Paper Anastesi RA-SAB Pada Appendicitis
Paper Anastesi RA-SAB Pada Appendicitis
Paper Anastesi RA-SAB Pada Appendicitis
PENDAHULUAN
adalah dengan
anastesi
regional. Yaitu
regional anastesi-
Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Apendisitis
Appendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang kirakira 10 cm dan berpangkal pada seikum. Appendiks pertama kali tampak saat
perkembangan embriologi minggu ke delapan yaitu bagian ujung dari
protuberans sekum. Pada saat antenatal dan postnatal, pertumbuhan dari sekum
yang berlebih akan menjadi appendiks yang akan berpindah dari medial menuju
katup ileocaecal. Pada bayi appendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkal
dan menyempit kearah ujung. Keadaan ini menjadi sebab rendahnya insidens
appendicitis pada usia tersebut. Appendiks memiliki lumen sempit di bagian
proksimal dan melebar pada bagian distal. Pada appendiks terdapat tiga tanea
coli yang menyatu dipersambungan sekum dan berguna untuk mendeteksi
posisi appendiks.
Gejala klinik appendicitis ditentukan oleh letak appendiks. Posisi
appendiks adalah retrocaecal (di belakang sekum) 65,28%, pelvic (panggul)
31,01%, subcaecal (di bawah sekum) 2,26%, preileal (di depan usus halus) 1%,
dan postileal (di belakang usus halus) 0,4%, seperti terlihat pada gambar
dibawah ini.
Page
Page
Page
Page
C. Appendicitis Abses
Page
Page
Anoreksia, mual, dan muntah yang timbul selang beberapa jam dan
biasanya.
Nyeri tekan didaerah kuadran kanan bawah. Nyeri tekan mungkin
ditemukan juga di daerah panggul sebelah kanan jika appendiks terletak
retrocaecal. Rasa nyeri ditemukan di daerah rektum pada pemeriksaan
rektum apabila posisi appendiks di pelvic. Letak appendiks mempengaruhi
letak rasa nyeri.
Page
d. Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator, pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui letak appendiks yang meradang. Uji psoas dilakukan dengan
rangsangan otot psoas lewat hiperektensi sendi panggul kanan atau fleksi
aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila appendiks
yang meradang menempel di m. psoas mayor, maka tindakan tersebut akan
menimbulkan nyeri. Pada uji obturator dilakukan gerakan fleksi dan
endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang. Bila appendiks yang
meradang kontak dengan obturator internus yang merupakan dinding
panggul kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri.
Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium, terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive
protein (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit
antara 10.000-18.000/mm3 (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%,
sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat. CRP adalah
salah satu komponen protein fase akut yang akan meningkat 4-6 jam setelah
terjadinya proses inflamasi, dapat dilihat melalui proses elektroforesis
serum protein. Angka sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu 80% dan 90%.
b. Radiologi, terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed
Tomography Scanning (CT-scan). Pada pemeriksaan USG ditemukan bagian
memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada appendiks, sedangkan
pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan
fekalith dan perluasan dari appendiks yang mengalami inflamasi serta
adanya pelebaran sekum. Tingkat akurasi USG 90-94% dengan angka
sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85% dan 92%, sedangkan CT-Scan
mempunyai tingkat akurasi 94-100% dengan sensitivitas dan spesifisitas
yang tinggi yaitu 90-100% dan 96-97%.
2.5. Penatalaksanaan
Page
dilakukan
Penundaan
appendektomi
dengan
pemberian
antibiotik
dapat
Page
b) Kontra-indikasi
Kontraindikasi spinal anastesi terbagi menjadi dua, yaitu kontraindikasi
absolute dan kontraindikasi relative:
Kontraindikasi absolute:
- Pasien menolak.
- Infeksi pada tempat suntikan.
- Hipovolemik berat, syok.
- Koagulopati atau mendapat terapi antikoagulan.
- Tekanan intracranial meninggi.
- Fasilitas resusitasi minimum.
