LP SC
LP SC
LP SC
Disusun Oleh:
Denita Maharani Aji Putri
3215032
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN MASA NIFAS
Pembimbing Akademik
Pembimbing Klinik
( Sukati,S Si.T )
Mahasiswa
(Denita Maharani)
SEKSIO CAESARIA
A. DEFINISI
Seksio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan
saraf rahim dalam keadaan utuh serta berat diatas 500 gram (Mitayani, 2011).
Seksio cesarea adalah cara persalinan buatan dengan suatu tindakan
operasi/pembedahan untuk mengeluarkan janin dari rongga uterus dengan cara
mengiris
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Saifudin, 2010).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa seksio caesaria (SC) adalah suatu cara
persalinan buatan dimana janin dilahirkan dari rongga uterus melalui insisi
pada dinding perut dan dinding uterus dengan saraf rahim dalam keadaan utuh.
B. JENIS SECTIO CAESAREA
1. Abdomen (section caesarea abdominalis)
2. SC Transperitonealis
3. SC klasik
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kirakira 10 cm. Kelebihan:
a. Mengeluarkan janin dengan cepat
b. Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
c. Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan:
a. Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada
reperitonialis yang baik.
b. Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
spontan.
panggul)
Rupture uterus
Diabetes (kadang-kadang)
Riwayat obstetric yang buruk
Riwayat seksio caesarea klasik
Infeksi hipervirus tipe II (genetik)
kelainan/hambatan
pada
proses
persalinan
yang
F. PATHWAY
G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N.
O.
P.
Q.
R.
Imobilisas
i
Hambatan
Mobilitas
Fisik
SC
Insisi
dinding
abdomen
Kurang
Informasi
Pembedahan
Ansieta
s
Terputusnya
inkontinuitas
jaringan, pembuluh
darah, saraf
Histamine dan
prostaglandine
terangsang
Nyeri
Akut
S.
T.
Luka
U.
terbuka
V.
Resiko
W.
Infeksi
X.
Y.
Z. PATOLOGI
AA.
Pada operasi sectio caesarea terjadi perlukaan baik pada dinding
abdomen (kulit dan otot perut) dan pada dinding uterus. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi penyembuhan luka operasi antara lain: suplay darah,
infeksi dan iritasi. Dengan adanya supply darah yang baik akan berpengaruh
terhadap kecepatan proses penyembuhan.
AB.
AC.
AD.
AE.
Perjalanan proses penyembuhan sebagai berikut :
1. Sewaktu insisi (kulit diiris), maka beberapa sel epitel, sel dermis dan
jaringan kulit akan mati. Ruang insisi akan diisi oleh gumpalan darah
dalam 24 jam pertama akan mengalami reaksi radang mendadak.
2. Dalam 2-3 hari kemudian, eksudat akan mengalami resolusif proliferasi
(pelipatgandaan) fibroblast mulai terjadi.
3. Pada hari ke-3-4 gumpalan darah mengalami organisasi.
4. Pada hari ke-5 tensile strength (kekuatan untuk mencegah terbuka kembali
luka) mulai timbul, yang dapat mencegah terjadi dehiscence (merekah)
luka.
5. Pada hari ke 7-8, epitelisasi terjadi dan luka akan sembuh. Kecepatan
epitelisasi adalah 0,5 mm per hari, berjalan dari tepi luka ke arah tengah
atau terjadi dari sisa-sisa epitel dalam dermis.
6. Pada hari ke 14-15, tensile strength hanya 1/5 maksimum.
7. Tensile strength mencapai maksimum dalam 6 minggu. Untuk itu pada
seseorang dengan riwayat SC dianjurkan untuk tidak hamil pada satu
tahun pertama setelah operasi.
AF.
AG.PERAWATAN SETELAH OPERASI
AH.
Observasi dan perawatan ibu post partum ini bertujuan agar dapat
mendeteksi kejadian lebih dini, observasinya meliputi :
1. Kesadaran penderita
a. Pada anestesi lumbal : kesadaran penderita baik, karena ibu dapat
mengetahui hampir semua proses persalinan
b. Pada anestesi umum : pulihnya kesadaran oleh ahli telah diatur dengan
memberikan O2 di akhir operasi
AI.
