0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
130 tayangan11 halaman

Kolostomi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.

Konsep Kolostomi

1.1. Pengertian kolostomi


Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah, stoma dapat
berfungsi sebagai diversi sementara atau permanen (Smeltzer, Bare, 2001).Menurut Harahap
(2006) Kolostomi adalah membuat ostomi di kolon, dibentuk bila usus tersumbat oleh tumor.
Kolostomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan membuka dinding perut sampai kolon
untuk pembuatan lubang (stoma) diatas dinding perut sehingga feses (BAB) dialirkan melalui
stoma yang dibuat (Sjamsuhidajat, 1997 dalam Simanjuntak, 2007)
Suriadi (2006, dalam Fadhila lubis, 2011) membagi Jenis kolostomi berdasarkan
lokasinya; transverse kolostomi, merupakan kolostomi di kolon transversum, sigmoidostomi
yaitu kolostomi di sigmoid, kolostomi desenden yaitu kolostomi di kolon desenden dan
kolostomi asenden, adalah kolostomi di asenden.

1.2. Stoma
Stoma adalah sebuah lubang yang dibuat di abdomen dan usus dan dilekatkan pada
kulit.Hal ini memungkinkan terjadinya pengosongan usus melalui lubang tersebut, bukan
melalui rektum. (Dewi Elizadiani, 2012). Untuk mengambil isi stoma biasanya diperlukan
kantong yang diletakkan pada stoma.Perlengkapan ostomi terdiri atas satu lapis atau dua lapis
dengan barier kulit hipoalergenik untuk mempertahankan integritas kulit peristomal.Kantong

Universitas Sumatera Utara

harus cukup besar untuk menampung feses dan flatus dalam jumlah sedang.Perlindungan kulit
peristomal adalah aspek penting dari perawatan stoma.Peralatan yang sesuai ukurannya
merupakan hal penting untuk mencegah kebocoran isi (Wong, 2009).
Lokasi kolostomi menentukan konsistensi tinja baik padat ataupun cair.Pada
kolostomi transversum umumnya menghasilkan feses lebih padat.Lokasi kolostomi ditentukan
oleh masalah medis pasien dan kondisi umum. Terdapat tiga jenis bentuk kolostomi, yakni:
1. Loop kolostomi
Loop kolostomi biasanya dilakukan dalam kondisi kedaruratan medis yang
nantinya kolostomi tersebut akan ditutup. Jenis kolostomi ini biasanya mempunyai
stoma yang berukuran besar, dibentuk di kolon transversal dan bersifat sementara.
Pembedahan dilakukan dengan

menarik sebuah lengkung usus ke atas abdomen

dengan menggunakan suatu peralatan penyokong eksterna, seperti batang plastik atau
kateter karet ditempatkan sementara waktu dibawah lengkung usus untuk
memepertahankannnya sehingga tidak tergelincir. Kemudian usus di buka dan dijahit
ke kulit abdomen. Suatu dingding penghubung tetap berada diantara usus distal dan
usus proksimal. Lengkung ostomi memiliki dua buah lubang stoma, ujung proksimal
mengeluarkan feses sedangkan bagian distal mengeluarkan lendir.

2. End kolostomi
End kolostomi terdiri dari satu stoma, yang dibentuk dari ujung proksimal usus
dengan bagian distal saluran GI dapat dibuang atau di jahit tertutup dan di biarkan di

Universitas Sumatera Utara

dalam rongga abdomen. Pada banyak klien, end kolostomi merupakan hasil terapi
bedah pada kanker kolorektal. Pada kasus tersebut, rektum juga mungkin dibuang.
3. Double- barrel colostomi
Berbeda dengan loop colostomi, Double-barrel colostomi di potong melalui
pemebedahan kedalam, double-barrel colostomi terdiri dari dua stoma yang berbeda,
stoma proksimal yang berfungsi dan stoma distal yang tidak berfungsi. (Potter, Perry,
2006).

1.3. Indikasi Kolostomi


Lokasi kolostomi ditentukan oleh masalah medis dan kondisi umum klien (McGarity,
1992 dalam Potter dan Perry, 2006). Kolostomi dapat dibuat secara permanen ataupun
temporer (sementara) yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Kolostomi temporer dibuat
pada pasien yang tujuannya untuk dekompresi kolon sedangkan kolostomi permanen dibuat
pada pasien yang tidak mampu lagi untuk defekasi secara normal melalui anus, hal ini
biasanya disebabkan karena adanya keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon
sigmoid dan rektum.

