Kriteria Desain Perenc. Instalasi Air Limbah
Kriteria Desain Perenc. Instalasi Air Limbah
Kriteria Desain Perenc. Instalasi Air Limbah
Latar Belakang
Bentuk dan macam buangan yang
dihasilkan manusia tergantung pada tingkat
peradaban manusia, sehingga dengan
kemajuan jaman dan teknologi jenis
buangan manusia yang semula bersifat
sederhana kini semakin bervariasi dan
apabila tidak diolah dengan baik akan
mempengaruhi kualitas lingkungan.
Dalam pengelolaan sanitasi, Kota
Surakarta telah memiliki infrastuktur
pengelolaan air limbah secara off-site. Kota
Surakarta telah memiliki 2 (dua)
sistem/jaringan layanan air limbah melalui
perpipaan yang diolah dalam 2 (dua) IPAL
yaitu IPAL Mojosongo dengan kapasitas 24
l/det dan IPAL Semanggi dengan kapasitas
60 l/det yang melayani wilayah Utara dan
Selatan Kota Surakarta. Sedangkan untuk
2.
2.
3.
Pembatasan Masalah
1.
2.
4.
Perumusan Masalah
1. Berapa debit air limbah yang akan
diolah IPAL?
3.
5.
Tujuan
1.
2.
3.
6.
Ruang Lingkup
6.1 Lingkup Wilayah
Ruang
lingkup
wilayah
perancangan yaitu Kota Surakarta Bagian
Tengah yang meliputi daerah Kecamatan
Jebres (Kel. Kepatihan Kulon, Kepatihan
Wetan,
Tegalharjo,
Sudiroprajan,
Gandekan, Sewu, Pucangsawit, Jagalan dan
Purwodiningratan), Kecamatan Banjarsari
(Kel. Kestalan, Setabelan, Manahan),
Kecamatan Laweyan (Kel. Kerten dan
Jajar).
6.2 Lingkup Sasaran
a.
2.
3.
4.
5.
Data
Jumlah Penduduk
Sumber
Balai Pusat
Statistik
Balai Pusat
Statistik
2.
3.
4.
5.
PDAM Kota
Surakarta
Wahana
Laboratorium
Departemen PU
tercipta
sehat.
kondisi
lingkungan
yang
Persiapan
METODOLOGI
Studi Literatur
7.
Manfaat
Manfaat
dari
desain
Instalasi
Pengolahan Air Limbah Domestik dengan
Sistem IFAS di Kota Surakarta Bagian
Tengah yaitu :
1. Mengurangi tingkat pencemaran air
sungai sehingga dapat meningkatkan
taraf hidup masyarakat dan
melindungi ekosistem.
2.
3.
Gambar 1
Diagram Alir Tahapan Perancangan
Sumber : Analisa Penulis, 2010
Analisis Kependudukan
4. Analisis
Kondisi
Eksisting
Penggunaan Sarana Air Bersih
Kondisi air bersih di Kota Surakarta ini
terbilang cukup banyak persediaannya,
sehingga
sebagian
penduduk
Kota
Surakarta menggunakan air tanah untuk
sumber
air
bersihnya.
Padahal
kenyataannya penggunaan tangki septik
dapat pula ikut mencemarakan air tanah,
apalagi kalau lokasi dan jaraknya tidak
mememuhi syarat yang ditentukan.
N
o
1
2
3
4
5
11
6.
10
13
12
Berdasarkan
penentuan
alternatif
pengolahan,
maka
desain
yang
dipilih
Screen
adalah
menggunakan
IFAS,
yaitu
BP
TAR
GC
IFAS antara
mengkombinasikan
pengolahan
suspended growth dan attach growth
dengan tujuan menghasilkan kualitas efluen
limbah yang lebih baik.SDB Drying Bed
2003,
Chlor
Satuan
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
Hasil Pemeriksaan
518,10
6,67
102,82
215,70
0,65
1,43
0,58
Gambar 2
Diagram Alir Proses IPAL Timur
Saluran Pembawa dan Bar Screen
Dilakukan
3
kali
sehari
dengan
pemompaan, dengan volume lumpur 1,83
m3/hr.
