Laporan Study Tour Yogyakarta
Laporan Study Tour Yogyakarta
Laporan Study Tour Yogyakarta
Yogyakarta
Assalamu’alaikum wr.wb
Di dalam objek wisata yang kami kunjungi terdapat beberapa sejarah yang
sangat berarti bagi bangsa Indonesia. oleh karena itu kami harus abadikan dan
pelihara dengan sebaik mungkin,agar sejarah-sejarah tersebut tidak akan lenyap
dengan sering berjalannya waktu.
se
Septian Suprianto......
Daftar Isi
Halaman Judul..................................................................
Kata Pengantar.................................................................
Daftar Isi...........................................................................
Visi & Misi Perusahaan PT. Madubaru Yogyakarta
Pendahuluan
Pembuatan alkohol
Penutup
A.Kesimpulan
B.Saran-Saran
C. Penutup
Visi & Misi Perusahaan PT. Madubaru
Yogyakarta
Visi
Misi
Pendahuluan
Ketika orang asing masuk di Yogyakarta dan kemudian mencicipi makanan
Yogyakarta dapat dipastikan mereka akan berkomentar bahwa masakan
Yogyakarta rata-rata rasanya manis. Coba saja geplak, gudeg, bakpia, wajik,
getuk. Saking serba manis itu orang luar Jawa sering berceloteh bahwa di Yogya
daging ayam, telur, nangka bisa dikolak untuk mengomentari makanan dengan cita
rasa manis. Hal ini tidak terlepas dari sejarah Yogyakarta yang menyimpan banyak
pabrik gula pada waktu penjajahan Belanda. Tidak akan pernah ada dalam
bayangan kebanyakan orang bahwa dalam wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
mempunyai jumlah pabrik gula yang banyak. Catatan J. Marches, Overzicht
van de Bedriftsresultanten Betreffende Campagne 1941 yang dikeluarkan oleh
Proefstation Voor Java Suikerindustrie sekarang Pusat Penelitian Perkebunan Gula
Indonesia (P3GI) mengagetkan semua, teristimewa bagi mereka yang lahir setelah
kemerdekaan. Dalam wilayah yang sesempit ini (3.185,80 km2) terdapat 17 pabrik
gula, yaitu PG Randugunting, PG Tanjungtirto, PG Kedaton Pleret, PG Wonocatur,
PG Padokan, PG Bantul, PG Barongan, PG Sewu Galur, PG Gondanglipuro, PG
Pundong, PG Gesikan, PG Rewulu, PG Demakijo, PG Cebongan, PG Beran, PG
Medari, dan PG Sendangpitu.
Ketika jaman mallaise atau sering disebut jaman meleset menghantam dunia,
banyak pabrik gula yang kemudian tutup karena harga gula yang jeblog karena
supply gula dunia yang berlebih. Pada tahun 1931 terjadi kesepakatan
perdagangan gula yang dikenal sebagai Charbourne Agreement. Pada perjanjian
itu Pemerintah Belanda diharuskan mengurangi jumlah produksi. Jawa diwajibkan
menurunkan produksi gulanya dari sekitar 3 juta ton menjadi tidak lebih 1,4 juta ton
per tahun. Hal yang sama terjadi juga di wilayah Yogyakarta. Sembilan pabrik gula
tumbang dan harus ditutup. Pabrik-pabrik yang masih survive melewati jaman
mallaisse ada delapan: PG Tanjungtirto, PG Kedaton Pleret, PG Padokan, PG
Gondang Lipura, PG Gesikan, PG Cebongan, PG Beran, serta PG Medari.
Andaikan saja tidak terjadi mallaise atau jaman meleset dengan ditutupnya banyak
pabrik gula, Belanda merencanakan membuat pelabuhan di Parangtritis.
Tujuannya adalah tentu saja untuk mengangkut gula yang dihasilkan dari daerah
Yogyakarta dan sekitarnya. Sejarah menentukan lain. Mallaise datang. Jepang
juga datang disusul kemerdekaan Republik Indonesia yang didukung sekali oleh
Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Dengan menggunakan setrategi bisnis Overal Cost Leadership pada usaha pokok
dan strategi bisnis differensiasi pada diversifikasi usaha maka PT. Madubaru siap
menghadapi persaingan khususnya tahun 2009 dan tahun-tahun mendatang .
