PBL 2 - Pembunuhan Anak Sendiri
PBL 2 - Pembunuhan Anak Sendiri
PBL 2 - Pembunuhan Anak Sendiri
Asher Juniar
102011201
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl.Terusan Arjuna no.6
Jakarta 11510
Email : azher_juny@hotmail.com
Pendahuluan
Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) adalah merupakan suatu bentuk kejahatan terhadap
nyawa yang unik sifatnya. Unik dalam arti si pelaku pembunuhan haruslah ibu kandungnya
sendiri, dan alasan atau motivasi untuk melakukan kejahatan tersebut adalah karena si ibu
takut ketahuan bahwa ia telah melahirkan anak; oleh karena anak tersebut umumnya adalah
hasil hubungan gelap. Pembunuhan anak sendiri menurut undang-undang di Indonesia adalah
suatu tindak pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika
dilahirkan atau tidak berapa lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia
melahirkan anak. Tujuan pembuatan dari makalah ini agar pembaca mengetahui tata cara
yang harus dilakukan seorang dokter dalam membantu mengungkapkan suatu kasus dengan
melakukan pemeriksaan terhadap korban.
Identifikasi forensik
a. Pemeriksaan terhadap bayi
Lahir Mati atau Lahir Hidup
Pada pemeriksaan mayat baru lahir, harus dibedakan apakah ia lahir mati atau lahir hidup.
Bila bayi lahir mati maka kasus tersebut bukan merupakan kasus pembunuhan, atau
penelantaran anak hingga menimbulkan kematian. Pada kasus seperti ini, si ibu hanya dapat
dikenakan tuntutan menyembunyikan kelahiran dan kematian orang.1
Lahir mati (still birth) adalah kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau dikeluarkan dari
ibunya, tanpa mempersoalkan usia kehamilan (baik sebelum maupun sesudah kehamilan
berumur 28 minggu dalam kandungan). Kemudian ditandai oleh janin yang tidak bernapas
atau tidak menunjukkan tanda kehidupan lain, seperti denyut jantung, denyut nadi tali puat
atau gerakan otot rangka.1
1
dipotong di atas ikatan. Pengikatan ini dimaksudkan agar udara tidak masuk ke dalam
lambung dan uji apung lambung-usus (uji Breslau) tidak memberikan hasil yang meragukan.
Setelah semua organ leher dan dada dikeluarkan dari tubuh, lalu dimasukkan ke dalam air dan
dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Kemudian paru-paru kiri dan kanan dilepaskan
dan dimasukkan kembali ke dalam air, dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam.
Hingga tahap ini, baru bayi yang lahir mati masih dapat mengapung oleh karena kemungkinan
adanya gas pembusukan. Bila potongan kecil itu mengapung, diletakkan diantara 2 karton dan
ditekan (dengan arah tekanan yang tegak lurus, jangan bergeser) untuk mengeluarkan gas
pembusukan yang terdapat pada jaringan intersisial paru, lalu masukkan kembali ke dalam air
dan diamati apakah masih mengapung atau tenggelam. Bila masih mengapung berarti paru
tersebut berisi udara residu yang tidak akan keluar.
Kadang-kadang dengan penekanan, dinding alveoli pada mayat bayi yang telah membusuk
lanjut akan pecah juga dan udara residu keluar dan menunjukkan hasil uji apung paru negatif.
Uji apung paru harus dilakukan menyeluruh sampai potongan kecil paru mengingat
kemungkinan adanya pernapasa sebagian (partial repiration) yang dapat bersifat buatan
(pernapasan buatan) ataupun alamiah (vagitus uterinus atau vagitus vaginalis, yaitu bayi
sudah bernapas walaupun kepala masih dalam uterus atau dalam vagina).
Hasil negatif belum berarti pasti lahir mati karena adanya kemungkinan bayi dilahirkan hidup
tapi kemudian berhenti bernapas meskipun jantung masih berdenyut, sehingga udara dalam
alveoli diresorpsi. Pada hasil uji negatif ini, pemeriksaan histopatologik paru harus dilakukan
untuk memeastikan bayi lahir mati atau lahir hidup.
Bila sudah jelas terjadi pembusukan, maka uji apung paru kurang dapat dipercaya, sehingga
tidak dianjurkan untuk dilakukan. Biasanya paru dengan perangai maskroskopik lahir mati
akan memberikan hasil uji apung paru negatif.
Mikroskopik paru. Setelah paru-paru dikeluarkan dengan teknik tanpa sentuh, dilakukan
fiksasi dengan larutan formalin 10%. Sesudah 12 jam, dibuat irisan-irisan melintang untuk
memungkinkan cairan fiksatif meresap dengan baik ke dalam paru. Setelah difiksasi selama
48 jam, kemudian dibuat sediaan hhistopatologik. Biasanya dilakukan pewarnaan HE dan bila
perlu telah membusuk digunakan pewarnaan Gomori atau Ladewig.1,2
Struktur seperti kelenjar bukan merupakan cirri paru bayi yang belum bernapas, tetapi
merupakan cirri paru janin yang nelim mencapai usia gestasi 26 minggu. Tanda khas untuk
paru bayi belum bernapas adalah adanya tonjolan (projection), yang berbentuk seperti bantal
(cushion-like) yang kemudian akan bertambah tinggi dengan dasar menipis sehingga tampak
seperti gada (club-like). Pada permukaan ujung bebas projection tampak kapiler yang berisi
banyak darah. Pada paru bayi belum berrnapas yang sudah membusuk, dengan pewarnaan
gomori atau ladewig, tampak serabut-serabut retikulin pada permukaan dinding alveoli
berkelok-kelok seperti rambut yang keriting, sedangkan pada projection berjalan di bawah
kapiler sejajar dengan permukaan projection dan membentuk gelung-gelung terbuka (open
loops).1,2
Serabut-serabut elastin pada dinding alveoli belum terwarnai dengan jelas, masih merupakan
fragmen-fragmen yang tersusun dan belum membentuk sartu lapisan yang mengelilingi
seluruh alveoli. Serabut tersebut tegang, tidak bergelombang dan tidak terdapat di daerah
basis projection.1
Pada paru bayi lahir mati mungkin pula ditemukan tanda inhalasi cairan amnion yang luas
karena asfiksia intrauterine, misalnya akibat tertekannya tali pusat atau solutio plasenta
sehingga terjadi pernapasa janin premature (intrauterine submersion). Tampak sel-sel verniks
akibat deskuamasi sel-sel permukaan kulit, berbentuk persegi panjang dengan inti piknotik
berbentuk huruf S, bila dilihat dari atas samping terlihat seperti bawang (onion bulb). Juga
tampak sedikit sel-sel amnion yang bersifat asidofilik dengan batas tidak jelas dan inti terletak
eksentrik dengan batas yang juga tidak jelas.1
Mekonium yang berbentuk bulat berwarna jernih sampai hijau tua mungkin terlihat dalam
bronkioli dan alveoli. Kadang-kadang ditemukan deskuamasi sel-sel epitel bronkus yang
merupakan tanda dari maerasi dini, atau fagositosis mekonium oleh sel-sel dinding alveoli.
