0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
220 tayangan27 halaman

Pengetahuan Perpetaan

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 27

PENGETAHUAN PERPETAAN

STANDAR KOMPETENSI
Mempraktikkan keterampilan dasar peta dan pemetaan
KOMPETENSI DASAR
Mendeskripsikan prinsip-prinsip dasar peta dan pemetaan
INDIKATOR

Menjelaskan Pengertian Peta


Mengklasifikasikan peta

Menjelaskan komponen-komponen peta

Menlakukan pengukuran arah dalam peta

Menginterpretasi peta

Menjelaskan syarat peta yang baik dan benar

Mengidentifikasi proyeksi peta

Menjelaskan cara memperbesar / memperkecil peta

Mencari / menghitung skala peta

Menghitung kemiringan lereng pada peta kontur

PENGERTIAN PETA
Di jaman yang semakin maju ini peta menjadi alat bantu yang sangat dibutuhkan dalam
perencanaan pembangunan diberbagai bidang, seperti bidang pertanahan, pertanian,
perkebunan, industri dan perdagangan, pelayaran, penerbangan, pendidikan, tata ruang
wilayah, politik dan keamanan, dan lain-lain. Terlebih untuk peta-peta tematik yang sifatnya
lebih khusus dan spesifik, sudah menjadi kebutuhan hampir setiap lembaga, lebih-lebih yang
bergerak di bidang perencanaan dan pembangunan suatu wilayah dalam skala lokal, regional,
nasional dan internasional.
Pada hakekatnya peta adalah sebuah alat peraga (Sandy, 1986), karena melalui peta seseorang
akan dapat menyampaikan sesuatu ide kepada orang lain. Ide tersebut dapat berupa gambaran
tentang bentuk-bentuk muka bumi, distribusi penduduk, penggunaan lahan di suatu tempat,
kesuburan tanah, kedalaman air laut, penyebaran iklim, dan lain-lain yang terutama berkaitan
dengan aspek keruangan (spasial).
Peta adalah gambaran konvensional dari permukaan bumi yang diperkecil dengan
menggunakan skala dan digambar di atas bidang datar sebagai kenampakan jika dilihat dari
atas dan ditambah dengan tulisan sebagai identitas.
Untuk mempelajari seluk beluk penggambaran permukaan bumi atau peta diperlukan
pengetahuan khusus yang mempelajari tentang peta yang dinamakan Kartografi

KLASIFIKASI PETA
1. Berdasarkan skala

Peta kadaster, berskla 1 : 100 1 : 5.000


Peta skala besar, berskala 1 : >5.000 1 : 250.000

Peta skala sedang, berskala 1 : >250.000 1 : 500.00

Peta skala kecil, beskala 1 : > 500.000 1 : 1.000.000

Peta geografi, berskla 1 : > 1.000.000

2. Berdasarkan Isinya
Peta umum : peta yang menggambarkan segala sesuatu yang ada dalam suatu daerah
yang dipetakan. Contoh : peta topografi, peta chorografi, peta dunia
Peta khusus/ tematik : peta yang hanya menggambarkan kenampakan tertentu saja
atau menggambarkan satu aspek saja. Contoh peta kepadatan penduduk, peta geologi,
peta navigasi, peta pariwisata, peta kontur dll
3. Berdasarkan bentuk

Peta foto : yang dihasilkan dari mosaik foto udara/ortofoto yang dilengkapi garis
kontur, nama, dan legenda.
Peta garis : peta yang menyajikan detail alam dan buatan manusia dalam bentuk titik,
garis, dan luasan. Misal: peta rupa bumi (topografi), peta tematik.

KOMPONEN-KOMPONEN PETA
a.

Judul Peta

Judul peta mencerminkan isi dan tipe peta. Judul biasanya dicantumkan di bagian atas peta
dengan huruf besar. Fungsi judul adalah menunjukkan daerah yang digambarkan oleh peta
tersebut.
b.

Orientasi Peta/ Penunjuk Arah

Merupakan gambar penunjuk arah mata angin, pada umumnya peta berorientasi Utara,
diletakkan di sudut kanan atas atau tempat lain yang kosong
c.

Skala

Skala adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara jarak di peta dengan jarak yang
sebenarnya di permukaan bumi. Secara umum skala dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
1)

Skala angka/numerik

Skala yang berupa angka-angka. Misalnya skala peta 1: 200.000, skala peta 1 : 1.000.000
dan sebagainya

2)

Skala Garis/Grafik

Skala yang ditunjukkan dengan membuat garis linier dengan membuat perbandingan pada
setiap ruasnya.
Contoh
0

3) Skala kalimat/verbal
Skala Yang menggunakan kalimat baku sebagai pentunjuk skala. Jenis skala ini banyak
dipakai di Eropa yang biasanya menggunakan satuan inchi dan mil.
Contoh : One Inch to two miles
1. d.

Legenda/keterangan

Legenda adalah keterangan yang penting yang memberikan keterangan dan penjelasan
tentang simbol-simbol yang terdapat pada peta.
1. e.

Garis koordinat astronomi

Garis ini diperlukan untuk mengetahui letak astronomi suatu tempat. Biasanya terdiri dari
garis bujur dan garis lintang yang dituliskan di tepi peta dengan menujukkan berapa derajat,
berapa menit dan berpa detik.
1. f.

Lattering/tata tulis

Adalah tata tulis tulisan dan angka. Secara umum penulisan suatu obyek pada obyek daratan
ditulis dengan huruf tegak, sedangkan simbol obyek perairan ditulis dengan huruf miring.
1. g.

Sumber dan Tahun pembuatan

Sumber peta sangat penting, terutama untuk peta thematik. Sedangkan tahun pembuatan
sangat penting mengingat ada tidaknya obyek pada waktu pembuatan sekarang ataua
kemudian ahri akan berubah baik medan yang alami maupun medan buatan
1. h.

Inset

Inset adalah peta kecil yang berfungsi memberikan tekanan atau penjelasan pada peta utama.
Sehingga akan memperjelas dan mempertajam informasi peta utama.
1. i.

Garis tepi

Berfungsi mempermudah dalam membuat peta. Biasanya dibuat rangkap dua


1. j.

Tata warna

Tata warna sangat penting jika peta yang dibuat adalah peta berwarna. Fungsi warna adalah
sebagai berikut :
1)

membedakan tinggi rendahnya suatu daerah dan kedalaman laut

2)

memberikan kualitas dan kuantitas peta

3)

keindahan ( estetika)
1. k.

simbol

Simbol adalah tanda atau lambang yang mewakili obyek di permukaan bumi yang terdapa
pada peta. Mengingat pentingnya materi ini, maka simbol disajikan pada bagian tersendiri
sebagai berikut.
Peta dianggap baik dan benar (Sandy ,1986:1-2) setidaknya memenuhi persyaratan sebagai
berikut: peta tidak boleh membingungkan mudah dipahami atau dimengerti, sehingga
tidak boleh serumit kenampakan aslinya menggambarkan cukup teliti sesuai temanya
indah dipandangAgar peta tidak membingungkan bagi para pengguna, maka peta harus
dilengkapi dengan: legenda/keterangan, skala peta, judul peta, inset peta.Agar peta mudah
dimengerti/ditanggkap maknanya oleh pengguna peta, maka peta harus menggunakan: tata
warna, simbol, proyeksi peta. Sedangkan dalam aspek ketelitian peta sangat terkait dengan
tujuan peta dan jenis peta serta skala peta yang akan dibuat.
Fungsi dan Tujuan Pembuatan Peta
Fungsi:

Menunjukkan posisi atau lokasi relatif (letak suatu tempat dalam hubungannya
dengan tempat lain di permukaan bumi).
Memperlihatkan ukuran (dari peta dapat diukur luas daerah dan jarak-jarak di
atas permukaan bumi).

Memperlihatkan bentuk (benua, negara, provinsi, gunung, lembah, dll).

Mengumpulkan dan menyeleksi data-data dari suatu daerah dan menyajikan di


atas peta, melalui media simbol.

Tujuan pembuatan peta


Untuk komunikasi informasi ruang
Untuk menyimpan informasi

a.

Untuk membantu pekerjaan: konstruksi jalan, navigasi, perencanaan, media


pembelajaran.

Untuk membantu dalam suatu desain, misal: desain tata ruang wilayah, jalan, dll.

Untuk analisis data spatial, misal: perhitungan volume, evaluasi lahan, dll.
Judul Peta

Judul peta mencerminkan isi dan tipe peta. Judul biasanya dicantumkan di bagian atas peta
dengan huruf besar. Fungsi judul adalah menunjukkan daerah yang digambarkan oleh peta
tersebut.
1. b.

Orientasi/arah

Biasanya merupakan gambar arah mata angin dengan arah utara sebagai pedoman sehingga
tidak mengganggu informasi yang ada di dalam peta.
1. c.

Skala

Skala adalah perbandingan antara jarak yang terdapat pada peta dengan jarak yang
sebenarnya di permukaan bumi. Secara umum skala dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
1)

Skala angka/numerik

Skala yang berupa angka-angka. Misalnya skala peta 1: 200.000, skala peta 1 : 1.000.000
dan sebagainya
2)

Skala Garis/Grafik

Skala yang ditunjukkan dengan membuat garis linier dengan membuat perbendingan pada
setiap ruasnya.
Contoh
0

3) Skala kalimat/verbal
Skala Yang menggunakan kalimat baku sebagai pentunjuk skala. Jenis skala ini banyak
dipakai di Eropa yang biasanya menggunakan satuan inchi dan mil.
Contoh : One Inch to two miles
1. d.

Legenda/keterangan

Legenda adalah keterangan yang penting yang memberikan keterangan dan penjelasan
tentang simbol-simbol yang terdapat pada peta.
1. e.

Garis koordinat astronomi

Garis ini diperlukan untuk mengetahui letak astronomi suatu tempat. Biasanya terdiri dari
garis bujur dan garis lintang yang dituliskan di tepi peta dengan menujukkan berapa derajat,
berapa menit dan berpa detik.
1. f.

Lattering/tata tulis

Adalah tata tulis tulisan dan angka. Secara umum penulisan suatu obyek pada obyek daratan
ditulis dengan huruf tegak, sedangkan simbol obyek perairan ditulis dengan huruf miring.

1. g.

Sumber dan Tahun pembuatan

Sumber peta sangat penting, terutama untuk peta thematik. Sedangkan tahun pembuatan
sangat penting mengingat ada tidaknya obyek pada waktu pembuatan sekarang ataua
kemudian ahri akan berubah baik medan yang alami maupun medan buatan
1. h.

Inset

Inset adalah peta kecil yang berfungsi memberikan tekanan atau penjelasan pada peta utama.
Sehingga akan memperjelas dan mempertajam informasi peta utama.
1. i.

Garis tepi

Berfungsi mempermudah dalam membuat peta. Biasanya dibuat rangkap dua


1. j.

Tata warna

Tata warna sangat penting jika peta yang dibuat adalah peta berwarna. Fungsi warna adalah
sebagai berikut :
1)

membedakan tinggi rendahnya suatu daerah dan kedalaman laut

2)

memberikan kualitas dan kuantitas peta

3)

keindahan ( estetika)
1. k.

simbol

Simbol adalah tanda atau lambang yang mewakili obyek di permukaan bumi yang terdapa
pada peta. Mengingat pentingnya materi ini, maka simbol disajikan pada bagian tersendiri
sebagai berikut.
1. 1.

Komponen Peta

Apabila anda cermati atau perhatikan pada setiap peta-peta, di dalamnya kita jumpai berbagai
komponen yang menjadi bagian atau kelengkapan peta, seperti: judul peta, skala peta, simbol,
keterangan/legenda, koordinat geografis, orientasi/arah, inset peta, dan lain-lain. Komponen
peta tersebut merupakan bagian penting dan salah satu persyaratan dari sebuah peta yang
baik. dan benar.
Ada beberapa perbedaan antara komponen peta umum (Rupabumi/topografi) dan peta
khusus atau peta tematik. Pada peta umum komponen peta lebih kompleks dan standar atau
baku. Sebagai contoh Peta Rupabumi telah memiliki standar baku (berdasarkan konvensi),
dimana baik jenis informasi tepi, komposisi, desain tata letak, tata warna maupun simbolsimbol yang digunakan relative sama/seragam.
Namun untuk peta khusus atau peta tematik komponen petanya lebih sederhana dan cukup
bervariasi antara satu peta dengan peta yang lain. Tidak ada ketentuan baku yang
mengharuskan sebuah peta tematik satu dengan peta yang lain harus sama komponennya
misalnya dalam hal tata letak atau posisi informasi tepi, tata warna dan lain-lain.

Gambar 1. Contoh Peta RBI dan komponen informasi tepi


Komponen-komponen peta tematik
Gambar 3. Komponen informasi tepi peta tematik
LANGKAH-LANGKAH PEMETAAN
Pemetaan adalah kegiatan pemrosesan data survai sampai menyajikannya menjadi geoinformasi. Artinya bahwa pemetaan dapat dibuat di laboratorium/ studio atau di lapangan.
Bagaimana caranya?
1. Secara fotogrametri akan menghasilkan peta dasar.
2. Secara inderaja akan menghasilkan peta tematik.
Lalu, apa itu survai?
Survai adalah kegiatan pengumpulan data.
Bagaimana caranya?
Dapat dilaksanakan melalui:
1. Pengukuran (measurement) atau pengamatan (observation).
2. Penginderaan (sensing) dari udara (airbone) atau antariksa (spaceborne)

Perbedaan fakta dan data:


Laki-laki (memiliki ciri perempuan):
Jadi,

- rambut panjang
- jalan gemulai
- pakai anting
fakta itu benar, sedangkan data bisa benar atau salah.

1. 1.

Pembuatan Peta Dasar Untuk Peta

Apabila kita ingin membuat peta tematik, maka sebelumnya kita perlu menyiapkan peta
dasar. Peta dasar merupakan peta kerangka letak/lokasi yang nanti akan dilengkapi atau diisi
dengan data-data sesuai dengan

(surve terristris)

isi/tema peta yang akan digambar. Untuk memperoleh peta dasar tersebut dapat dilakukan
dengan beberapa cara, yaitu:
peta dasar dari pengukuran sendiri
di lapangan/lokasi yang akan dipetakan ?
Gambar 4. Seorang sedang
melakukan pengukuran dengan alat
ukur (GPS)
( survey terristris).

peta dasar dari kerangka peta yang telah


tersedia/tergambar dipeta rupabumi (RBI),
Atlas, Peta dinding, atau Globe.
Gambar 5. Seseorang sedang ngeblad peta
Dalam era kemajuan teknologi informasi (TI) proses pembuatan peta telah terbantu, sehingga
untuk melakukan pemetaan suatu wilayah dapat dilakukan dengan cepat dan mudah.
Pemanfaatan peta dasar yang dahulu banyak bersumber dari peta rupabumi, sekarang sudah
banyak yang beralih menggunakan citra penginderaan jauh.
Citra penginderaan jauh yang banyak digunakan sebagai sumber peta dasar adalah; citra foto
udara, citra satelit Landsat, citra satelit Spot, citra satelit Ikonos, dan citra satelit Quickbird.
Dengan menggunakan citra penginderaan jauh, gambaran muka bumi yang akan dipetakan
akan dapat memberikan data dan informasi yang terkini. Kenampakan-kenampakan obyek
fisik, sosial dan budaya beserta batas-batas administratif maupun batas geografis akan
tampak. Dengan demikian kerangka letak (sebagai peta dasar) mudah dilacak atau ditelusuri
lewat citra tersebut (lihat gambar 12. citra penginderaan jauh).
Gambar 6. Contoh Peta Dasar

Untuk membuat peta dasar dapat dilakukan


dengan membuat pemba-tas garis (deliniasi)
terhadap obyek yang akan kita gambar. Jika
sumber citra penginderaan jauh dapat
langsung kita gambar; Jika dari sumber peta
rupabumi dan skalanya.

berbeda bisa melalui bantuan pantograf Jika mempunyai sarana komputer yang dilengkapi
software (perangkat lunak) program berbasis peta, maka langsung dapat dilakukan dijitasi
pada obyek di layar monitor (digitasi on screen) atau dengan meja digitizer.
.
1. 2.

Penetuan Arah / orientasi peta

Perlu kita ketahui bahwa orientasi atau penunjukkan arah pada peta, tidak selamanya peta
berorientasi utara (utara di sebelah atas). Kadang ada pula peta berorientasi selatan, barat,
atau timur, sesuai dengan kepentingannya. Selain itu pula perlu diperhatikan bahwa utara
yang dipakai dalam peta ada tiga arah utara yaitu: utara geografis, utara magnitis, dan utara
meridian. Utara geografis (true north/TN/US) adalah utara yang melalui kutub utara dan
kutub selatan bumi. Utara magnitis (magnetic north/MN/UM) adalah utara yang melalui
kutub magnit bumi. Sedangkan Utara Meridian (Grid North/Meridian North/GN/UTM)
adalah utara yang sejajar dengan meridian sentral dan tegak lurus standar paralel setempat.
Dalam implementasinya di dalam pembuatan peta kita dapat menggunakan ketiga-tiganya
(Peta RBI), tetapi juga dapat diambil salah satu dari padanya. Sebab jika suatu tempat satu
sudah diketahui arahnya, maka arah yang lain dapat diketahui pula.
Contoh arah dalam Peta RBI Tegal Lembar 1309-314
US = Utara Sebenarnya (Geografi)
UG= Utara grid (UTM)
UM= Utara magnetik
UM

US

UG

150
130
1. 3.

Merancang Simbol Peta Tematik

Gambar7. Merancang
Simbol
Setelah kerangka letak/lokasi tersedia, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
perancangan simbol-simbol yang akan digunakan untuk penggambaran peta tematik. Perlu
diketahui bahwa peta adalah suatu media komunikasi grafis, dengan demikian informasi yang
ditampilkan dalam peta berupa simbol-simbol. Bahkan untuk peta tematik, simbol
merupakan informasi pokok, karena untuk menunjukkan tema suatu peta. Hal-hal yang
penting dalam merancang simbol peta tematik, antara lain: menentukan jenis simbol,
besaran/ukuran simbol, warna simbol, jumlah simbol dan posisi simbol akan diletakkan.
SIMBOL YANG BAIK:
v kecil
v terang/jelas
v mudah digambar

DATA PETA TEMATIK:


v data primer : surve
lang-sung lapangan;
v data sekunder: dari
kan-tor statistik, bukubuku laporan.
Simbol yang baik adalah yang mudah dikenal sekalipun tanpa menggunakan suatu
keterangan/legenda. Selain itu simbol hendaknya kecil, terang, dan mudah digambar. Dalam
pemetaan tematik penggambaran simbolnya tidaklah seketat pada simbol peta-peta umum
atau peta Rupabumi (RBI).
Simbol peta tematik lebih sederhana dan dibolehkan untuk merancang simbol sendiri
sepanjang simbol tersebut memiliki relevansi dengan unsur atau obyek yang digambarkan.
Sedangkan symbol untuk peta umum (RBI atau Topografi) sudah ada pembakuan secara
khusus (seragam berdasarkan konvensi asosiasi kartografi Internasional).
Telah kita ketahui bersama bahwa peta merupakan citra geospasial yang dapat mempengaruhi
konsepsi orang tentang ruang Pengaruh peta ini sebagian karena adanya kesepakatan
konvensi dan sebagian lain karena adanya karakteristik umum grafik yang digunakan.
Konvensi memegang peranan penting terutama dalam pemetaan topografis. Sebagian besar
symbol yang digunakan dalam peta RBI atau topografi telah diwariskan kepada kita semenjak
abad 18. Di antara konvensi tersebut adalah bahwa perairan digambarkan dengan warna biru,

hutan dengan hijau tua, daerah permukiman dan perkotaan disimbolkan dengan warna merah,
abu-abu, atau warna merah jambu.
Data yang harus divisualisasikan akan selalu mengacu kepada obyek atau fenomena nyata. Ia
dapat dalam bentuk ketinggian yang diukur sepanjang jaringan lalu lintas, jumlah penduduk
yang tinggal di daerah tersebut, atau volume sebuah bukit dalam ribuan meter kubik.
Dalam kartografi kita menggunakan simbol titik (dot), symbol garis (dash) dan simbol
bidang (patches) untuk mempresentasikan lokasi dan atribut-atribut data titik, garis, wilayah
dan volume obyek.

Contoh simbol Peta Umum (Rupabumi)


Contoh simbol Peta Tematik

Persoalan penting lagi yang


perlu diperhatikan ketika
Simbol area kualitatif dan
akan merancang simbol peta
kuantitatip
tematik adalah melakukan
analisis data-data sekunder atau data primer yang akan dituangkan ke dalam peta. data

sekunder biasanya berupa data-data statistik yang telah tersedia di buku-buku laporan BPS.
Sedangkan data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan secara langsung di
lapangan oleh si pembuat peta. Pada saat melakukan analisis data tersebut harus dikaitkan
secara langsung dengan unsur, besaran dan sifat data yang akan dipetakan. Apakah unsur
data berupa unsur buatan manusia (man made features), unsur perairan (hydrography), unsur
relief (hypsography), atau unsur tumbuh-tumbuhan (vegetation). Sedangkan besaran data
sangat tergantung data sekunder atau data statistik yang tersedia; ditinjau dari sifatnya, data
dapat berupa data kuantitatif maupun data kualitatif .

Latihan 1

1. 4.
Ga
mba
r 8.
Nama Tugas
: Menggambar peta
Tata
leta
Alat/bahan
: Kompas Azimut, pita ukur, kertas manila, pensil, k
Mod
penggaris, busur derajat, karet penghapus.
el A
2. Tata
Intruksi
: Buat gambar kerangka peta (peta dasar) dengan
letak
cara pengu-kuran lapangan; lokasi kegiatan di sekitar halaman
sekolah; waktu 35 menit.
Bentuk Tugas

: Kelompok (per kelompok terdiri 3 orang siswa).

Tagihan
/layout Peta Tematik

: Paparan di depan kelas

Merancang tata letak peta merupakan tahapan kerja yang penting diperhatikan bagi setiap
orang yang akan menggambar peta. Hal itu dimaksudkan agar peta benar-benar komunikatif,
mudah dibaca dan ditafsirkan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pengguna peta.
Adapun unsur-unsur peta yang perlu ditata posisinya adalah: judul peta, skala peta,
keterangan/legenda, koodinat lintang dan bujur, inset peta, sumber data, dan informasiinformasi lain. Unsur-unsur tersebut sedapat mungkin ditempatkan pada komposisi yang
seimbang (balance) dalam tata letak informasi tepi. Selain itu ukuran huruf (text), tipe huruf
(style) perlu dipertimbangkan besar-kecilnya.
Pada umumnya peta tematik meng-gambarkan daerah yang berbentuk pulau, propinsi,
kabupaten, kecama-tan, desa, suatu negara atau dapat pula kawasan hutan, daerah aliran
sungai, dan lain-lain. Daerah atau wilayah tersebut memiliki variasi bentuk kerangka letak
yang berma-cam-macam. Oleh karena itu penyu sunan tataletak informasi tepi peta harus
menyesesuaikan, dengan tetap berpedoman pada prinsip keseim-bangan.

Gambar 8, dan 9 adalah contoh tata letak dalam peta tematik.

7
1. Judul peta
2. Skala
3. Petunjuk arah

4. Legenda/keterangan

5. Sumber peta

6. Pembuat peta

1.

7. Latihan
Koordinat
2 geografis
8. Inset peta

1. 5.

Buatlah gambar bentuk wilayah suatu tempat secara sembarang, kemudian


susunlah tata letak peta sebagaimana prinsip-prinsip yang telah dijelaskan
di muka. Pekerjaan cukup dengan menggunakan kertas dalam buku
skrip/catatan masing-masing. Waktu yang disediakan 15 menit, dikerjakan
secara individual
Pencetakan Peta

Setelah pekerjaan ploting simbol dan penyusunan komposisi informasi peta


dilakukan, dan sudah dianggap cukup, maka dilakukan pencetakan peta. Teknologi
pencetakan peta ternyata sekarang mengalami kemajuan yang luar biasa. Dahulu bila ingin
mencetak atau menggandakan peta, maka diperlukan proses yang relatif panjang, karena
harus melewati proses pembuatan film terlebih dahulu. Sekarang cetak peta dapat dilakukan
tanpa film. Berkat kemajuan teknologi dijital gambar peta dapat langsung dicetak dengan
biaya yang relatif lebih efisien dan kualitas hasil peta yang lebih bagus.
Gambar 07. Alat Pencetak Peta Teknologi Dijital
Gambar 10. Plotter
Pada awal sebelum adanya kemajuan teknologi kom-puter, penggambaran dan pencetakan
peta dilakukan secara manual (digambar tangan manusia). Hal itu tentu memerlukan waktu
yang relatif lebih lama dan hasilnyapun kurang sempurna. Jumlah dan jenis peta tematik
dipasaran belum banyak bila dibanding deng-an peta-peta umum. Peta tematik biasanya
dibuat ber-dasarkan atas kepentingan yang lebih khusus, antara pengguna satu dengan yang
lain belum tentu sama.

Gambar 11. Proses Tahapan Langkah Pemetaan Tematik

ANALISIS DATA
(sekunder & primer)

DESAIN TATA-LETAK DAN


PLOTTING SIMBOL

PETA
TEMATIK

SKALA PETA
Secara sederhana skala peta merupakan perbandingan jarak horizontal kedua titik sembarang
di peta dengan jarak horizontal kedua titik itu dipermukaan bumi (dengan satuan ukuran yang
sama). Namun ada sesuatu pemahaman terhadap skala yang lebih dari sekedar perbandingan
jarak, yakni bahwa skala peta juga dapat memberikan makna pada tingkat kedetilan peta.
Dalam arti, bahwa semakin besar skala peta, maka tingkat ketetilan peta akan semakin tinggi,
sebaliknya semakin kecil skala peta, maka tingkat kedetilannya juga semakin rendah.

Batasan antara peta berskala besar, menengah dan kecil tidak dijelaskan secara baku. Hal itu
mengingat bahwa pemahaman seseorang terhadap besaran skala peta sangat bergantung pada
peran dan fungsi peta yang bersangkutan dalam konteks kepentingan apa. Sebagai contoh,
seorang ahli perencanaan tata ruang kota, peta skala 1 : 100.000 dianggap skala kecil, tetapi
sebaliknya bagi seseorang ahli ekonomi regional peta skala tersebut sudah dianggap sangat
besar.
Namun, untuk kebutuhan praktis dapat dipakai pengelompokan produk peta rupabumi
BAKOSURTANAL, sebagai berikut.
Tabel 01. Macam Skala Peta Rupabumi
SKALA PETA
1 : 10.000
1 : 25.000
1 : 50.000
1 : 100.000
1 : 250.000
1 : 500.000
1 : 1.000.000

Jarak 1 cm di peta mewakili jarak horizontal di


lapangan
100 meter
250 meter = km
500 meter = km
1000 meter = 1 km
2.500 meter = 2,5 km
5.000 meter = 5 km
10.000 meter = 10 km

Skala peta/citra merupakan perbandingan jarak di peta dengan jarak sebenarnya yang
dinyatakan dengan angka atau garis atau gabungan keduanya. Makin kecil skala suatu peta,
maka semakin banyak generalisasi yang perlu dilakukan terhadap peta tersebut dan peta/citra
skala besar sudah tidak terpakai lagi. Hubungan antara skala peta/citra dan tingkat kerincian
informasi yang diperoleh adalah bahwa semakin besar skalanya maka semakin rinci
informasi yang bisa diperoleh. Skala peta akan mengendalikan tingkat kerincian ketersediaan
informasi dasar. Sebagai contoh, peta geologi dapat dibagi menjadi empat jenis (modifikasi
dari Barnes, 1981 dan Peters, 1986), yaitu:
1. Peta tinjau (reconnaissance): dibuat untuk mengetahui sebanyak mungkin geologi

sesuatu daerah yang belum dikenali dengan waktu cepat. Peta tersebut biasanya dibuat
berskala 1:25.0001:50.000 kadang lebih kecil lagi.
2. Peta geologi detil: peta geologi berskala besar, umumnya disusun atau mengacu
berdasarkan data peta tinjau atau peta geologi regional dan menggunakan satuan tak
resmi, yaitu satuan batuan. Skala-skala peta ini berkisar antara 1:10.000 hingga
1:5.000. Peta-peta ini biasanya dibuat untuk menyelidiki sesuatu masalah geologi
yang khusus atau tujuan keekonomian seperti penyelidikan bahan galian.
3. Peta khusus: berskala besar yang dibuat secara terperinci pada daerah terbatas untuk

merekam sifat-sifat khusus geologi. Umumnya peta khusus dibuat untuk tujuan
ekonomi, seperti peta daerah peta sebaran lapisan batubara atau bahan galian, peta
geologi bawah permukaan, peta geofisika dan geokimia rinci. Umumnya berskala
1:500 hingga 1:2.000.
4. Peta geologi regional: secara resmi dikeluarkan oleh P3G berskala 1:100.000 dan

menggunakan satuan resmi, yaitu formasi. Umumnya peta geologi regional dibuat

dibantu oleh fotogeologi secara bersistem, kadang disertai data hasil geokimia,
geofisika dan pemboran.
Senarai:

Fakta adalah keadaan atau kejadian yang merupakan kenyataan, sesuatu yang benar
terjadi atau apa adanya dari suatu obyek dan bersifat bebas nilai.
o Data adalah fakta yang direkam dengan metode tertentu (agar objektivitas
terjamin).
o

Informasi adalah data yang telah diolah untuk suatu kepentingan. Oleh karena
itu informasi adalah kekuasaan, artinya barang siapa yang menguasai
informasi, maka padanya terletak kekuasaan dan keleluasaan memilih
alternatif tindakan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.

Beberapa Cara Menyatakan Skala Peta


Secara umum skala peta dapat dinyatakan dalam dua cara, yaitu:
1. Cara numerik atau angka, misalnya: 1 : 5000; 1 : 10.000; 1 : 1000.000; dan lain-lain.
2. Cara grafis, seperti gambar di bawah ini
0

5 Km

!_____!_____!_____!_____!_____!
0

5 Cm

1. Cara verbal :
1 cm per 10 km; 1 inch to seven miles
Mencari Skala dari suatu peta yang skalanya tidak tercantum atau tidak diketahui
Ada beberapa cara untuk mencari skala suatu peta yang tidak diketahui skalanya.
1. Membandingkan dengan peta lain yang daerahnya sama dan tercantum skalanya.
Untuk memudahkan perhitungan dapat digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
d1
P2 = x P1
d2
d1

P2

= Penyebut skala yang akan dicari

P1
= Penyebut skala yang diketahui
skalanya

= Jarak pada peta yang sudah diketahui skalanya

d2 = jarak pada peta yang dicari skalanya

1. Membandingkan suatu jarak horizontal di lapangan dan jarak yang mewakilinya pada
peta.
Contoh:
Jarak Titik A B dalam peta = 10 cm
Jarak titik A B diukur di lapangan = 5 km (500000 cm)
Jadi skala petanya adalah:
10 cm
Skala peta =
500.000 cm
=

1/50.000

atau skala 1 : 50.000

1. Dengan cara menghitung jarak dua buah garis lintang (paralel)


Contoh:

Jarak lengkung 1 paralel di permukaan bumi 110,56 km (111 km)


Jarak 1 di peta diukur dengan penggaris 1,5 cm
Jadi skala peta tersebut adalah: 1,5 cm : 111 km (11.100.000 cm)
Atau skala 1 : 7.400.000
1. Dengan cara menghitung kontur interval khususnya pada peta rupabumi Indonesia
Contoh:
75
100
125
Peta tersebut di atas memiliki interval kontur 25 m, dengan demikian dapat dihitung skala
petanya adalah:
Ci = 1/2000 x Penyebut skala
25 = 1/2000

= 25 x 2000

= 50.000

atau

1 : 50.000

Memperbesar dan memperkecil skala peta


Pada dasarnya skala peta dapat kita perbesar daperkecil sesuai keinginan atau kepentingan
kita. Ada beberapa cara yang dapata dilakukan untuk memeperbesar dan memperkecil skala
peta, yaitu:
1. Dengan sistem grid bujur sangkar (grid square)
2. Dengan alat pantograph
3. Dengan foto copy
4. Dengan menggunakan computer yang dilengkapi dengan perangkas lunak (software
GIS) berbasis peta.
Sistem Grid Bujur Sangkar
Cara ini sering juga disebut metode Union Jack
Contoh:

Peta skala 1 : 50.000

di ubah menjadi 1 : 25.000

Dengan alat Pantograf

Suatu alat memperbesar/memperkecil skala yang bekerjanya berdasarkan prinsip


paralelogram. Alat ini paling banyak dijumpai di lembaga-lembaga perpetaan. Teknis
operasionalnya juga relative mudah, namun sifatnya masih manual.
Dampak Perubahan Skala Pada Peta
Seorang pengguna peta perlu juga memahami dampak perubahan skala dalam membaca peta.
Proses pengecilan peta dikenal dengan istilah generalisasi, misalnya dari skala 1 : 50.000
menjadi skala 1 : 25.000 (lihat gambar 01). Generalisasi adalah proses penyerderhanaan peta
yang disebabkan adanya pengecilan atau turunan peta dari skala besar ke skala kecil dengan
mempertahankan cirri/karakteristik utama dari peta yang bersangkutan.
Adapun ahal-hal yang dilakukan dalam generalisasi adalah : pemilihan, penyerderhanaan,
kombinasi, pembesaran.
Gambar 01. Penyederhanaan obyek dengan skala yang berbeda
(dari skala 1 : 10.000 ke 1 : 50.000) dengan cara generalisasi
1)
2)
Detail obyek
25.000 tidak

pada skala 1 :
dapat dikenali

pada skala
maka perlu

1 : 50.000

penyederhanaan
Skala 1 : 20.000

1 : 10.000

Pembuatan peta skala 1 : 10.000 dari data skala 1 : 25.000


tidak merubah tingkat detail informasi skala 1 : 10.000, artinya
Informasi yang disampaikan tetap informasi skala 1 : 25.000
Contoh merubah skala peta
Masalah umum yang timbul dalam kartografi adalah apabila peta akan diubah skalanya.
Pelaksanaannya akan mudah apabila kita selalu ingat akan:

Arti atau maksud pada masing-masing skala


Bahwa 1 mil = 63.360 inchi dan 1 inci = 2,54 cm

1 mil = 1,60934 km

1 km = 0,621 mil

1 kaki = 0,3048 m

Contoh 1:
Diketahui

: Skala angka 1 : 100.000

Ditanyakan : ubah ke tipe skala lain


Jawab:
1 inci pada peta sesuai dengan 100.000 inci di lapangan atau sesuai
150.000

mil = 1,36 mil atau skala 1 inci : 3,36 mil( 1 inch to 1,36

63.360
Miles)

1 cm pada peta sesuai dengan 100.000 cm di lapangan atau sesuai dengan 1 km di


lapangan.

Skala grafiknya :

5 km

!!!!!!
Contoh 2:
Diketahui skala graffik sepanjang 5 cm yang menunjukkan 10 mil
Ditanyakan rubah ke tipe skala yang lain.
Jawab:

5 cm pada peta sesuai dengan 10 mil di lapangan.

5/2,54 inci = 2 inci di peta sesuai dengan 10 mil di lapangan.


Skala inci disbanding milnya adalah 1 inci : 5 mil ( I inch to 5 miles)

1 inci pada peta sesuai dengan 5 mil di lapangan atau sesuai dengan

5 x 63.360 = 316.800 inci di lapangan


Skala angkanya adalah:
PENGGUNAAN PETA

1 : 316.000

Peta merupakan cermiman berbagai tipe informasi muka bumi, sehingga dapat
digunakan sebagai sumber data dan informasi spasial yang cukup baik. Namun demikian
untuk dapat menggunakan peta dengan baik diperlukan tuntunan dalam pemakaiannya. Ada
tiga tahapan dalam menggunakan peta, yaitu: 1) tahap pembacaan; 2) tahap analisis; dan 3)
tahap interpretasi.
1. Membaca Peta
Membaca peta merupakan tahapan pertama dalam penggunaan peta, yakni mencoba
mengidentifikasi symbol, membaca apa arti symbol. Untuk dapat melakukan pekerjaan ini,
seseorang harus mengetahui tentang bahasa peta. Bahasa peta adalah informasi tepi peta yang
meliputi: judul, nomor lembar peta, skala, orientasi, sumber pembuat peta, proyeksi peta,
legenda, administrasi indek.
Dengan demikian begitu melihat symbol di dalam peta, pengguna akan menjadi jelas
mengenai makna ataupun bentuk unsure lingkungan apa yang tergambar dalam peta.
Kesalahan yang sering terjadi adalah pengguna langsung berusaha menterjemahkan arti
symbol-simbol tanpa mempelajari keterangan/legenda dan informasi tepi yang lain terlebih
dahulu.
1. 2. Analisis Peta
Di dalam analisis peta, akan lebih baik apabila dilakukan oleh mereka yang mempunyai latar
belakang pengetahuan ilmu-ilmu kebumian, antara lain pengetahuan geologi, geomorfologi,
pertanian, kehutanan, kerekayasaan dan pakar lain yang berbasis keruangan. Meskipun
analisis peta rupabumi dilakukan sesuai tujuan pembuatan peta, tetapi pendekatan utamanya
adalah berdasarkan karakteristik geomorfologi.
Untuk sistematika analisisnya perlu memperhatikan tiga hal, yaitu:

1
Analisis harus dikerjakan secara
bertahap.
2

Mulailah dari hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus/detil.

3
Lakukan analisis dari bentuk-bentuk yang paling diketahui (mudah) hingga bentukbentuk yang sulit atau belum diketahui.
Cara analisis peta dilakukan dengan memperhatikan pola garis kontur dan data geomorfologi,
sehingga pendekatan utamanya adalah berdasarkan karakteristik geomorfologinya. Oleh
karena itu, analisis dapat dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif. Demikian pula
dengan analisis citra dilakukan dengan memperhatikan unsur dasar pengenalan dan unsur
dasar penafsiran dengan pendekatan utamanya adalah berdasarkan karakteristik
geomorfologinya. Unsur dasar pengenalan meliputi bentuk, ukuran, pola, bayangan, rona,
tekstur, hubungan sekitar dan lokasi. Untuk unsur dasar penafsiran terdiri dari bentuklahan,
pola pengaliran, tumbuhan penutup dan hasil budi daya manusia.

Dengan kata lain, analisis peta rupabumi atau citra adalah tindakan penyederhanaan
fenomena-fenomena yang kompleks dari pola garis kontur, unsur dasar pengenalan dan
penafsiran serta karakteristik geomorfologinya. Kemudian dilakukan pengelompokan untuk
menyederhanakan atas dasar kesamaan-kesamaan perwatakan dari struktur geologi, proses
geomorfologi dan kesan topografi. Analisis peta atau citra merupakan langkah awal dari
evaluasi yang didasarkan pada identifikasi dan interpretasi pola garis kontur, unsur-unsur
pengenalan dan penafsiran serta karakteristik geomorfologinya.
Perolehan data dari peta atau citra dapat dijadikan data dasar untuk analisis lanjutan yang
evaluasinya dapat dilakukan secara manual maupun Sistem Informasi Geografi (SIG). Untuk
analisis data yang telah diproses harus memperhatikan macam, banyak, sebaran dan validitas
data.
1. 3. Interpretasi Peta
Interpretasi peta merupakan perbuatan mengkaji peta dengan maksud untuk mengidentifikasi
obyek sesuai tujuan dan latar belakang pengetahuan si penafsir. Dengan kata lain, interpretasi
adalah mengungkap sesuatu dibalik fakta. Jadi interpretasi itu ilmiah.
Sehingga dapat dijelaskan bahwa interpretasi peta atau citra adalah:
1. Berupaya melalui proses penalaran atau mendeteksi, mengidentifikasi dan menilai arti
penting obyek yang tergambar pada peta.
2. Berupaya mengenali obyek yang tergambar pada peta dan menterjemahkan kedalam
disiplin ilmu tertentu seperti geologi, geografi, pertanian, kehutanan, ekologi,
hidrologi dll.

Langkah-Langkah Interpretasi Peta


Terdapat tiga rangkaian kegiatan utama dalam interpretasi, yaitu:
1. Deteksi: bersifat global, yaitu pengamatan atas adanya suatu obyek misal sungai,
bukit, lembah, gawir, dll.
2. Identifikasi: bersifat agak terperinci, yaitu upaya mencirikan obyek yang telah
dideteksi dengan menggunakan keterangan yang cukup, misal gosong sungai, bukit
terisolasi, lembah antiklin, gawir sesar, dll.
3. Analisis: pengenalan akhir atau terperinci yaitu tahap pengumpulan keterangan lebih
lanjut.
4. Mulailah dari hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus/rinci
5. Lakukan analisis dari bentuk-bentuk yang paling diketahui (mudah) hingga bentukbentuk yang sulit atau belum diketahui.

Oleh karena itu, sistematika interpretasi


perlu memperhatikan tiga hal, yaitu:
1. Analisis harus dikerjakan secara
bertahap.
Selanjutnya tiga tingkat pengetahuan yang harus diketahui dalam melakukan interpretasi
adalah:
1. Pengetahuan ilmiah dalam bidangnya sampai pada tingkat tertentu.
2. Pengetahuan mengenai kondisi lingkungan fisik daerah kajian meliputi iklim,
fisiografi, geologi, hidrologi, tanah, tumbuhan penutup, penggunaan lahan.
3. Pengetahuan teknis tentang peta.
Atas dasar latar belakang pengetahuan tersebut, maka:
1. Berpikir kreatif penting di dalam interpretasi peta, yaitu menghubungkan hal-hal atau
ide yang sebelumnya tampak tidak berhubungan.
2. Selembar peta tidak boleh dinilai terlalu tinggi, karena peta tidak mempunyai arti di
dalamnya tanpa kita melakukan identifikasi yang penuh dari obyek atau gejala
geologi yang memerlukan lebih banyak dari peta itu sendiri.
3. Makna mempelajari peta untuk berbagai survai adalah penerapan studi geologi,
geografi, tanah, kehutanan, hidrologi, kerekayasaan, vulkanologi, geologi tata
lingkungan, potensi sumberdaya mineral, bencana alam dll dengan menggunakan
peta.
4. Tidak ada kunci yang sederhana untuk memecahkan permasalahan interpretasi peta.

Pada dasarnya penafsiran peta merupakan proses deduktif dan dalam menarik
kesimpulan digunakan prinsip convergence of evidence.

Latihan3

DAFTAR
PUSTAKA

1. Tentukan fakta, data dan informasi apa saja yang ada di sekitar kita
yang dapat diperoleh tanpa kita melakukan kontak langsung?.
2. Mengapa penting dilakukan pengumpulan data, analisis dan
Aryono
penafsiran peta?
Prihandito.
1989.
3. Bandingkan perolehan data atau informasi yang tercantum atau
Kartografi.
terekam dari peta rupabumi atau citra yang berbeda skalanya, tetapi
Yogyakarta:
pada daerah yang sama.
PT. Mitra
Widya.
Latihan 4

Bos E.S.
1973.

Nama Tugas : Mengukur arah azimut


Alat/bahan

: Kompas Azimut, kertas hvs, pensil, penggaris,

busur derajat, karet penghapus.


Intruksi
:Tentukan titik X1 bila diketahui azimut titik P = Az 1500
dan titip A = Az. 1950
Bentuk Tugas : Perseorangan.
Tagihan

: Paparan di depan kelas

Cartographic Principles in Thematic Mapping. The Netherlands. ITC Lecture Note,


Enschede.
I Made Sandy. 1986. Esensi Kartografi. Jakarta: Jurusan Geografi FMIPA UI.
John P.R.St. dan D.A Richardson. 1989. Method of Presenting Fieldwork Data. The
Geographical Association.
Juhadi dan Dewi Liesnoor Setiyowati. 2001. Desain dan Komposisi Peta Tematik. Semarang:
Pusat Pengkajian dan Pelayanan Sistem Informasi geografis, Geografi UNNES.
Juhadi, 2008. Pengetahuan Perpetaan. Makalah, disampaikan dalam Bintek. Bagi Guru-Guru
Geografi SMA-MA Kota Semarang, April 2008.
Kraak, Menno-Jan & Ferjan Ormeling. 2007. Kartografi Visualisasi Data Geospasial.
(Penerjemah Sukendra Martha, dkk. ed.2). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Lukman Aiz dan Ridwan said. 1985. Peta Tematik. Bandung: Jurusan Teknik Geodesi
Fakultas Teknik dan Perencanaan ITB.

Sutanto, 1984. Kegunaan Citra Penginderaan Jauh Dalam Pendidikan Geografi dan
Pengajaran Di Sekolah. Makalah. Disampaikan dan Kuliah Umum di Jurusan Pendidikan
Geografi FKIS IKIP Semarang.
Suwarjono dan Mas Sukotjo. 1993. Pengetahuan Peta. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.
SOAL-SOAL PRETEST & POSTEST

Petunjuk :
Pilih jawaban yang paling benar dengan cara memberikan tanda silang pada huruf a, b, c, atau
d.
Soal-soal:
1. Peta dikatakan baik apabila dapat memberikan informasi suatu lokasi atau posisi yang
sebenarnya di lapangan, untuk itu peta tersebut harus tercamtum
1. Koordinat geografis
2. Inset peta
3. Koordinat UTM
4. Semua benar
1. Apabila kita akan membuat/menggambar peta suatu desa tertentu, maka sumber peta
dasar yang akan digunakan sebaiknya berskala sekurang-kurangnya..
1. 1 : 250.000
2. 1 : 500.000
3. 1 : 25.000
4. 1 : 10.000
1. Jika diketahui sebuah peta berskala 1 : 500.000, dan jarak antara kota A B dipeta
tersebut adalah 7,5 cm, berapa jarak sebenarnya antara kota A B tersebut?
1. 375 km
2. 75,3 km
3. 35,7 km
4. 37,5 km
1. Jika diketahui jarak lengkung 1 paralel di permukaan bumi adalah 110,56 km (111
km). Sedangkan jarak 1 di peta diukur dengan penggaris 1,5 cm. Berapa skala peta
tersebut?

1. 1 : 7.400.000
2. 1 : 4.700.000
3. 1 : 47.000.000
4. 1 : 74.000
5. Untuk melakukan pemetaan secara sederhana kita harus memiliki beberapa
peralatan
1. Theodolit, meteran, GPS
2. Meteran dan kompas pramuka
3. Hand level, meteran dan yalon
4. Kompas azimuth, meteran, tongkat .
1. Hal-hal yang dapat dibaca dari peta adalah..
1. Bentang alam dan bentang budaya
2. Jarak, arah, bentuk, luas, lokasi, tinggi, lereng,
3. Symbol-simbol fisik dan sosial
4. Asosiasi diantara obyek-obyek yang tampak.
1. Dalam melakukan analisis peta, diperlukan langkah-langkah..
1. Dikerjakan bertahap
2. Mulai dari fenomena umum ke khusus
3. Mulai dari fenomena yang mudah hingga yang kompleks
4. Semua jawaban benar
1. Seseorang yang akan melakukan interpretasi peta, sekurang-kurangnya harus
dibekali
1. Pengetahuan geologi
2. Pengetahuan ilmiah peta
3. Pengetahuan ilmiah, pengetahuan kondisi lingkungan, dan pengetahuan teknis
peta.
4. Ahli bidang geomorfologi dan teknis teknis perpetaan
1. Beberapa cara untuk menentukan lokasi suatu tempat adalah
1. Dengan paralel dan meridian
2. Dengan jarak dan arah

3. Dengan jarak dan jarak serta arah dan arah


4. Semua jawaban betul
1. Arah azimuth yang digunakan sebagai salah satu pedoman dalam penentuan arah di
peta
1. Dihitung dari arah utara searah jarum jam dan besaran maksimum 3600.
2. Dihitung dari arah utara kea rah selatan dengan besaran maksimum 900.
3. Dihitung dari arah sel

Anda mungkin juga menyukai