PT. Madubaru dengan kepemilikan saham 65% Sri Sultan Hamengku Buwono X
(Kraton Ngayogjokarto
Hadiningrat ) dan 35 % PT.Rajawali
Nusantara
Indonesia (PT.RNI),serta pelaksanaan
konsep Good Corporate Governance
(GCG) secara konsisten akan menjadi
daya tarik tersendiri bagi masyarakat ,
petani tebu , dan juga investor yang
menanamkan modalnya. PG Madukismo, yang terletak di lingkungan kerja PG
Madukismo Bantul Yogyakarta menawarkan paket agrowisata yang lumayan
lengkap. Pengunjung bisa menikmati lingkungan pabrik yang didirikan atas prakarsa
Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno dengan Sri Sultan Hamengku
Buwono IX. Pengunjung bisa menikmati pemandangan pepohonan yang rimbun
berusia ratusan tahun, keliling kebun tebu naik lokomotif (spoor) tebu tua. Lebih dari
itu pengunjung juga bisa mengajak keluarga serta anak-anak untuk melakukan
berbagai kegiatan outdoor yang menarik. Mengunjungi obyek wisata ini kita juga
semakin disadarkan betapa proses membuat gula merupakan proses yang panjang.
Untuk menghasilkan gula manis dan higienis seperti yang selama ini kita konsumsi
banyak melibatkan orang. Sebelum tebu masuk pabrik, bahan pembuat gula ini
harus melewati masa pertumbuhannya di lahan petani selama satu tahun untuk
mencapai kemasakannya yang optimal dan siap digiling. Di kebun, tebu memerlukan
pemeliharaan dari tangan-tangan telaten dan sabar para petani. Selain itu wisata
singkat ke agrowisata PG Madukismo menambahkan suatu kesadaran bahwa pabrik
gula mempunyai peluang untuk tempat rekreasi warga sekaligus tempat edukasi
generasi muda yang baik.
Bagi penggemar wisata terutama wisata yang ditujukan untuk mendidik anak-anak,
pelajar dan mahasiswa dan tempat ini baik untuk dikunjungi. Selain bisa menikmati
banyak suasana industri yang mempekerjakan ribuan orang, pengunjung bisa
melepas segala kepenatan dan kekesalan fisik dan psikis. Memasuki komplek
agrowisata pada musim giling pengunjung akan disapa dengan riuh rendahnya
mesin pabrik yang menderu-deru. Mesin-mesin pabrik yang besar terus berputar
dengan anteng dan anteb menggiling tebu, memerahnya menjadi nira dan kemudian
mengubahnya menjadi kristal-kristal putih jernih yang kita sebut sebagai gula.
Pohon-pohon besar rindang dan tua seolah tak mengenal waktu membawa
keramahan dan kenyamanan.
Terletak di Pedukuhan
Padokan, Desa Tirtonirmolo,
Kecamatan Kasihan,
Kabupaten Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta, obyek
wisata PG Madukismo yang
terletak di tengah-tengah dan
dilingkungan pabrik gula dapat
dicapai dari Yogyakarta
dengan mengambil arah
menuju Bantul. PG
Madukismo yang pada waktu pendiriannya masih di kawasan pedesaan, kini seiring
dengan kemajuan telah menjadi wilayah pinggiran kota dan terletak persis di
pinggiran ring road selatan. Jalan yang menuju ke obyek agrowisata sangat mulus
dan mudah sekali dicapai. Dari kota Yogyakarta hanya memerlukan waktu kurang
dari 10 menit. Selesai mengunjungi obyek agrowisata ini pengunjung bisa
meneruskannya menuju ke obyek lain seperti pantai Parangtritis, pantai Samas, Goa
Selarong, makam raja-raja di Imogiri dan sebagainya.
Keunikan obyek wisata PG Madukismo adalah obyek wisata pendidikan.
Pengunjung bisa memilih sendiri acara yang diinginkannya. Kenikmatan
mengendarai lokomotif tebu tua mungkin hanya bisa dinikmati di obyek wisata ini.
Pengunjung bisa memutari obyek wisata PG Madukismo dengan duduk di atas
gerbong yang ditarik lokomotif tua buatan Jerman .Sepanjang perjalanan yang kira-
kira berdurasi pendek itu pengujung akan melihat berbagai kegiatan atau bangunan
yang ada di komplek PG Madukismo Sebagai wisata edukasi pengunjung
mahasiswa atau pelajar akan dijelaskan tentang proses pembuatan gula mulai dari
pembukaan lahan, pemeliharaan, panen, serta proses pembuatan gula oleh
pemandu wisata. Pada musim giling pengunjung juga bisa melihat proses
pembuatan gula secara langsung di pabrik. Sehingga mereka bisa menyaksikan
langsung proses di gilingan, stasiun puteran dan pemurnian, bahkan sampai proses
pengemasan gula di gudang.
