darah. Perubahan
setiap faktor tersebut akan mengubah tekanan darah kecuali apabila terjadi perubahan
kompensatorik pada variable lain sehingga tekanan darah konstan. Aliran darah ke suatu jaringan
bergantung pada gaya dorong berupa tekanan darah. Dengan demikian, variable kardiovaskular
harus terus-menerus diubah untuk mempertahankan tekanan darah yang konstan walaupun
kebutuhan jaringan akan darah berubah-ubah.
Tekanan arteri rata-rata secara konstan dipantau olehbaroreseptor (sensor tekanan) di dalam
sistem sirkulasi. Apabila reseptor mendeteksi adanya penyimpangan dari normal, akan dimulai
serangkaian respons refleks untuk memulihkan tekanan arteri ke nilai normalnya. Penyesuaian
jangka pendek (dalam beberapa detik) dilakukan dengan mengubah curah jantung dan resistensi
perifer total, yang diperantarai oleh pengaruh sistem saraf otonom pada jantung, vena, dan
arteriol. Penyesuaian jangka panjang (memerlukan waktu beberapa menit sampai hari)
melibatkan penyesuaian volume darah total dengan memulihkan keseimbangan garam dan air
melalui mekanisme yang mengatur pengeluaran urine dan rasa haus. Besarnya volume darah
total, pada gilirannya, menimbulkan efek nyata pada curah jantung dan tekanan arteri rata-rata.
Metode Pengukuran Tekanan Darah
Bila kanula dimasukkan ke arteri, tekanan arteri dapat diukur secara langsung dengan
manometer air raksa atau ukuran dasar ketegangan yang sesuai dan suatu osiloskop diatur untuk
menulis secara langsung pada potongan kertas yang bergerak. Bila arteri diikat diatas titik tempat
memasukkan kanula, suatu tekanan terekam. Aliran dalam arteri terganggu, dan semua energy
kinetic dari aliran dikonversi menjadienergi tekanan. Bila, pilihan lain, suatu tabung T
dimasukkan kedalam pembuluh darah dan tekanan diukur pada sisi lengan tabung, rekaman
tekanan sisi pada tekanan turun karena tahanan diabaikan ialah lebih rendah dibandingkan
tekanan ujung oleh energy kinetic dari aliran.
Metode Auskultasi
Tekanan darah arteri pada manusia secara rutin diukuk dengan metode auskultasi. Suatu
manset yang dapat dipompa dihubungkan pada manometer air raksa kemudian dililitkan disekitar
lengan dan stetoskop diletakkan diatas arteri brakialis pada siku. Manset secara tepat dipompa
sampai tekanan didalamnya diatas tekanan sistolik yang diharapkan dalam arteri brakialis. Arteri
dioklusi oleh manset dan tidak ada suara terdengar oleh stetoskop. Kemudian tekanan dalam
manset diturunkan secara perlahan-lahan. Pada titik tekana sistolik dalam arteri dapat melampaui
tekanan manset, semburan darah melewatinya pada tiap denyut jantung dan secara sinkron
dengan tiap denyut, bunyi detakan didengar dibawah manset.

Metode Palpasi
Tekanan sistolik dapat ditentukan dengan memompa manset lengan dan kemudian
membiarkan tekanan turun dan tentukan tekanan pada saat denyut radialis pertama kali teraba.
Oleh karena kesukaran dalam menetukan secara pasti kapan denyut pertama teraba, tekanan yang
diperoleh dengan metode palpasi biasanya 2-5 mm Hg lebih rendah dibandingkan dengan yang
diukur menggunakan metode auskultasi.5
Adalah bijaksana melakukan kebiasaan meraba denyut nadi radialis ketika memompa
manset selama pengukuran tekanan darah dengan metode auskultasi. Bila tekanan manset
diturunkan, bunyi Korotkoff kadang-kadang menghilang pada tekanan diatas tekanan diastolic,
kemudian muncul lagi pada tekanan yang lebih rendah. Bila manset dimulai untuk dipompa
sampai denyut radialismenghilang, pemeriksa dapat yakin bahwa tekanan manset diatas tekanan
sistolik dan nilai tekanan rendah palsu dapat dihindari.
Metode Oscillometric
Metode Oscillometric pertama kali ditunjukkan pada tahun 1876 dan melibatkan
pengamatan osilasi dalam tekanan manset sphygmomanometer yang disebabkan oleh aliran
darah osilasi, yaitu pulsa. Versi elektronik dari metode ini kadang-kadang digunakan dalam lama
jangka pengukuran dan praktik umum. Metode ini menggunakan manset sphygmomanometer
seperti metode auscultatory, tapi dengan sensor tekanan elektronik (transducer) untuk mengamati
osilasi tekanan manset, elektronik untuk menafsirkannya secara otomatis, dan otomatis inflasi
dan deflasi manset. Sensor tekanan harus dikalibrasi secara berkala untuk menjaga akurasi.
Pengukuran oscillometric memerlukan keterampilan teknik lebih sedikit daripada
auscultatory, dan mungkin cocok untuk digunakan oleh staf terlatih dan untuk pemantauan di
rumah pasien secara otomatis. Pada awalnya tekanan manset ini mengembang melebihi tekanan
arteri sistolik, dan kemudian mengurangi tekanan diastolik selama sekitar 30 detik. Ketika aliran
darah adalah nol (tekanan manset melebihi tekanan sistolik) atau tanpa hambatan (tekanan
manset di bawah tekanan diastolik), tekanan manset akan konstan. Kebenaran ukuran manset
sangat penting karena ukuran manset yang kecil/sempit dapat menghasilkan tekanan yang terlalu
tinggi, sedangkan ukuran manset yang besar/longgar dapat menghasilkan tekanan yang terlalu
rendah. Ketika aliran darah hadir, tetapi dibatasi, tekanan manset, yang dipantau oleh sensor
tekanan, akan bervariasi secara berkala selaras dengan siklus ekspansi dan kontraksi arteri
brakialis, yaitu, akan terombang-ambing. Kemudian nilai-nilai sistolik dan tekanan diastolik
dihitung, sebenarnya tidak diukur dari data mentah, tetapi menggunakan algoritma, lalu hasil
yang telah dihitung akan ditampilkan.
Oscillometric monitor bisa menghasilkan pembacaan yang tidak akurat pada pasien
dengan masalah jantung dan sirkulasi, yang meliputi arteri sklerosis, aritmia, pre-eklampsia,
pulsus alternans, dan pulsus paradoxus.
Dalam praktiknya, metode yang berbeda tidak memberikan hasil identik; algoritma dan
koefisien yang diperoleh secara eksperimental digunakan untuk menyesuaikan hasil
oscillometric untuk memberikan bacaan yang sesuai dengan hasil auscultatory sebaik-baiknya.
Beberapa peralatan komputer menggunakan analisis dibantu sesaat gelombang tekanan arteri
untuk menentukan sistolik, berarti, dan diastolik poin. Karena banyak perangkat oscillometric
belum divalidasi, kehati- hatian harus diberikan karena kebanyakan tidak cocok dalam klinis dan
pengaturan perawatan akut.
TUJUAN
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :
1. Mengukur tekanan arteri brakhialis dengan cara auskultasi dengan penilaian menurut
metode lama dan metode baru The american Heart Association (AHA)
2. Mengukur tekanan darah arteri brakhialis dengan cara palpasi
3. Menerangkan perbedaan hasil pengukuran cara auskultasi dengan cara palpasi
4. Membandingkan hasil pengukuran tekanan darah arteri brakhialis pada sikap berbaring
duduk dan berdiri
5. Menguraikan berbagai faktor penyebab perubahan hasil pengukuran tekanan darah pada
ketiga sikap tersebut diatas.
6. Membandingkan hasil pengukuran darah arteri brakhialis sebelum dan sesudah kerja otot
7. Menjelaskan berbagai faktor penyebab perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah
kerja otot.
ALAT
1. Sfigmomanometer
2. Stetoskop
TATA KERJA
I. Pengukuran Tekanan darah arteri brakhialis pada sikap berbaring duduk dan
berdiri
Berbaring telentang
1. Suruhlah op berbaring terlentang dengan tenang selama 10 menit
2. Selama menunggu, pasanglah manset sfignomamnometer pada lengan op
P.III,1,1 Apa yang harus diperhatikan pada waktu memasang manset ? yang harus
diperhatikan adalah letak arteri brakhialis, tombon on pada sfignomanometer, dan
keadaan karet pompa.
3. Carilah dengan cara palpasi denyut a.brachialis pada fossa cubiti dan denyut a.brachialis
pada pergelangan tangan kanan op.
P.III.1.2. Mengapa kita harus meraba letak denyut arteri brachialis dan arteri radialis
o.p.? Kita harus meraba arteri radialis karena pada saat denyut radialis pertama kali
teraba tekanan sistolik palpatoir dapat ditentukan. Kita harus meraba arteri brachialis
karena kita dapat meraba perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik yang dikenal
sebagai tekanan nadi dengan cara auskultasi.