Kolon dapat menggelembung berisi mekoniumm yang merupakan tanda usaha untuk bernapas
(struggle to breath).1
Lahir mati ditandai pula oleh ditemukannya keadaan yang tidak memungkinkan terjadinya
kehidupan, seperti trauma persalinan yang hebat, pendarahan otak yang hebat, dengan atau
tanpa robekan tentorium serebeli, pneumonia intrauterine, kelainan congenital yang fatal
seperti anensefalus dan sebagainya.1
Lahir hidup (live birth) adalah keluar atau dikeluarkannya hasil konsepsi yang lengkap, yang
setelah pemisahan, bernapas atau menunjukkan tanda kehidupan lain, tanpa mempersoalkan
usia gestasi, sudah atau belumnya tali pusat dipotong atau uri dilahirkan.1
Pada pemeriksaan ditemukan dada sudah mengembang dan diafragma sudah turun sampai
sela iga 4-5, terutama pada bayi yang telah lama hidup.
Pemeriksaan mikroskopik paru. Paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian
kandung jantung. Paru berwarna merah muda tidak merata dengan pleura yang tegang (taut
pleura), dan menunjukkan gambaran mozaik karena alveoli sudah terisi udara. Apeks paru
kanan paling dulu atau jelas terisi karena halangan paling minimal. Gambaran marmer terjadi
akibat pembuluh darah intersisial berisi darah. Konsistensi seperti spons, teraba derik udara.
Pada pengisian paru dalam air terlihat jelas keluarnya gelembung udara dan darah. Berat paru
bertambah hingga dua kali atau kira-kira 1/35 kali berat badan karena berfungsinya sirkulasi
darah jantung paru.1,3
Uji apung paru memberikan hasil positif. Jika hasil negatif, harus dilanjutkan dengan
pemeriksaan mikroskopik paru. Pemeriksaan mikroskopik paru menunjukkan alveoli paru
yang mengembang sempurna dengan atau tanpa emfisema obstruktif, serta tidak terlihat
adanya projection. Pada pewarnaan Gomori atau Ladewig, serabut retikulin akan tampak
tegang.1,3
Pada pernapasan parsial yang singkat, mungkin hasil uji apung paru negatif dan mikroskopik
memperlihatkan gambaran alveoli yang kolaps dengan dinding yang berhimpitan atau hampir
berhimpit. Kadang-kadang ditemukan edema yang luas dalam jaringan paru, membrana
duktus alveolaris yang tersebar dalam jaringan paru, yang mungkin berasal dari lemak verniks
(membran hialin, yang akan terlihat bila bayi telah hidup lebih dari 1 jam), atau atelektasis
paru akibat obstruksi oleh membran duktus alveolaris.1
Adanya udara dalam saluran cerna dapat dilihat dengan foto rontgen. Udara dalam duodenum
atau saluran yang lebih distal menunjukkan lahir hidup, dan telah hidup 6-12 jam. Bila dalam
usus besar berarti telah hidup 12-24 jam, tetapi harus diingat kemungkinan adanya pernapasan
buatan atau gas pembusukan.1
Panjang badan
1 bulan
(kepala-tumit)
1 x 1 = 1 cm
2 bulan
2 x 2 = 4 cm
3 bulan
3 x 3 = 9 cm
4 bulan
4 x 4 = 16 cm
5 bulan
5 x 5 = 25 cm
6 bulan
6 x 5 = 30 cm
7 bulan
7 x 5 = 35 cm
8 bulan
8 x 5 = 40 cm
9 bulan
9 x 5 = 45 cm
Perkiraan umur janin dapat pula dilakukan dengan melihat pusat penulangan (ossification
centers) sebagai berikut :
Pusat penulangan
Umnur (bulan)
pada :
Clavicula
1,5
Tulang panjang
(diafisis)
Ischium
Pubis
Calcaneus
5-6
Manubrium sterni
6
6
Talus
Akhir 7
Sternum bawah
Akhir 8
Distal femur
Proksimal tibia
Cuboid
Pemeriksaan pusat penulangan dapat dilakukan secara radiologis atau pada saat autopsi
dengan cara sebagai berikut :
Calcaneus dan cuboid. Lakukan dorsofleksi kaki dan buat insisi mulai dari antara jari kaki ke
3 dan ke 4 ke arah tengah tumit. Dengan cara ini dapat dilihat pusat penulangan pada
calcaneus dan cuboid serta talus.
