LAPORAN PENDAHULUAN Cks
LAPORAN PENDAHULUAN Cks
LAPORAN PENDAHULUAN Cks
Disusun oleh :
ARINI NUR HIDAYATI
115070201111004
penyebab terbanyak. Baik itu kecelakaan lalu lintas darat, air dan udara.
Jatuh dari suatu ketinggian
Benturan benda tajam/ tumpul
Trauma pada saat kelahiran
Benturan dari objek yang bergerak (cedera akselerasi)
Kejadian yang termasuk cedera akselerasi adalah ketika seseorang berjalan,
kemudian tiba tiba tertabrak mobil dari belakang. Pada kejadian akselerasi
jantung akan bekerja dengan kecepatan yang telah dipercepat ( kerja jantung
f)
Aktivitas yang tidak baik misalnya kebut-kebutan di jalanan dan tidak menggunakan
alat proteksi diri seperti helm meningkatkan risiko keparahan cedera kepala.
d. Penggunaan senjata yang tidak semestinya
e. Mengantuk dan kelelahan
f. Jenis kelamin
Risiko laki-laki terkena cedera kepala lebih besar karena aktivitas laki-laki lebih
berisiko terhadap cedera kepala, seperti kecelakaan di jalanan, kebut-kebutan, dan
lain-lain.
g. Cara berjalan yang tidak stabil (Tarwoto dkk, 2007)
3. Klasifikasi Cidera Kepala
Menurut GCS ( Glasgow Coma Scale)
a. Cedera Kepala Ringan (CKR)
GCS > 13
Tidak terdapat kelainan pada CT Scan Otak
Tidak memerlukan tindakan operasi
Lama dirawat di RS< 48 jam
Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang 30 menit
Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral, hematoma
Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing
Pasien dapat menderita abrasi, laserasi atau hematoma kulit
b. Cedera Kepala Sedang (CKS)
GCS 9-13 (konfusi, letargi atau stupor)
Ditemukan kelainan pada CT scan
Memerlukan tindakan operasi untuk lesi intrakranial
Dirawat di RS setidaknya 48 jam
Kehilangan kesadaran atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24
jam
Dapat mengalami fraktur tengkorak (tanda Battle,hemotimpanum, otorea ( keluar
Memar otak lebih serius daripada geger otak, keduanya dapat diakibatkan oleh pukulan
atau benturan pada kepala. Memar otak menimbulkan memar dan pembengkakan pada
otak, dengan pembuluh darah dalam otak pecah dan perdarahan pasien pingsan, pada
keadaan berat dapat berlangsung berhari-hari hingga berminggu-minggu. Terdapat
amnesia retrograde, amnesia pascatraumatik, dan terdapat kelainan neurologis,
tergantung pada daerah yang luka dan luasnya lesi:
kaku dalam sikap ekstensi dan kedua lengan kaku dalam sikap fleksi)
Gangguan pada mesensefalon dan pons bagian atas, kesadaran menurun
hingga koma, pernafasan hiperventilasi, pupil melebar, refleks cahaya tidak ada,
gerakan mata diskonjugat (tidak teratur), regiditasdesebrasi (tungkai dan lengan
sering terjadi akibat adanya fraktur tulang tengkorak. Gejala yang dapat dijumpai
adalah adanya suatu lucid interval (masa sadar setelah pingsan sehingga
kesadaran menurun lagi), tensi yang semakin bertambah tinggi, nadi yang semakin
bertambah tinggi, nadi yang semakin bertambah lambat, hemiparesis, dan terjadi
anisokori pupil.
b. Hematoma subdural
Perdarahan terjadi di antara durameter dan arakhnoidea. Perdarahan dapat terjadi
akibat robeknya vena jembatan (bridging veins) yang menghubungkan vena di
permukaan otak dan sinus venosus di dalam durameter atau karena robeknya
arakhnoid. Gejala yang dapat tampak adalah penderita mengeluh tentang sakit
kepala yang semakin bertambah keras, ada gangguan psikis, kesadaran penderita
semakin menurun, terdapat kelainan neurologis seperti hemiparesis, epilepsy, dan
edema papil.
Klasifikasi hematoma subdural berdasarkan saat timbulnya gejala klinis :
hematoma.
Darah
di
dalam
kapsula
akan
terurai
Hemiplegi
Battle sign (warna biru atau ekhimosis dibelakang telinga diatas os mastoid)
Pasien tertidur atau kesadaran yang menurun selama beberapa saat kemudian
sembuh
Letargi
Tanda dan gejala cidera kepala menurut letak yang ditemukan antara lain
(Muttaqin, 2009) :
Epidural Hematoma
Terdapatnya pengumpulan darah diantara tulang tengkorak dan durameter
akibat pecahnya pembuluh darah / cabang-cabang arteri meningeal media yang
terdapat durameter, pembuluh darah ini tidak dapat menutup sendiri karena itu
sangat berbahaya. Gejala-gejala yang terjadi :
Nyeri kepala
Muntah
Hemiparesis
Penurunan nadi
Peningkatan suhu
Subdural Hematoma
Terkumpulnya darah antara durameter dan jaringan otak, dapat terjadi akut
dan kronik. Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah vena / jembatan vena yang
biasanya terdapat diantara durameter, perdarahan lambat dan sedikit. Tandatanda dan gejalanya adalah :
Nyeri kepala
Bingung
Mengantuk
Menarik diri
Berfikir lambat
Kejang
Oedem pupil
Perdarahan intracerebral berupa perdarahan di jaringan otak karena
Nyeri kepala
Penurunan kesadaran
Komplikasi pernapasan
Dilatasi pupil
Perdarahan Subarachnoid
Perubahan di dalam rongga subarchnoid akibat robeknya pembuluh darah
dan permukaan otak, hamper selalu ada pada cedera kepala yang hebat. Tanda
dan gejala :
Nyeri kepala
Penurunan kesadaran
Hemiparese
Kaku kuduk
5. Patofisiologi
tidak.
