0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
509 tayangan22 halaman

Termokimia

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 22

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA

PERCOBAAN IV
PENENTUAN KALOR REAKSI (TERMOKIMIA)

NAMA
NIM
KELOMPOK
HARI, TANGGAL PERCOBAAN
ASISTEN

: HIKMAWATI
: H311 11 290
: VIII (DELAPAN)
: SENIN, 16 FEBRUARI 2013
: ALFANI MARING DATU

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak pernah lepas dari
reaksi kimia. Pada umumnya reaksi kimia disertai dengan efek panas. Jumlah kalor
yang dibebaskan atau diserap pada suatu reaksi disebut kalor reaksi. Salah satu
cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang kalor reaksi disebut dengan
termokimia. Termokimia merupakan cabang dari ilmu termodinamika, yang
mempelajari tentang kalor yang menyertai proses perubahan kimia dan perubahan
fisika serta banyaknya panas yang dilepas atau diserap (disorpsi) akibat reaksi kimia.
Dalam termokimia dibahas tentang pengertian termokimia yang meliputi energi yang
dimiliki setiap zat, azas kekekalan energi, entalpi, perubahan entalpi, reaksi eksoterm
dan reaksi endoterm serta persamaan termokimia. Ilmu ini digunakan untuk
memperkirakan perubahan energi yang terjadi dalam proses reaksi kimia,
pembentukan larutan, maupun pada perubahan fase zat. Fokus bahasan dalam
termokimia ini adalah jumlah kalor yang dapat dihasilkan oleh sejumlah tertentu
pereaksi. Selain itu ilmu kimia ini juga dipelajari mengenai cara pengukuran dari
kalorimetri.
Termodinamika memusatkan perhatiannya pada suatu bagian tertentu dari
alam semesta yang disebut sistem. Sistem dapat berupa suatu zat atau campuran zatzat yang dipelajari sifat-sifatnya pada kondisi yang dapat diatur. Sistem-sistem yang
penting misalnya, gas, uap, dan campuran gas. Percobaan ini dilakukan berdasarkan
dari teori di atas.

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan


1.2.1

Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan mempelajari metode

penentuan dari tetapan kalorimeter dan kalor penetralan secara kalorimetrik.


1.2.2

Tujuan Percobaan
Tujuan dari dilakukannya percobaan ini adalah :

1.

Menentukan tetapan kalorimeter secara kalorimetrik

2.

Menentukan kalor penetralan larutan NaOH dan HCl secara kalorimetrik.

1.3 Prinsip Percobaan


Prinsip percobaan ini adalah penentuan tetapan kalorimeter dilakukan dengan
mencampurkan air pada suhu kamar dengan air yang telah dipanaskan hingga 50 OC
dan mengukur suhunya pada selang waktu setengah menit selama lima menit, serta
penentuan kalor penetralan dilakukan dengan mereaksikan larutan asam dan basa
dan menghitung suhu pada selang waktu setengah menit selama 5 menit.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Termokimia merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari tentang


perubahan energi yang menyertai reaksi kimia. Termokimia merupakan penerapan
dari hukum I termodinamika dan kaitannya dengan reaksi kimia. Dalam termokimia
dibahas tentang pengertian termokimia yang meliputi energi yang dimiliki setiap zat,
azas kekekalan energi, entalpi, perubahan entalpi, reaksi eksoterm dan reaksi
endoterm, persamaan termokimia, entalpi molar, dan perhitungan perubahan entalpi
berdasarkan hukum Hess, data perubahan entalpi pembentukan, dan data energi
ikatan yang semuanya ini untuk mendukung penerapan dalam industri

(Nasruddin,

2004).
Termodinamika
transformasi

dari

adalah

berbagai

bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari

bentuk

energi,

pembatasan-pembatasan

dalam

transformasi ini serta penggunaannya. Bagi ahli kimia pengetahuan tentang


termodinamika penting sekali karena banyak penggunaannya, baik dalam bidang
ilmu pengetahuan maupun dalam bidang ilmu teknik, misalnya aplikasi dari
termodinamika pada sistem kimia memungkinkan perumusan syarat-syarat
kespontanan dan kesetimbangan reaksi (Taba dan Fauziah, 2010).
Studi tentang energi ditransfer sebagai panas selama reaksi kimia disebut
termokimia. Termokimia merupakan cabang dari termodinamika karena sebuah
bejana reaksi dan isinya membentuk sistem, dan reaksi kimia mengakibatkan
pertukaran energi antara sistem dan lingkungan. Dengan demikian kalorimetri dapat
digunakan untuk mengukur energi yang diberikan atau dibuang sebagai panas oleh
reaksi, dan dapat mengidentifikasi kalor dengan perubahan energi internal (jika

reaksi terjadi pada volume konstan) atau perubahan entalpi (jika reaksi terjadi pada
tekanan konstan). Sebaliknya, jika U atau H untuk reaksi diketahui maka hasil
energi

(ditransfer

sebagai

panas)

yang

reaksi

dapat

diprediksi

(Atkins dan Paula, 2006).


Menurut Nasruddin (2004), untuk memahami termokimia perlu dibahas
tentang:
(a) Sistem, lingkungan Menurut, dan alam semesta.
(b) Energi yang dimiliki setiap zat.
(c) Hukum kekekalan energi.
Termodinamika memusatkan perhatiannya pada suatu bagian tertentu dari
alam semesta yang disebut sistem. Sistem dapat berupa suatu zat atau campuran zatzat yang dipelajari sifat-sifatnya pada kondisi yang dapat diatur. Sistem-sistem yang
penting misalnya, gas (misal : udara), uap (misal: uap air), campuran gas misalnya
bensin dan udara (Taba dan Fauziah, 2010).
Jika sepotong pita magnesium kita masukkan ke dalam larutan asam klorida,
maka pita magnesium akan segera larut atau bereaksi dengan HCl disertai pelepasan
kalor yang menyebabkan gelas kimia beserta isinya menjadi panas. Campuran pita
magnesium dan larutan HCl itu kita sebut sebagai Sistem. Sedangkan gelas kimia
serta udara sekitarnya kita sebut sebagai Lingkungan. Jadi, sistem adalah bagian dari
alam semesta yang sedang menjadi pusat perhatian. Bagian lain dari alam semesta
yang berinteraksi dengan sistem kita sebut lingkungan. Segala sesuatu yang ada di
luar system disebut lingkungan (Nasruddin, 2004).
Sistem terpisah dari lingkungannya dengan batas-batas tertentu yang dapat
nyata dan tidak nyata. Dalam banyak hal batas-batas system adalah permukaannya,
misalnya pada setetes cairan (Taba dan Fauziah, 2010).

Menurut Taba dan Fauziah (2010), antara sistem dan lingkungannya dapat
terjadi pertukaran energi dan materi. Berdasarkan pertukaran ini dapat dibedakan tiga
macam sistem;
1. Sistem tersekat, sistem yang dengan lingkungannya tidak dapat mempertukarkan
baik energi maupun materi. Contohnya botol termos yang ideal. Sistem tersekat
merupakan sistem dengan energi tetap walaupun didalamnya dapat terjadi
perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk yang lain.
2. Sistem tertutup, sistem yang dengan lingkungannya

hanya

dapat

mempertukarkan energi. Contohnya sejumlah gas dalam silinder.


3. Sistem terbuka, sistem yang dengan lingkungannya dapat mempertukarkan
energi dan materi. Contoh suatu zat atau campuran zat dalam gelas piala terbuka.
Suatu sistem berada dalam keadaan tertentu apabila semua sifat-sifatnya
mempunyai harga tertentu dan tidak berubah dengan waktu. Keadaan sistem
ditentukan oleh sejumlah parameter atau variabel sistem (misalnya temperatur,
tekanan, volume, jumlah zat, energi dalam, entropi dan sebagainya). Jumlah
parameter yang diperlukan bergantung pada sistem itu sendiri, misalnya untuk suatu
gas tunggal diperlukan tiga parameter seperti jumlah mol, temperatur, dan tekanan.
(Taba dan Fauziah, 2010).
Energi dari sebuah sistem adalah kemampuan sistem untuk melakukan
pekerjaan. Ketika pekerjaan dilakukan pada sistem (misalnya, dengan memadatkan
gas atau mataair), kapasitas dari sistem untuk melakukan

pekerjaan meningkat,

dengan kata lain, energi dari sistem meningkat. Ketika sistem tidak bekerja energi
sistem berkurang dan dapat melakukan kurang dari sebelumnya (Atkins dan Paula,
2006).