Distal femur dan proksimal tibia. Lakukan fleksi tungkai bawah pada sendi lutut dan buat
insisi melintang pada lutut. Patela dilepas dengan memotong ligamentum patela. Buat irisan
pada femur dari arah distal ke proksimal sampai terlihat pusat penulangan pada epifisis distal
femur (bukan penulangan diafisis). Hal yang sama dilakukan terhadap ujung proksimal tibia
dengan irisan dari proksimal ke arah distal. Pusat penulangan terletak di bagian tengah
berbentuk oval berwarna merah dengan diameter 4-6 mm.1
Walaupun dalam undang-undang tidak dipersoalkan umur bayi, tetapi kita haris menentukan
apakah bayi tersebut cukup bulan atau belum cukup bulan (prematur) ataukah non-viable,
karena pada pada keadaan prematur dan nonviable, kemungkinan bayi tersebut meninggal
akibat proses alamiah besar sekali sedangkan kemungkinan mati akibat pembunuhan anak
sendiri adalah kecil.1
Viable adalah keadaan bayi/janin yang dapat hidup di luar kandungan lepas dari ibunya.
Kriteria untuk itu adalah umur kehamilan lebih dari 28 minggu dengan panjang badan
(kepala-tumit) lebih dari 35 cm, panjang badan (kepala-tungging) lebih dari 23 cm, berat
badan lebih 1000g, lingkar kepala lebih dari 32 cm, dan tidak ada cacat bawaan yang fatal.
Bayi cukup bulan (matur) bila umur kehamilan >36 minggu dengan panjang badan kepalatumit lebih dari 48 cm, panjang badan kepala-tungging 30-33 cm, berat badan 2500-3000g,
dan lingkar kepala 33 cm.1,2
7
Pada bayi cukup bulan, hampir selalu terdapat pusat penulangan distal femur sedangkan pada
proksimal tibia kadang-kadang terdapat atau baru terdapat sesudah lahir, juga pada tulang
cuboid. Pada bayi wanita, pusat penulangan timbul lebih cepat.1
Ciri-ciri lain dari bayi cukup bulan adalah : lanugo sedikit, terdapat pada dahi, punggung, dan
bahu; pembentukan tulang rawan telinga telah sempurna (bila daun telinga dilipat akan cepat
kembali ke keadaan semula); diameter tonjolan susu 7 mm atau lebih; kuku-kuku jari telah
melewati ujung-ujung jari; garis-garis telapak kaki telah terdapat 2/3 bagian depan kaki; testis
sudah turun ke dalam scrotum; labia minora sudah tertutup oleh labia mayora yang telah
berkembang sempurna; kulit berwarna merah muda (pada kulit putih) atau merah kebiruan
(pada kulit berwarna), yang setelah 1-2 minggu berubah menjadi lebih pucat atau coklat
kehitam-hitaman; lemak bawah kulit cukup merata sehingga kulit tidak berkeriput (kulit pada
bayi prematur berkeriput).
Penentuan umur bayi ekstra uterin didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi setelah
bayi dilahirkan, misalnya:
Udara dalam saluran cerna. Bila hanya terdapat dalam lambung atau duodenum, berarti hidup
beberapa saat, dalam usus halus berarti telah hidup 1-2 jam, bila dalam usus besar, telah hidup
5-6 jam, dan bila telah terdapat dalam rektum berarti telah hidup 12 jam.1
Mekonium dalam kolon. Mekonium akan keluar semua kira-kira dalam waktu 24 jam setelah
lahir.
Perubahan tali pusat. Setelah bayi keluar akan terjadi proses pengeringan tali pusat baik
dilahirkan hidup maupun mati. Pada tempat lekat akan terbentuk lingkaran merah setelah bayi
hidup kira-kira 36 jam. Kemudian tali pusat akan mengering menjadi seperti bendang dalam
waktu 6-8 hari dan akan terjadi peneymbuhan luka yang sempurna bila tidak terjadi infeksi
dalam waktu 15 hari. Pada pemeriksaan mikroskopik daerah yang akan melepas akan tampak
reaksi inflamasi yang mulai timbul setelah 24 jam berupa serbukan sel-sel leukosit berinti
banyak, kemudian akan terlihat sel-sel limfosit dan jaringan granulasi.1
Eritrosit berinti akan hilang dalam 24 jam pertama setelah lahir, namun kadangkala masih
dapat ditemukan dalam sinusoid hati.
Ginjal. Pada hari ke 2-4 akan terdapat deposit asam urat yang berwarna jingga berbentuk
kipas (fan-shapped), lebih banyak dalam piramid daripada medula ginjal. Hal ini akan
menghilang setelah hari ke 4 saat metabolisme telah terjadi.1
Perubahan sirkulasi darah. Setelah bayi lahir, akan terjadi obliterasi arteri dan vena
umbilikalis dalam waktu 3-4 hari. Duktus venosus akan tertutup setelah 3-4 minggu dan
foramen ovale akan tertutup setelah 3 minggu sampai 1 bulan, tetapi kadang-kadang tidak
menutup walaupun sudah tidak berfungsi lagi. Duktus arteriosus akan menutup setelah 3
minggu sampai 1 bulan.1
Sudah atau belum dirawat. Pada bayi yang telah dirawat dapat ditemukan hal-hal sebagai
berikut:
Tali pusat. Tali pusat telah terikat, diputuskan dengan gunting atau pisau lebih kurang 5 cm
dari pusat bayi dan diberi obat antiseptik. Bila tali pusat dimasukkan ke dalam air, akan
terlihat ujungnya terpotong rata. Kadang-kadang ibu menyangkal melakukan pembunuhan
dengan mengatakan telah terjadi partus presipiatus (keberojolan). Pada keadaan ini tali pusat
akan terputus dekat perlekatannya pada uri atau pusat bayi dengan ujung yang tidak rata. Hal
lain yang tidak sesuai dengan partus presipiatus adalah terdapatnya caput sucsadaneum,
molase hebat dan fraktur tulang tengkorak serta ibu yang primipara.1
Vernix caseosa (lemak bayi) telah dibersihkan, demikian pula bekas-bekas darah. Pada bayi
yang dibuang ke dalam air vernix tidak akan hilang seluruhnya dan masih dapat ditemukan di
daerah lipatan kulit; ketiak, belakang telinga, lipat paha, dan lipat leher.