4. Setelah op berbaring 10 menit, tetapkanlah kelima fase korotkoff dalam pengukuran
darah op tersebut.
P.III.1.3. Tindakan apa yang sodara lakukan secara berturut-turut untuk mengukur
tekanan darah ini?

Jawab:
Dengan cara mendengar (auskultasi) bunyi yang timbul pada arteri brachialis yang
disebut bunyi Korotkoff. Bunyi ini terjadi akibat timbulnya aliran turbulen dalam arteri
yang disebabkan oleh penekanan manset pada arteri tersebut. Dalam cara
auskultasi ini harus diperhatikan bahwa terdapat suatu jarak paling sedikit 5 cm, antara
manset dan tempat meletakkan stetoskop. Kemudian pompalah manset sehingga
tekanannya melebihi tekanan sistolis (yang diketahui dari palpasi). Turunkanlah tekanan
manset perlahan-lahan sambil meletakkan stetoskop di atas arteri brachialis pada
siku. Mulamula tidak terdengar suatu bunyi kemudian akan terdengar bunyi mengetuk
yaitu ketika darah mulai melewati arteri yang tertekan oleh manset sehingga terjadilah
turbulensi. Bunyi yang terdengar disebut bunyi Korotkoff dan dapat dibagi dalam lima
fase yang berbeda
P.III.1.4. Sebutkan kelima fase korotkoff. Bagaimana menggunakan fase korotkoff dalam
pengukuran tekanan darah dengan penilaian metode lama dan baru?
K1 = Suara jelas pertama yang terdengar saat darah mula-mula mengalir
melalui pembuluh nadi (sistolik),berbunyi auskultasi, sifatnya lemah,
nadanya agak tinggi terdengar.
K2 = Suara itu terdengar seperti terhambat dan mungkin menghilang,
berubahnya ukuran pembuluh karena tekanan baru
dilepaskanmenibulkan tekanan yang mengakibatkan suara itu seperti
terhambat, menghilangnya suara disebut auskulatory gap, bunyi
seperti K1 disertai bising (Tekssst, teksst atau tekrrd, tekrrd..)
K3 = Suara menjadi lebih jelas karena tekanan manset yang diperlonggar,
pembuluh nadi, tetap terbuka/mengembang selamaterjadinya kuncup
jantung(bunyi berubah menjadi keras, nada rendah, tanpa
bising.merupakan bunyi yang paling kuat terdengar
K4 = Bunyi Melemah
K5 =Fase diastolic
5. Ulangi pengukuran sub 4 sebanyak 3 kali untuk mendapat nilai rata-rata dan catat
hasilnya.
P.III.1.5 Apa yang harus diperhatikan bila kita ingin mengulangi pengukuran tekanan
darah?apa sebabnya?