Berdirinya Pabrik-Pabrik Gula Madu Baru PT
Nasib yang sama juga dialami oleh PG
Padokan. PG ini menjadi PG terakhir
yang dibumihanguskan. Maklum di
tempat ini diduduki Belanda untuk
menghubungkan dengan pasukannya
yang ada di Bantul. Ketika Belanda
mundur, pabrik dijarah oleh rakyat dan
muncul fenomena Gula Hitam. Gula yang belum jadi diambil dan dijarah oleh
rakyat. Dalam waktu yang relatif singkat pabrik gula sudah rata dengan tanah.
Namun nasib memang agak berbeda untuk PG Padokan. Di tempat yang sama
dan telah dibumihanguskan itu kemudian dibangun kembali PG Madukismo. Tapi
jangan berpikir bahwa PG Padokan sebesar PG Madukismo sekarang. Kesaksian
Yohanes Basuki mantanOpzichter (pengawas) pembangunan pabrik PG lama kira-
kira hanya sebesar seper enam dari PG Madukismo sekarang. Kapasitasnya juga
kecil. Kira-kira hanya 800 TCD.
Semula ada dua alternatif untuk mendirikan pabrik baru itu yaitu di reruntuhan PG
Gesikan atau PG Padokan. Dengan berbagai pertimbangan maka dipilih PG
Padokan. Dibangunnya kembali pabrik gula di Padokan tidak terlepas dari peran
Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang sangat besar dalam perang kemerdekaan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Sri Sultan Hamengku Buwono IX sangat
konsisten dengan semangat dan komando perang gerilya. Tidak sedikit
pengorbanan Sri Sultan baik dari beaya maupun logistik yang dikeluarkan untuk itu.
Maka setelah perang kemerdekaan usai, pemerintah pusat memberikan
penghargaan kepada Sri Sultan dengan mendirikan satu pabrik gula yang baru di
daerah Yogyakarta.
Gagasan pendirian Pabrik Gula Madukismo juga berasal dari Sultan. Tujuannya
adalah semula untuk menolong rakyat yang banyak kehilangan pekerjaan karena
dibumihanguskannya Pabrik-Pabrik Gula waktu itu. Pendirian pabrik gula diyakini
mampu menampung banyak orang untuk bekerja. Banyak petani akan terlibat
dalam proses penanaman, pemeliharaan tanaman, panen serta di pabrik akan
menyerap banyak tenaga kerja teristimewa pada waktu masa giling. Berbagai
stasiun gilingan, puteran, kristalisasi akan banyak sekali menampung putra-putra
Yogyakarta untuk bekerja di pabrik gula.
Kebutuhan areal untuk komplek pembangunan pabrik adalah 269.410 m2,
sebagian berasal dari tanah bekas pabrik gula Padokan seluas 90.650 m2 sedang
sisanya 178.760 m2 diperoleh dengan membeli tanah sawah milik penduduk
sekitarnya.
Pemilihan Jerman Timur tidak terlepas dari pandangan politik presiden Soekarno
waktu itu yang cenderung melihat blok Timur seperti Rusia, Jerman Timur, Cina,
Kuba dan sebagainya. Berdasar persetujuan tertanggal 3 Februari 1955,
Pemerintah Republik Indonesia membeli mesin pabrik gula dan spiritus dari
Jerman Timur. Di dalam proses pembangunannya yang dimulai tahun 1955 itu
menggunakan tenaga-tenaga teknisi dari Jerman Timur sebanyak 250 yang datang
secara bergantian, dengan nilai pembayaran yang digabungkan dengan kontrak
pembeliannya. Sementara itu pihak pemerintah Indonesia menyediakan tenaga
kasar, bahan-bahan, peralatan-peralatan pembantu, bahan bahan lainnya yang
diperlukan dalam pembangunan fisik pabrik. Semua pengeluaran yang diperlukan
untuk itu menjadi tanggungan pemerintah Indonesia.
Adapun susunan staf Direksi Pertama P2G Madubaru PT, di waktu pembangunan
pabrik gula dan pabrik spiritus Mudukismo sebagai berikut:
Setelah pembangunan pabrik gula dan spiritus selesai pada tahun 1958, susunan
formasi personalianya adalah R.M. Soeparwi, sebagai administratur; serta
Rachmat Setyodinoto sebagai Pemimpin Pabrik Spiritus Madukismo.
Menurut Soetarjo Darmosarkoro, Pelaksana Harian (Acting) Administratur pertama,
didatangkanlah alat-alat dan mesin-mesin pabrik gula dengan bahan baku tebu
siap giling dari Jerman Timur. Bertindak sebagai kontraktor yang akan
melaksanakan pekerjaan adalah DIA (Deutzen Innen und Aussenhandel). Sejak
ditetapkannya DIA sebagai kontraktor pelaksana lalu diadakan survey, pemetaan
dan pengukuran dengan menambah luas emplasemen pabrik baru itu. Komplek
Pabrik Gula Padokan lama hanya seluas Perumahan Karyawan di sebelah barat
saja.
Kesaksian Yohanes Basuki, Pengawas Teknik
Sipil menyebutkan bahwa disain bangunan
baru diambil dari ketinggian Stasiun Winongo.
Asumsinya dari Stasiun Winongolah maka
produksi gula yang dihasilkan dapat diangkut
dan distribusikan melalui jalur kereta api. Maka
permukaan rel kereta harus rata masuk ke emplasemen pabrik gula. Alasan lain,
pengangkutan alat berat, bahan konstruksi yang sangat banyak. Untuk keperluan
itu diperlukan pengerukan tanah secara besar-besaran. Karena pada tahun 1955
belum ada alat-alat berat seperti sekarang ini, maka pemindahan tanah galian itu
dilakukan secara manual dan primitif. Para pekerja melakukannya dengan cangkul,
keranjang dan diangkut oleh para pekerja ke arah utara yang sekarang menjadi
tempat pembongkaran tebu. Tidak kurang dari 60 ribu meter kubik tanah dan tanah
galian yang dipindahkan. Pengecoran beton untuk fondasi juga dikerjakan secara
manual dengan mesin-mesin pencampur yang kecil-kecil, dengan kapasitas sekali
aduk hanya seperempat meter kubik. Suara riuh terdengar setiap hari karena tidak
kurang dari 60 mesin pencampur beton berputar terus dari pagi sampai petang.
Pekerjaan penggalian tanah ini baik untuk fondasi, drainase, dan pembuatan jalan
yang dilakukan secara serentak. Menurut Yohanes Basuki proyek mempekerjakan
2.000 sampai 3.000 pekerja setiap hari. Yohanes Basuki mengingat hal itu dan
menggambarkan mereka seperti semut yang terus berjalan, menggali dan
mengangkut hasil galian itu. Pada masa itu upah tenaga kasar per hari sebesar Rp
3,00 sampai Rp 3,50. Mandor dan tenaga trampil dibayar Rp 3,50 sampai Rp
4.00/hari. Harga beras waktu itu adalah Rp 3,00 per kilogram. Gula Rp 6,00/kg, bir
Rp 5,5 per botol. Emas perhiasan Rp 30/gram. Karcis bioskop Rp 3,00 per lembar.
Memang cukup mengenaskan kesejahteraan para buruh waktu itu. Tak bisa
dibandingkan dengan masa sekarang.
Masih menurut Soetarjo, pihak teknisi Jerman Timur ternyata masih harus
mengadakan banyak perubahan pada instalasi dengan pipa-pipa sambungnya,
terutama bahan-bahan untuk pengelasan yang waktu itu harus didatangkan dari
Surabaya. Perubahan dan perbaikan tersebut berimbas pada peningkatan biaya
yang harus dipikul pemerintah RI. Selain itu waktu pe-nyelesaiannyapun menjadi
mundur. Akibatnya, pabrik yang mestinya siap giling percobaan pada tahun 1957,
menjadi mundur pada tahun 1958.
Pemerahan Nira
Pemurnian Nira
Penguapan Nira
Kristalisasi
Pemisahan Gula (Centrifuge)
Penyaringan dan Pengepakan
1. Pemerahan Nira
Tebu di kirim ke Stasiun Gilingan (ekstrasi) untuk dipisahkan antara bagian padat
(ampas) dengan cairannya yang mengandung gula(nira mentah) dengan alat-alat
yang berupa Unigrator Mark IV dan Cane Knife digabung dengan 5 gilingan masing-
masing terdiri atas 3 rol.
• Hasil dari pemerahan tebu berupa ampas dengan cairannya yang mengandung
gula(nira mentah)
• Ampas pemerahan tebu dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas, dan
bahan bakar. Di P.G Madubaru ampas tebu digunakan untuk bahan bakar di Stasiun
Ketel(pusat tenaga).
• Sedangkan Nira mentah akan dikirim ke bagian Pemurnian untuk proses lebih
lanjut.
• Untuk mencegah kehilangan gula karena bakteri dilakukan salinitas di Stasiun
Gilingan
2. Pemurnian Nira
Nira mentah ditimbang, kemudian dipanaskan hingga suhu mencapai 700-750C,
kemudian direaksikan dengan Ca(OH)2 (susu kapur) dalam defekator. Pereksiaan
dengan kapur bertujuaan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang ada di dalam
nira. Lalu diteruskan dengan proses sulfitasi, yakni pemberian SO2 dalam peti
sulfitasi hingga pH 7,00. Tujuannya untuk mengatur kadar keasaman nira dan untuk
membunuh bakteri yang ada pada nira. Setelah itu, dipanaskan lagi sampai suhu
1000-1050C.
• Kotoran yang dihasilkan diendapkan di tangki pengendap,evaporate,(Dorr Clarifier)
dan disaring menggunakan Rotary Vacum Filter (alat penapis hampa). Endapan
padatnya disebut blotong.
• Kemudian Nira jernihnya dikirim ke Stasiun Penguapan.
3. Penguapan Nira
Nira jernih akan dipekatkan dalam Stasiun penguapan. Nira jernih dipekatkan di
dalam pesawat penguapan dengan sistem multiple effect. Nira encer dengan
padatan terlarut 16% dapat dinaikkan menjadi 64% dan disebut Nira kental. Nira
kental siap dikristalkan di Stasiun Kristalisasi.sebelumnya Nira kental ini diberi gas
SO2 untuk proses pemucatan.
4. Kristalisasi
Nila kental dari Stasiun Penguapan ini diuapkan lagi dala Pan Kristalisasi sampai
melewati titik jenuh. Penguapan ini sampai suhu 1000-1500C. Setelah itu
pembentukan kristal-kristal gula dengan cara uap. Nila kental didinginkan sampai
suhu 650C, jadi sukrosa tidak rusak akibat panas tinggi.
Hasil kristalisasi merupakan campuran kristal gula dan larutan(stroop). Sebelum
dipisahkan antara kristal gula dengan stroop, gula lebih dahulu didinginkan didalam
palung pendingin (kultrog).
5. Pemisahan Gula
Pada proses ini gula dipisahkan dari stroop (larutannya). Pemisahan gula ini
menggunakan alat puteran gula yang menggunakan gaya centrifugal.
Pemisahan gula dilakukan dengan proses karbonatasi yakni mereaksikan gula
dengan gas karbon. Sehingga gula dengan stroop dapat terpisah.Hasil pemisahan
berupa gula, stroop, dan tetes tebu. Tetes tebu dan stroop merupakan limbah dari
proses pembuatan gula. P.G Madubaru mengolah dapat mengolah limbah tersebut
sehingga bermanfaat. Stroop yang menjadi tetes tebu dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku pembuatan etanol (C2H5OH). Jadi limbah dari proses pembuatan gula
dapat dimanfaatkan.
1. Pengenceran
Tetes tebu yang diperoleh dari sentrifuge diencer di Tangki Pengencer Brix 14’ tetes
tebu. Sebelumnya tetes tebu diukur di tangki ukur.
2. Penyaringan (Filtrasi)
Pada proses penyaringan, tetes tebu diatur pHnya sekitar 4,8 dengan diberi H2SO4
agar tetes tebu tidak tekontaminasi dengan bakteri lain. Hal ini dilakukan agar tetes
tebu tidak gagal dalm proses peragian. Karena dalam proses peragian tetes tebu
akan diberi bakteri khusus yang dapat menjadikan tetes tebu menjadi atau memiliki
kandungan alkohol.
3. Peragian
Tetes tebu yang pHnya telah diatur (4,8), kemudian masuk ke tangki pembibitan dan
fermentasi. Pada tangki tersebut tetes tebu diberi ragi yang mengandung bakteri
(Sacharomyces Cereviceae).
Reaksi:
4. Destilasi (Penyulingan)
Tetes tebu yang telah diberi ragi akan masuk ke proses destilasi. Destilasi atau
penyulingan bertujuan untuk memisahkan alkohol dengan air sehingga kadar alkohol
lebih tinggi. Di P.S Madubaru destilasi dilakukan secara bertingkat atau disebut
destilasi bertingkat. Destilasi bertingkat bertujuan untuk meningkatkan kadar alkohol.