AJ.
AK.
2. Pengukuran dan pemeriksaan
AL. Pada klien dengan post operasi seksio caesaria dilakukan beberapa
pengukuran dan pemeriksaan, diantaranya sebagai berikut:
a. Pengukuran nadi, tekanan darah, temperature dan pernapasan
b. Mengukur keseimbangan cairan melalui produksi urine
c. Mengukur TFU dan kontraksi rahim
d. Memeriksa paru untuk mengetahui kebersihan jalan napas dan ronchi
basal serta untuk mengetahui adanya edema paru
e. Memeriksa bising usus yang menandakan berfungsinya usus dengan
adanya flatus
f. Perdarahan local pada luka operasi
g. Perdarahan pervaginam dengan evaluasi:
1) Pengeluaran lochea rubra
8
inferted/tidak,
adanya
anastesi lumbal, ibu boleh melakukan mobilisasi dini dengan miring kanan
kiri, apabila ibu tidak pusing dan kondisi ibu baik, mobilisasi bisa
dilanjutkan dengan duduk, bahkan bisa latihan berjalan dengan infus.
5. Rawat Gabung
AQ. Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruangan bersama-sama, sehingga
ibu lebih banyak memperhatikan bayinya, sehingga ibu segera dapat
memberikan ASI ( kolostrum Pertama ). Dengan demikian, kelancaran
pengeluaran ASI lebih terjamin, sehingga ikatan kasih saying semakin
terjalin.
AR.
AS. PERAWATAN POST SC PADA MASA NIFAS
1. Nutrisi
AT. Ibu nifas perlu diet gizi yang baik dan lengkap, bisa disebut juga
dengan menu seimbang. Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori.
Sebaiknya makan makanan yang mengandong protein, banyak cairan,
sayur-sayuran dan buah-buahan.
10
11
12
c. Riwayat Obstetri
BR. Meliputi riwayat menstruasi, riwayat kehamilan, persalinan,
nifas yang lalu
d. Riwayat Persalinan dan Kelahiran Saat Ini
BS.
Meliputi :
1) Tipe persalinan (normal atau SC)
2) Lama persalinan (kala I, kala II, kala III, kala IV)
3) Penggunaan analgesik dan anastesi
4) Apakah terdapat masalah dalam persalinan.
5) Kesanggupan dan pengetahuan dalam perawatan bayi, seperti
breast care, perineal care, nutrisi, senam nifas, KB, menyusui
e. Keadaan Bayi
BT. Meliputi BB, PB, apakah ada kelainan atau tidak.
f. Riwayat Keluarga Berencana
BU. Apakah klien melaksanakan KB
1) Bila ya, jenis kontrasepsi apa yang digunakan.
2) Sudah berapa lama menggunakan kontrasepsi.
3) Apakah terdapat masalah dalam penggunaan kontrasepsi.
g. Riwayat Kesehatan
1) Penyakit yang pernah dialami klien.
2) Pengobatan yang pernah didapat.
3) Apakah ada riwayat penyakit keluarga seperti penyakitdiabetes
mellitus, penyakit jantung, penyakit hipertensi.
h. Kebutuhan Dasar Khusus
1) Pola nutrisi.
BV.
Nafsu makan meningkat, Kehilangan rata-rata berat
badan 5,5 kg.
i. Pola eliminasi/sistem urogenital.
1) Konstipasi, tidak mampu berkemih, retensi urine.
a) Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius
terjadi karena trauma.
b) Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.
c) Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.
j. Pola personal hygiene.
BW. Bagaimana frekuensi personal hygiene klien, seperti mandi,
oral hygiene, maupun cusi rambut.
k. Pola istirahat dan tidur.
BX. Kurang tidur, mengantuk.
l. Pola aktivitas dan latihan.
13
Jam I
: tiap 15 menit
Jam II
: tiap 30 menit
24 jam I
: tiap 4 jam
Setelah 24 jam: tiap 8 jam
4) Berat Badan
5) Tinggi Badan
b. Head to toe
1)
2)
3)
Kepala
CE.