Jawab :
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembacaan tekanan darah, yaitu:
Usia
Tidur
Berat badan
Emosi
Hereditas
Jenis kelamin
Viskositas darah
Kondisi pembuluh darah

Sebab :
Tekanan darah meningkat karena:
Jenis kelamin pasien
Latihan fisik
Makan
Stimulan (zat-zat yang mempercepat fungsi tubuh)
Stress emosional seperti marah, takut, dan aktivitas seksual
Kondisi penyakit seperti arteriosklorosis (penebalan arteri)
Faktor hereditas
Nyeri
Obesitas
Usia
Kondisi pembuluh darah
Tekanan darah menurun karena:
Puasa (tidak makan)
Istirahat
Depresan (obat-obatan yang menghambat fungsi tubuh)
Kehilangan berat badan
Emosi (seperti berduka)
Kondisi abnormal seperti hemoragi (kehilangan darah) atau syok
Duduk
6. Tanpa melepaskan manset op disuruh duduk. Setelah ditunggu 3 menit ukurlah lagi
tekanan darah a.brachialisnya dengan cara yang sama. Ulangi pengukuran selama 3 kali
untuk mendapat nilai rata-rata da catatlah hasilnya.
P.III.1.6. Sebutkan 5 faktor yang menentukan besar tekanan darah arteri.

Jawab :
Faktor yang mempengaruhi tekanan darah arteri, yaitu:
Kerja Jantung
Tahanan perifer
Kekenyalan dinding pembuluh darah
Kekentalan darah
Jumlah darah yang bersirkulasi
Berdiri
7. Tanpa melepaskan manset op disuruh berdiri setelah ditunggu 3menit ukurlah tekanan
darah a.brachialisnya dengan cara yang sama. Ualngi oengukuran sebanyak 3x unruk
mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya.
P.III.1.7 Mengapa pengukuran dilakukan beberapa saat setelah berdiri ?

Jawab : - Untuk menstabilkan kecepatan aliran darah keseluruh tubuh selama proses
duduk-berdiri.

8. Bandingkanlah hasil pengukuran tekanan darah op pada ketiga sikap yang berbeda diatas.

II. Pengukuran tekanan darah sesudah kerja otot

1. Ukurlah tekanan darah a,brachialis op dengan penilaian menurut metode baru pada sikap
duduk (op tidak perlu yang sama).
2. Tanpa melepaskan manset suruhlah op berlari ditempat dengan frekwensi kurang lebih
120 loncatan permenit selama 2 menit. Segera setelah selesai op disuruh duduk dan
ukurlah tekanan darahnya.
3. Ulangi pengukuran tekanan darah ini tiap menit sampai tekanan darahnya kembali
seperti semula. Catatlah hasil pengukuran tersebut.

P.III.1.8 Bagaimana tekanan darah seseorang setelah melakukan kerja otot ?
Jawab : Tekanan darah menurun setelah berlari .

III. Pengukuran tekanan darah a.brachialis dengan cara palpasi
1. Ukurlah tekanan darah a.brachialis op pad asikap duduk dengan cara auskultasi (sub I).
2. Ukurlah tekanan darah arteri brachialis op pada sikap yang sama dengan cara palpasi.
P.III.1.9 Bagaimana sdr. Melakukan pengukuran tekanan darah dengan cara palpasi?

Jawab : Melalui palpasi tangan dapat dilakukan pengukuran yang lembut dan sensitif
terhadap tanda fisik. Pada saat melakukan palpasi, klien harus diposisikan dengan
nyaman karena ketegangan otot akan mengganggu keefektifan palpasi. Pada pengkajian
terkait sistem sirkulasi, dapat dilakukan perhitungan jumlah denyut nadi o.p per menit.
Untuk menghitung denyut nadi per menit menggunakan ketiga jari untuk menemukan
arteri radialis di tangan.