Pakaian. Perawatan terhadap bayi antara lain adalah memberi pakaian atau penutup tubuh
pada bayi.
2-3 helai benang mengandung bercak darah kering difiksasi dengan metil alkohol
selama 15 menit. Benang diangkat dan dibiarkan mengering. Selanjutnya dilakukan
10
penguraian benang tersebut menjadi serat-serat halus dengan mengguakan dua buah
jarum.
-
Lakukan juga pada darah yang tidak mengandung bercak darah sebagai kontrol
negatif.
Serat benang dimasukkan ke dalam dua tabung reaksi. Ke dalam tabung pertama yang
mengandung golongan darah A diteteskan serum anti-A dan pada tabung kedua yang
mengandung golongan darah B diberi serum anti-B hingga serabut benang terendam
seluruhnya. Kemudian tabung-tabung disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu
4C selama satu malam.
Kemudian dilakukan pencucian dengan menggunakan larutan garam faal dingin (4C)
sebanyak 5 - 6 kali, lalu tambahkan 2 tetes suspensi 2% sel indikator, pusing dengan
kecepatan 1000 RPM selama 1 menit. Bila tidak terjadi aglutinasi, cuci sekali lagi dan
kemudian tambahkan 1-2 tetes garam faal. Panaskan pada suhu 56C selama 10 menit
dn pindahkan pada tabung lain. Tambahkan 1 tetes suspensi sel indikator ke dalam
masing-masing tabung, biarkan selama 5 menit pada kecepatan 1000 RPM.
Pembacaan hasil dilakukan secara makroskopik. Bila terjadi aglutinasi bererti darah
mengandung antigen yang sesuai dengan antigen sel indikator.
saat
sebelum
persalinan
pertama.
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami
11
robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan
episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat
mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat
tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir puerperium dengan latihan harian. Ukuran
uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil.
Pemeriksaan TKP
Tempat kejadian perkara (TKP) adalah tempat ditemukannya benda bukti dan / atau tempat
terjadinya peristiwa kejahatan atau yang diduga kejahatan menurut suatu kesaksian. Dasar
pemeriksaan TKP adalah menjawab 6 pertanyaan (heksameter) yaitu apa yang terjadi, siapa
yang tersangkut, dimana dan kapan, bagaimana terjadinya, dengan apa melakukannya, serta
mengapa terjadi peristiwa tersebut.
sehingga amplitudo dan frekuensi pernapasan akan meningkat, nadi cepat, tekanan
darah meninggi dan mulai tampak tanda-tanda sianosis terutama pada muka dan
tangan.
b. Fase konvulsi. Akibat kadar karbon dioksida yang naik maka akan timbul rangsangan
terhadap susunan saraf pusat sehingga terjadi konvulsi, yang mula-mula berupa kejang
klonik tetapi kemudian menjadi kejang tonik, dan akhirnya timbul spasme opistotonik.
Pupil mengalami dilatasi, denyut jantung menurun, tekanan darah juga menurun. Efek
ini berkaitan dengan paralisis pusat yang lebih tinggi dalam otak akibat kekurangan
oksigen.
c. Fase apnea. Depresi pusat pernapasan menjadi lebih hebat, pernapasan melemah dan
dapat berhenti. Kesadaran menurun dan akibat relaksasi sfingter dapat terjadi
pengeluaran cairan sperma, urin, dan tinja.
d. Fase akhir. Terjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap. Pernafasan berhenti
setelah kontraksi otomatis otot pernapasan kecil pada leher. Jantung masih berdenyut
beberapa saat setelah pernapasan berhenti.
Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat bervariasi. Umumnya
berkisar antara 4-5 menit. Fase 1 dan 2 berlangsung lebih kurang 3-4 menit, tergantung dari
tingkat penghalangan oksigen, bila tidak 100 persen maka waktu kematian akan lebih lama
dan tanda-tanda asfiksia akan lebih jelas dan lengkap.1,3
Pembekapan adalah penutupan lubang hidung dan mulut yang menghambat pemasukan udara
ke paru-paru. Pembekapan menimbulkan kematian akibat asfiksia.
Cara kematian yang berkaitan dengan pembekapan dapat berupa :
a. Bunuh diri. Bunuh diri dengan cara pembekapan masih mungkin terjadi misalnya pada
penderita penyakit jiwa, orang tahanan dengan menggunakan gulungan kasur, bantal,
pakaian, yang diikatkan menutupi hidung dan mulut.
b. Kecelakaan. Kecelakaan dapat terjadi misalnya pada bayi dalam bulan-bulan pertama
kehidupannya, terutama bayi prematur bila hidung dan mulut tertutup oleh bantal atau
selimut. Anak-anak dan dewasa muda yang terkurung dalam suatu tempat yang sempit
dengan sedikit udara, misalnya terbekap dengan atau dalam kantung plastik.
c. Pembunuhan. Biasanya terjadi pada kasus pembunuhan anak sendiri.
Bila pembekapan terjadi dengan benda yang lunak, maka pada pemeriksaan luar jenazah
mungkin tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Tanda kekerasan yang dapat ditemukan
tergantung dari jenis benda yang digunakan dan kekuatan menekan.
14
Kekerasan yang mungkin terdapat adalah luka lecet tekan atau geser, goresan kuku, memar
pada ujung hidung, bibir, pipi, dagu yang mungkin terjadi akibat korban melawan.