IFAS
IFAS merupakan media inovasi baru yang
diimplikasikan dengan menggabungkan
dari media tempat melekatnya biofilm
(lendir) dengan reaktor lumpur aktif untuk
meningkatkan performa dan dalam
beberapa keadaan dapat meminimisasi
kondisi eksisting fasilitas/bangunan.
Bak Ekualisasi
Suspended Growth
Berfungsi
sebagai
bak
pengumpul
Perencanaan
sementara dari air limbah tiap proses
-Y
: 0,6
produksi dan mengurangi adanya beban
kd
: 0,05 hari
kejut (shock loading) pada proses
-Q
: 6670 m3/hari
selanjutnya
-c
: 10 hari
Direncanakan bak ekualisasi bebentuk
-So
: 97,68 mg/l
persegi panjang dengan kedalaman
-MLSS : 2000 mg/l
direncanakan 3 m.
-MLVSS: 1500 mg/l
-Efisiensi TSS : 80 %
Hubungan Debit dan Waktu
-Efisiensi BOD : 83,4 %
0.15
-Efisiensi COD : 70 %
0.1
Debit
0.05
QTAR
Qrata-rata
Jam
Gambar 3
Grafik Hubungan Debit & Waktu IPAL
Timur
Perhitungan
Direncanakan TAR berbebtuk persegi
empat (rectangular) dengan rencana desain
Volume (V)
= 548,2 m3
Panjang
: 23,4 m
Lebar
: 11,7 m
Kedalaman
: 2,6 m
Distribusi limbah cair dari bak ekualisasi ke
pengolahan biologi (IFAS) menggunakan
Perhitungan
Bak IFAS direncanakan dibuat 2 bak,
sehingga perhitungan debit influen masing
masing kamar adalah 6670 m3 : 2 = 3335
m3
Dari hasil perhitungan diperoleh :
Volume
: 724,8 m3
Panjang
: 21,9 m
Lebar
: 10,9 m
Tinggi
: 3,4 m
Td
: 5,2 jam
c
: 10 hr
Px
: 144,9 kg/hr
Qw
: 18,12m3/hr
BODL
: 399,7 kg/hari
Kebutuhan O2
: 245,2 kg/hr
Jumlah Aerator : 7 buah, dengan jenis
aerator submersible aerator 3,2 KW.
Attach Growth
Proses biologis dengan biakan melekat
yakni proses pengolahan limbah dimana
mikroorganisme yang digunakan pada suatu
media, sehingga mikroorganisme tersebut
melekat pada permukaan media. Proses ini
disebut juga dengan proses film
mikrobiologi
atau proses biofilm.
Perencanaan
Waktu tinggal total
= 6-8 jam
Hydroulic loading rate (q) =
20-50
m3/m2/hari
=
10-50
m3/m2/hari
Dimensi kotak :
P : L : T = (3,8 : 1,8 : 0,9)m, media yang
digunakan adalah bio balls dengn diameter
5 cm, jadi dalam satu kotak penampungan
terdiri dari 10.650 bola.
Perhitungan :
Hydroulic loading rate (q) =
24,4
m3/m2/hari
Td total = 6 jam
Beban BOD = 8,83 gr/m3/hr
Td : 2,5 jam
Volume lumpur : 42,3 m3/hr
Chlorinasi
Chlorinasi diterapkan guna membunuh
organisme-organisme patogen sebelum
effluen dari instalasi pengolahan air limbah
disalurkan ke badan air penerima.