- Kurang pengalaman atau didampingi konsultasi anestesi.
Kontraindikasi relative:
-
Infeksi Sistemik.
Infeksi Sekitar Tempat Suntikan
Kelainan Neurologis.
Kelainan Psikis.
Bedah Lama.
Penyakit Jantung.
Hipovolemia Ringan.
Nyeri Punggung Kronis.
Page
4.
5.
6.
7.
Page
C. Preoperatif RA-SAB
Penilaian Preoperatif
Penilaian preoperative merupakan langkah awal dari serangkaian
tindakan anesthesia yang dilakukan terhadap pasien yang direncanakan
untuk menjalani tindakan operatif.
Tujuan:
1. Mengetahui status fisik pasien praoperatif
2. Mengetahui dan menganalisis jenis operasi
3. Memilih jenis atau teknik anesthesia yang sesuai
Page
digunakan
untuk
memprediksi
kemudahan
intubasi
Page
yang
meliputi
pemeriksaan
laboratorium
lengkap,
Page
Page
teh manis sampai 3 jam dan untuk keperluan minum obat air putih dalam
jumlah terbatas boleh I jam sebelum induksi anesthesia.
b) Terapi Cairan.
Pasien yang puasa tanpa intake cairan sebelum operasi akan mengalami
defisit cairan karena durasi puasa . Dengan tidak adanya intake oral, defisit
cairan dan elektrolit bisa terjadi cepat karena terjadinya pembentukan urin,
sekresi gastrointestinal, keringat, dan insensible losses yang terus menerus
dari kulit dan paru. Defisit bisa dihitung dengan mengalikan kebutuhan
cairan maintenance dengan waktu puasa.
Persiapan Pasien
Pasien dengan tindakan appendiktomi dapat terjadi evaporasi.
Oleh karena itu, pasien ini diselimuti dan dilakukan monitor
balans cairan (keseimbangan cairan). Perlu juga untuk mengatur
suhu pendingin ruangan.
Page
Terapi Cairan
Terapi cairan intravena dapat terdiri dari infus kristaloid,
koloid, atau kombinasi keduanya. Cairan kristaloid adalah cairan
dengan ion low molecular weight (garam) dengan atau tanpa
glukosa, sedangkan cairan koloid juga mengandung zat-zat high
molecular weight seperti protein atau glukosa polimer besar.
Cairan koloid menjaga tekanan onkotik koloid plasma dan untuk
sebagian besar intravaskular, sedangkan cairan kristaloid cepat
menyeimbangkan dengan dan mendistribusikan seluruh ruang
cairan ekstraseluler.
Cairan dipilih sesuai dengan jenis kehilangan cairan yang
digantikan. Untuk kehilangan terutama yang melibatkan air,
penggantian dengan cairan hipotonik, juga disebut cairan jenis
maintenance. Jika kehilangan melibatkan baik air dan elektrolit,
penggantian dengan cairan elektrolit isotonik, juga disebut cairan
jenis replacement.
Karena kebanyakan kehilangan cairan intraoperatif adalah
isotonik, cairan jenis replacement yang umumnya digunakan.
Cairan yang paling umum digunakan adalah larutan Ringer
laktat. Meskipun sedikit hipotonik, menyediakan sekitar 100 mL
free water per liter dan cenderung untuk menurunkan natrium
serum 130 mEq/L, Ringer laktat umumnya memiliki efek yang
paling sedikit
Page
Metode
yang
paling
umum
digunakan
untuk
E. Postoperatif RA-SAB
- Pemindahan Pasien dari Kamar Operasi ke Recovery Room
Segera setelah operasi, pasien akan dipindah ke postanesthesia care unit (PACU), biasa disebut dengan recovery
room. Di tempat ini, pasien akan diobservasi dengan ketat,
termasuk vital sign dan level nyerinya (WebMD, 2011).
Pemindahan pasien dari kamar operasi ke PACU memerlukan
pertimbangan-pertimbangan
khusus.