Jika tidak beri oksigen melalui masker oksigen. Jika pasien bernafas
spontan, selidiki dan atasi cedera dada berat seperti pneumotoraks,
pneumotoraks
oksimeter
nadi,jika
tersedia, dengan tujuan menjaga satutasi oksigen minimum 95%. Jika jalan
nafas pasien tidak terlindungi bahkan terancam atau memperoleh oksigen
yang adekuat ( PaO2 > 95 mmHg dan PaCO2 < 40 mmHg serta saturasi O2
> 95 % ) atau muntah maka pasien harus diintubasi oleh ahli anestesi.
c) Menilai sirkulasi: Otak yang rusak tidak mentolerir hipotensi. Hentikan semua
perdarahan dengan menekan arterinya. Perhatikan secara khusus adanya
cedera intraabdomen atau dada. Ukur dan catat frekuensi denyut
dan
tekanan darah,
pasang
alat
pemantau
dan
EKG
bila
jantung
tersedia.
Pasang alur intravena yang besar, ambil darah vena untuk pemeriksaan
darah perifer lengkap, ureum, elektrolit, glukosa, dan analisis gas darah
arteri. Berikan larutan koloid. Sedangkan larutan kristaloid ( dekstrosa atau
dekstrosa dalam salin)
pascacedera kepala.
menimbulkan
Keadaan
hipotensi,
eksaserbasi
hipoksia,
edema
dan
otak
hiperkapnia
Pedoman Penatalaksanaan
a) Pada semua pasien dengan cedera kepala dan/atau leher, lakukan foto
tulang belakang servikal ( proyeksi antero-posterior, lateral, dan odontoid ),
kolar servikal baru dilepas setelah dipastikan bahwa seluruh tulang servikal
C1-C7 normal.
b) Pada semua pasien
dengan cedera
kepalasedang
prosedur berikut :
Pasang jalur interavena dengan larutan salin normal ( NaCl 0,9% ) atau
larutan Ringer laktat: cairan isotonis lebih
efektif
mengganti
volume
edema serebri.
Lakukan pemeriksaan: hematokrit, periksa darah perifer lengkap, trombosit,
kimia darah: glukosa, ureum, dan kreatinin, masa protrombin atau masa
ventilasi mandatorik
intermiten
ulang dapat diberikan 4-6 jam kemudian yaitu sebesar dosis semula
setiap 6 jam sampai maksimal 48 jam pertama
Pasang kateter Foley
Konsul bedah saraf bila terdapat indikasi operasi (hematoma epidural
yang besar, hematoma, cedera kepala terbuka, dan faktur impresi > 1
diploe).
Penatalaksanaan Khusus
a) Cedera kepala ringan : pasien dengan cedera kepala ini umumnya dapat
dipulangkan
kerumah
tanpa
perlu
kebagian
gawat
dirumah.
b) Cedera kepala sedang: pasien yang menderita konkusi otak (komosio),
dengan
skala
koma
Glasgow
15
sadar
penuh, orientasi
baik
dan
mengikuti perintah ) dan CT Scan normal, tidak perlu dirawat. Pasien ini
dapat dipulangkan untuk observasi dirumah. meskipun terdapat nyeri kepala,
mual, muntah, pusing atau amnesia. Resiko timbulnya lesi intracranial lanjut
yang bermakna pada pasien dengan cedera kepala sedang adalah minimal.
Cedera kepala berat: setelah penilaian awal dan stabilisasi tanda vital
keputusan segera pada pasien ini adalah apakah terdapat indikasi intervensi
bedah saraf segera ( hematoma intracranial yang berat ). Jika ada
indikasi, harus segera dikonsulkan
kerusakan
primer
mmHg.
Monitor
tekanan
ketidakstabilan
darah:
jika
hemodinamik
pasien
(
memperlihatkan tanda
hipotensi
atau hipertensi ),
mengeksaserbasi serebri.
Pemasangan alat monitor tekanan intracranial pada pasien dengan
salain
0,45%
atau
edema serebri.
Nutrisi: cedera kepala berat menimbulkan respons hipermetabolik
dan katabolik, dengan keperluan 50-100% lebih tinggi dari normal.
Pemberian makanan enteral melalui
pipa
nasogastrik
atau
nasoduodenal harus
diberikan sesegera mungkin ( biasanya hari ke 2 perawatan ).
Temperatur badan: demam ( temperature > 101 derajat F)
mengeksaserbasi cedera otak dan harus diobati secara agresif
dengan asetaminofen atau kompres dingin. Pengobatan penyebab
Pemberian
fenitoin
fenitoin harus dihentikan setelah 7-10 hari. Kadar fenitoin harus dipantau
cedera
kepala
dan
dapat meningkatkan
resiko
infeksi,
subkutan