HASIL PERCOBAAN
Hasil Pengukuran Tekanan Darah Pada Sikap Berbaring Terlentang
Orang
Percobaan
Fase
Korotkov
Pengukuran (mmHg) Rata-Rata
1 2 3


yogi
Sistole 117 115 118 116,67
Bising 103 103 107 104,3
Bunyi mulai teratur 95 95 95 95
Melemah 90 87 88 88,3
Diastole 85 80 80 81,67

Hasil Pengukuran Tekanan Darah Pada Sikap Duduk
Orang
Percobaan
Fase
Korotkov
Pengukuran (mmHg) Rata-Rata
1 2 3


yogi
Sistole 121 118 122 120,3
Bising 109 106 108 107,67
Bunyi mulai teratur 102 98 102 100,67
Melemah 95 90 96 125,3
Diastole 85 82 85 84

Hasil Pengukuran Tekanan Darah Pada Sikap Berdiri
Orang
Percobaan
Fase
Korotkov
Pengukuran (mmHg) Rata-Rata
1 2 3


yogi
Sistole 117 115 116 116
Bising 109 108 110 109
Bunyi mulai teratur 100 100 102 100,67
Melemah 90 90 90 90
Diastole 82 80 85 82,3
Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sesudah Kerja Otot
Orang
Percobaan
Fase
Korotkov
Pengukuran (mmHg) Rata-Rata
1 2 3


yogi
Sistole 135 130 125 130
Bising 120 116 115 117
Bunyi mulai teratur 112 110 104 108,67
Melemah 105 104 95 101,3
Diastole 80 80 80 80

Kesimpulan :
Berdasarkan data yang kami peroleh dari hasil percobaan, menunjukkan bahwa pada
sikap berdiri, tekanan darah o.p menunjukan keadaan terendah akibat adanya gaya gravitasi
yang sejajar dengan gaya dorong pembuluh darah menuju jantung. Pada saat seseorang
berdiri, gaya gravitasi akan menyebabkan darah berkumpul di kaki. Hal ini akan menurunkan
tekanan darah karena hanya sedikit sirkulasi darah yang kembali ke jantung untuk memompa.
Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini dikarenakan
pada saat duduk sistem vasokonstraktor simpatis terangsang dan sinyal sinyal saraf pun
dijalarkan secara serentak melalui saraf rangka menuju ke otot-otot rangka tubuh, terutama
otot-otot abdomen. Keadaan ini akan meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang
menekan seluruh vena cadangan abdomen, membantu mengeluarkan darah dari cadangan
vaskuler abdomen ke jantung. Saat yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah
saat Anda istirahat dan dalam keadaan duduk atau berbaring.


2. KESANGGUPAN KARDIOVASKULER
TUJUAN
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :
1. Memberikan rangsang pendinginan pada tangan selama satu menit.
2. Mengukur tekanan darah a.brachialis selama perangsangan
3. Menetapkan waktu pemulihan tekanan darah a.brachialis
4. Menggolongkan orang percobaan dalam golongan hiperreaktor atau hiporeaktor.
5. Melakukan percobaan naik turun bangku
6. Menetapkan indeks kesanggupan badan manusia dengan cara lambat dan cara cepat.
7. Menilai indeks kesanggupan badan manusia berdasarkan hasil.

ALAT
1. Sfigmomanometer dan stetoskop.
2. Ember kecil berisi air es dan thermometer kimia.
3. Pengukur waktu (arloji atau stopwatch).
4. Bangku setinggi 19 inci.
5. Metronom (frekuensi 120x/menit