Pertimbangan
ini
di
Page
STATUS PASIEN
: Hotris Simbolon
Usia
: 21 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Page
Alamat
Agama
: Kristen
Suku
: Batak
No RM
: 23 59 59
: 27 Desember 2015
Dirawat di
: Ruang An-nisa
: 10.45 - selesai
: Appendicitis Akut
Jenis pembedahan
: Appendektomi
Jenis anesthesia
1.2. Pre-operatif
1.2.1. Anamnesis
Keluhan Utama
Telaah
Page
Medication
Past Medical
obat/ makanan
: Tidak mengkonsumsi obat-obatan sebelumnya.
: DM (-), HT (-), asma (-)
History
Last Meal
Event
03.00 WIB)
: Pasien dapat BAK tidak terpasang kateter
Berat Badan : 56 kg
Tinggi Badan : 155 cm
Pemeriksaan Kepala
Mata : Konj. Palpebra inferior pucat (-), sklera ikterik (-),
pupil isokhor, Refleks cahaya (+/+)
Hidung : Sekret (-), Deviasi (-)
Bibir : Mukosa bibir basah, Sianosis (-)
Gigi : Caries (-)
Pemeriksaan Leher
Pembesaran KGB (-), Thyroid (+) Normal
Axilla
Pembesaran KGB axilla (-)
Pemeriksaan Thoraks
Page
Paru-paru
Depan
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
Auskultasi : SP= Vesikuler, ST= (-)
Belakang
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
Auskultasi : SP= Vesikuler, ST= (-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : DBN
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II Normal, Reguler
Status Lokalisata
Regio Abdomen
Inspeksi : Simetris, Distensi (-)
Palpasi : Soepel, nyeri tekan kuadran kanan bawah
(+), tidak teraba massa, rovsing sign (-), blumberg
sign (+).
Perkusi : Timpani
Auskultasi : peristaltik (+) normal.
Pemeriksaan khusus : psoas sign (+), obturator sign
(+).
Genitalia : DBN
Pemeriksaan Ekstremitas
Kekuatan Otot : 5/5/5/5/5
Pemeriksaan Sensibilitas : Dextra et Sinistra tidak ada
kelainan.
B1
(Breathing)
B2 (Blood)
Page
B3 (Brain)
B4 (Bladder)
B5 (Bowel)
B6 (Bone)
muntah (-)
edema -/-
Hasil
14.2
4,3
14.800
36.4
256.000
Nilai Rujukan
12-16
3,9-5,6
4.000-11.000
36-47
150.000-450.000
Satuan
g/dl
106/l
/l
%
/l
90
32
35.6
80-96
27-31
30-34
fL
pg
%
2
0
0
67
25
6
25
1-3
0-1
2-6
53-75
20-45
4-8
0-20
%
%
%
%
%
%
mm/jam
79
<200
mg/dL
Sewaktu
Urinalisa
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Rujukan
Page
Warna
Kekeruhan
pH
Protein
Glukosa
Darah
Berat Jenis
Kuning
Agak keruh
5.0
Negatif
Negatif
Negatif
1.025
Kuning
Jernih
4.8-7.4
Negatif
Negatif
Negatif
b. Foto Thoraks
Hasil
: Cor dan pulmo Dalam Batas Normal
1.2.4. Diagnosa Kerja
Apendisitis Akut
1.2.5. Laporan Anesthesi Pre-operasi
- Assessment
: ASA I
- Diagnosa prabedah
: Appendisitis akut.
- Keadaan prabedah (27 Desember 2015, pukul 20.00 WIB) :
BB 56 kg, golongan darah O
TD 120/80 mmHg, nadi 90 x/menit, suhu 36,6C
Hb 14,2 gr/dL
Dipuasakan 6 jam preoperasi
- Jenis pembedahan
: Appendektomi
1.2.6. Persiapan Pre-operasi
1. Di Ruang An-Nisa
- Surat persetujuan operasi + surat persetujuan tindakan anestesi
- IVFD RL 30 gtt/i selama dipuasakan
- Inj. Ranitidin 50 mg
sesaat sebelum berangkat ke OK
- Inj. Metoclopramide 10 mg
2. Di Kamar Operasi
- Scope
- Tubes
- Airway
- Tape
- Introducer
-
stetoskop, laringoskop
ETT (cuffed) size 7,0 kink fix
orotracheal airway
plester untuk fiksasi
untuk memandu agar pipa ETT mudah
dimasukkan
Connector penyambung antara pipa dan alat anestesi
Suction
memastikan tidak ada kerusakan pada alat
suction
Page
Obat emergensi
efedrin
Blok
Teknik anestesia:
1. Memposisikan pasien dengan kondisi duduk, meluruskan
punggung dan kaki, tapi tetap dalam keadaan tidak tegang,
dan menundukkan kepala.
2. Lokasi injeksi diberi antiseptik, dengan povidon iodine
3. Identifikasi ruang interspinosus diantara L4-L5.
4. Kemudian di infiltrasi lokal dengan lidokain 2% di area L4L5
5. Dilanjutkan anestesi dengan insersi spino catheter ukuran 25
gauge, barbotage (+), dan cairan serebrospinal (+)
6. Injeksi bupivacaine 0.5% 12,5 mg, kemudian dilakukan
pengecekan area sensoris, motoris dan tanda-tanda toksikasi
pada pasien.
Lama anestesi
Lama operasi
Page
Ketorolac 30 mg i.v
Fentanyl 25 mcg i.v
-
Cairan masuk
Pre-Operatif
: Kristaloid RL 500 cc
Durante Operatif
: RL 500 cc
Cairan keluar
Pre-Operatif
: (-)
Durante Operatif
: (-)
Catatan
EBV
: 56 kg x 70 = 3920
EBL
10%
: 392
20%
: 784
30%
: 1176
Perdarahan
Kasa Basah
: 2x10 = 20 cc
Kasa Basah : 2x5 = 10 cc
Suction
= 70 cc
Total
= 100 cc
B2
B3
(-)
Nadi 80x/menit, TD 100/70 mmHg, CRT <2 detik
Compos mentis, pupil isokor 3mm/3mm, reflek
B4
B5
B6
cahaya+/+
Kateter (+), Urin output 50 cc
Soepel, BU (+)
Akral hangat, kering, kemerahan, mobilitas (-),
edema (-)
Page
Pernafasan
Warna kulit
Tekanan Darah
Kesadaran
:2
:2
:2
:2
sudah membaik
Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam iv
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam iv
Bila mual muntah : Inj.Ondansetron 4 mg/8 jam i.v
1.4.2. Monitoring
- Cek vital sign tiap 15 menit selama 2 jam
- Bila RR <10x/menit, berikan O2 10 liter/menit
- Bila nadi 50, berikan sulfas atropin 0,5 mg iv cepat
- Jika tekanan darah sistole <90 mmHg berikan RL 500 cc dalam
-
30 menit efedrin 5 mg iv
Makan dan minum: diberikan secara bertahap bila pasien tidak
Page
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Appendicitis merupakan peradangan appendiks yang mengenai semua
lapisan dinding organ tersebut. Tanda patogenetik primer diduga karena
obstruksi lumen dan ulserasi mukosa menjadi langkah awal terjadinya
appendicitis. Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan appendicitis maka
tindakan yang dilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi).
Anastesi spinal (intratekal, intradural, subdural, subarachnoid) ialah pemberian
obat anastetik local ke dalam ruang subarachnoid. Anastesi spinal diperoleh
dengan cara menyuntikkan anestetik lokal ke dalam ruang subarachnoid. Teknik
ini sederhana, cukup efektif dan mudah dikerjakan.
Page
DAFTAR PUSTAKA
Page
Way, L., Doherty, G., 1994. Current Diagnosis & Treatment. Edisi 11
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Soeparman, 1998. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.
Schrock, T., 1995. Ilmu Bedah. Edisi 7. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Soeparman, 1998. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.
Page