0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
98 tayangan12 halaman

Atresia Ani

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 12

1

ATRESIA ANI
Etiologi
Kelainan bawaan anus yang disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi dan
pembentukan anus dari tonjolan embriogenik. Pada kelainan bawaan anus umumnya
tidak ada kelainan rektum, sfingter dan otot dasar panggul. Namun demikian pada
agenesis anus, sfingter internus mungkin tidak memadai.
Kelainan bawaan rektum terjadi karena gangguan pemisahan kloaka menjadi
rektum dan sinus urogenital sehingga biasanya disertai dengan gangguan perkembangan
septum urorektal yang memisahkannya. Dalam hal ini terjadi fistula antara saluran kemih
dan saluran genital.
Atresia ani (imperforate anus)
Penatalaksanaan atresia ani dilakukan sesuai dengan letak ujung atresia terhadap
otot panggul. Untuk itu dibuat pembagian sebagai berikut:
Atresia ani letak rendah (translevator)
Rektum menembus m. Levator anus sehingga jarak antara kulit dan ujung rektum
paling jauh 1 cm. Dapat berupa stenosis anus yang hanya membutuhkan dilatasi
membran atau merupakan membran anus tipis yang dapat dibuka segera setelah
anak lahir. Agenesis anus yang disertai fistula perineum juga dapat ditangani
segera setelah anak lahir.
Atresia ani letak tinggi (supralevator)
Rektum tidak mencapai m. Levator anus, dengan jarak antara ujung buntu rektum
sampai kulit perineum lebih dari 1 cm. Biasanya disertai dengan fistula kesaluran
kencing atau genital.
Untuk menentukan golongan malformasi anorektal digunakan cara invertogram.
Invertogram adalah teknik pengambilan foto untuk menilai jarak puntung distal rektum
terhadap marka anus dikulit peritonium. Pada teknik bayi diletakkan terbalik (kepala
dibawah) atau tidur terlungkup (prone), dengan sinar horizontal diarahkan ke trohanter
mayor. Dinilai ujung udara yang ada didistal rektum ke marka anus.

2
Klasifikasi (Wingspread 1981)
Penggolongan anatomis malformasi anorektal:
Laki laki
Golongan I:

Tindakan:

1. Fistel urine

Kolostomi neonatus pada usia

2. Atresia rekti

4 6 bulan

3. Perineum datar
4. Tanpa fistel udara> 1cm dari kulit
pada invertogram
Golongan II:

Tindakan:

1. Fistel perineum

Operasi definitif neonatus tanpa

2. Membran anal

kolonostomi

3. Stenosis ani
4. Bucket handle
5. Tanpa fistel, udara < 1 cm dari kulit
pada invertogram

Perempuan
Golongan I:

Tindakan:

1. Kloaka

Kolostomi neonatus pada usia

2. Fistel vagina

4 6 bulan

3. Fistel vestibulo ano


4. Atresia rekti
5. Tanpa fistel udara> 1cm dari kulit
pada invertogram

3
Golongan II:

Tindakan:

1. Fistel perineum

Operasi definitif neonatus tanpa

2. Stenosis ani

kolonostomi

3. Tanpa fistel, udara < 1 cm dari kulit


pada invertogram

Gambaran kelainan anorektum


A. Membran anal, 1. udara direktum 2. tulang belakang sakrum
B. Atresia ani letak rendah (mungkin dengan fistel keperineum anterior)
C. Atresia ani letak tinggi (mungkin sekali dengan fistula ke uretra atau buli buli)
D. Atresia rectum. 1. udara direktum 2. tulang belakang sakrum 3. atresia rectum 4.
anus

Gambar atresia ani letak tinggi


A. Fistula rektovesikal, 1. udara didalam rektum 2. tulang belakang 3. kandung
kemih 4. simpisis 5. uretra 6. fistula rektovesikal
B. Fistula rektouretra

