Perkembangan Balita
Perkembangan Balita
Perkembangan Balita
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Dibawah ini, peneliti akan membahas tentang konsep balita dan perkembangannya serta
konsep keluarga
A. Konsep Balita dan Perkembangan
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Hal ini disebabkan
pada masa ini merupakan pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini juga perkembangan
yang terjadi sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Anak
yang tumbuh dan berkembang dengan baik maka kelak akan menjadi orang dewasa
yang sehat secara fisik, mental, dan psikososial sebagai sumber daya manusia yang
berkualitas. Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan kurun waktu yang
sangat penting dan kritis: tumbuh kembang fisik, mental, dan psikososial berjalan
demikian cepatnya sehingga keberhasilan tahun-tahun pertama untuk sebagian besar
menentukan hari depan anak (Sunarwati, 2003, Praktek Pengasuhan Dalam
Menyiapkan Anak Berkualitas,3, http://anak.i2.co.id/beritabaru/berita.asp?id=169,
diperoleh tanggal 27 Januari 2008).
Tahap pertumbuhan dan perkembangan pada saat ini merupakan periode kritis
perkembangan. Menurut Papilia dan Olds (1992, dalam Perry dan Potter, 2005)
periode kritis merupakan putaran spesifik dari waktu terhadap lingkungan dan
memiliki dampak yang paling besar pada individu. Perlu dilakukannya stimulus
16
untuk kemajuan perkembangan. Hal ini disebabkan jika tanpa stimulus , maka
penyelesaian tugas perkembangan menjadi sulit atau tidak tercapai. Contohnya,
toddler yang tidak didorong untuk belajar berjalan selama waktu tertentu, maka akan
mengalami kesulitan belajar berjalan pada waktu yang lain. Oleh karena itu
kemajuan perkembangan bergantung kepada waktu dan tingkat stimulasi serta
kesiapan untuk distimulasi oleh lingkungan.
Contohnya
anak
yang
mengalami
penambahan
ukuran
fisik.
17
Periode balita jika dilihat dari periode usia perkembangannya terdiri dari periode
bayi (dari lahir sampai 12 bulan), toddler (usia 1 sampai 3 tahun) dan periode pra
sekolah (usia 3 sampai 6 tahun). Pada periode ini balita mengalami peningkatan daya
gerak, yang ditandai dengan aktivitas yang meningkat, peningkatan perkembangan
fisik, kepribadian, bahasa , dan perluasan hubungan sosial. Balita juga mengalami
peningkatan kesadaran tentang ketergantungan, kemandirian, kontrol diri, dan mulai
mengembangkan konsep diri (Perry and Potter, 2005).
terus
secara
stabil
dengan
arah
kepala
ke
kaki.
18
kontrol kepala yang baik pada posisi duduk serta merayap dengan
abdomen dan tangan. Pada usia 9 bulan, bayi duduk dengan mandiri dan
merangkak dengan seluruh ekstremitas serta menarik diri sendiri untuk
posisi berdiri. Pada usia 12 bulan, bayi berjalan dengan memegang
dinding dan furnitur dan berdiri sendiri serta melakukan 1-2 langkah.
Pada usia 15 bulan mampu berjalan sendiri.
2) Perkembangan kognitif
Bayi belajar banyak dari pengalaman dan memanipulasi lingkungan.
Perkembangan kognitif bayi berkembang melalui keterampilan motorik,
kemampuan mobilitas lingkungan bayi, keterampilan penglihatan, dan
pendengaran. Oleh karena itu oleh Piaget (1952, dalam Potter dan Perry ,
2005), tahapan ini disebut periode sensorimotor, yang berlangsung dari
lahir sampai berumur 2 tahun. Ciri tahapan ini, anak belajar mengenal
Pengaruh karakteristik..., Agrina, FIK UI, 2009
19
dunia melalui aktivitas sensori dan motorik. Anak secara lambat
mengembangkan konsep bahwa orang dan benda merupakan hal yang
permanen, walaupun mereka tiodak terlihat. Disamping itu berbicara
merupakan aspek penting dari kognitif yang dikembangkan selama tahun
pertama. Bayi bertingkah laku dengan menangis, tertawa, dan
mendengkur untuk meniru bunyi-bunyian dan memahami arti perintah
yang sederhana.
3) Perkembangan psikososial
Selama tahun pertama, bayi mulai membedakan diri mereka sendiri dari
orang lain sebagai bagian yang terpisah. Kemampuan ini akan
menjadikan bayi dapat lebih berinteraksi dan bersosialisasi dalam
lingkungan.
Erikson
(1963,
dalam
Potter
dan
Perry,
2005)
b. Perkembangan toddler
Pada masa toddler terjadi peningkatan kewaspadaan terhadap kemampuan
mereka untuk mengontrol dan senang dengan keberhasilan keterampilan
baru. Keberhasilan ini membuat mereka akan usaha untuk mengontrol
lingkungan mereka. Ketidak berhasilan akan menimbulkan perilaku negatif
dan tempertantrum.
Pengaruh karakteristik..., Agrina, FIK UI, 2009
20
1) Perkembangan fisik
Perkembangan motorik berkembang cepat seperti berlari, melompat,
berdiri pada satu kaki selama beberapa detik, menendang bola, dan dapat
mengendarai sepeda roda tiga. Kemampuan motorik halus meningkat dari
menggambar lingkaran secara spontan sampai menggambar garis silang
dengan benar. Peningkatan berat badan dan panjang badan berlangsung
lambat. Pada usia 2 tahun, berat badan anak 4 kali berat badan lahir.
Tinggi badan akan meningkat 3 sampai 5 inci pertahun.
2) Perkembangan kognitif
Tahapan preoperasional dimulai dari umur 2 sampai 7 tahun, yang
ditandai dengan anak mulai mengembangkan sistem perwakilan dan
menggunakan simbol seperti kata untuk mewakili manusia, tempat, dan
benda (Potter dan Perry, 2005). Fungsi ini didemonstrasikan pada saat
anak meniru perilaku orang lain yang mereka lihat seperti berpura-pura
mencukur seperti yang dilakukan ayah. Pada masa ini juga kemampuan
bahasa anak juga meningkat. Anak usia 18 bulan dapat menggunakan 10
kata dan pada usia 24 bulan secara umum mampu berbicara dalam
kalimat yang pendek. Perkembangan moral anak berhubungan dengan
kemampuan kognitif. Perkembangan moral dari toddler adalah pada
tahap permulaan dan ego sentris. Toddler tidak memahami konsep baik
dan benar. Anak akan berperilaku semata-mata hanya untuk menghindari
hal yang tidak menyenangkan dan mencari hal yang menyenangkan
sampai anak mencapai tingkat fungsi kognitif yang tinggi.
Pengaruh karakteristik..., Agrina, FIK UI, 2009
21
3) Perkembangan psikososial
Menurut Erikson (1963, dalam Potter dan Perry, 2005), perasaan otonomi
muncul selama masa toddler. Anak mencoba kemandirian dengan
menggunakan otot. Pada saat ini perlu diberi kemandirian secara secara
bertahap,
membiarkan
anak
melakukan
hal-hal
yang
tidak
membahayakan diri sendiri dan orang lain. Hal ini berguna agar anak
tidak timbul keraguan akan kemampuannya dan mencegah perasaan
malu. Secara sosial, toddler sangat terikat dengan orangtuanya dan sangat
takut berpisah dengan orangtuanya. Hubungan sosial dengan teman
sebaya masih terbatas. Pada tahap ini anak memiliki rasa keingintahuan
yang tinggi. Anak melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya.
Batasan lingkungan merupakan hal yang sangat penting untuk
keselamatan anak.
1) Perkembangan fisik
Terjadi peningkatan koordinasi otot besar dan halus. Anak pra sekolah
berlari dengan baik, berjalan naik dan turun dengan mudah, dan belajar
untuk melompat. Peningkatan keterampilan motorik haluspun terjadi.
Anak belajar mencontoh lingkaran, silang, kotak dan menulis huruf dan
angka.
Pengaruh karakteristik..., Agrina, FIK UI, 2009
22
2) Perkembangan kognitif
Menurut Piaget (1952, dalam Potter dan Perry, 2005), pra sekolah terus
menguasai tahap pemikiran pra operasional. Tahap pertama dari periode
ini dikenal sebagai pemikiran pra konseptual (2 sampai 4 tahun). Hal ini
ditandai dengan pemikiran persepsi yang terbatas, dimana anak-anak
menilai orang, benda, dan kejadian dari penampilan luar dan apa yang
nampak. Sekitar umur 4 tahun, fase intuitif dari pemikiran praoperasional
berkembang dan kemampuan anak untuk berpikir komplek di perlihatkan
dengan kemampuan mereka untuk mengklasifikasikan benda-benda
menurut ukuran dan warna. Perkembangan sosial sudah mulai meningkat.