Luka memar atau lecet pada bagian atau permukaan dalam bibir akibat bibir yang terdorong
dan menekan gigi, gusi, dan lidah. Luka memar atau lecet pada bagian belakang tubuh
korban.
Thanatologi
1. Tanda yang segera dikenali setelah kematian.
Berhentinya sirkulasi darah.
Berhentinya pernafasan.
2. Tanda-tanda kematian setelah beberapa saat kemudian:
a. Perubahan temperatur tubuh (algor mortis)
b.Lebam mayat (livor mortis)
c. Kaku mayat (rigor mortis)
a. Penurunan Temperatur Tubuh (algor Mortis)
Suhu tubuh pada orang yang sudah meninggal perlahan-lahan akan sama dengan suhu
lingkungannya karena mayat tersebut akan melepaskan panas dan suhunya menurun.
Kecepatan penurunan suhu pada mayat bergantung kepada suhu lingkungan dan suhu
mayat tu sendiri. Pada iklim yang dingin maka penurunan suhu mayat berlangsung cepat.
Faktor Faktor yang Mempengaruhi Suhu Mayat
1.
Usia. Penurunan suhu lebih cepat pada anak-anak dan orang tua dibandingkan orang
dewasa.
2. Jenis kelamin. Wanita mengalami penurunan suhu tubuh yang lebih lambat
dibandingkan pria karena jaringan lemaknya lebih banyak.
3. Lingkungan sekitar mayat. Jika mayat berada pada ruangan kecil tertutup tanpa
ventilasi kecepatan penurunan suhu mayat akan lebih lambat dibandingkan jika mayat
berada pada tempat terbuka dengan ventilasi yang cukup.
4. Pakaian. Tergantung pakaian yang di pakai tebal atau nipis atau tidak berpakaian.
5. Bentuk tubuh. Mayat yang berbadan kurus akan mengalami penurunan suhu badan
yang lebih cepat.
15
6. Posisi tubuh. Mayat dalam posisi terlentang mengalami penurunan suhu yang lebih
cepat.
b. Lebam Mayat (Livor Mortis)
Lebam mayat terjadi akibat terkumpulnya darah pada jaringan kulit dan subkutan disertai
pelebaran pembuluh kapiler pada bagian tubuh yang letaknya rendah atau bagian tubuh
yang tergantung. Keadaan ini memberi gambaran berupa warna ungu kemerahan.Setelah
seseorang meninggal, mayatnya menjadi suatu benda mati sehingga darah akan berkumpul
sesuai dengan hukum gravitasi. Lebam mayat pada awalnya berupa barcak. Dalam waktu
sekitar 6 jam, bercak ini semakin meluas yang pada akhirnya akan membuat warna kulit
menjadi gelap.
Lebam mayat ini bisa berubah baik ukuran maupun letaknya tergantung dari perubahan
posisi mayat. Karena itu penting sekali untuk memastikan bahwa mayat belum disentuh
oleh orang lain. Posisi mayat ini juga penting untuk menentukan apakah kematian
disebabkan karena pembunuhan atau bunuh diri.
Ada 5 warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk memperkirakan penyebab
kematian :
Merah kebiruan merupakan warna normal lebam
Merah terang menandakan keracunan CO, keracunan CN atau suhu dingin
Merah gelap menunjukkan asfiksia
Biru menunjukkan keracunan nitrit
Coklat menandakan keracunan aniline
c. Kaku Mayat (Rigor Mortis)
Perubahan otot yang terjadi setelah kematian bisa dibagi dalam 3 tahap :
1.
2.
Kaku Mayat
16
Kaku mayat akan terjadi setelah tahap relaksasi primer. Keadaan ini berlangsung
setelah terjadinya kematian tingkat sel, dimana aktivitas listrik otot tidak ada lagi.
Otot menjadi kaku. Fenomena kaku mayat ini pertama sekali terjadi pada otot-otot
mata, bagian belakang leher, rahang bawah, wajah, bagian depan leher, dada,
abdomen bagian atas dan terakhir pada otot tungkai. Akibat kaku mayat ini seluruh
mayat menjadi kaku, otot memendek dan persendian pada mayat akan terlihat dalam
posisi sedikit fleksi. Keadaan ini berlangsung selama 24 - 48 jam pada musim
dingin dan 18 - 36 jam pada musim panas. Penyebabnya adalah otot tetap dalam
keadaan hidrasi oleh karena adanya ATP. Jika tidak ada oksigen, maka ATP akan
terurai dan akhirnya habis, sehingga menyebabkan penumpukan asam laktat dan
penggabungan aktinomiosin (protein otot).
3. Periode Relaksasi Sekunder
Otot menjadi relak (lemas) dan mudah digerakkan. Hal ini terjadi karena pemecahan
protein, dan tidak mengalami reaksi secara fisik maupun kimia. Proses pembusukan
juga mulai terjadi. Pada beberapa kasus, kaku mayat sangat cepat berlangsung
sehingga sulit membedakan antara relaksasi primer dengan relaksasi sekunder.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kaku Mayat
1. Keadaan Lingkungan. Pada keadaan yang kering dan dingin, kaku mayat lebih lambat
terjadi dan berlangsung lebih lama dibandingkan pada lingkungan yang panas dan
lembab. Pada kasus di mana mayat dimasukkan ke dalam air dingin, kaku mayat akan
cepat terjadi dan berlangsung lebih lama.
2. Usia. Pada anak-anak dan orangtua, kaku mayat lebih cepat terjadi dan berlangsung
tidak lama. Pada bayi prematur biasanya tidak ada kaku mayat. Kaku mayat baru
tampat pada bayi yang lahir mati tetapi cukup usia (tidak prematur).