4
Pemeriksaan klinis
A. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan rutin tetap harus dilakukan untuk mencari kelainan yang lain 50 60
% penderita ini mempunyai kelainan kongenital ditempat lain.
Yang paling sering ditemukan:
Pada traktus genitourinarius 28%
Kelainan jantung 74%
Traktus gastrointestinal, misal atresia esofagus9%, atresia duodenum 7%
Kelainan tulang
B. Pemeriksaan anorektal
a. Wanita
Umumnya 80 90 % wanita ditemukan fistula kevestibulum atau vagina.
Golongan I
1. Kloaka
Pemisahan antara traktus urinarius, traktus genitalia dan traktus digestivus
tidak terjadi. Evakuasi feses umumnya tidak sempurna sehingga perlu
cepat dilakukan kolostomi.
2. Fistel vagina
Mekonium tampak keluar dari vagina, evakuasi feses tidak lancar.
Sebaiknya cepat dilakukan kolostomi.
3. Fistel vestibulum
Muara fistel divulva bawah vagina. Umumnya evakuasi feses lancar
selama penderita hanya minum susu. Evakuasi mulai terhambat saat
penderita mulai makan makanan padat. Kolonostomi dapat direncanakan
bila penderita dalam keadaan optimal.
4. Atresia rekti
Kelainan dimana anus tampak normal, tetapi pada pemeriksaan colok
dubur jari tidak dapat masuk lebih dari 1 2 cm, sehingga tidak ada
evakuasi feses sehingga perlu segera dilakukan kolostomi.
5. Tanpa fistel

5
Udara > 1 cm dari kulit pada invertogram. Tidak ada evakuasi sehingga
perlu segera dilakukan kolostomi.
Golongan II
1. Fistel perineum
Terdapat lubang antara vulva dan tempat dimana lokasi anus normal.
Dapat berbentuk anus anterior, tulang anus tampak normal, tetapi marka
anus yang rapat ada diposteriornya. Umumnya menimbulkan obstipasi.
2. Stenosis ani
Lubang anus terletak dilokasi normal, tetapi sangat sempit. Evakuasi feses
tidak lancar sebaiknya cepat dilakukan operasi definitif.
3. Tanpa fistel
Udara > 1 cm dari kulit pada invertogram. Tidak ada evakuasi sehingga
perlu segera dilakukan kolostomi.

b. Laki laki
Perlu diperhatikan hal hal sebagai berikut:
-

Perineum : bentuk dan adanya fistel

Urine

: dicari ada tidaknya butir butir mekonium diurin

Golongan I
1. Fistel urine
Tampak mekonium keluar dari orificium urethra eksternum. Fistula dapat
terjadi keuretra maupun vesika urinaria.
Cara praktis untuk membedakan lokasi fistel ialah dengan memasang
kateter urine. Bila kateter terpasang dan urine jernih, berarti fistel terletak
diuretra yang terhalang kateter. Bila kateter urine mengandung mekonium,
berarti fistel kevesika urinaria. Evakuasi feses tidak lancar dan penderita
memerlukan kolostomi segara.
2. Atresia rekti
Kelainan dimana anus tampak normal, tetapi pada pemeriksaan colok
dubur jari tidak dapat masuk lebih dari 1 2 cm, sehingga tidak ada
evakuasi feses sehingga perlu segera dilakukan kolostomi.
3. Perineum datar
Menunjukkan bahwa otot yang berfungsi untuk kontinensi tidak terbentuk
sempurna.
4. Tanpa fistel
Udara > 1 cm dari kulit pada invertogram. Tidak ada evakuasi sehingga
perlu segera dilakukan kolostomi.
Golongan II
1. Fistel perineum
Sama dengan wanita
2. Membran anal

7
Anus tertutup selaput tipis dan sering tampak bayangan jalan mekonium
dibawah kulit. Evakuasi feses tidak ada. Perlu secepatnya dilakukan terapi
definitif.
3. Stenosis ani
Lubang anus terletak dilokasi normal, tetapi sangat sempit. Evakuasi feses
tidak lancar sebaiknya cepat dilakukan operasi definitif.
4. Bucket handle
Daerah lokasi anus normal tertutup kulit yang berbentuk gagang ember.
Evakuasi feses tidak ada. Perlu secepatnya dilakukan terapi definitif.
5. Tanpa fistel
Udara > 1 cm dari kulit pada invertogram. Tidak ada evakuasi sehingga
perlu segera dilakukan kolostomi.
Pada 10 20% penderita fistula harus dilakukan pemeriksaan radiologis invertogram.

8
Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan operatif pada malformasi anorektal dengan tindakan bedah
yang disebutkan diseksi postero sagital atau plastik anorektal posterosagital. Kolostomi
merupakan perlindungan sementara. Ada dua tempat kolostomi yang dianjurkan dipakai
pada neonatus dan bayi yaitu transversokolostomi (kolostomi dikolon transversum) dan
sigmoidostomi (kolostomi disigmoid). Bentuk kolostomi yang mudah dan aman adalah
stoma laras ganda (Double barrel).
Teknik operatif definitif (Posterior Sagital Ano-Rekto-Plasti)
Prinsip operasi:
1. Bayi diletakkan tengkurap
2. Sayatan dilakukan diperineum pada garis tengah, mulai dari ujung koksigeus
sampai batas anterior marka anus.
3. Tetap bekerja digaris tengah untuk mencegah merusak saraf.
4. Ahli bedah harus memperhatikan preservasi seluruh otot dasar panggul.
5. Tidak menimbulkan trauma struktur lain.
Prognosis
1. Dengan menggunakan kalsifikasi diatas dapat dievaluasi fungsi klinis:
a. Kontrol feses dan kebiasaan buang air besar
b. Sensibilitas rektum
c. Kekuatan kontraksi otot sfingter pada colok dubur
2. Evaluasi psikologis
Fungsi kontinensia tidak hanya tergantung pada kekuatan sfingter atau sensasi
saja, tetapi tergantung juga pada bantuan orang tua dan kooperasi serta keadaan
mental penderita.

DAFTAR PUSTAKA

Lawrence W (2003), Anorectal Anomalies, Current Diagnosis &


Treatment, edisi 11, Mc. Graw Hill Professional, United States, hal 1324 1327.
Moritz M.Z (2003), Operative Pediatric Surgery, Mc. Grow Hill
Professional, United State.
Reksoprodjo S, Malformasi Anorektal, Kumpulan Ilmu Bedah, FKUI,
Jakarta hal 134 139.
Sjamsuhidayat R (2000), Anorektum, Buku Ajar Bedah, Edisi revisi, EGC,
Jakarta, hal 901 908.

10
REFERAT

ATRESIA ANI

OLEH :

M.FAIZ SATRIA W
110.2001.174

Pembimbing :

Dr. PIRMA HUTAURUK Sp.B FInaCS

SMF ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. ABDUL MOELOEK
BANDAR LAMPUNG
MARET 2006

11
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan
karunia Nya penulis dapat menyelesaikan tugas referat ini dengan baik dan
tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa tugas referat ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna kesempurnaan
yang akan datang.
Referat ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan kepaniteraan sosial
ilmu bedah Rumah Sakit Dr. Hi. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Penyusun
berharap sekali referat yang sederhana ini dapat memberi manfaat kepada rekan
rekan yang lain.
Dengan segala kelemahan dan kekurangan materi referat ini, penyusun mohon
maaf dan berharap saran dan kritik yang membangun demi perbaikan di masa
yang akan datang.

Bandar Lampung, Maret 2006


Penyusun

M. Faiz Satria W

12
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................i


DAFTAR ISI .................................................................................................ii
Etiologi .........................................................................................................1
Klasifikasi ....................................................................................................2
Pemeriksaan Klinis.......................................................................................4
Penatalaksanaan ........................................................................................8
Teknik Operasi Definitif ...............................................................................8
Prognosis ....................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA

ii

Anda mungkin juga menyukai