Sebuah percobaan berhasil membuktikan bahwa energi sistem dapat diubah.


Ketika energi sistem berubah sebagai akibat dari perbedaan suhu antara sistem dan
sekitarnya maka energi telah ditransfer sebagai panas. Ketika pemanas direndam
dalam gelas air (sistem), yang kapasitas sistem untuk melakukan pekerjaan
meningkat karena air panas dapat digunakan untuk melakukan lebih bekerja dari
jumlah yang sama dari air dingin. Tidak semua batas memungkinkan transfer energi
meskipun ada perbedaan suhu antara sistem dan sekitarnya (Atkins dan Paula, 2006).
Sebuah proses eksotermik adalah proses yang melepaskan energi sebagai
panas ke sekitarnya. Semua reaksi pembakaran eksotermik. Sebuah proses endoterm
adalah sebuah proses di mana energi diperoleh dari lingkungannya sebagai panas.
Sebuah contoh dari proses endotermik adalah penguapan air. Dalam proses
eksotermik energi ditransfer sebagai panas ke lingkungan dan energi dalam proses
endoterm ditransfer sebagai panas dari lingkungan ke dalam sistem. Namun, tidak
boleh dilupakan bahwa panas adalah proses (transfer energi sebagai akibat dari
perbedaan suhu), bukan suatu entitas. Sebuah proses endotermik dalam hasil
kontainer diatermik dalam energi mengalir ke dalam sistem sebagai panas. Sebuah
proses eksotermik dalam kontainer hasil yang sama dalam melepaskan energi sebagai
panas ke lingkungan. Ketika proses endoterm mengambil tempat dalam wadah
adiabatik, itu menghasilkan penurunan suhu sistem, suatu hasil proses eksotermik
kenaikan suhu (Atkins dan Paula, 2006).
Menurut Rosenberg dan Epstein (2000), energi internal dan entalpi sistem
hanya bergantung pada keadaan sistem, sebagaimana ditentukan oleh parameter
seperti V, P, dan T. Ketika sistem berjalan dari awal ke keadaan akhir, E dan H
hanya bergantung pada dua bagian. Hal ini sesuai dengan dua aturan penting
termokimia yaitu:

1. Untuk proses termokimia, nilai-nilai E dan H saling berhubungan. Sebagai


contoh, untuk melelehkan es pada 0 OC dan pada tekanan 1 atm, membutuhkan
6,02 kJ panas, proses ini terjadi pada tekanan konstan. Kemudian untuk proses
sebaliknya, air membeku menjadi es pada 0 C, 1 atm, H = -6,02 kJ / mol,
yaitu, kita harus mentransfer 6,02 kJ dari 1 mol air cair untuk mengubahnya
menjadi es.
2.

Jika proses dapat dibayangkan terjadi dalam langkah-langkah berturut-turut,

H untuk proses keseluruhan adalah sama dengan jumlah perubahan entalpi


untuk langkah-langkah individu. Aturan ini, kadang kadang disebut hukum
Hess panas konstan penjumlahan, memiliki banyak aplikasi dalam termokimia.
Dalam termodinamika konsep kereversibelan amat penting, seperti dalam
hubungannya dengan kerja maksimum dan pendefinisian fungsi entropi. Baik proses
reversibel maupun proses tak reversibel dapat dilaksanakan secara isoterm
(temperatur tetap), isobar (tekanan tetap), isokhor (volume tetap), adiabat (tanpa ada
pertukaran kalor antara sistem dan lingkungannya (Taba dan Fauziah, 2010).
Kinetika kalor dapat diteliti dengan berbagai cara. Salah satu cara untuk
menentukan kinetika kalor adalah dengan menggunakan metode termogravimetri
(TG) dan metode diferensial termogravimetri (DTG) teknik di udara statis
(Zaafarany, dkk).

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan


Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan NaOH 1 M,
larutan HCl 1 M, larutan indikator metil jingga, dan akuades.

3.2 Alat Percobaan


Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah seperangkat alat kalorimeter
yang terdiri dari wadah kaca dan penutupnya , gelas kimia 250 ml, gelas ukur, bahan
isolator, termometer 100 0C, pengaduk lingkar, stopwatch, statis, pembakar, kaki
tiga, dan kasa.