3. Cara kematian. Pada pasien dengan penyakit kronis, dan sangat kurus, kaku mayat
cepat terjadi dan berlangsung tidak lama. Pada pasien yang mati mendadak, kaku
mayat lambat terjadi dan berlangsung lebih lama.
4. Kondisi otot. Terjadi kaku mayat lebih lambat dan berlangsung lebih lama pada kasus
di mana otot dalam keadaan sehat sebelum meninggal, dibandingkan jika sebelum
meninggal keadaan otot sudah lemah.
3. Tanda-tanda kematian setelah selang waktu yang lama:
17
a.Proses pembusukan
b. Saponifikasi atau adiposera
c.Mumifikasi
a. Proses Pembusukan
Perubahan warna. Perubahan ini pertama kali tampat pada fossa iliaka kanan dan kiri
berupa warna hijau kekuningan, disebabkan oleh perubahan hemoglobin menjadi
sulfmethemoglobin. Perubahan warna ini juga tampak pada seluruh abdomen, bagian
depan genitalia eksterna, dada, wajah dan leher. Dengan semakin berlalunya waktu maka
warnanya menjadi semakin ungu. Jangka waktu mulai terjadinya perubahan warna ini
adalah 6-12 jam pada musim panas dan 1-3 hari pada musin dingin. Perubahan warna
tersebut juga diikuti dengan pembengkakan mayat. Otot sfingter mengalami relaksasi
sehingga urin dan faeses keluar. Lidah juga terjulur. Bibir menebal, mulut membuka dan
busa kemerahan bisa terlihat keluar dari rongga mulut. Mayat
berbau
tidak
enak
disebabkan oleh adanya gas pembusukan. Gas ini bisa terkumpul pada suatu rongga
sehingga mayat menjadi tidak mirip dengan korban sewaktu masih hidup. Gas ini
selanjutnya juga bisa membentuk lepuhan kulit
Lepuhan Kulit (blister)
Mulai tampak 36 jam setelah meninggal. Kulit ari dapat dengan cukup mudah dikelupas.
Di mana akan tampak cairan berwarna kemerahan yang sedikit mengandung albumin. Jika
pembusukan terus berlangsung, maka bau busuk yang timbul akan menarik lalat untuk
hinggap pada mayat. Lalat menempatkan telurnya pada mayat, di mana dalam waktu 8-24
jam telur akan menetas menghasilkan larva-yang sering disebut belatung. Dalam waktu 45 hari, belatung ini lalu menjadi pupa, dimana setelah 4-5 hari kemudian akan menjadi
lalat dewasa. Pada tahap ini bagian dari tulang tengkorak mulai tampak. Rektum dan
uterus juga tampak dan uterus gravid juga bisa mengeluarkan isinya Rambut dan kuku
dengan mudah dapat dicabut. Bagian perut dan dada bisa pecah berhubung besarnya
tekanan gas yang di kandungnya. Jika pembusukan terus berlangsung, maka jaringan
jaringan menjadi lunak, rapuh dan berwarna kecoklatan.1
Organ Tubuh Bagian Dalam
18
Organ tubuh bagian dalam juga mengalami perubahan. Bentuk perubahan sama seperti
diatas, jaringan-jaringan menjadi berwarna kecoklatan. Ada yang cepat membusuk dan
ada yang lambat.
Jaringan yang cepat membusuk :
Laring
Trakea
Lambung
Usus halus
Hati
Limpa
Jantung
Paru-paru
Ginjal Prostat
seperti lilin yang lunak, licin dan warnanya bervariasi mulai dari putih keruh sampai
coklat tua. Adiposera mengandung asam lemak bebas, yang dibentuk melalui proses
hidrolisa dan hidrogenasi setelah kematian. Adanya enzim bakteri dan air sangat penting
untuk berlangsungnya proses tersebut. Dengan demikian, maka adiposera biasanya
terbentuk pada mayat yang terbenam dalam air atau rawa-rawa. Lama pembentukan
adiposera ini juga bervariasi, mulai dari 1 minggu sampai 10 minggu. Kepentingan
medikolegal dari adiposere adalah dapat menunjukkan tempat kematian (kering, panas
atau tempat basah).1
c) Mummifikasi
Mayat mengalami pengawetan akibat proses pengeringan dan penyusutan bagian-bagian
tubuh. Kulit menjadi kering, keras dan menempel pada tulang kerangka. Mayat menjadi
lebih tahan dari pembusukan sehingga masih jelas menunjukkan ciri-ciri seseorang.
Fenomena ini terjadi pada daerah yang panas dan lembab, di mana mayat dikuburkan
tidak begitu dalam dan angin yang panas selalu bertiup sehingga mempercepat penguapan
cairan tubuh. Lama terjadinya mummifikasi adalah antara 4 bulan sampai beberapa tahun.