Kriteria Desain
- Waktu kontak
= 15 45 menit
- Konsentrasi larutan = 10 %
- Kadar klor dalam kaporit = 70 %
(Metcalf&Eddy, 2003)
- Berat jenis kaporit = 0,86 kg/L
- Dosis klorin untuk desinfeksi = 3
10 mg/L (Qasim, 1985)
Bak Pengendap
Kriteria desain
Kadar lumpur
Overflow
rate,
vo
= 25
35 m3/m2.hari
Weir loading
=125
500
m3/m2/hari
Kedalaman,
H
= 3
4.9 m
Diameter, D
=36
m
Slope dasar
saluran,
S
= 40
100 mm/m
Waktu
detensi,
td
= 2-4
jam
=46%
Perencanaan :
- Direncanakan
1
bak
pengendap
- Q tiap bak = 77,2 l/dt=
6670 m3/hari
- vo = 30 m3/m2.hari
- H =3m
- S = 60 mm/m
- Bentuk clarifier
=
lingkaran tipe centre feed
- Efisiensi, y/yo
= 70 %
- Performansi, n
= 1/3Screen
- Freeboard = 0,5 m
- Koefisien viskositas dinamik,
= 0,8581 x 10-6 m2/dt
- Kadar SS dalam lumpur = 5
%
Perhitungan :
Diameter bak : 20 m
Kedalaman : 4,1 m
Perhitungan
Direncanakan 1 unit bak kontak
Panjang : 9,5 m
Lebar : 4,7 m
Kedalaman : 3 m
Td : 29,8 menit
Kebutuhan kaporit : 47,6 kg/hr
TAR
IFAS
SDB
Drying Bed
BP
Chlor
Gambar 4
Diagram Alir Proses IPAL Barat
Dimensi kotak :
P : L : T = (3,8 : 1,8 : 1,3)m, media yang
0.05
digunakan
adalah bio balls dengn diameter
50.04
cm, jadi dalam satu kotak penampungan
terdiri
0.03 dari 15.384 bola.
Debit Rata-rata
Perhitungan
:
0.02
Hydroulic loading rate (q) =
26,52
0.01
m3/m2/hari
0
Td
total = 6 jam
Beban BOD = 2,3 gr/m3/hr
Debit TAR
Gambar 5
Grafik Hubungan Debit & Waktu IPAL
Barat
Perhitungan
Direncanakan TAR berbebtuk persegi
empat (rectangular) dengan rencana desain
Volume (V)
= 206,5 m3
Panjang
: 14,3 m
Lebar
: 7,2 m
Kedalaman
: 2,6 m
Distribusi limbah cair dari bak ekualisasi ke
pengolahan biologi (IFAS) menggunakan
pompa dengan daya 2 KW masing
masing pompa.
IFAS
Suspended Growth
Perhitungan
Bak Pengendap
Perhitungan :
Diameter bak : 11,7 m
Kedalaman : 3,85 m
Td : 3,5 jam
Volume lumpur : 41,4 m3/hr
Chlorinasi
Perhitungan
Direncanakan 1 unit bak kontak
Panjang : 6,6 m
Lebar : 3,3 m
Kedalaman : 2 m
Td : 30 menit
Kebutuhan kaporit : 15,7 kg/hr
Sludge Drying Bed
Perhitungan :
a. Lumpur Influen
b. Volume bed:
= 53,9 m3/hari
c.
d.
V = p x l x tebal lumpur
= 18 x 10 x 0,3
= 54 m3
Jumlah bed yang diperlukan = 1bak
Luas bidang pengeringan:
A = V/h
= 54 m3/0,3
= 180 m2
10.
Standar
Operasional
dan
Pemeliharaan
Standar
Operasonal
dan
Pemeliharaan ini mencakup tiga aspek.
10.1
A.
B.
C.
Aspek Teknis
Dalam aspek teknis ini akan dibahas
mengenai uraian tentang sistem pengolahan
air limbah serta cara pengoperasian dan
pemeliharaan setiap elemen.
Screen
Pemeliharaan screen dilakukan yaitu
dengan pembersihan sampah sampah
yang menyangkut pada bar rack, dimana
pembersihan dilakukan secara rutin 2-3 kali
sehari yang kemudian dikumpulkan lalu
dibuang pada tempat sampah.
Grit Chamber dan Ekualisasi
Pengoprasian dan pemeliharaan pada
grit chamber dilakukan dengan pengaturan
pintu air yang disesuaikan dengan debit
yang masuk pada IPAL, kemudian bak grit
chamber terdiri bari dua bak, dimana 1 bak
beroprasi dan bak yang lain sebagai
cadangan saat salah satu bak dilakukan
pengurasan lumpur. Pengurasan lumpur
dilakukan juga secara rutin sesuai
perencanaan yaitu setiap tiga kali sehari.
Sedangkan pada ekualisasi terdapat
pompa untuk menyalurkan air dari bak
ekualisasi ke bak Ifas, sehingga perlu
dilakukan
perawatan
pompansecara
periodik karena lumpur yang mengendap di
grit chamber dan air limbah yang ditransfer
ke bak aerasi mengandung padatan
padatan yang dapat mempersingkat umur
pompa dan pada akhirnya dapat
mengurangi efisiensi pompa.
