Bab I
Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Spondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis spinal yang dikenal pula dengan
nama Potts disease of the spine atau tuberculous vertebral osteomyelitis merupakan
suatu penyakit yang banyak terjadi di seluruh dunia. Terhitung kurang lebih 3 juta
kematian terjadi setiap tahunnya dikarenakan penyakit ini (1)
Spondilitis mengacu pada rasa sakit punggung kronis dan kekakuan yang
disebabkan infeksi atau peradangan pada sendi tulang belakang. Peradangan pada
tulang belakang dapat disebabkan oleh infeksi atau peradangan kronik pada jaringan
sekitar tulang belakang seperti pada ankylosis spondilitis. Ankylosis spondilitis
menyerang bagian dari insersi tendon, ligamen, fascia dan jaringan fibrosa kapsul
sendi. Ankylosis spondilitis dianggap sebagai penyakit rematik yang relatif jarang
terjadi. Sedangkan infeksi pada tulang belakang yang sering ditemukan adalah infeksi
bakterial TB.
Penyakit ini pertama kali dideskripsikan oleh Percival Pott pada tahun 1779
yang menemukan adanya hubungan antara kelemahan alat gerak bawah dengan
kurvatura tulang belakang, tetapi hal tersebut tidak dihubungkan dengan basil
tuberkulosa hingga ditemukannya basil tersebut oleh Koch tahun 1882, sehingga
etiologi untuk kejadian tersebut menjadi jelas (2,3)
Di waktu yang lampau, spondilitis tuberkulosa merupakan istilah yang
dipergunakan untuk penyakit pada masa anak-anak, yang terutama berusia 3 5
tahun. Saat ini dengan adanya perbaikan pelayanan kesehatan, maka insidensi usia ini
mengalami perubahan sehingga golongan umur dewasa menjadi lebih sering terkena
dibandingkan anak-anak(3). Pada kasus-kasus pasien dengan tuberkulosa, keterlibatan
tulang dan sendi terjadi pada kurang lebih 10% kasus. Walaupun setiap tulang dan
sendi dapat terkena, akan tetapi tulang yang mempunyai fungsi untuk menahan beban
(wight bearing) dan mempunyai pergerakan yang cukup besar lebih sering terkena
dibandingkan dengan bagian yang lain. Dari seluruh kasus tersebut, tulang belakang
merupakan tempat yang paling sering terkena tuberkulosa tulang (kurang lebih 50%
kasus), diikuti kemudian oleh tulang panggul, lutut, dan tulang-tulang lain di kaki,
sedangkan tulang dilengan dan tangan jarang terkena. Area torako-lumbal terutama
torakal bagian bawah (umumnya T X) dan lumbal bagian atas merupakan tempat
yang paling sering terlibat karena pada area ini pergerakan dan tekanan dari weight
bearing mencapai maksimum, lalu diikuti dengan area cervikal dan sacral (4)
Terapi konservatif yang diberikan pada pasien tuberkulosa tulang belakang
sebenarnya memberikan hasil yang baik, namun pada kasus kasus tertentu
diperlukan tindakan operatif serta tindakan rehabilitasi yang harus dilakukan dengan
baik sebelum ataupun setelah penderita menjalani tindakan operatif.