PELAKSANAAN PRAKTIKUM
TATA CARA
III.2.1 Test Peninggian tekanan darah dengan pendinginan (Cold Pressure Test)
1. Suruh o.p berbaring terlentang dengan tenang selama 20 menit.
P.III.2.1. mengapa o.p harus berbaring selama 20 menit? Agar tekanan darah benar-
benar normal pada keadaaan istirahat.
2. Selama menunggu pasanglah manset sfigmomanometer pada lengan kanan atas o.p.
3. Setelah o.p berbaring 20 menit, tetapkanlah tekanan darahnya setiap 5 menit sampai
terdapat hasil yang sama 3 kali berturut-turut (tekanan basal).
P.III.2.2. Apa kontriindikasi untuk melakukan cold pressure test? Demam.
4. Tanpa membuka manset, suruhlah o.p memasukan tangan kirinya kedalam air es (4
0
)
sampai pergelangan tangan.
5. Pada detik ke 30 dan ke 60 pendinginan, tetapkanlah tekanan sistolik dan
diastoliknya.
P.III.2.3 Bagaimana caranya supaya saudara dapat mengukur tekanan darah o.p
dengan cepat? Dengan cara inspeksi (melihat ketinggian air raksa saat air raksa
berhenti sesaat.
P.III.2.4. Apa yang diharapkan terjadi pada tekanan darah o.p selama pendinginan,
terangkan mekanismenya? Diharapkan tekanan darah menjadi turun akibat suhu yang
dingin (rendah).
6. Catatlah hasil pengukuran tekanan darah o.p selama pendinginan.
P.III.2.5. apa gunanya kita mengetahui bahwa seseorang termasuk golongan
hiperreaktor dan hiporeaktor? Untuk mencurigai kemungkinan terjadinya hipertensi
dikemudian hari dan untuk langkah preventif jika orang tersebut hiperreaktor.
7. Suruhlah o.p segera mengeluarkan tangan kirinya dari es dan tetapkanlah tekanan
sistolik dan diastoliknya setiap 2 menit sampai kembali ke tekanan darah basal.
8. Bila terdapat kesukaran pada waktu mengukur tekanan sistolik dan diastolic pada
detik ke 30 dan detik ke 60 pendinginan, percobaan dapat dilakukan 2 kali. Pada
percobaan pertama hanya dilakukan penetapan tekanan sistolik pada detik ke 30 dan
detik ke 60 pendinginan. Suruhlah o.p segera mengeluarkan tangan kirinya dari es dan
tetapkanlah tekanan sistolik dan diastoliknya setiap 2 menit sampai kembali ke
tekanan daerah basal. Setelah tekanan darah kembali ke tekanan basal, lakukan
percobaan yang kedua untuk menetapkan tekanan diastolic pada detik ke 30 dan detik
ke 60 pendinginan
III.2.2 Percobaan naik turun tangga bangku (Harvard Step Test)
TATA CARA
1. Suruhlah o.p berdiri menghadap bangku setinggi 19 inci sambil mendengarkan
detakan sebuah metronom dengan frekuensi 120x/menit.
2. Suruhlah o.p menempatkan salah satu kakinya di bangku, tepat pada suatu detakan
metronom.
3. Pada detakan beriikutnys (dianggap sebagai detakan kedua) kaki lainya di naikan
ke bangku sehingga o.p berdiri tegak di atas bangku.
4. Pada detakan ketiga, kaki yang pertama kali naik diturunkan.
5. Pada detakan keempat, kaki yang masih diatas bangku diturunkan sehingga o.p
berdiri tegak lagi didepan bangku.
6. Siklus tersebut diulang terus-menerus sampai o.p tidak kuat lagi tetapi tidak lebih
dari 5 menit. Catat berapa lama percobaan tersebut dilakukan dengan
menggunakan stopwatch.
7. Segera setelah itu, o.p disuruh duduk. Hitunglah dan catatlah frekuensi denyut
nadinya selama 30 detik sebanyak 3 kali masing-masing dari 1-130,dari 2-230
dan 3-330.
8. Hitunglah indeks kesanggupan o.p serta berikan peniilainnya menurut 2 cara
berikut ini :
a. Cara lambat
Indeks kesanggupan badan = lama naik turun bangku (dlm detik) x 100
2 x jumlah ketiga denyut nadi tiap 30
Penilaian : < 55 = kesanggupan kurang
55-64 = kesanggupan sedang
65-79 = kesanggupan cukup
80-89 = kesanggupan baik
90 = kesanggupan amat baik
b. Cara cepat
Indeks kesanggupan badan = lama naik turun bangku (dlm detik) x 100
5,5 x denyut nadi selama 30 pertama
Penilaian : < 50 = kurang
50-80 = sedang
80 = baik
Dengan daftar