Kepentingan medikolegal dari mummifikasi adalah dapat menunjukkan tempat kematian
(kering, panas atau tempat basah).1
Traumatologi forensik
Memar adalah suatu pendarah dalam jaringan bawah kutis/kulit akibat pecahnya kapiler dan
vena, yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Luka memar kadangkala memberi
petunjuk tentang bentuk benda penyebabnya, misalnya jejas ban yang sebenarnya adalah
suatu pendarahan tepi (marginal hemorrhage).1
Luka, bentuk, dan luas luka memar dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti besarnya
kekerasan, jenis benda penyebab (karet, kayu, besi), kondisi dan jenis jaringan (jaringan ikat
longgar, jaringan lemak), usia, jenis kelamin, corak, dan warna kulit, kerapuhan pembuluh
darah, penyakit (hipertensi, penyakit kardiovaskuler, diatesis hemoragik).1
Pada bayi, hematom cenderung lebih mudah terjadi karena sifat kulit yang longgar dan masih
tipisnya jaringan lemak subkutan, demikian pula pada usia lanjut sehubungan dengan
menipisnya jaringan lemak subkutan dan pembuluh darah yang kurang terlindung.1
20
Akibat gravitasi, lokasi hematom mungkin terletak jauh dari benturan, misalnya kekerasan
benda tumpul pada dahi menimbulkan hematom palpebra atau kekerasan benda tumpul pada
paha dengan patah tulang paha menimbulkan hematom ada sisi luar tungkai bawah.1
Umur luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan warnanya. Pada saat
timbul, memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi warna ungu atau hitam, setelah 4
sampai 5 hari akan berwarna hijau yang kemudian berubah menjadi warna kuning dalam 7
sampai 10 hari, dan akhirnya menghilang dalam 14 sampai 15 hari. Perubahan warna tersebut
berlangsung mulai dari tepi dan waktunya dapat bervariasi tergantung derajat dan berbagai
faktor yang mempengaruhinya.1
Dari sudut pandang medikolegal, intepretasi luka memar dapat merupakan hal yang penting,
apalagi bila lika memar tersebut disertai luka lecet atau laserasi. Dengan perjalanan waktu,
baik pada orang hidup maupun mati, luka memar akan memberi gambaran yang makin jelas.
Hematom ante-mortem yang timbul beberapa saat sebelum kematian biasanya akan
menunjukkan pembengkakan dan infiltrasi darah dalam jaringan sehingga dapat dibedakan
dari lebam mayat dengna cara melakukan penyayatan kulit. Pada lebam mayat (hipostasis
pascamati) darah akan mengalir keluar dari pembuluh darah yang tersayat sehingga bila dialiri
air, penampang sayatan tetap berwarna merah kehitaman. Tetapi harus diingat bahwa pada
pembusukan juga terjadi ekstravasasi darah yang dapat mengacaukan pemeriksaan ini.1
Luka lecet tekan disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit. Karena kulit adalah
jaringan yang lentur, maka bentuk luka lecet tekan belum tentu sama dengan bentuk
permukaan benda tumpul tersebut, tetapi masih memungkinkan identifikasi benda penyebab
yang mempunyai bentuk yang khas misalnya kisi-kisi radiator mobil, jejas gigitan, dan
sebagainya. Gambaran luka lecet tekan yang ditemukan pada mayat adalah daerah kulit yang
kaku dengan warna lebih gelap dari sekitarnya akibat menjadi lebih padatnya jaringan yang
tertekan serta terjadinya pengeringan yang berlangsung pasca mati.1
Aspek hukum
Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam bab kejahatan terhadap nyawa
orang.5
21
Pasal 341 5
Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam
karena membunuh anak sendiri dengan pidana penjara paling lama 7 tahun.
Pasal 342
Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saaat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri
dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama 9 tahun
Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang bagi orang lain yang
turut serta melakukan sebagai pembunuhan dengan rencana
Bila ditemukan mayat bayi ditempat yang tidak semestinya misalnya tempat sampah, got,
sungai, dan sebagainya, maka bayi tersebut mungkin adalah korban pembunuhan anak
sendiri , lahir mati kemudian dibuang, atau bayi yang ditelantarkan sampai mati.
Pasal 181
Barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau menghilangkan mayat
dengan maksud menyembunyikan
penjara selama 9 bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Pasal 308
Jika seseorang ibu karena takut akan diketahui orang tentang kelahiran anaknya, tidak
lama sesudah melahirkan, menempatkan anaknya untuk ditemukan atau meningglakannya
dengan maksud untuk melepaskan diri dari padanya, maka maksimum pidana tersebut dalam
pasal 305 dan 306 dikurangi separuh.
Adapun bunyi pasal 305 dan 306 tersebut sebagai berikut
22
Pasal 305
Barang siapa menempatkan anak yang umumnya belum tujuh tahun untuk ditemukan
atau meninggalkan anak ini dengan maksud untuk melepaskan diri daripadanya, diancam
dengan pidana penjara paling lama 5 tahun 6 bulan
Pasal 306
Jika salah satu perbuatan-perbuatan berdasarkan pasal 304 dan 305 itu mengakibatkan
luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama 7 tahun 6 bulan.
Jika mengakibatkan kematian, pidana penjara paling lama 9 tahun.
Aspek medikolegal
Kewajiban Dokter Membantu Peradilan
Pasal 133 KUHAP
1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana,
ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.5
2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut
dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan cap jabatan yang
dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.5
Penjelasan Pasal 133 KUHAP
1)
Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli,
sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman
disebut keterangan. 5
2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah
atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenanr-benarnya
menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.5
Bentuk Bantuan Dokter Bagi Peradilan Dan Manfaatnya
Pasal 183 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak
pidana
benar-benar
terjadi
dan
bahwa
terdakwalah
yang
bersalah
melakukannnya.5
Pasal 184 KUHAP
1) Alat bukti yang sah adalah:5
- Keterangan saksi
- Keterangan ahli
- Surat
- Pertunjuk
- Keterangan terdakwa
2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.5
Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.5
Pasal 180 KUHAP
1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang
pengadilan, Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar
diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.
2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum
terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim
memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.
3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang
sebagaimana tersebut pada ayat (2)
Sangsi Bagi Pelanggar Kewajiban Dokter 5
Pasal 216 KUHP
24
1) Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh
pejabat berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau
memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda
paling banyak sembilan ribu rupiah.
2) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan
undang-undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan
jabatan umum.
3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya
pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidanya
dapat ditambah sepertiga.
Pasal 222 KUHP 5
Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Pasal 224 KUHP 5
Barangsiapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau
jurubahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undangundang ia harus melakukannnya:
1. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 bulan.
2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan.
Pasal 522 KUHP 5
Barangsiapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau jurubahasa,
tidak datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak
sembilan ratus rupiah.
Rahasia Jabatan dan Pembuatan Ska/ V Et R
25
Pasal 1 PP No 10/1966 5
Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh
orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya
dalam lapangan kedokteran.
Pasal 2 PP No 10/1966 5
Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang yang tersebut dalam
pasal 3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggi daripada
PP ini menentukan lain.
Pasal 3 PP No 10/1966
Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah:2
a. Tenaga kesehatan menurut pasal 2 UU tentang tenaga kesehatan.
b. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan,
pengobatan dan atau perawatan, dan orang lain yang ditetapkan oleh menteri
kesehatan.
Pasal 4 PP No 10/1966 5
Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai wajib simpan rahasia kedokteran yang
tidak atau tidak dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 112 KUHP, menteri
26
Pasal 14 PP No 18/1981 5
Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank
mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan persetujuan
tertulis keluarga yang terdekat.
Pasal 17 PP No 18/1981 5
Dilarang memperjual belikan alat dan atau jaringan tubuh manusia.
Pasal 18 PP No 18/1981 5
Dilarang mengirim dan menerima alat dan atau jaringan tubuh manusia dalam semua
bentuk ke dan dari luar negeri.
Pasal 19 PP No 18/1981 5
Larangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 dan pasal 18 tidak berlaku untuk
keperluan penelitian ilmiah dan keperluan lain yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan.
Pasal 70 UU Kesehatan 5
(2) Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu dan dengan memperhatikan norma yang berlaku
dalam masyarakat.
Visum et Repertum
Dalam tugas sehari-hari, selain melakukan pemeriksaan diagnostik, memberikan pengobatan
dan perawatan kepada pasien, dokter juga mempunyai tugas melakukan pemeriksaan medik
untuk tujuan membantu penegakan hukum baik untuk korban hidup maupun korban mati. 1,3
Pemeriksaan medik untuk tujuan membantu penegakan hukum antara lain adlah pembuatan
visum et repartum terhadap seseorang yang dikirim oleh polisi (penyelidik) karena diduga
sebagai korban suatu tindak pidana baik dalam peristiwa kecelakaan lalu lintas, kecelakaan
kerja, penganiyaan, pembunuhan, perkosaan, maupun korban meninggal yang pada
pemeriksaan pertama polisi terdapat kecurigaan akan kemungkinan adanya tindak pidana. 1,3
Visum et Repertum adalah keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik yang
berwenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup maupun mati,
28
ataupun bagian/diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah
untuk kepentingan peradilan. 1,3
Penegak hukum mengartikan Visum et Repertum sebagai laporan tertulis yang dibuat dokter
berdasarkan sumpah atas permintaan yang berwajib untuk kepentingan peradilan tentang
segala hal yang dilihat dan ditemukan menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya. 1,3
Nomor
: 02/VeR/113/2015/LL/Res.Bek
Lamp.
sampul
t e r s e g e l ---------------------------------------------------------------------Perihal
Hasil
pemeriksaan
pembedahan----------------------------------------------------------------Atas
jenazah
Tn.X---------------------------------------------------------------------------------
PROJUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, dokter Asher Juniar, dokter pada bagian
forensik rumah sakit umum pusat nasional Dokter Cipto Mangunkusumo di Jakarta, atas
permintaan
dari
kepolisian
resort
bekasi
dalam
suratnya
nomor
29
: X ----------------------------------------------------------------------------------------
: 1 hari -------------------------------------------------------------------------------------
Kebangsaan
: Indonesia--------------------------------------------------------------------------------
Pekerjaan
: --------------------------------------------------------------------------------------------
Agama
: ---------------------------------------------------------------------------------------------
Alamat
:----------------------------------------------------------------------------------------------
Mayat telah diidentifikasikan dengan sehelai label berwarna biru muda, dengan materai lak
merah, terikat pada ibu jari kaki kanan.
Hasil Pemeriksaan
I.
Pemeriksaan Luar
1. Korban ditemukan dalam kardus pada tempat sampah. ---------------------------------2. Dalam kardus ditemukan sarung untuk melapisi tubuh mayat. -----------------------3. Mayat berkewarganegaraan Indonesia, perkiraan umur 1 hari, kulit berwarna kuning
langsat, tinggi badan lima puluh sentimeter, berat badan tiga ribu lima ratus gram.
4. Rambut tipis, berwarna hitam. ---------------------------------------------------------------5. Kedua mata dalam keadaan tertutup. -------------------------------------------------------6. Tali pusat telah terikat dan ujungnya terpotong rata. --------------------------------------7. Pada wajah terdapat tanda atau bekas penekanan. ------------------------------------------8. Terdapat sianosis pada bibir. ------------------------------------------------------------------9. Dada telah mengembang dan diafragma telah turun sampai sela iga 4. ---------------
II.
Kesimpulan
Pada pemeriksaan mayat bayi laki-laki dengan golongan darah O rH + cukup bulan
dalam kandungan, hidup pada saat dilahirkan, telah ditemukan tanda perawatan, tidak
ditemukan luka, dengan penyebab kematian asfiksia.
Demikianlah saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan saya yang
sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-Undang Acara Pidana.
Dokter yang memeriksa,
dr. Asher Juniar
NIP. 102011201
Kesimpulan
Dalam hal ini sesuai dengan skenario kasus diatas dapat disimpulkan bahwa mayat bayi yang
ditemukan dalam tempat sampah tersebut merupakan korban pembunuhan anak sendiri (PAS)
yang dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri ketika dilahirkan atau tidak berapa lama setelah
dilahirkan.
Daftar Pustaka
1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Munim TWA, Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu
kedokteran forensik. Jakarta. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 1997.
2. T Noguchi Thomas. Forensic Medicine. USA: The McGraw Hill Companies, 2003.
dari
www.freewebs.com/traumatologie2/traumatologi.
03
januari 2015
31
32