3.3 Prosedur Percobaan


Alat kalorimeter disusun sebagai berikut:
Termometer
Pengaduk jangkar
Gelas kimia 250 mL

Wadah

Pecahan Plastik
Akuades
Gabus

3.3.1 Penentuan Tetapan Kalorimeter


Alat kalorimeter disusun seperti pada gambar di atas, kemudian 100 ml air
dimasukkan ke dalam gelas kimia 250 ml lalu dimasukkan ke dalam kalorimeter,

kemudian dibiarkan beberapa saat agar tercapai kesetimbangan termal, kemudian


suhunya dicatat sebagai T1. Setelah itu 100 ml air dimasukkan ke dalam gelas kimia
lain kemudian dipanaskan hingga mencapai suhu 50 C. Pemanas dimatikan
kemudian suhu air dicatat sebagai T2. Kemudian air panas dituangkan ke dalam
kalorimeter dan dicatat suhunya sebagai T kemudian diaduk. Stopwatch dijalankan
dan sambil diaduk perlahan-lahan suhu air dicatat tiap 30 detik selama 5 menit.
3.3.2 Penentuan Kalor Penetralan
100 ml NaOH dan 100 ml HCl masing-masing diukur suhunya. Kemudian
suhunya dicatat sebagai T. Kemudian larutan asam dimasukkan ke dalam kalorimeter.
Lalu larutan NaOH kemudian dituangkan ke dalam larutan asam dan dicatat suhunya
tiap 30 detik selama 5 menit sambil diaduk perlahan. Setelah itu 20 tetes larutan
indikator metil jingga ditambahkan untuk mengetahui apakah terjadi penetralan yang
sempurna.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Penentuan Tetapan Kalorimeter
T1

= 28 oC = 301 K

T2

= 50oC

= 323 K

Vtotal = 200 mL
Tabel 1. Hasil Pengamatan Penetapan Tetapan Kalorimeter
t (menit)

T (oC)

T (K)

0,5

37,7

310,7

37,6

310,6

1,5

37,5

310,5

37,4

310,4

2,5

37,3

310,3

37,3

310,3

3,5

37,2

310,2

37,1

310,1

4,5

37,1

310,1

37,0

310,0

4.1.2 Penentuan Kalor Penetralan

T
= 26,8 oC = 299,8 K
Vtotal = 200 mL
Tabel 2. Hasil Pengamatan Penetapan Kalor Penetralan.
t (menit)

T (oC)

T (K)

0,5

32,5

305,5

32,4

305,4

1,5

32,4

305,4

32,3

305,3

2,5

32,3

305,3

32,3

305,3

3,5

32,2

305,2

32,2

305,2

4,5

32,1

305,1

32,1

305,1

4.2 Grafik
4.2.1 Penentuan Tetapan Kalorimeter

4.2.2 Penentuan Kalor Penetralan

4.3 Perhitungan
4.3.1 Penentuan Tetapan Kalorimeter
W = V x CH O x

T2 + T1 2 Ta
Ta -T1
= tetapan kalorimeter (J/K)
2

Keterangan ; W
V

= volume (mL)

CHO

= kapasitas kalor air per gram

T1

= suhu awal (K)

T2

= suhu awal (K)

Ta

= suhu termal (K)

W = V x air x CH2O x

T2 + T1 2 Ta
Ta -T1

W = 100 mL x 1 x 4,2 J K-1mL-1 x

301 K+ 323 K 2 (310,3 K)


310,3 K - 301 K

= 100 mL x 1 g/mL x 4,2 J K-1mL-1 x (0,3656K)


W = 153,55 J/K
4.3.2 Penentuan Kalor Penetralan
HT = - (4,2 J/K.g x mNaCl + W) . (T` - T) x

1000_
MxV

Keterangan ; HT

= Kalor penetralan (J/mol)

= massa larutan (gram)

= konsentrasi (mol/L)

T`

= suhu akhir (K)

= volume (mL)

1000_
HT = - (4,2 J/Kg x m NaCl + W) x (T` - T) x M x V
= - (4,2 J/K.g x 200 gram + 153,55 J/K) x (305,3 K- 299,8 K) x

1000 _
1 M x 100mL

HT = -13065,3 J/mol.

