0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
97 tayangan4 halaman

Auditing Dalam Perspektif Islam

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 4

AUDITING DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Oleh: Daridin

Sistem ekonomi islam sudah mulai dipraktikkan dilapangan dan bukan


hanya menjadi bahan diskusi para ahli. Pada awalnya sistem ini
diterapkan dalam sektor perbankan, dan kemudian juga merambat pada
sektor keuangan lainnya seperti asuransi dan pasar modal.
Perkembangannya sangat pesat, saat ini tidak kurang dari 200 lembaga
keuangan Islam telah beroperasi menerapkan sistem ekonomi islam yang
terdapat diberbagai belahan dunia bukan saja dinegara Islam tetapi juga
di negara non muslim.
Dengan munculnya sistem tersebut mau tidak mau lembaga ini pasti
memiliki perbedaan dengan lembaga konvensional, karena ia
dioperasikan dengan menggunakan sistem nilai syariah yang didasarkan
pada kedaulatan Tuhan bukan kedaulatan rasio ciptaan Tuhan yang
terbatas. Dengan demikian maka sistem yang berkaitan dengan eksistensi
lembaga ini juga perlu menerapkan nilai-nilai islami jika kita ingin
menerapkan nilai-nilai Islami secara konsisten. Maka disinilah relevansi
perlunya sistem auditing Islami dalam melakukan fungsi audit terhadap
lembaga yang dijalankan secara Islami ini.

Pendekatan dalam perumusan sistem ini adalah seperti yang


dikemukakan oleh Accounting and Auditing Standards for Islamic Financial
Institution (AAOIFI) yaitu :
1.

Menentukan tujuan berdasarkan prinsip Islam dan ajarannya


kemudian menjadikan tujuan ini sebagai bahan pertimbangan dengan
mengaitkannya dengan pemikiran akuntansi yang berlaku saat ini.

2.

Memulai dari tujuan yang ditetapkan oleh teori akuntansi kepitalis


kemudian mengujinya menurut hukum syariah, menerima hal-hal
yang konsisten dengan hukum syariah dan menolak hal-hal yang
bertentangan dengan syariah.

Bagaimana pengatauran Kode Etik Profesinya? Etika sering disebut moral


akhlak, budi pekerti adalah sifat dan wilayah moral, mental, jiwa, hati
nurani yang merupakan pedoman perilaku yang idial yang seharusnya
dimiliki oleh manusia sebagai mahluk moral. Kode Etik Akuntan ini adalah
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari syariah islam. Dalam
sistem nilai Islam syarat ini ditempatkan sebagai landasan semua nilai
dan dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam setiap legislasi dalam
masyarakat dan negara Islam. Namun disamping dasar syariat ini
landasan moral juga bisa diambil dari hasil pemikiran manusai pada
keyakinan Islam. Beberapa landasan Kode Etik Akuntan Muslim ini adalah :
1.

Integritas : Islam menempatkan integritas sebagai nilai tertinggi


yang memandu seluruh perilakunya. Islam juga menilai perlunya
kemampuan, kompetensi dan kualifikasi tertentu untuk melaksanakan
suatu kewajiban;

2.

Keikhlasan : Landasan ini berarti bahwa akuntan harus mencari


keridhaan Allah dalam melaksanakan pekerjaannya bukan mencari
nama, pura-pura, hipokrit dan sebagai bentuk kepalsuan lainnya.
Menjadi ikhlas berarti akuntan tidak perlu tunduk pada pengaruh atau
tekanan luar tetapi harus berdasarkan komitmen agama, ibadah
dalam melaksanakan fungsi profesinya. Tugas profesi harus bisa
dikonversi menjadi tugas ibadah;

3.

Ketakwaan : Takwa merupakan sikap ketakutan kepada Allah baik


dalam keadaan tersembunyi maupun terang-terangan sebagai salah
satu cara untuk melindungi seseorang dari akibat negatif dari perilaku
yang bertentangan dari syariah khususnya dlam hal yang berkitan
dengan perilaku terhadap penggunaan kekayan atau transaksi yang
cenderung pada kezaliman dan dalam hal yang tidak sesuai dengan
syariah;

4.

Kebenaran dan Bekerja Secara Sempurna : Akuntan tidak harus


membatasi dirinya hanya melakukan pekerjaan-pekerjaan profesi dan
jabatannya

tetapi

juga

harus

berjuang

untuk

mencari

dan

mnenegakkan kebenaran dan kesempurnaan tugas profesinya dengan

melaksanakan semua tugas yang dibebankan kepadanya dengan


sebaik-baik dan sesempurna mungkin. Hal ini tidak akan bisa direalisir
terkecuali melalui kualifikasi akademik, pengalaman praktik, dan
pemahaman serta pengalaman keagamaan yang diramu dalam
pelaksanaan tugas profesinya. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah
dalam Surat An Nahl ayat 90 :Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
berbuat adil dan berbuat kebajikan, dan dalam Surat Al Baqarah ayat
195 :Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berbuat baik;
5.

Takut

kepada

Allah

dalam

setiap

Hal

: Seorang

muslim

meyakini bahwa Allah selalu melihat dan menyaksikan semua tingkah


laku hambaNya dan selalu menyadari dan mempertimbangkan setiap
tingkah

laku

yang

tidak

disukai

Allah.

Ini

berarti

sorang

akuntan/auditor harus berperilaku takut kepada Allah tanpa harus


menunggu dan mempertimbangkan apakah orang lain atau atasannya
setuju atau menyukainnya. Sikap ini merupakan sensor diri sehingga
ia mampu bertahan terus menerus dari godaan yang berasal dari
pekerjaan profesinya. Sikap ini ditegaskan dalam firman Allah Surat An
Nisa ayat 1 :Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu Dan dalam Surat Ar Rad Ayat 33 Allah berfirman : Maka apakah
Tuhan yang menjaga setiap diri terhadap apa yang diperbuatnya
(sama dengan yang tidak demikian sifatnya). Sikap pengawasan diri
berasal dari motivasi diri berasal dari motivasi diri sehingga diduga
sukar untuk dicapai hanya dengan kode etik profesi rasional tanpa
diperkuat oleh ikatan keyakinan dan kepercayaan akan keberadaan
Allah yang

selalu memperhatikan dan melihat

pekerjaan kita.

Sebagaimana firman Allah dalam Surat Thaha ayat 7 :Sesungguhnya


dia mengetahui rahasia dan apa yang lebih tersembunyi;
6.

Manusia bertanggungjawab dihadapan Allah : Akuntan Muslim


harus meyakini bahwa Allah selalu mengamati semua perilakunya dan
dia akan mempertanggungjawabkan semua tingkah lakunya kepada
Allah nanti di hari akhirat baik tingkah laku yang kecil amupun yang
besar. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Zalzalah ayat 7-8 :
Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah niscaya dia

akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan


kejahatan seberat zarrahpun niscaya dia akan melihat balasnya pula.

Oleh karena itu akuntan/auditor harus selalu ingat bahwa dia akan
mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya dihadapan Allah dan
juga kepada publik, profesi, atasan dan dirinya sendiri. Gambaran singkat
ini mudah-mudahan menggugah kita bahwa auditing syariah sudah mulai
berkembang sejalan dengan perkembangan sistem ekonomi islam. Suatu
sistem ekonomi yang didasarkan pada nilai-nilai Islam. Ketidakpuasan
anda terhadap tulisan ini sangat saya harapkan, mengingat tulisan ini
hanya berupa ringkasan dari sebuah buku Auditing dalam Perspektif Islam
Karya Dr. Sofyan S. Harahap.

Anda mungkin juga menyukai