Ifas
Setelah masuk ke bak ekualisasi,
selanjutnya air limbah dipompa menuju bak
IFAS yang dibagi menjadi 2 bak. Dalam
pemilihan bahan dan konstruksi untuk bak
ifas, untuk kotak penampungan media
harus dipilih bahan yang kedap air dan
tahan korosi seperti fiber glass, beton
bertulang atau beberapa bahan lainnya.
Pada bak ifas ini direncanakan untuk kotak
penampungan terbuat dari besi yang
10
Jumlah
KK
Biaya
I
(Timur)
9434
Rp.6.795.726.224
II
(Barat)
5437
Rp.1.769.563.109
Kesimpulan
Dalam desain instalasi pengolahan
air limbah domestik dengan sistem IFAS
(Integrated Fixed Film Activated Sludge) di
Kota Surakarta Bagian Tengan
dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1.
Dari daerah pelayanan yang
direncanakan yaitu untuk wilayah Kota
Surakarta Bagian Tengah yaitu 3 (tiga)
Kecamatan yang terdiri dari
11
(sebelas) Kelurahan dengan jumlah
penduduk mencapai 108.501 jiwa,
pelayanan pengolahan air limbah
dibagi menjadi dua sistem, yaitu
Bagian Barat dan Timur. Untuk IPAL
Timur menghasilkan debit air limbah
yaitu 77,2
liter/detik dan untuk
wilayah Barat menghasilkan debit air
limbah sebesar 25,2 liter/detik.
2.
Dalam pengolahan air limbah
domestik unit pengolahan yang
digunakan terdiri dari : screening, grit
chamber, bak ekualisasi, clarifier,
chlorinasi,. untuk pengolahan biologi
yang
memakai
sistem
IFAS
menggunakan media pelakat berupa
11
Pengolahan
Air
Buangan
Perumahan Sedesrhana Hunian
(RSH) Taman Sentosa Desa
Ngargorejo.
Kecamatan
Ngemplak, Kabupaten Boyolali.
Teknik
Lingkungan
UNDIP.
Semarang
Peavy,
H.S.,
D.R.
Rowe,
G.
Tchobanoglous.
1985.
Environmental Engineering. Mc
Graw-Hill, Inc : Singapore.
Pedoman
Pengelolaan
Air
Limbah
Perkotaan.
2003.
Pedoman
Pengelolaan Air Limbah Domestik
Perkotaan. Departemen Pekerjaan
Umum Direktorat Jendral Cipta
Karya: Jakarta
Qasim, Syed R. 1985. Wastewater
Treatment
Plant
(Planning,
Design, and Operation). CBS
College Publishing. USA
Reynolds, T.D. 1982. Unit Operations In
Enviromental Engineering. Texas
A & M Univercity; B/C
Engineering Division Boston,
Massacusetts.
Said, Nusa. 20
Sandi, Hikmat. 2006. Laporan Tugas
Akhir : Evaluasi dan Optimalisasi
Instalasi Pengolahan Air Limbah
Domestik Kota Surakarta. Teknik
Lingkungan UNDIP: Semarang
SK, Sidharta. 1997. Rekayasa Lingkungan.
Gunadharma : Jakarta
Sugiharto. 1987. Dasar dasar
Pengelolaan Air Limbah. UI Press.
Jakarta
Tchobanoglous, G and F.L Burton. 1991,
Wastewater
Engineering.
Treatment, Disposal, Reuse, 3rd
edition. McGraw-Hill, NewYork
Wulanarum, Rina. 2008. Laporan Tugas
Akhir : Perancangan Sistem
Penyaluran
dan
Bangunan
Pengolahan
Air
Buangan
Domestik
Kelurahan
Rejowinangun Selatan Kecamatan
Magelang
Selatan.
Teknik
Lingkungan UNDIP. Semarang
http://www.en.wikipedia.org/wiki/greywate
r , viewed 10 Februari 2010
http://www.brentwood
process.com/IFAS_main.html, viewed 10
Februari 2010
http://www.radarbanten.com /harga kaporit,
viewed 15 Mei 2010
12