4.4 Pembahasan
Dalam percobaan ini digunakan alat kalorimeter sederhana yang disusun
sendiri. Alat kalorimeter ini terdiri dari wadah kaca dan penutupnya yang berfungsi
untuk mencegah terjadinya pertukaran kalor dengan lingkungan yang dilengkapi
dengan termometer sebagai pengukur suhu dan pengaduk lingkar untuk mengaduk
larutan agar homogen. Di dalam wadah kaca dimasukkan gelas kimia yang berfungsi
sebagai tempat mereaksikan larutan. Pada bagian bawah gelas kimia diletakkan
gabus dan ruang antara gelas kimia tersebut diisi dengan potongan-potongan plastik
yang berfungsi sebagai bahan isolator sekaligus untuk memperlambat pertukaran
kalor dengan lingkungan.
Pada percobaan penentuan tetapan kalorimeter digunakan air sebagai bahan
utama, dimana air sebanyak 100 mL dibiarkan hingga mencapai kesetimbangan
termal, dan sebanyak 100 mL dipanaskan hingga suhunya mencapai 50 C. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui suhu dari pencampuran kedua air tersebut, sehingga kita
dapat mengetahui dan menentukan tetapan kalorimeter.

Ketika air dalam kalorimeter dicampurkan dengan air panas, terjadi


perubahan suhu, karena adanya tabrakan antara molekul-molekul air yang memiliki
suhu berbeda. Setelah pencampuran, air yang memiliki suhu lebih tinggi akan
melepaskan kalor ke air yang suhunya lebih rendah. Perubahan suhu tersebut diukur
setiap setengah menit selama 5 menit. Karena kalorimeter biasanya tidak sepenuhnya
bersifat adiabatik dan selalu ada pertukaran kalor dengan lingkungan, maka perlu
dilakukan koreksi terhadap kalor yang hilang. Karena itulah pada pengukuran suhu
dilakukan setiap selang setengah menit selama 5 menit.
Berdasarkan hasil perhitungan data penentuan tetapan kalorimeter didapatkan
nilai W = 153,548 J/K dan berdasarkan hasil perhitungan data penentuan
kalor penetralan didapatkan nilai HT = -13065,3 J/mol. Berdasarkan data hasil
pengamatan dapat diketahui bahwa semakin lama maka suhu campuran semakin
kecil. Berdasarkan tetapan kalorimeter yang bernilai negatif, maka dapat diketahui
bahwa reaksi yang terjadi bersifat eksoterm.
Menurut teori, besar kalor penetralan antara asam kuat dan basa kuat adalah
-57 kJ/mol sedangkan pada percobaan yang telah dilakukan diperoleh kalor
penetralan sebesar -10,6872 kJ/mol. Terjadi perbedaan yang sangat signifikan antara
teori dan hasil percobaan karena kemungkinan banyak kalor yang masuk dari
lingkungan ke sistem akibat bahan isolasi yang kurang baik. Selain itu dapat
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya keterlambatan dalam pengukuran suhu,
sehingga nilai suhu yang diperoleh tidak tepat dengan suhu yang sebenarnya,
kesalahan pembacaan skala pada termometer yang digunakan, bahan isolator tidak
berfungsi optimal, sebab masih ada celah udara yang dapat digunakan untuk
terjadinya pertukaran kalor dengan lingkungan, Selain itu pertimbangan lain
mengenai konsentrasi larutan asam HCl dan basa NaOH yang digunakan, yang

kemungkinan tidak tepat 1 M. sedangkan dalam perhitungan, nilai konsentrasi yang


digunakan adalah tepat 1 M.
Pada percobaan penentuan kalor penetralan, digunakan larutan asam (HCl)
dan larutan basa (NaOH) yang memiliki suhu dan konsentrasi yang sama agar dapat
terjadi reaksi penetralan yang sempurna. Pertama-tama larutan HCl dimasukkan ke
dalam kalorimeter kemudian ditambahkan dengan NaOH agar terjadi keseimbangan
antara larutan

