Pengujian Antiseptik Atau Desinfekta1
Pengujian Antiseptik Atau Desinfekta1
Pengujian Antiseptik Atau Desinfekta1
I.
Tujuan
- Dapat menjelaskan perbedaam antara antiseptik, desinfektan, dan
-
II.
antibiotik.
Dapat menjelaskan perbedaan prinsip pengujian antiseptik
Menjelaskan perbedaan prinsip dan kegunaan pengujian metode
jontak ( koefisien fenol) dengan metode difusi agar.
Teori Dasar
2.1 Desinfektan
Desinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah
terjadinya infeksi dengan membunuh jasad renik (bakterisid), terutama pada
benda mati. Proses desinfeksi dapat menghilangkan 60% - 90% jasad renik.
Desinfektan digunakan secara luas untuk sanitasi baik di rumah tangga,
laboratorium, dan rumah sakit. Kriteria suatu desinfektan yang ideal adalah
bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar,
berspektrum luas, aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH,
temperatur, dan kelembaban, tidak toksik pada hewan dan manusia, tidak bersifat
korosif, bersifat biodegradable, memiliki kemampuan menghilangkan bau yang
kurang sedap, tidak meninggalkan noda, stabil, mudah digunakan, dan ekonomis
(Siswandono, 1995; Butcher and Ulaeto, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan antiseptik atau desinfektan
yang digunakan untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme adalah:
1. Jenis organisme yang digunakan.
2. Jumlah mikroorganisme yang digunakan.
3. Umur dan sejarah dari mikroorganisme.
4. Jaringan atau unsur-unsur yang ada dalam mikrorganisme.
5. Efek-efek dari zat kimia terhadap jaringan.
akriflavin bekerja sebagai antibakteri dengan mengikat secara kuat asam nukleat.
Ikatan ini akan menghambat sintesis ADN sehingga sintesis protein tidak terjadi.
Turunan trifenilmetan dan turunan akridin merupakankation aktif yang dapat
Pembentukan khelat
Beberapa turunan fenol, seperti heksaklorofen dan oksikuinolin dapat
membentuk khelat dengan ion Fe dan Cu masuk ke dalam sel bakteri, kemudian
bentuk khelat tersebut masuk ke dalam sel bakteri. Kadar yang tinggi dari ion-ion
logam di dalam sel menyebabkan gangguan fungsi enzim-enzim sehingga jasad
renik mengalami kematian (Siswandono, 1995; Somani, et al., 2011).
2.3 Penggolongan Desinfektan
Menurut Siswandono (1995), desinfektan dapat dibagi menjadi enam
kelompok, yaitu:
a.
Turunan aldehida
(Ghanem, et al., 2012). Struktur kimia paraformaldehid dapat dilihat pada Gambar
2.4(b).
beberapa
material
peralatan.
Namun
senyawa
tersebut
dapat
b. Turunan alkohol
Turunan alkohol merupakan bahan yang banyak digunakan selain turunan
aldehid, misalnya etanol (C2H5OH), isopropanol (C3H7OH). Alkohol bekerja
dengan mendenaturasi protein dari sel bakteri dan umumnya dibuat dalam
campuran air pada konsentrasi 70% - 90%. Etanol bersifat bakterisid yang cepat,
digunakan sebagai antiseptik kulit dan sebagai pengawet. Aktivitas bakterisidnya
optimal pada kadar 70%. Isopropanol mempunyai aktivitas bakterisid lebih kuat
dibandingkan etanol karena lebih efektif dalam menurunkan tegangan permukaan
sel bakteri dan denaturasi bakteri (Elisabeth, dkk., 2012).
c.
Senyawa pengoksidasi
e.
f.
diinokulasi
pada
media
pertumbuhan.
Kekuatan
desinfektan
Daftar Pustaka
Aboh, M., Oladosu, P., dan Ibrahim, K. (2013). Antimicrobial Activities of Some
Brands of Households Disinfectants Marketed in Abuja Municipal Area
Council, Federal Capital Territory, Nigeria. American Journal of Research
Communication. 1(8): 172-183.
Aparecida, M., Tibana, M., and Nunes, P.M. (2000). Disinfectant and antibiotic
Activities: A Comparative Analysis in Brazilian Hospital Bacterial Isolates.
Brazilian Journal of Microbilogy. 31(1): 193-199.
Borneff, J., Eggers, and Grun, L. (1981). Richtlinien fur die Prufung und
Bewertung Chemischer Desinfektionsverfahren. Erster Teilabschnitt.
Stuttgart: Gustav Fischer Verlag. Hal. 67- 68.
Brewer, C. (2010). Variations in Phenol Coefficient Determinations of Certain
Disinfectants. American Journal of Public Health. 33(1): 261.
Shaffer, J.G. (1965). The Role of Laboratory in Infection Control in the Hospital.
Arbor: University of Michigan, School of Pulbic health. Hal. 354, 357.
Singleton, E. (2000). Disinfectan: Phenol Coefficient Methods. New York: AOAC
International. Hal. 240.
Siswandono. (1995). Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga University Press. Hal.
249-250.
Somani, S.B., Ingole, W.N., and Kulkarni, S.N. (2011). Disinfection of Water by
Using Sodiun Chloride (NaCl) and Sodium Hypochlorite (NaOCl).
Shegaon: Shri Sant Gajanan Maharaj College of Engineering. Hal. 40-43.
Stampi, S., De Luca, G., Onorato, M., Ambrogiano, E., and Zanetti, F. (2002).
Peracetic Acid as an Alternative Wastewater Disinfectant to Chlorine
Dioxide. Bologna: Department of Medicine and Public Health, Division of
Hygiene, University of Bologna. Hal. 725-731.
Stevens, M.P. (2011). Kimia Polimer. Edisi dua. Diterjemahkan oleh Sopyan.
Jakarta: Pradnya Paramita. Hal. 613.
Tafti, F., Jajari, A.A., and Kamran, M.H. (2012). Comparison Of The
Effectiveness Of Sodium Hypochlorite and Dentamize Tablet For Denture
Disinfection. World Journal of medical Sciences. 3(1): 10-14.
Wesley, A. (1986). Medical Microbiology. Edisi dua. Texas: Department of
Microbiology of University of Texas Medical Branch. Hal. 354-358.
Wright, S.E., and Mundy, A. (1960). Defined Medium For Phenol Coefficient
Tests With Salmonella typhosa and Staphylococcus aureus. Journal of
Bacteriology. 80(2): 279.