Adat Pergaulan Melayu
Adat Pergaulan Melayu
Adat Pergaulan Melayu
lainnya. Oleh karena itu, jangan heran jika media massa pun sering
keliru, sehingga pakaian daerah disebut pakaian adat atau rumah yang
berbentuk khas daerah disebut rumah adat. Tegasnya, apa yang
berbentuk tradisional dianggap adat.
yang
yang
yang
yang
yang
diadatkan
turun dari raja
datang dari datuk
cucur dari penghulu
dibuat kemudian
tidak kita pakai pun boleh, akan tetapi menurut Melayu disebut kurang
adab (Sujiman, 1983).
Contoh lain penulis kutip dari kitab Babul Qawaaid (1901) dari
Kerajaan Siak Sri Indrapura:
Pasal empat
Kuasa melarang orang yang hendak menghadap Sri Paduka Sultan
jikalau orang itu naik sahaja tidak memberi tahu kepada Penghulu
Balai waktu Sri Paduka Sultan bersemayam.
Pasal lima
Kuasa melarang dengan keras kepada sekalian orang besar- besar,
datuk-datuk, pegawai-pegawai, jurutulisjurutulis yang bekerja datang
ke balai tiada memakai baju kot, seluar pentalon, sepatu, dan kupiah.
Pasal tujuh
Jikalau hamba rakyat atau siapa juga tiada dikecualikan orangnya
hendak menghadap atau datang ke balai tiada boleh berkain gumbang
seperti yang tersebut dalam Ingat Jabatan bahagian yang kesebelas
pada pasal lima, maka jika berkain gumbang kuasa Penghulu Balai
menghalaunya dikecuali jikalau orang terkejut di tengah jalan karena
hendak meminta pertolongan kepada polisi apa-apa kesusahannya.
Ungkapan-ungkapan yang dikemukakan di atas adalah adat yang
diadatkan.Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa adat mengalami
perubahan dan perkembangan sesuai dengan kemajuan zaman.Seorang
tokoh ideal di zaman Malaka ialah orang yang telah memenuhi empat
sifat dan empat syarat. Empat sifat dan empat syarat itu di zaman
Kerajaan Riau telah disempurnakan oleh Raja Ali Haji dengan
Gurindam Dua Belas yang terdiri dari dua belas pasal dan tiap-tiap
pasal menggambarkan beberapa sifat baik dan tidak baik. Ukuran
sopan-santun pada zaman Kerajaan Malaka telah berkembang pada
zaman Kerajaan Siak Sri Indrapura yang menetapkan bahwa semua
pejabat kerajaan diharuskan berpakaian sesuai perkembangan zaman,
yaitu baju kot dan seluar pantalon.
Dalam perjalanan sejarah adat-istiadat Melayu, adat yang diadatkan
mengalami berbagai perubahan dan variasi.Hampir dapat dipastikan
bahwa adat ini merupakan adat yang paling banyak ragamnya, sesuai
dengan wilayah tumbuh dan berkembangnya.Adat yang diadatkan
yang terdapat di daerah Riau beragam, karena di daerah Riau pernah
10
11
12
13
14
15
16
17
patut dipatutkan
tua dituakan
berbangsa dibangsakan
berbahasa dibahasakan
18
19
ungkapan,
dan
Daftar Pustaka
Effendy, T. 1985. Kumpulan Ungkapan. Naskah yang belum diterbitkan,
Pekanbaru.
Hoeve, I. B. van. 1984. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve.
Kerajaan Siak. 1901. Babul Qawaid. Siak Sri Indrapura: Percetakan
Kerajaan Siak Sri Indrapura.
Prins, J. 1954. Adat en Islamietische Plichtenleer In Indonesia.
Bandung: W. Van Hoeve sGravenhage.
Sujiman, P. H. M. 1983. Adat Raja-raja Melayu. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Tonel, T. 1920. Adat-istiadat Melayu.Naskah tulisan tangan huruf
Melayu Arab, Pelalawan.
Yayasan Kanisius. 1973. Ensiklopedi Umum. Yogyakarta: Kanisius.
20
21