asam dan

basa sehingga terjadi reaksi

netralisasi. Hal ini

dapat dibuktikan dengan penambahan indikator metil jingga, dimana hasilnya yaitu
tidak terjadi perubahan yang signifikan pada larutan. Metil jingga berubah
warna menjadi merah dalam asam dan menjadi kuning dalam larutan alkali serta
tidak berubah pada suasana netral. Hal ini sesuai dengan percobaan, ketika larutan
ditambahkan dengan indikator metil jingga tidak terjadi perubahan yang signifkan
pada larutan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa tetapan
kalorimeter (W) adalah 153,548 J/K dan Kalor penetralan (HT) adalah
-13065,3 J/mol
5.2 Saran
Sebaiknya kondisi alat-alat dilaboratorium diperhatikan agar tidak ada yang
mengalami kerusakan dan dalam percobaan ini sebaiknya juga mencoba beberapa
larutan lain untuk dibandingkan sehingga lebih menambah pengetahuan praktikan.
Saran buat kakak asisten agar kakak tidak pelit dalam memberikan nilai,
kakak juga cara menjelaskannya bagus dan lebih pendiam daripada kakak asisten
yang lain serta kakak memberikan waktu kumpul laporan lebih lama dari praktikan
lain, semoga kakak dapat mempertahankannya, terima kasih kakak. Diharapkan juga
pada kakak asisten agar tidak menuliskan lagi catatan di laporan lihat punya
Rahmah Fauziah, karena beliau sangat susah untuk dimintai, hal ini memperlambat
proses perbaikan pantulan. Mungkin nama Rahmah Fauziah bisa diganti dengan
nama teman kelompok yang lain.
Dalam percobaan ini sebaiknya juga mencoba beberapa larutan lain untuk
dibandingkan sehingga lebih menambah pengetahuan praktikan.

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P., dan Paula, J., 2006, Atkins Physical Chemistry, Eighth Edition, W. H.
Freeman And Company, New York.

Nasrudin, H., 2004, Termokimia, depertemen Pendidikan, Jakarta.


Rosenberg, J. L., dan Epstein, L. M., 2006, College Chemistry, The McGraw-Hill
Companies Inc., United States of America.
Taba, P., dan Fauziah, S., 2010, Bahan Ajar Kimia Fisika, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Zaafarany, I., Khairou, K., Tirkistani F., Iqbal, S., Khairy, M., dan Hassan, R., 2012,
Kinetics and Mechanism of Non-Isothermal Decomposition of Ca(II)-, Sr(II)and Ba (II)- Cross-Linked Divalent Metal-Alginate Complexes, International
Journal of Chemistry, 4 (6); 1-8.

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 20 Mei 2013


Asisten

Praktikan

ALFANI MARING DATU


NIM. H311 09 290
Lampiran 1

HIKMAWATI
NIM. H311 11 290
BAGAN KERJA

A. Penentuan Tetapan Kalorimeter


Diisi sebanyak 200 mL dalam
Air kalorimeter
-

mencapai

kesetimbangan

Dipanaskan hingga 50 C

Pemanas dimatikan dan


dicatat suhunya

termal
-

Dicatat suhunya

Diisi sebanyak 200 mL dalam


gelas kimia

Air

Dibiarkan beberapa saat agar


sistem

Air panas dituangkan ke


dalam

kalorimeter

Kalorimeter
- Stopwatch dijalankan
- Diaduk dan dicatat suhunya tiap setengah menit selama
5 menit.
Hasil

B. Penentuan Kalor Reaksi


NaOH 1 M 200 mL
- Dibiarkan sampai suhunya sama
dengan HCl

HCl 1 M 200 mL
- Dibiarkan sampai suhunya sama
dengan NaOH

- Dicatat suhunya

- Dicatat suhunya

- Dimasukkan ke dalam

- Dimasukkan ke dalam

kalorimeter yang berisi HCl

Kalorimeter

kalorimeter

- Stopwatch dijalankan
- Diaduk dan dicatat suhunya tiap setengah menit selama
5 menit.
- Ditambahkan 2-3 tetes larutan indikator metil jingga
- Diamati perubahan warna yang terjadi.
Hasil

Lampiran 2.
Foto Hasil Percobaan

Gambar 1. Rangkaian alat ketika dipanaskan.

Gambar 2. Rangkaian kalorimeter sederhana.

Gambar 3. Sebelum Ditambahkan Metilen Orange

Gambar 4. Setelah Ditambahkan Metilen Orange

Anda mungkin juga menyukai