Dalam proses destilasi tetes tebu akan masuk ke kolom-kolam yakni :
1. Kolom Maische
2. Kolom Voorloop
3. Kolom Rektifier
4. Kolom Nachloop
1. Kolom Maische
Pada proses destilasi tebu masuk ke Kolom Maische. Hasilnya alkohol kasar kadar
45%. Alkohol kasar masuk ke kolom Voorloop.
2. Kolom Voorloop
Alkohol kasar dari kolom Maische masuk ke kolom Voorlop ini. Di dalam kolom ini
alkohl akan mengaami destilasi kembali. Hasil berupa 2 alkohol. Yakni :
1. Alkohol teknis kadar 94% beraldahide ditampung sebagai hasil akhir.
2. Alkohol muda kadar + 25%. Alkohol ini masuk ke Kolom Rektifiser.
3. Kolom Rektifier
Di kolom Rektifiser alkohol muda dari kolom voorloop mengalami destilasi kembali.
Hasilnya :
1. Alkohol murni (Prima I) kadar min 95%
2. Alkohol Muda mengandung minyak Fusel masuk Kolom Nachloop(Destilasi
selanjutnya).
3. Lutter Waser, air yang bebas alkohol, sebagai penyerap alkohol. Kembali ke
Kolom
Voorloop untuk membantu proses penyerapan alkohol.
Alkohol yang telah memiliki kadar yang tinggi tidak lagi mengalami proses destilasi.
Sedangkan alkohol yang masih berkadar rendah akan mengalami destilasi pada
kolom berikutnya.
4. Kolom Nachloop
Alkohol muda dari kolom Rektifiser mengalami destilasi di kolom Nachloop. Hasil
dari kolom Nachloop:
1. Alkohol teknis kadar 94% sebagai hasil akhir
2. Air yang bebas alkohol dibuang.
Hasil akhir dari proses produksi alkohol adalah etanol yang memiliki kadar yang
tinggi yakni berkisar antara 94%-96%.
Pengolahan Limbah
Dalam proses pengolahan atau produkasi gula dan alkohol tentunya P.G dan
P.S Madubaru juga memproduksi banyak limbah baik limbah dalam bentuk
padatan, cairan maupun gas. Untuk itu PG dan PS Madukismo menerapkan
pengolahan limbah agar lingkungan sekitar tidak terkontaminasi dengan
limbah yang diproduksi. Proses pengolahan limbah adalah sebagai berikut :
Bentuk Padatan :
1. Blotong
Blotong yang didapat dari proses pemurniaan nira direaksikan dengan zat-zat
organik. Blotong akan menjadi pupuk yang mengandung N, P, dan K.
2.Ampas Tebu
Ampas tebu dapat digunakan sebagai bahan bakar pembangkit uap, bahan
baku kertas dan media pengembangan jamur.
Cair :
1. Limbah dari gula berupa tetes dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
alkohol. Pembuatan alkohol murni dengan cara menfermentasikan tetes
dengan bakteri Sacharomyces Cereviceae.
3. Vinasse (Slop)
Berasal dari stasiun destilasi dimanfaatkan untuk irigasi pertanian karena
mengandung N,P dan K
Gas
1. CO2
Gas CO2 ini akan dilepaskan langsung ke lingkungan. Karena gas ini dapat
diolah oleh tumbuh-tumbuhan untuk bahan fotosintesis. Sehingga gas ini
tidak diolah di dalam pabrik.
DAMPAK ADANYA
PG MADUKISMO
• POSITIF
• NEGATIF
Pengkondisian Tetes (Proses pengenceran Tetes Tebu sebagai bahan baku utama)
Setelah tetes yang telah dikondisikan dan telah diberi nutrisi, maka siap untuk di
transportasikan ke stasiun berikutnya, yakni stasiun fermentasi / peragian.
Stasiun Fermentasi / Peragian
Di Stasiun ini terdapat 2 proses utama, yakni proses pembibitan (berlangsung aerobik) dan
proses fermentasi (berlangsung anaerobik). Proses fermentasi di PS Madukismo berlangsung
batch, dimana usia proses fermentasi selama 50 - 52 jam.
PS Madukismo memiliki 9 Fermentor berkapasitas masing - masing 75.000 liter. Adapun
hasil dari proses fermentasi selain alkohol, juga dihasilkan gas CO2. Akan tetapi, gas CO2
yang berpotensi memiliki nilai ekonomis ini belum dimanfaatkan tetapi dibuang ke udara
bebas.