Referat Forensik
Referat Forensik
Referat Forensik
PENDAHULUAN
Superimposisi
Craniofacial
adalah
proses
yang
bertujuan
untuk
DEFINISI
Superimposisi adalah suatu sistem pemeriksaan untuk menentukan identitas
seseorang dengan membandingkan korban semasa hidupnya dengan tengkorak
yang ditemukan.2 Superimposisi merupakan penempatan dari suatu gambar/video
diatas sebuah gambar atau video yang telah ada, biasanya untuk menambah suatu
efek gambar tertentu, tetapi kadang kadang juga untuk menyembunyikan
sesuatu.3
Photographic Superimposition adalah proses forensik dimana foto orang
hilang ditumpangtindihkan dengan tengkorak yang ditemukan untuk mengetahui
identitasnya.4
Video Superimposition adalah proses forensik dimana mirip dengan
photography superimposition hanya saja metode ini lebih menggunakan video
sehingga spesifik dan lebih cepat.3
1
III.
Negroid
Pada keturunan Negroid, memiliki karakteristik wajah yang
prognathic, dasar tulang orbita oval cenderung persegi empat,
Apertura nasalis bulat, Inferior nasal spine pendek, tulang nasal
pendek, sudut mandibula tumpul, tulang zygomaticus tidak begitu
menjorok ke depan relatif terhadap tulang fasial. 5
Mongoloid
Pada keturunan Mongoloid, memiliki karakteristik wajah yang datar,
dasar tulang orbita bundar, Apertura nasalis lebar dengan selokan
rendah, Inferior nasal spine tumpul, tulang nasal menonjol, sudut
mandibula hampir tepat, tulang zygomaticus yang menonjol. 5
Tabel Ciri-ciri morfologi untuk penilaian rasial tengkorak dan rahang bawah
b.
Jenis Kelamin
- Laki Laki
Dagu pada tengkorak laki laki cenderung lebih petak dan lebih
lancip daripada perempuan, dahi lebih landai, berbentuk lebih
panjang, processus mastoideus, arcus zigomaticus, dan protuberentia
occipitalis lebih menonjol. 5
Gambar 4 A: laki-laki
-
Perempuan
Dagu pada tengkorak perempuan lancip, dahi lebih lurus, berbentuk
lebih pendek dan lebar, processus mastoideus, arcus zigomaticus, dan
protuberentia occipitalis kurang menonjol dan kurang tegas. 5
Gambar 5 B: perempuan
4
2
3
4
5
6
7
8
9
Glabella
Daerah supra orbita
Processus mastoideus
Protuberantia occipitalis
Arcus zigomaticus
Dahi
Eminentia frontalis
Orbita
10 Nasion
11 Malar prominence
12 Lobang hidung
c.
13
14
15
16
17
Eminentia parietalis
Condilus occipitalis
Condylar facet
Foramina
Palatum
18
19
20
21
Digastric groove
Sinus frontalis
Gigi
Permukaan tulang
Laki laki
Kapasitas intrakranial
lebih besar 10 % dari
perempuan
Kurang menonjol
Lebih menonjol
Lebih menonjol
Lebih menonjol
Lebih menonjol
Curam,agak datar
Lebih menonjol
Letak lebih rendah,
relatif lebih kecil,
batas agak bulat dan
berbentuk seperti
persegi empat
Angulasi jelas
Lebih lengkung
Lebih tinggi dan
sempit
Kurang
Besar
Panjang dan sempit
Lebih besar
Lebih besar dan
berbentuk seperti
huruf U
Dalam
Lebih berkembang
Lebih besar
Permukaan seluruhnya
kasar dengan tempat
perlekatan otot yang
lebih menonjol
Perempuan
Kapasitas intrakranial
lebih kecil 10% dari
laki laki
Lebih menonjol
Kurang menonjol
Kurang menonjol
Kurang menonjol
Kurang tegas
Bulat/bundar
Kurang menonjol
Lebih tinggi, relatif
lebih besar, batas tajam
dan berbentuk bulat
Angulasi kurang
menonjol
Lebih datar
Lebih rendah dan luas
Lebih
Kecil
Pendek dan luas
Lebih kecil
Lebih kecil dan
parabolic
Dangkal
Kurang berkembang
Lebih kecil
Seluruhnya halus
dengan tempat
perlengketan otot yang
kurang menonjol
Umur
Range usia meliputi usia perinatal, neonatus, bayi dan anak kecil, usia
kanak kanak lanjut, usia remaja, dewasa muda, dan dewasa tua. 5
Usia perinatal yaitu bayi yang belum lahir, dapat ditentukan dari
ukuran tulang. Pada neonatus dan bayi yang belum mempunyai gigi sangat
sulit untuk menentukan usianya karena pengaruh proses pengembangan yang
berbeda pada masing masing individu. Pada bayi dan anak kecil biasanya
telah memiliki gigi. 5
5
Masa kanak kanak lanjut dimulai saat gigi permanen mulai tumbuh.
Masa remaja menunjukkan pertumbuhan tulang panjang dan penyatuan pada
ujungnya. Penyatuan ini merupakan teknik yang berguna dalam penentuan
usia. Masing masing epifisis akan menyatu pada diafisis pada usia usia
tertentu.5
Dewasa muda dan dewasa tua dinilai dari penutupan sutura kranium
yang perlahan lahan menyatu, morfologi pada ujung iga berubah sesuai
dengan umur. Iga berhubungan dengan sternum melalui tulang rawan. Ujung
iga saat mulai terbentuk tulang rawan awalnya berbentuk datar, namun selama
proses penuaan ujung iga mulai menjadi kasar dan tulang rawan menjadi
berbintik bintik. Iregularitas dari ujung iga mulai ditentukan saat usia
menua.5
Perubahan yang berkaitan dengan umur secara kasar dibagi ke dalam
dua kategori (Bruce dan Young 1998): 6
d.
ada sejumlah gigi yang tanggal atau patah, tanda tanda dekompresi maupun
trauma.5
IV.
ANTROPOMETRI CRANIOFACIAL
a.
Titik-Titik Antropometrik
Penanda pada tengkorak yang sering digunakan meliputi :
Craniometric Landmark : 7
1. Dacryon (Da) : penghubung antara tulang frontal, maksilla, dan tulang
lakrimalis di dinding lateral dari mata.
2. Frontomalar Temporal (Fmt) : titik paling lateral yang menghubungkan tulang
frontal dan tulang zigomatikum
3. Glabella (G) : titik paling menonjol antara pinggir supraorbita di bidang
midsagittal
4. Gnathion (Gn) : titik tengah yang dibangun antara titik paling depan dan
paling bawah di dagu
5. Gonion (Go) : titik yang dibangun oleh perpotongan garis singgung antara
ramus asendens dari margin posterior dan basis mandibula, atau titik paling
lateral pada angulus mandibula
6. Nasion (N) : titik tengah sutura antara tulang frontal dan 2 tulang hidung
7. Nasospinale (Ns) : titik dimana garis ditarik antara margin yang lebih rendah
dari apertura hidung kiri dan kanan yang berpotongan dengan bidang
midsagittal
8. Pogonion (Pog) : titik paling anterior di garis tengah pada protuberans
mentalis
9. Prosthion (Pr) : apex dari alveolus di garis tengah antara gigi insisivus
sentralis rahang atas
10. Zygion (Zy) : titik paling lateral dari arcus zygomatikum
palpebra
Glabella (g) : di garis tengah, titik yang paling menonjol dari alis
Gnathion (gn) : titik di tengah dagu antara Pog dan Me
Gonion (go) : titik paling lateral dari garis rahang di angulus mandibula
Menton (Me) : titik terbawah dari bidang midsagittal di dagu
Nasion (n) : di garis tengah, titik cekung maksimum antara hidung dan dahi.
Frontal, titik ini terletak di titik tengah garis singgung antara lipatan palpebra
Garis-Garis Antropometrik8
1. PNS = posterior nasal spine
2. Gn = gnathion (titik paling bawah depan di atas kontur dari symphysis tulang
pipi yang terletak di bisektris dari N-Pg dan bidang mandibular)
3. Ba = basion (titik terbawah di atas batas depan dari foramen magnum)
4. SE = sphenoidale (titik di persimpangan antara sisi atas sphenoid dan bagian
depan dari dasar kranial, yang dianggap mereprentasikan penghubung antara
tulang ethmoid bagian depan dan tulang sphenoid bagian belakang)
5. H = titik paling atas depan dari tulang hyoid
6. MP-SN = sudut antara garis dari Gn ke Me (bidang mandibular) dan garis dari
S ke N
7. N-S-Ba = sudut antara N dan S serta antara S dan Ba (sudut pelana)
8. N-S-Gn (sudut Y-axis) = sudut antara N dan S serta S dan Gn
9. Co-Go-Me (sudut gonial) = sudut antara Co dan Go serta antara Go dan Me
10. Co-Go = jarak dari Co ke Go (ramus manibula)
11. ANS-PNS = jarak dari ANS ke PNS (dasar maksila)
12. TPFH = tinggi total wajah bagian posterior (jarak dari S ke Go)
13. P = ujung uvula
METODE SUPERIMPOSISI
a.
Metode Konvensional
Superimposisi digunakan untuk mengidentifikasi atau dalam beberapa
kasus,
menyangkal
identitas
orang
yang
dicurigai
tersebut
dengan
penumpangtindihan
tengkorak
dan
gambar
wajah,
membutuhkan: (1) penentuan ukuran nyata dari tokoh yaitu, scaling, dan (2)
orientasi tengkorak agar sesuai dengan posisi wajah di foto itu, dengan
menggunakan tiga gerakan yang mungkin: inklnasi, ekstensi, dan rotasi.
Dalam semua karya-karya sebelumnya, proses overlay bergantung pada
jumlah landmark antropometris yang sesuai yang diusulkan oleh Martin dan
Saller dan sejak saat itu telah digunakan untuk penilaian kesesuaian antara
tengkorak dan wajah. Prosedur Identifikasi dapat mengikuti baik sebagai
anatomi atau pendekatan antropometris. Zaman dahulu bergantung pada
morfologi korelasi antara tengkorak dan wajah, sedangkan saat ini,
menekankan pengukuran jarak antara pasangan landmark dan perbandingan
rata-rata kedalaman jaringan wajah mereka. Hal ini juga penting untuk
memperhitungkan sebanyak mungkin titik-titik yang sesuai, serta proporsi
yang berbeda di antara mereka. Berbagai jenis teknologi mendukung teknik
Craniofacial Superimposition dari segi identifikasi awal yang melibatkan
sejumlah besar pendekatan yang sangat beragam yang ditemukan dalam
literatur. 11
Metode ini didefinisikan sebagai teknik superimposisi kraniofasial
digital atau computer-aided yang telah dianggap metode terkini. Dengan
demikian, perbedaan antara metode computer-aided dan non computer-aided
telah jelas dipandu oleh penggunaan teknologi berbasis komputer sepanjang
proses superimposisi kraniofasial sampai sekarang. 7
12
computer-aided
non-otomatis
menggunakan
beberapa
jenis
gambar
Tahap kedua adalah skull-face overlay ( SFO ) yang terdiri dari mencari
overlay terbaik dari kedua gambar dua dimensi dari tengkorak dan wajah
atau dari model tengkorak tiga dimensi dan gambar wajah dua dimensi
yang dicapai selama tahap pertama. Sebuah prosedur trial - error
mencari penempatan terbaik tengkorak diatas wajah berdasarkan titiktitik antropometrik dan kedalaman jaringan lunak pada titik-titik
tersebut. Tahap kedua, menunjukkan pembagian yang jelas antara
metode computer-aided non-otomatis dan otomatis. Orang dulu
menggunakan komputer untuk mendukung prosedur penumpangtindihan
dan / atau untuk memvisualisasikan tengkorak, wajah, dan superimposisi
yang diperoleh. Namun demikian, ukuran dan orientasi tengkorak diubah
secara manual untuk dicocokkan dengan salah satu kepala dalam foto.
Hal ini dicapai dengan menggerakan tengkorak secara fisik, sedangkan
komputer hanya digunakan untuk memvisualisasikan pada monitor, atau
(dengan bantuan
beberapa
perangkat
lunak
komersial)
dengan
Dengan
dimaksudkan
untuk
demikian,
membantu
sistem
pendukung
pengambil
keputusan
keputusan
ini
kumpulan
informasi yang berguna dari analisis tengkorak dan wajah yang telah
ditumpang tindih. Tentu saja, keputusan akhir akan selalu dibuat oleh
antropolog baik menurut dukungan sistem otomatis dan keahliannya. Di
sisi lain, jika keputusan identifikasi hanya bergantung pada ahli manusia
yang secara visual mengevaluasi tengkorak dan wajah yang ditumpang
tindih yang diperoleh pada tahap sebelumnya, maka metode tersebut
akan dianggap sebagai sistem non-otomatis, meskipun mungkin
menggunakan data digital sebagai sarana pendukung.3,11
Gambar 1112
15
Gambar 1212
Gambar 1312
VI.
Penggunaan landmark anatomi dan kraniofasial juga bukan hal baru bagi ilmu
pengetahuan dan obat-obatan, landmark jaringan lunak telah digunakan untuk
keperluan analisis cephalometri dan operasi maksilofasial setidaknya selama 20
tahun. Metode akurat mengidentifikasi dan landmark kraniofasial menjadi
masalah lama yang terjadi di lapangan, dengan teknik penenetuan landmark ini
melalui analisis tepi dan digitalisasi yang disarankan. 13
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah ukuran tertentu
landmark harus digunakan untuk metode ini dan apakah ukuran tertentu yang
lebih menguntungkan atau merugikan tekniknya. Menempatkan landmark
berulang kali merupakan pertimbangan lebih lanjut dalam penelitian ini. Jika
landmark tidak bisa berulang kali ditempatkan, maka hasil penelitian tidak akan
berlaku. Dari awal penyidik sadar bahwa penempatan landmark pada tengkorak
tidak akan bermasalah seperti yang di foto wajah, sebagai landmark tengkorak
yang mudah ditemukan dan diamati. Ini memang menemukan bahwa landmark
bisa berulang kali ditempatkan pada tengkorak dengan tingkat akurasi yang baik,
tapi sedikit akurasi yang lebih rendah dicapai untuk penempatan landmark
berulang kali pada foto. Ini tetap menjadi perhatian yang harus dipertimbangkan
ketika laporan masuk ke dalam sistem hukum. 13
Sebagai kesimpulan, penelitian ini memiliki nilai tambah untuk penggunaan
proses superimposition di Afrika Selatan, karena telah menunjukkan bahwa ada
manfaat dalam menggunakan teknik sebagai sarana untuk mempersempit identitas
sisa-sisa kerangka diketahui, terutama ketika teknik-teknik lain seperti DNA atau
gigi tidak mungkin. Namun, tingkat akurasi terlalu rendah untuk menggunakannya
sendiri sebagai alat untuk secara pribadi mengidentifikasi seorang individu. Cara
di mana proses ini digunakan di Afrika Selatan harus dipertimbangkan kembali
untuk efisiensi yang lebih baik dan validitas ilmiah . Ini mungkin harus direvisi
untuk mengadopsi sudut pandang yang sama seperti di Amerika Serikat, yaitu
untuk tujuan pengecualian daripada inklusi. Berkenaan dengan studi validasi yang
telah dilakukan, saat ini, 100 % tingkat identifikasi positif belum pernah dibentuk,
dengan kemungkinan positif palsu dan negatif palsu menjadi kenyataan pernah
hadir. Sangat penting, menjadi jelas bahwa metode ini membutuhkan pengujian
konstan untuk memastikan bahwa teknik terbaik tersedia dan peralatan yang
digunakan tersedia untuk proses tersebut. 13
18
2)
3)
4)
DAFTAR PUSTAKA
1. Ballerinin
L, Cordon O. Craniofacial
Superimposition
in
Forensic
Superimposition
In
Forensic
Identification
Using
Soft
19
using
Soft
Computing.
Genetic
And
Evolutionary
superimposition
in
South
African
sample.
Forensic
20