Ego sentris sudah mulai berkurang, digantikan dengan interaksi sosial.
Perkembangan moral terus berkembang meliputi permulaan pemahaman
tentang perilaku yang disadari secara sosial benar atau salah. Kosa kata
terus meningkat secara cepat. Pertanyaan meluas dalam rangka mencari
informasi seperti kenapa.
3) Perkembangan psikososial
Pada masa ini rasa keingintahuan anak dan inisiatif yang berkembang
yang mengarah pada eksplorasi aktif terhadap lingkungan, perkembangan
keterampilan baru dan membuat teman baru. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Erikson (1963, dalam Potter dan Perry, 2005), tahapan
pada masa pra sekolah ditandai dengan anak mengembangkan inisiatif
pada saat merencanakan dan mencoba hal-hal baru. Perilaku anak
ditandai sebagai sesuatu yang kuat, imajinatif, dan intrusif. Pada saat ini
Pengaruh karakteristik..., Agrina, FIK UI, 2009
23
juga terjadi perkembangan perasaan bersalah dan identifikasi dengan
orangtua yang sama jenis kelamin. Jika mengalami hambatan pada
tahapan ini maka perkembangan inisiatif anak akan terganggu, timbulnya
perasaan bersalah saat melakukan aktivitas yang berlawanan dengan
orangtua (Potter dan Perry, 2005).
24
lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang anak secara
optimal, bahkan kedua faktor ini dapat menyebabkan kematian anak-anak
sebelum mencapai usia balita.
b. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau
tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan
tercapainya potensi bawaan. Adapun lingkungan yang kurang baik malah
akan menghambat tumbuh kembang. Lingkungan yang ada adalah
lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial yang mempengaruhi balita setiap hari.
25
Menurut Soetjiningsih (1998), bahwa setiap anak adalah individu yang unik,
karena faktor bawaan dan lingkungan yang berbeda, maka pertumbuhan dan
pencapaian kemampuan perkembangannya juga berbeda, tetapi tetap akan
menuruti patokan umum. Patokan umum tersebut memiliki kriteria sampai
seberapa jauh keunikan seorang anak tersebut, apakah masih dalam batas-batas
normal atau tidak. Perkembangan anak normal dibagi menjadi normal secara
medis dan normal dalam arti statistik.
Normal dalam arti medis apabila pertumbuhan dan perkembangan baik fisik,
intelek, dan kepribadian berlangsung harmonis yang meningkat dan dapat
diramalkan kecepatan serta hasil akhirnya, sesuai dengan kemampuan genetik/
bawaanya. Perkembangan normal dalam arti statistik apabila anak tersebut
berada dalam batas 2 SD (standar deviasi) dibawah atau diatas mean kurva
sebaran normal menurut Gauss, dimana seoarang anak dibandingkan dengan
teman sebayanya. Artinya, mungkin saja seorang anak termasuk abnormal dalam
arti statistik tetapi sesungguhnya masih normal dalam arti medis, misalnya anak
dari keluarga yang bertubuh kecil.
26
mudah dan cepat (15-20 menit), dapat diandalkan dan menunjukkan validitas
yang tinggi. Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian yang pernah dilakukan
ternyata DDST secara efektif dapat mengidentifikasi antar 85-100% bayi dan
anak pra sekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan (Soetjiningsih,
1998).
Penilaian dilakukan dengan 3 kriteria yaitu passed (lulus), fail (gagal) dan no
opportunity (tidak mendapat kesempatan melakukan tugas). Setelah itu ditarik
garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horizontal tugas
perkembangan pada formulir DDST. Setelah dihitung pada masing-masing
sektor, berapa yang P dan berapa yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman,
hasil tes diklasifikasikan dalam kategori normal, abnormal, meragukan
(questionable), dan tidak dapat dites (Unestable).
27
Misalnya kemampuan untuk mengambar, memegang sesuatu benda, dan lainlain.
b. 3 sampai 6 bulan
Kemampuan anak yang bisa dinilai yaitu anak mampu mengangkat kepala 90
derajat dan mengangkat dada dengan bertopang tangan, mulai belajar meraih
benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau diluar jangkauannya,
menaruh benda-benda dalm mulutnya, berusaha memperluas lapangan
pandangannya, tertawa dan menjerit karena senang bila diajak bermain, dan
mulai berusaha mencari benda-benda yang hilang.
28
c. 6 sampai 9 bulan
Kemampuan anak yang bisa dinilai yaitu anak dapat duduk tanpa dibantu,
dapat tengkurap dan berbalik sendiri, dapat merangkak meraih benda atau
mendekati seseorang, memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang
lain, memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk, bergembira
dengan melempar benda-benda, mengeluarkan kata-kata tanpa arti, mengenal
muka anggota keluarga dan takut kepada orang asing/lain, mulai
berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan sembunyi-sembunyian.
d. 9 sampai 12 bulan
Kemampuan anak yang bisa dinilai yaitu anak dapat berjalan sendiri tanpa
dibantu, dapat berjalan dengan dituntun, menirukan suara, mengulang bunyi
yang didengarnya, belajar menyatakan satu atau dua kata, mengerti perintah
sederhana dan larangan, memperlihatkan minat yang besar dalam
mengeksplorasi sekitarnya, ingin menyentuh apa saja, memasukkan bendabenda kemulutnya, dan berpartisipasi dalam permainan.
e. 12 sampai 18 bulan
Kemampuan anak yang bisa dinilai yaitu berjalan dengan mengeksplor isi
rumah, menyusun 2 atau 3 kotak, dapat mengatakan 5-10 kata,
memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing.
29
f. 18 sampai 24 bulan
Kemampuan anak yang bisa dinilai yaitu dapat naik turun tangga, menyusun
6 kotak, menunjuk mata dan hidungnya, menyusun dua kata, belajar makan
sendiri, menggambar garis dikertas atau pasir, mulai belajar mengontrol
buang air besar dan kecil, menaruh minat terhadap pekerjaan orang dewasa,
memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain dengan mereka.
g. 2 sampai 3 tahun
Kemampuan anak yang bisa dinilai yaitu anak mampu meloncat, memanjat,
melompat dengan satu kaki, membuat jembatan dengan 3 kotak, mampu
menyusun kalimat, menggunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti katakata yang ditujukan kepadanya, menggambar lingkaran, bermain bersama
anak lainnya dan menyadari adanya lingkungan lain di luar keluarganya.
h. 3 sampai 4 tahun
Kemampuan anak yang bisa dinilai yaitu berjalan-jalan sendiri mengunjungi
tetangga, berjalan pada jari kaki, belajar berpakaian dan membuka pakaian
sendiri, menggambar garis silang, menggambar orang hanya kepala dan
badan, mengenal 2 atau 3 warna, bicara dengan baik, menyebut namanya,
jenis kelamin, dan umurnya, banyak bertanya, bertanya bagaimana anak
dilahirkan, mengenal sisi atas, bawah, muka, belakang, mendengarkan ceritacerita, bermain dengan anak lain, menunjukkan rasa sayang kepada saudarasaudaranya, dan dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana.
30
i. 4 sampai 5 tahun
Kemampuan anak yang bisa dinilai yaitu melompat dan menari, menggambar
orang terdiri dari kepala, lengan dan badan, menggambar segitiga dan segi
empat, pandai bicara, dapat menghitung jari-jarinya, dapat menyebut harihari dalam seminggu, mendengar dan dapat mengulang hal-hal penting dalam
cerita, minat kepada kata baru dan artinya, memprotes bila dilarang apa yang
diinginkannya, mengenal 4 warna, memperkirakan bentuk dan besarnya
benda, membedakan besar dan kecil, menaruh minat kepada aktivitas orang
dewasa.
Tes perkembangan yang bisa juga digunakan adalah Kuisioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP) yang dikembangkan oleh Depertemen Kesehatan Republik
Indonesia. Sumber KPSP adalah Denver Prescreening Develop Questionairre
(PDQ). KPSP yang terbaru terdapat didalam pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi
dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar tahun 2006. Di
dalam KPSP terdapat 9-10 pertanyaan singkat pada orangtua atau pengasuh yang
berisikan tentang kemampuan (perkembangan) yang telah dicapai oleh anak baik
motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi. Artinya KPSP juga
bisa digunakan untuk mengetahui perkembangan anak sesuai dengan umurnya atau
terlambat (DepKes RI, 2006).
B. Konsep Keluarga
Sparks dan McCubbin (1999, dalam Wong, 2003), menyebutkan keluarga sebagai
sebuah lembaga dimana semua individu didalamnya saling berpartisipasi dalam hal
Pengaruh karakteristik..., Agrina, FIK UI, 2009
31
sosialisasi, pengasuhan, dan komitmen emosional. Sebagai lembaga, keluarga
memiliki tugas perkembangan sesuai dengan tahapannya. Menurut Friedman (2003)
bahwa tugas perkembangan keluarga dengan balita (pra sekolah) diantaranya adalah
membantu anak bersosialisasi dan melakukan stimulasi tumbuh kembang anak. Pada
saat
ini
dibutuhkan
kondisi
rumah
yang
cukup
adekuat
untuk
proses
perkembangannya. Secara fisik peralatan rumah tangga perlu diperhatikan dari segi
keamanannya. Hal ini mengingat pada usia ini anak senang melakukan eksplorasi
terhadap lingkungan. Artinya keluarga memiliki tugas untuk menciptakan
lingkungan yang aman agar perkembangan anak dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh tim riset kesehatan anak dan perkembangan
anak (NICHD) (2000) menunjukkan adanya perbedaan hasil perkembangan balita
antara lingkungan rumah yang terbatas sumber dan kesempatan belajar dengan
rumah yang penuh dengan stimulasi dari lingkungannya. Keterbatasan sumber
belajar dapat dikaitkan dengan kondisi sosial ekonomi (pendapatan orangtua),
pendidikan orangtua, dan status
sejumlah faktor yang berkaitan dengan perkembangan anak adalah terkait dengan
sosial ekonomi yang rendah.
Lingkungan rumah (DepKes, 2006) adalah tempat anak hidup yang berfungsi
sebagai penyedia kebutuhan dasar balita (provider). Lingkungan rumah tidak saja
meliputi lingkungan fisik, namun termasuk juga lingkungan psikologis. Kondisi
rumah yang tinggi konflik (broken home) juga dapat menimbulkan permasalahahan
Pengaruh karakteristik..., Agrina, FIK UI, 2009
32
perkembangan pada anak. Zill (1984, dalam Romness, 1989) menemukan bahwa
perceraian lebih mempermudah timbul masalah gangguan emosional pada anakanak. Menurut Hetherington (1999; Wallerstein et al, 2000, dalam McMurray, 2003)
bahwa anak-anak yang tumbuh di suasana rumah yang penuh konflik, maka anak
akan terlihat stress, binggung, dan marah.
Lingkungan yang kurang mendukung sewaktu anak masih kecil akan mengakibatkan
dampak yang negatif bagi pertumbuhan kepribadian anak pada usia selanjutnya.
Contohnya adalah lingkungan yang penuh konflik (broken home).
Kasus-kasus
Anak,
http://anakuya.wordpress.com/2008/01/29/ibu-bekerja-
http://www.sahabatnestle.co.id/main/keluarga/artikel.asp?id=1313&cat=16,
33
Anak akan mampu mengontrol kekuatan dari anggota gerak tubuhnya melalui
berbagai aktivitas sehingga ia terampil, lincah, dan cekatan. Anak juga jadi tahu
mana kegiatan yang membahayakan dan mana yang tidak, cara menggerakkan kaki
secara terarah dan benar, serta bagaimana rasanya melakukan permainan yang
menantang. Orangtua yang terlalu khawatir maka anak tidak akan mendapatkan
kesempatan untuk menggali keterampilan seperti di atas. Tak hanya itu, secara
psikologis anak juga cenderung menjadi penakut. Bahkan, ke depannya anak akan
melihat segala sesuatu yang baru sebagai bahaya bagi dirinya sehingga kepercayaan
diri anak menurun (Susanti, 2007, Jangan Takut Ayah, Aku Bisa, http://www.
sahabatnestle.co.id/main/keluarga/artikel.asp?id=1313&cat=16, diperoleh tanggal 18
Februari 2008).
Kebutuhan asih terlihat melalui hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu
dengan anak. Hubungan seperti ini merupakan syarat mutlak untuk menjamin
tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental, maupun psikososial. Kehadiran
Pengaruh karakteristik..., Agrina, FIK UI, 2009
34
ibu atau pengganti ibu sedini mungkin akan menjalin rasa aman bagi anak. Kasih
sayang dari orangtua akan menciptakan ikatan yang erat (bonding) dan kepercayaan
dasar (basic trust). Kekurangan kasih sayang ibu pada tahun-tahun pertama
kehidupan akan berdampak negatif pada tumbuh kembang anak baik fisik, mental,
maupun sosial emosi. Kebutuhan asah (stimulasi mental), merupakan upaya dalam
proses belajar pada anak kearah perkembangan kecerdasan, keterampilan,
kemandirian, kreativitas, dan lain-lain.
lingkungan terdekatnya.
Pengaruh karakteristik..., Agrina, FIK UI, 2009