1.4. Komplikasi Kolostomi


Insidens komplikasi untuk pasien dengan kolostomi sedikit lebih adalah prolaps
stoma, perforasi, retraksi stoma, impaksi fekal dan iritasi kulit. Kebocoran dari sisi
anastomotik dapat terjadi bila sisa segmen usus mengalami sakit atau lemah. Kebocoran dari
anastomotik usus menyebabkan distensi abdomen dan kekakuan, peningkatan suhu, serta
tanda shock. (Brunner dan Suddarth, 2000 dalam Fadhila, 2011).

Universitas Sumatera Utara

1.5. Perawatan Kolostomi


Menurut Brunner dan Suddarth (2000, dalam Fadhila, 2011), ada beberapa yang harus
diperhatikan dalam perawatan kolostomi, antara lain:
1.5.1. Perawatan Kulit
Pada Pasien kolostomi dianjurkan melindungi kulit peristoma dengan sering mencuci
area tersebut menggunakan sabun ringan, memberikan barrier kulit protektif di sekitar stoma,
dan mengamankannya dengan meletakan kantung drainase.Kulit dibersihkan dengan perlahan
menggunakan sabun ringan dan waslap lembab serta lembut.
1.5.2. Memasang Kantung
Stoma diukur untuk menentukan ukuran kantung yang tepat. Lubang kantung harus
sekitar 0,3 cm lebih besar dari stoma. Kulit dibersihkan terlebih dahulu.Barier kulit peristoma
dipasang. Kemudian kantung dipasang dengan cara membuka kertas perekat dan menekanya
di atas stoma. Iritasi kulit ringan memerlukan tebaran bedak stomahesive sebelum kantung
dilekatkan.
1.5.3. Mengangkat Alat Drainase
Alat drainase diganti bila isinya telah mencapai sepertiga sampai seperempat bagian
sehingga berat isinya tidak menyebabkan kantung lepas dari diskus perekatnya dan keluar
isinya.Pasien dapat memilih posisi duduk atau berdiri yang nyaman dan dengan perlahan
mendorong kulit menjauh dari permukaan piringan sambil menarik kantung ke atas dan
menjauh dari stoma.Tekanan perlahan mencegah kulit dari trauma dan mencegah adanya isi
fekal yang tercecer keluar.
1.5.4. Mengirigasi Kolostomi

Universitas Sumatera Utara

Tujuan pengirigasian kolostomi adalah untuk mengosongkan kolon dari gas, mukus,
dan feses. Sehingga pasien dapat menjalankan aktivitas sosial dan bisnis tanpa rasa takut
terjadi drainase fekal. Dengan mengirigasi stoma pada waktu yang teratur, terdapat sedikit gas
dan retensi cairan pengirigasi.

2.

Konsep Keluarga

2.1.

Defenisi Keluarga
Friedman (1998 dalam Suprajitno, 2004) mendefenisikan bahwa keluarga adalah

kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional
dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Sayekti
(1994 dalam Suprajitno, 2004) menyebutkan bahwa keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan
hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama
atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak,
baik anak sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga. Menurut Dep. Kes RI
(1983 dalam Setiawati dan Dermawan, 2008) meyatakan keluarga merupakan satu kelompok
atau sekumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan unit masyarakat yang
terkecil dan biasanya tidak selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lain.
Meraka hidup bersama dalam satu rumah, dibawah asuhan seorang kepala keluarga dan
makan dalam satu periuk.
Menurut Stuart ( ICN, 2001 dalam Setiawati dan Dermawan, 2008) menyatakan ada
lima hal penting pada defenisi keluarga, yaitu (1). Keluarga adalah suatu sistem atau unit. (2).
Komitmen dan ketertarikan antar anggota keluarga yang meliputi kewajiban di masa yang
akan datang. (3). Fungsi keluarga dalam pemberian perawatan meliputi perlindungan,

Universitas Sumatera Utara

pemberian nutrisi dan sosialisasi untuk seluruh anggota keluarga. (4). Anggota-anggota
keluarga mungkin memiliki hubungan dan tinggal bersama atau mungkin juga tidak ada
hubungan dan tinggal terpisah. (5). Keluarga mungkin memiliki anak atau mungkin juga
tidak.

2.2. Fungsi Keluarga


Secara umum fungsi keluarga menurut friendman (1998) yaitu :
1.

Fungsi afektif
Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu

untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi keluarga ini
dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
2.

Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat

melatih anak untuk berkehidupan soaial sebelum meninggalakan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain di luar rumah.

3.

Fungsi reproduksi
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga

4.

Fungsi ekonomi
Yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan

tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk


memenuhi kebutuhan keluarga.
5.

Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan

Universitas Sumatera Utara

Yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga dibidang
kesehatan.
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas dibidang
kesehatan yang perlu di pahami dan dilakukan, meliputi :
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga
yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti
dan kerena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga
habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang
dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga
secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/keluarga. Apabila menyadari
adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi
dan seberapa besar perubahannya.
2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya
keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan
keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang
dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau
bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada
orang dilingkungan tinggal keluarga.
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Sering kali keluarga telah
mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang
telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang

Universitas Sumatera Utara

mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan


agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi
pelayanan kesehatan atau dirumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan
melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.