Wajah
CF.
ikterus
Leher
a) Hiperpigmentasi perlahan berkurang.
b) Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui apakah
kelenjar tiroid membesar, pembuluh limfe, pelebaran vena
4)
jugularis.
Thorak
CG.
Payudara
a) Terdapat perubahan payudara, payudara membesar. Putting
mudah erektil.
b) Pruduksi colostrums 48 jam.
14
Paru-Paru
Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit,
6)
partum.
e) Terdapat linea gravidarum, strie alba, albican.
f) Kaji luka bekas SC jika persalinan melalui SC
Genetalia
a) Uterus
CN. Memeriksa apakah kondisi uterus sudah kembali dalam
kondisi normal.
b) Lochea
CO. Memeriksa lochea : tipe, jumlah, bau.
CP. Komposisi : Jaringan endometrial, darah, limfe.
CQ. Tahap:
-
15
c) Serviks
CS. Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi
untuk beberapa hari, struktur internal kembali dalam 2
minggu, struktur eksternal melebar dan tampak bercelah.
7)
Vagina
CT.
9)
Ekstremitas
a) Memeriksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku
jari, hangat, adanya nyeri dan kemerahan.
b) Apakah ada varises
c) Memeriksa refleks patella untuk mengetahui apakah terjadi
hypo atau hyper.
d) Memeriksa homans sign (nyeri saat kaki dorsofleksi pasif).
CW.
CX. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut agen cedera fisik: pembedahan (section caesarea)
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor eksternal
(medikasi )
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
4. Defisiensi pengetahuan ( perawatan payudara) berhubungan dengan kurang
terpapar informasi.
5. Resiko infeksi dengan faktor resiko episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan
pertolongan persalinan (SC).
16
sampai
dengan
minggu
(42
hari)
setelah
itu
(Hadijono,2008:356)
DB. Masa nifas (post partum) adalah masa sejak melahirkan sampai
pulihnya alat-alat reproduksi & anggota tubuh lainnya yang berlangsung sampai
sekitar 40 hari (Sarwono, 2008).
DC.
C. ETIOLOGI
DD.
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahanperubahan alat genital ini dalam keseluruhannya disebut involusi (winknjosastro,
2006 : 237). Setelah bayi lahir, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi
dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar
yang bermuara pada bekas implantasi plasenta. Otot rahim terdiri dari tiga lapis
otot membentuk anyaman sehingga pembuluh darah dapat tertutup sempurna,
dengan demikian terhindari dari perdarahan post partum (Sarwono, 2009).
17
D. PATOFISIOLOGI
DE.
DF.
Post Partum
DG.
DH.
DI.
Psikologis
DJ.
Kerusakan
DK.
Integritas
DL. Proses Parenting
Kelahiran
bayi
Jaringan
DM.
DN. Mekanis
Penambahan anggota
DO.
baru
DP.Tak terpenuhi
DQ.
Episiotomy
Terputusnya
kontinuitas
jaringan
Luka jahitan
perineum
Kesiapan meningkatkan
menjadi orang tua
18
19
produksi ASI. Makin sering menetek, maka ASI akan makin banyak
diproduksi.
3. Uterus
EN. Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.
EO.
EP.TFU
EQ.
nvolusi
Ber
ES.Setinggi pusat
at Uterus
ET.
100
ayi lahir
EU.
U
EV.
2 jari bawah
0 gram
EW.
750
ri lahir
EX.
1
pusat
EY.
Pertengahan
gram
EZ.
500
gram
FC.
350
ER.
minggu
FA.
pusat simfisis
FB.
Tidak
diatas simfibis
FE.
Bertambah
kecil
FH.
minggu
FD.
minggu
FG.
Sebesar
teraba
gram
FF.50 gram
30 gram
minggu
normal
FI.
4. Rasa sakit
FJ. Disebut after pains (meriang atau mules-mules) disebabkan kontraksi
rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan.
FK.
5. Lochea
FL. Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas.
a. Lochea rubra (cruenta)
FM. Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari pasca
persalinan.
b. Lochea Sanguinolenta
20
FN.
pasca persalinan.
c. Lochea Serosa
FO. Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke7-14
pasca persalinan.
d. Lochea Alba
FP.
Cairan putih, setelah 2 minggu.
e. Lochea Purulenta
FQ. Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f. Lochiostasis : lochea tidak lancar keluar
6. Serviks
FR. Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong
berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang terdapat
perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim,
setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui
1 jari.
7. Ligamen-ligamen
FS. Ligament, fasia, dan diafragma felvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih
kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi
retrofleksi, karena ligamentum rotundum menjadi kendur.
FT.
H. PENANGANAN MASA NIFAS
FU.
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu
1. Kebersihan Diri
a. Anjurkan menjaga kebersihan seluruh tubuh.
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air. Pastikan ia mengerti untuk membersihkan daerah
disekitar vulva terlebih dahulu dari depan kebelakang baru dilanjutkan
ke daerah sekitar anus.
c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya 2 kali sehari. Kain
dapa digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dikeringkan di
bawah matahari dan disetrika.
d. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
21
22
4. Gizi
5.
merah
berhenti
dan
tidak
merasakan
23
12. Psikologis
a. Talking in
7.
Fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri, pengalaman
waktu melahirkan diceritakannya, kelelahan membuat ibu cukup
istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur.
b. Talking hold
8.
Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung
jawab merawat bayi, perasaan sangat sensitif sehingga mudah
tersinggung jadi komunikasi kurang hati-hati, ibu butuh dukungan untuk
merawat diri dan bayinya.
c. Letting go
9.
Ibu sudah menerima tanggung jawab akan peran barunya, ibu
sudah menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya, keinginan
untuk merawat bayinya sudah meningkat pada fase ini.
10.
I. KOMPLIKASI
1. Pembengkakan payudara
2. Mastitis (peradangan pada payudara)
3. Endometritis (peradangan pada endometrium)
4. Post partum blues
5. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan
pada jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari jalan lahir selam
persalinan atau sesudah persalinan.
11.
J. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan
kiri
3. Hari ke- 1-2 : memberikan edukasi kebersihan diri, cara menyusui yang benar
dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,
pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
5. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
6. Menyarankan ibu untu melakukan kunjungan masa nifas paling sedikit
dilakukan sebanyak 4 kali kunjungan ulang yaitu untuk menilai keadaan ibu
24
dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalahmasalah yang terjadi.
12.
Berikut ini adalah jadwal kunjungan masa nifas yang dianjurkan:
a. Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan), tujuannya untuk:
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2) Medeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan merujuk apabila
perdarahan berlanjut.
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
4)
5)
6)
7)
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma jalan lahir /
episiotomi).
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor eksternal (medikasi)
3. Deficit perawatan diri: mandi / kebersihan diri, toileting berhubungan dengan
kelelahan post partum
4. Defisiensi pengetahuan: perawatan post partum berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang penanganan post partum.
5. Resiko infeksi dengan faktor resiko episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan
pertolongan persalinan (SC).
16.
17.
26
M. INTERENSI KEPERAWATAN
18.
19.
DIAG
NO
NOSA
23. 24.
Nyeri
1.
Akut
20.
NOC
21.
nyeri
criteria
hasil:
Comfort Level
1. Klien
melaporkan
non
untuk
penghilang nyeri
Pain level
27
NIC
22.
Pain Management
RASIONAL
29.
dirasakan klien
30.
non farmakologi
5. Membantu menurunkan
6. Anjurkan klien beristirahat
nyeri
27.
7. Kolaborasi dengan dokter 6. Membantu menurunkan
pemberian analgesik
nyeri
28.
1. Nyeri berkurang
26.
Vital sign
1. Tanda-tanda vital dalam
Kerus
rentang normal
a. BP : 120/80 mmHg
b. HR : 60-100x/menit
c. RR : 12-24x/menit
d. T : 36,5-37,50C
33. Setelah dilakukan
31.
32.
2.
akan
tindakan
Integritas
keperawatan
Jaringan
selama.... x 24 jam
masalah kerusakan
integritas jaringan
dapat
dengan
tertasi
kriteria
hasil:
Wound Healing
1. Luka klien sembuh
2. Kondisi luka baik
Risk control
1. Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi
Wound Care
1. Observasi kondisi luka dan
37.
1. Mengetahui keadaan
secara steril
3. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian antibiotik
Infection
Control
And
Management
1. Kaji adanya tanda infeksi :
kalor, rubor, dolor, tumor
dan fungsiolesa pada luka
2. Anjurkan
klien
untuk
menjaga
lukanya
dalam
jahitan
2. Mencegah infeksi
38.
3. Mencegah infeksi
39.
40.
41.
1. Jika ada infeksi dapat
segera
ditangani,
mencegah komplikasi
42.
2. Mempercepat proses
penyembuhan,
mencegah infeksi
2. Menunjukkan
3. Beri
kemampuan
mencegah
untuk
timbulnya
informasi
kepada
dan
keluarga
pasien
43.
infeksi
mungkin
pada
44.
34.
45.
cara pencegahannya
Postpartal Care
1. Monitor vital sign
2. Monitor lochea seperti
46.
terjadi
bau, dan
munculnya bekuan.
3. Monitor status emosional
pasien
36.
51.
3.
Defici
52. Setelah
Perawatan
asuhan
Dirii
dilkukan
Bathing/Higiene
1. Fasilitasi klien dalam
keperawatan
selama x24 jam
diharapkan
klien
mampu melakukan
29
agar
warna, jumlah,
50.
3. Menjaga
47.
1. Mengetahui kondisi
2. Mengetahui adanya
infeksi
48.
3. Mengetahui kesiapan
klien sebagai seorang
ibu
49.
58.
59.
1. Membantu klien dalam
memenuhi ADL sesuai
kebutuhan.
2. Mencegah infeksi dan
mempercepat
perawatan
secara
diri
adekuat
dengan KH :
penyembuhan
3. Membantu agar tetap
mampu mempertahankan
57.
memenuhi
kebersihan diri.
4. Mengajarkan klien agar
kebutuhan.
kebersihan diri
2. Klien terbebas dari bau
badan
3. Menyatakan
kenyamanan
60.
61.
4.
ensi
Defisi
Pengetahuan
ADL
tanpa bantuan
53.
54.
55.
62. Setelah dilakukan Teaching Disease Process
66.
1. Kaji tingkat pengetahuan klien 1. Menilai
asuhan
tentang perawatan post partum.
63.
selama x24 jam 64.
diharapkan klien 2. Jelaskan mengenai post partum
2.
serta cara dalam melakukan
keperawatan
30
sejauh
pengetahuan
klien
menentukan
hal
mana
dan
yang
belum dipahami.
Menambah wawasan ibu
mampu memahami
Knowledge
Process
1. Familiar
perawatan.
Memberikan
langsung
Disease
nantinya
dengan
mandiri
dalam
praktek
sehingga
klien
mampu
mandiri
cara
perawatan
partum
3. Mampu
dan
post
melaksanakan
memahami
cara
68.
Resik
5.
o Infeksi
partum.
69. Setelah dilakukan Infection control
71.
1.
Mengetahui
keadaan klien
1. Monitor TTV dan tanda-tanda
asuhan
keperawatan
selama x24 jam
infeksi
2. Lakukan
vulva
minimal 2x sehari.
diharapkan tidak 70.
ditemukan tanda- 3. Cuci tangan sebelum
31
dan
mempercepat
penyembuhan
dan 3. Efektif
mencegah
tanda
infeksi
dengan kriteria :
Risk control
1. Mengetahui faktor resiko
sesudah
hygiene
4. Anjurkan
mengganti
melakukan
vulva
klien
untuk
pembalut
setiap
terjadinya infeksi.
72.
4. Kebersihan mempercepat
proses
penyembuhan
penyembuhan,
serta
memperlancar
darah.
32
mampu
sirkulasi
75.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
Asuhan
Keperawatan
Maternitas.
33