Lamanya
Percobaan
Pemulihan denyut nadi dari 1 menit hingga 11 menit
40-
44
45-
49
50-
54
55-
59
60-
64
65-
69
70-
74
75-
79
80-
84
85-
89
90-
0 - 29
030 - 059
5
20
5
15
5
15
5
15
5
15
5
10
5
10
5
10
5
10
5
10
5
10
10 - 129
130 - 159
30
45
30
40
25
40
25
35
20
30
20
30
20
25
15
25
15
25
15
20
15
20
20 - 229
230 - 259
60
70
50
64
45
60
45
55
40
50
35
45
35
40
30
40
30
35
30
35
25
35
30 - 329
330 - 359
85
100
75
85
70
80
60
70
55
65
55
60
50
55
45
55
45
50
40
45
40
45
40 - 429
430 459
110
125
100
110
90
100
80
90
75
85
70
75
65
70
60
65
55
60
55
60
50
55
50 130 115 105 95 90 80 76 70 65 65 60

Petunjuk-petunjuk :
Carilah baris yang berhubungan dengan lamanya percobaan
Carilah lajur yang berhubungan dengan banyaknya denyut nadi selama 30 pertama.
Indeks kesanggupan badan terdapat di persilangan baris dan lajur.
Penilaian : kurang dari 50 = kurang
50 80 = sedang
lebih dari 80 = baik
P.III.2.6 hitung indeks kesanggupan badan seseorang dengan cara lambat dan cepat dengan
ada data sebagai berikut :
Lama naik turun bangku
Denyut nadi pada
1-130 = 75
2-230 = 60
3-330 = 40
1.Cara lambat
Rumus:
Indeks kesanggupan badan= lama naik turun bangku(detik)x100
2xjumlah 3 denyut nadi
= 240x100
2x(75+60+40)

= 68,57 (kesanggupan sedang)
2.cara cepat
Rumus:
Indeks kesanggupan badan= lama naik turun bangku(detik)x100
5,5x denyut nadi dalam 30 pertama
= 240x100
5,5x75
= 58,18 (kesanggupan sedang)


HASIL PERCOBAAN
Harvard Step Test
OP Frek.Nadi (I) Frek. Nadi (II) Frek>Nadi (III)
Rama 52 48 43
Ratna 67 65 62

Indeks Kesanggupan Badan
Rama : Cara cepat 45X100 / 368,5 = 12,2
Cara lambat (45X100) / (2X194) = 11,59 (kesanggupan kurang)

Ratna ; Cara cepat (74X100) / (55x52) = 25,876
Cara lambat 74X100 / 2X143 = 25,874 (kesanggupan kurang)
Kesimpulan :
Kesanggupan badan seseorang dapat dinyatakan dengan Indeks Kesanggupan Badan (IKB).
Semakin besar nilai IKB, semakin baik kesanggupan badan seseorang.

Cold Pressure test
OP : Yogi
Umur : 19 tahun
Tindakan Hasil pengukuran
Tekanan Basal 110/90; 110/90; 110/100;
110/90
M= 110/90
Direndam air es 30 detik 120/100
Direndam air es 60 detik 120/90
Setelah 2 menit 120/90

Berdasarkan hasil percobaan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa op
termasuk golongan hiporeaktor dikarena peningkatan tekanan sistolik <20mmHg dan
diastolik. <15mmHg.
Kesimpulan
Perubahan temperatur lingkungan menjadi dingin merupakan salah satu contoh
pengaruh fisik lokal pada otot, sehingga tekanan darah dapat berubah. Bila pada pendinginan,
tekanan sistolik naik lebih besar dari 20 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 15 mmHg
dibandingkan dengan tekanan basal, maka o.p tergolong hiperreaktor. Bila kenaikan tekanan
darah o.p masih di bawah angka-angka tersebut, o.p tergolong hiporeaktor. Efek pendinginan
menyebabkan tekanan darah seseorang meningkat disebabkan karena terjadinya
vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh darah.

DAFTAR PUSTAKA
Cameron, J.R.et al. 2006. Fisika Tubuh Manusia. Jakarta : EGC
Sherwood Lauralee, 2001. Fisiologi, Jakarta, penerbit EGC

Ganong.2008.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai