Koalisi Warga Untuk Jakarta 2030 - v03 - 01 21
Koalisi Warga Untuk Jakarta 2030 - v03 - 01 21
Koalisi Warga Untuk Jakarta 2030 - v03 - 01 21
Proses partisipasi yang baik memaksimalkan kemungkinan hasil (produk) yang baik.
Proses ini juga sekaligus kesempatan membangun modal sosial, melakukan
pendidikan publik, dan membuat transparan apa yang memang seharusnya menjadi
keperdulian masyarakat. Dalam jangka panjang implementasi tata ruang itu sendiri,
pengetahuan dan kepemilikan yang luas atas produk tata ruang itu, akan menjadi
dasar paling ampuh untuk mencegah pelanggaran yang disengaja maupun yang tidak-
disengaja.
Proses partisipasi yang baik dan memenuhi ketiga fungsi di atas, adalah:
• Melibatkan warga dalam merumuskan dan mengambil keputusan secara bertahap
dan pada setiap tahapan. Jadi bukan sekedar konsultatif (dimintai pendapat atas
sesuatu yang sudah diputuskan atau dirumuskan sebelumnya).
• Melibatkan warga secara seluas-luasnya, serta se dalam-dalamnya dalam proses
yang interaktif. Untuk ini dapat dipergunakan berbagai bentuk “pertemuan” mulai
dari yang paling intensif dan interaktif seperti FGD hingga “konsultasi publik”
dan survei opini yang bersifat tidak terbatas. Yang perlu disadari adalah bahwa
masing-masing bentuk itu memiliki potensi dan kekurangannya sendiri, sehingga
harus diperhunakan dengan cerdas dan niat tulus menganggap masyarakat sebagai
pemilik “proyek” penyusunan tata ruang ini.
• Melibatkan masukan-masukan ilmiah melalui studi/riset yang diperlukan pada
setiap tahapan pengambilan keputusan.
• Melibatkan birokrasi dan konsultan sebagai nara sumber dan mediator serta
penasehat, bukan sebagai pembuat keputusan.
Saran kongkrit untuk langkah-langkah RTRW Jakarta 2010-2030
Pasal 4
Setiap orang berhak :
a. Melihat dan mengetahui informasi publik
b. Menghadiri pertemuan publik yang terbuka untuk umum untuk memperoleh informasi
public
c. Mendapatkan salinan informasi publik
d. Menyebarluaskan informasi publik
Pasal 7
(1) Badan publik wajib menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan infirmasi publik
yang berada di bawah kewenangannya pada pemohon informasi publik, selain infromasi
yang di kecualikan
(2) Badan publik wajib menyediakan infromasi publik yang akurat, benar dan tidak
menyesatkan
Pasal 11
(1) Badan publik wajib menyediakan informasi publik setiap saat yang meliputi :
a. Daftar seluruh informasi publik yang berada di bawah penguasaannya
b. Hasil keputusan badan publik
c. Seluruh kebijakan yang ada berikut dokumen pendukungnya
d. Rencana kerja proyek termasuk didalamnya perkiraan pengeluaran tahunan
e. Perjanjian badan publik dengan pihak ke tiga
3) Pada tahap perumusan konsepsi RTRW provinsi, masyarakat terlibat secara aktif
dan bersifat dialogis/komunikasi dua arah. Dialog dilakukan antara lain melalui
konsultasi publik, workshop, FGD, seminar, dan bentuk komunikasi dua arah
lainnya.
Proses dan prosedur penetapan RTRW provinsi merupakan tindak lanjut dari proses dan
prosedur penyusunan RTRW provinsi sebagai satu kesatuan sistem perencanaan tata
ruang wilayah provinsi. Proses dan prosedur penetapannya diatur berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Secara garis besar proses dan prosedur penetapan RTRW
provinsi meliputi tahapan sebagai berikut:
a. pengajuan raperda provinsi tentang RTRW provinsi dari gubernur kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) provinsi, atau sebaliknya;
b. Pembahasan RTRW oleh DPRD bersama pemerintah daerah provinsi;
c. penyampaian raperda provinsi kepada Menteri untuk permohonan persetujuan
substansi, sebelum raperda provinsi disetujui bersama antara pemerintah daerah
provinsi dengan DPRD provinsi;
d. penyampaian raperda provinsi kepada Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi setelah
disetujui bersama antara pemerintah daerah provinsi dengan DPRD provinsi; dan
e. penetapan raperda provinsi tentang RTRW provinsi oleh Sekretariat Daerah provinsi.
Disusun oleh Irvan Pulungan, SH - Policy and Legal Reform (PLR) Division, Indonesian Center for
Environmental Law (ICEL) untuk Koalisi Warga untuk Jakarta 2030