2.3. Struktur Keluarga


struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga dapat melakukan fungsi
keluarga di masyarakat sekitarnya. Parad dan Caplan (1965) yang di adobsi oleh Friedman
pada Suptajitno (2004), mengatakan ada empat elemen struktur keluarga yaitu :
1. struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga
dalam keluarga sendiri dan perannya dilingkungan masyarakat atau peran formal
dan informal
2. nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan
diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.
3. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara pola komunikasi
ayah-ibu (orang tua), orang tua dengan anak. Anak dengan anak dan anggota
keluarga lainnya.
4. Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk
mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga
yang mendukung kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

2.4. Dukungan Keluarga


Manusia merupakan mahluk social yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang
lain, kebutuhan fisik (sandang, pangan, papan), kebutuhan psikis termaksud rasa ingin tahu,
rasa aman, perasaan religiusitas, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Ketika
seseorang mengalami masalah baik ringan maupun berat, pada saat seperti itulah seseorang
akan mencari dukungan dari orang-orang di sekitarnya, sehingga seseorang merasa dihargai,
diperhatikan dan dicintai (Kuntjoro, 2002 dalam Rahel, 2008). Friedman (1998) meyatakan
bahwa keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya.Anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan
bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga adalah suatu proses hubungan anatara keluarga
dan lingkungan sosialnya.
Menurut Stuart and Sundeen (1995 dalam Friskila, 2006) menyatakan ada tiga dimensi
interaksi dalam dukungan keluarga yaitu timbal balik ( kebiasaan dan frekuensi hubungang
timbal balik), nasihat/umpan balik (kuantitas/kualitas komunikasi) dan keterlibatan emosional
(meningkatkan intimasi dan kepercayaan) di dalam hubungan social. Dukungan keluarga
merupan proses yang terjadi sepanjang hidup, dimana sumber dan jenis dukungan keluarga
berpengaruh terhadap tahap lingkaran kehidupan keluarga.
Menurut Cohen (1984, dalam Niven, 2000) komponen-komponen dukungan keluarga
terdiri dari
a.

Dukungan nyata
Dukungan nyata adalah suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu

memecahkan masalah praktis. Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmani seperti

Universitas Sumatera Utara

pelayanan, bantuan finansial, dan materi berupa bantuan nyata (instrument support/material
support). Bantuan langsung merupakan bagian dari dukungan nyata, seperti pada saat
seseorang memberi atau meminjam uang, membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan
pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit, ataupun depresi yang dapat
membantu memecahkan masalah. Dukungan nyata tidak sebatas hanya memberikan bantuan
tersebut. Hal ini erat hubungannnya dengan ketepatan hubungan yang diberikan, dalam arti
bahwa orang yang menerima sangat merasakan manfaat bantuan bagi dirinya, karena sesuatu
yang actual dan memberikan kepuasan. Pada dukungan nyata keluarga sebagai sumber untuk
mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata.

b.

Dukungan pengharapan.
Dukungan pengharapan merupakan dukungan berupa dorongan dan motivasi yang

diberikan keluarga kepada individu. Dukungan ini terjadi bila ekspresi penilaian yang positif
terhadap individu. Individu mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah
mereka, terjadi melalui ekspresi pengaharapan positif individu kepada individu lain,
penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan perbandingan positif
seseoarang dengan orang lain, misalnya orang yang kurang mampu. Dukungan pengharapan
meliputi pertolongan pada individu untuk memahami kejadian depresi yang baik dan juga
sumber depresi dan strategi koping yang dapat digunakan dalam mengahadapi stressor.
Dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan strategi koping individu dengan strategistrategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek yang positif.
c.

Dukungan informasi

Universitas Sumatera Utara

Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama,
termaksud di dalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan nasehat, pengarahan,
saran atau umpan balik tentang apa yang dilakukan seseorang. Keluarga dapat menyediakan
informasi dengan menyarankan tentang dokter, tetapi yang baik bagi dirinya dan tindakan
spesifik bagi individu untuk melawan stressor. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai
penghimpun informasi dan pemberi informasi.
d.

Dukungan emosional
Dukungan emosional merupakan suatu dukungan yang dapat menggantikan atau

menguatkan perasaan-perasaan seseorang. stress yang tidak terkontrol dapat berakibat pada
hilangnya harga diri, jika hal ini terjadi jaringan pendukung memainkan peran yang berarti
dalam meningkatkan pendapat yang rendah terhadap diri sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai