My Story - by Yudith (Full)
My Story - by Yudith (Full)
My Story - by Yudith (Full)
Prolog : LUKA Hari ini aku menggunakan kacamata hitam favoritku untuk menutupi mataku yang sembab dibasahi oleh air mata yang tidak kunjung berhenti. Aku tidak pernah menyangka bahwa akhirnya kacamata ini akan menolongku melewati masa sulitku, membuatku menghindari tatapan langsung orang-orang yang mengasihaniku. Aku hanya bisa duduk terdiam di dekat petinya, terus menangis sampai akhirnya petinya diangkat untuk disemayamkan. Yang sabar ya nak, kata mamaku sambil merangkulku. mungkin kalian memang belum berjodoh, kata-katanya makin membuatku tambah menangis. Tidaaaaaaaaaaak!!!! Teriakku dalam hati. Kenapa aku?? Kenapa dia?? Kenapa?? Kenapa?? Aku terus bertanya dalam setiap doaku, dalam setiap tidurku, dalam setiap pikiranku. Egoiskah aku?? Bila aku tidak ingin Tuhan mengambilnya dariku, setidaknya tidak dalam waktu dekat...tidak sekarang ini!!! Mungkin bila dia sudah tua dimakan usia, aku akan lebih bisa merelakannya. Tapiiii!!! Kenapa sekarang??? Kenapa saat ini??? Saat kami baru saja bertunangan!!!! Nak Via, suara ibundanya memanggilku hangat. Ibuu, jawabku sambil tetap menangis. Via harus bagaimana ini sekarang?? Via ga sanggup bu hidup sendiri...via ga sanggup hidup tanpa Adi...via ingin ikut Adi saja, aku kemudian melepaskan rangkulan ibuku dan memeluk ibundanya sambil tetap menangis. Jangan begitu nak viaga baik ngomong kayak gitu...nanti Adi malah terbebani dan jadi tidak tenang meninggalkanmu. Ibu mohon via, katanya sambil memelukku juga. Ibu mohonvia dapat melepaskan putra ibudia sudah menemukan tempatnya yang baru. Kalau dia melihat via begini, dia juga pasti sedih. Ibu tau..via pasti bisa melewati semua ini...ibu yakin via pasti kuat..., ucapan ibundanya itu menenangkanku. Kakiku sungguh terasa lemas...rasanya tidak sanggup lagi untuk menopang badanku yang sudah kurus ini. Aku benar-benar tidak sanggup harus mengikuti iringan petinya...apalagi melihat peti itu akan disemayamkan. Sambil dibantu ibundanya dan mamaku, akupun berdiri mengikuti iringan petinya dari belakang dan masih tetap menangisi kepergiannya. Sebulan sebelum kepergiannya, aku sempat bertunangan dengannya. Hanya pesta kecilkecilan yang diramaikan oleh beberapa kerabat dekat dan teman-teman dekat kami. Lalu dia pamit untuk dinas ke Surabaya seperti biasanya. Namun hari itu, tepatnya sehari sebelum dia pergi, aku seperti tidak rela membiarkannya kembali ke kota itu. Aku merajuk seharian dan tidak mau bicara dengannya. Tapi tentu saja dia tidak bisa menolak penugasannya itu dan akupun akhirnya memahaminya. Selama ini, kami hanya berkomunikasi lewat telepon. Sampai suatu hari aku sedang nenunggu-nunggu teleponnya seperti biasa, tepat jam 7 malam. Namun dia tidak kunjung
menelponku. Cemas?? Tentu saja aku cemas!! Dia tidak pernah tidak memberi kabar padaku. Akupun menghubungi salah satu temannya dan mereka memberitahuku bahwa tadi sore terjadi kecelakaan di tempat latihan dan mereka masih memastikan apakah Adi ikut di dalamnya. Dan aku mendapatkan kabarburuk tentunya!! Ternyatadia adalah salah satu korban dan... akupun langsung pingsan mendengarnya. Telepon yang kupegang jatuh terbanting dengan keras di lantai sehingga membuat kaget seisi rumah. Dekayo kita pulang. Sampai kapan kamu mau disini terus??, kakakku membuyarkan lamunanku, berusaha membujukku untuk ikut pulang dengannya. Akupun dengan enggan bangkit dan meninggalkan tempat istirahatnya untuk selamanya. Mas, panggilku dengan suara lemah. bantu via yabantu via mas, via mohonvia ga sanggup mas harus melewati semuanya ini sendiri..., itulah ucapan terakhirku sebelum aku tidak sadarkan diri dan dibopong kakakku naik ke dalam mobil. Aku masih saja mengingat hari itu, hari yang tersulit yang pernah kualami. Hari dimana dia meninggalkanku dan aku memohon bantuan pada keluargaku untuk bisa membantuku melewati masa-masa sulitku. Aku merasa kosonghati dan pikirankusemua terasa kosong lebih tepatnyatidak mempunyai hasrat lagi untuk melanjutkan hidup. Dia tidak hanya membawa dirinya pergi, tapi dia juga membawa jiwaku ikut bersamanya. Aku sudah mulai bisa merelakannya sekarangsetidaknya sedikit. Sudah 1 tahun sejak dia meninggalkanku sendiri. Bila rindu dirinya, aku sering membuka kembali setiap lembar foto kenangan bersamanya. Aku hanya tersenyum kecil, membayangkan setiap detil kejadian yang diabadikan dalam foto-foto itu. Hari itu, tepatnya pukul 8 malam itu, di pertengahan bulan Juli. Aku menemukan selembar foto yang terlepas dari album. Aku menangis melihatnya. Itu adalah foto pertunangan kami. Foto itu membuatku teringat lagi akan kisah cintaku yang sedih dimana aku, Ina servian, menangisi kisah cintaku sendiri yang baru saja ditinggal pergi oleh kekasihku, Adi kusuma. Menangisi hari hari yang sekarang kujalaniseorang diritanpa dirinya lagi. Mungkin takdir memang tidak untuk kami berdua, itu yang selama ini coba aku tekankan dalam hati dan pikiranku agar aku kuat untuk melupakan..lebih tepatnya..merelakan dia pergi kembali kepadaNya. Hanya sebuah kisah cinta sederhana, batinku. Namun kisah ini pernah membuat indah hari-hari yang kumiliki dari bangku SMA sampai terakhir kali aku bertemu dengannya. ********************************** Bab I : ME & HIM Bruuuk!!. Aku menjatuhkan tasku di lantai samping tempat tidurku. Lalu merebahkan diri diatas tumpukan bantal-bantal yang sengaja ditaruh di atas karpet mickey mouseku. Kamarku baru saja selesai direnovasi minggu lalu. Bau cat berwarna hijau muda masih saja tercium oleh hidungku.
Aku memang sudah memintanya sejak tahun lalu saat aku mulai tergila-gila dengan warna hijau. Semua perabot di kamarku pun diganti dengan barang-barang berwarna hijau setelah aku merengek selama 1 jam kepada orangtuaku dan mengancam tidak akan makan selama 1 minggu. Namun itu hanya bertahan selama setengah hari sebelum akhirnya aku mengeluh pusing dan muntah-muntah karena penyakit lambungku yang kambuh. Sejak sekolah aku memang sering tidak teratur dalam urusan makan. Semuanya karena melihat teman-teman sekolahku yang berbadan kurus dan terlihat keren dengan memakai seragam ukuran S, akupun mulai ogah-ogahan makan dan mulai meniru mereka. Segala macam diet dan mengurangi cemilan pun aku jalani. Tapi akhirnya ya beginiaku malah terserang penyakit lambung. Kata orang awam sih namanya maag. Tapi aku yang masih duduk di bangku smp tidak mengerti apa itu maag, aku pikir itu nama orang yang mempunyai penyakit sama dengankuhahaha baru kusadari kalau aku begitu bodoh. Viaaaaa, suara ibuku yang khas membuyarkan tidurku. Baru saja aku ingin tidur setelah capek seharian hunting barang-barang keperluan penataran ospek dengan kakakku tercinta, Ryan. Aku mulai sibuk mencari semua perlengkapan setelah seminggu yang lalu mamaku memberitahu bahwa aku diterima di sekolah Nusantara, sekolah yang letaknya tidak jauh dari rumahku. Tidak terasa aku sudah mau duduk di bangku SMA, padahal sepertinya baru kemarin aku masih mengenakan seragam putih biru. Ina Servian, itulah namaku. Keluargaku lebih senang memanggilku Via. Keturunan berdarah jawa dan lampung. Wajahku tidak terlalu cantik.yah standarlah bila dibandingkan dengan cewek-cewek cantik di sekolahku. Rambut hitam ikalku sekarang sudah mulai panjang sebahu dan kadang aku merapikannya sedikit dengan memberi layer pada ujung-ujung rambutku. Aku jarang bahkan hampir tidak pernah ke salon, aku risih bila rambutku dipegang orang lain. Lagipula aku juga tidak suka mencium bau obat-obatan di salon, rasanya begitu menyengat di hidungku.. Kulitku?? Heheharapanku sih terlahir berkulit putih seperti model iklan di tv, tapi sayangnya hanya kulit sawo matang yang kudapat. Sejujurnya banyak yang bilang aku manis dan imut apalagi dengan tubuh kurusku ini. Yasetidaknya kakakku bilang begitu hahaha Aku lahir dan dibesarkan di kota Jakarta oleh kedua orangtuaku. Cukup mapan untuk tinggal di kota metropolitan?? Itu yang selama ini dipikirkan oleh keluarga besar mamaku, maklum semua saudara-saudaranya masih tinggal di daerah, dikampung halaman mamaku. Metro adalah sebuah kota di Lampung utara, tempat dimana mamaku menghabiskan masa kecilnya bersama eyangku. Kemudian eyangku, yang mempunyai pikiran kolot dan konvensional namun selalu memikirkan masa depan anak-anaknya, akhirnya mengirimkan mama ke pulau jawa untuk bersekolah di salah satu unversitas negeri terkemuka di Jogjakarta. Awalnya beliau sulit melepaskan putri kebanggaannya itu, namun beliau percaya ini adalah jalan terbaik untuk masa depan putrinya kelak. Sesekali beliau mengunjungi mamaku sekedar untuk melihat dan menanyakan kabarnya. Setelah lulus sekolah, mama memutuskan untuk menjadi tentara. Disanalah beliau bertemu papa. Berpindah-pindah tempat dari satu kota ke kota lain sebelum akhirnya menetap di Jakarta. Aku memang tidak merasakannya karena saat itu aku masih kecil. Hanya kakakku, Ryan
sandoro, yang pernah merasakan sedihnya harus meninggalkan teman-teman yang baru saja dikenalnya dan harus mulai lagi berkenalan di tempat yang baru. Namun karena itu, dia akhirnya terbiasa dengan segala perubahan. Dia tidak lagi mengeluh sulitnya mengenal dan menghafal teman-temannya atau sedihnya bila diejek teman-temannya karena tidak gaul. Sekarang dia menanggapi semuanya itu dengan santai. Aku dan mas Yan, begitu panggilanku padanya, hanya terpaut 2 tahun. Dia mengajarkanku banyak hal, mengenalkanku pada teman-temannya dan mengajakku nonton bersama pacarnya, Dita. Bangga menjadi adiknya?? Welltentu saja aku bangga!! Siapa sih yang tidak akan bangga pada kakakku?? Menjadi ketua osis dan masuk tim basket sekolah yang baru saja lolos dalam pertandingan semifinal antarsekolah, mempunyai pacar yang cantik dan prestasi segudang. Aku bahkan tidak pede bila jalan bersamanya. Aku sering merasa orang selalu membanding-bandingkan kami berdua, memandang ke sebelah mata ke arahku...seakan-akan aku ini tidak pantas menjadi adiknya. Namun kak Yan selalu memberi semangat padaku dan selalu menyayangiku. Yaaah itulah keluargaku.Semuanya mempunyai prestasi masing-masing. Kalau aku hahahaprestasi dalam bidang tidur mungkin. Aku pernah tidur seharian tanpa bangun sampai mamaku mengira aku pingsan dan tidak sadarkan diri. Hahahaaku tertawa kalau mengingat hal itu. dek!, panggil mas Yan membangunkanku dari tidur. dipanggil mama tuh, katanya mama belanja baju-baju lucu buat kamu di mangga dua, kekehnya sambil meneliti tempat cdku dan mencari cd favoritnya disana. CDnya Padi kamu taruh dimana dek?? Kok ngga ada sih.. tanyanya sambil terus menggeledah diantara kumpulan Cd-cd itu. Padi?? Kayaknya disitu deh mascari aja, kataku sambil ogah-ogahan bangkit dari tempat favoritku. baju apaan sih mas yang dibeli mama?? Baju hijau bukan??, tanyaku sambil menebak kira-kira baju apa yang mama beli untukku. Baju hijau?? Rumput kali!! Itu mah banyak di depan rumah, tinggal cabut aja hahaha jawabnya mengejekku. Mas ga tau baju apaangih kamu liat aja sendiri, dengan kepala menunduk dan tetap asyik mencari cd Padi-nya. Aku pun akhirnya keluar kamar dan turun ke bawah menuju ruang keluarga. Disana ibuku sedang nonton tv bersama ayahku, yang baru saja pulang dari kantor. Akupun menggeledah barang-barang belanjaannya, berharap menemukan sesuatu yang aku suka. Aku melihatnya...ya ada gaun berwarna hijau tosca disana diantara tumpukan baju-baju itu. Lalu ibuku memberikannya padaku. Nih baju buat kamu dek. Katanya lagi nyari gaun buat ke pestanya Martha, kata ibuku sambil menyodorkan gaun itu. Akupun hanya bisa senyum-senyum sendiri. Mama tau bgt deh yang aku mau, pikirku dalam hati. Woooow, kataku sambil terus memandangi baju itu. Keren bgt ma! Tp kok tumben sih mama setuju sama warna hijauku?? Biasanya juga marah karena aku selalu minta yang hijau-hijauhehe..jawabku sambil terus mengagumi gaun itu.
Iya..mama nyerah sama hijaumu itu..abis tiap mama bliin warna lain, kamu ga pernah mau pake, jawab beliau lagi sambil menyenderkan diri ke bahu papa. Raut wajahnya keliatan capek setelah seharian bekerja dan mampir sebentar ke mangga dua, mencari gaun pesta untuk acara kawinan putri bungsu Tante Sekar, teman baiknya waktu pelatihan dulu. Hahaha..gitu doong ma. Makasi ya ma, aku pun memeluk mamaku sebentar dan akhirnya naik ke kamarku di lantai dua. ******************************* Bajaaaaaa!!, salah satu temannya memanggil dari kejauhan saat dia hendak membuka pagar rumahnya yang baru dicat coklat tua oleh ibunya seminggu yang lalu. Baja, begitulah panggilannya, tidak lain adalah singkatan dari batak dan jawa. Itu adalah garis keturunan yang dibawanya. Ayahnya adalah orang Batak tulen dengan marga sihombing bertemu pertama kali dengan ibunya di salah satu perguruan tinggi di Jogjakarta yang dekat dengan kampung halaman ibunya. 10 tahun lamanya dia tinggal di Jogjakarta, sebelum akhirnya ayahnya memboyong mereka sekeluarga pindah ke Jakarta. Ayahnya adalah seorang tentara begitu pula dengan paman dan kakeknya. Meninggalkan kampung halaman adalah hal tersulit yang pernah dilakukannya. Dia harus berpisah dengan teman-teman mainnya kala itu terutama dengan gadis pujaanya, Lara. Namun cinta itu hanya dia yang merasakan karena dia tidak pernah mengatakannya secara langsung pada gadis itu. Biarlah semuanya hanya aku yang tau, begitu pikirnya. Untunglah dia punya adik perempuan, Nara, yang sangat disayanginya dan selalu menghiburnya dengan candaan-candaan anak kecil seumurnya. Umur mereka hanya terpaut 2 tahun. Dia selalu mengajak adiknya bermain dan mengenal teman-temannya. Ibunya selalu mengingatkannya agar dia selalu dapat menjaga adiknya, karena mereka hanya dua bersaudara. Dan kelak bila orangtua mereka sudah tiada, dialah yang harus bertanggung jawab atas hidup adiknya itu, begitulah pesan ibunya saat adiknya baru saja lahir. Tinggal di Jakarta bukanlah hal yang gampang untuknya. Dia pernah merasakan diejek oleh teman-temannya karena bicaranya yang medok dan tidak bisa diubah. Namun dengan sifatnya yang selalu terbuka dan ingin mengenal banyak orang, perlahan-lahan dia mulai menemukan teman-teman yang sekarang sudah seperti saudara baginya. Aduuuh, siapa siih!! Ga tau apa ya klo gw cape berat!! Huuufffh!!, marahnya dalam hati. Saat itu dia baru saja pulang mengantar bekal adiknya ke sekolah dasar diujung komplek rumahnya. Dengan gerakan malas dia menengok ke kanan, mendapati sahabatnya itu sedang terengah-engah seperti habis mengejar pencopet. Niko!! habis ngapain lo?? Ngejar copet!! Ngos-ngosan gitu sih!!, katanya sambil sesekali mengecek sahabatnya itu, takut-takut dia pingsan di depan rumahnya. BentarBentar!!, ucap sahabatnya sambil mengatur nafasnya yang hampir habis dan memegangi dadanya yang naik turun. Kata Martha, lo masuk sekolah nusantara juga??, Tanya Niko sambil tetap memegangi dadanya.
Yup, anda benar hehe!!, ucapnya sambil mengikuti gaya presenter favoritnya. Kenapa emangnya??, tanyanya lagi. Ngga papaasik doong kita semua kumpul lagi di sekolah yang sama!! Bakalan seru nih!!, ucap Niko sambil senyum-senyum sendiri. Lo jg masuk situ?? Anak-anak jg?? Waaaah berita besar nih!!!, ucapnya dengan penuh semangat sambil membukakan pintu pagar untuk sahabatnya itu dan mempersilakannya masuk. Ayo Nik masuk ke dalam, kita ngobrol didalam aja, diluar panas gila uda kayak sate dibakar, jawabnya lagi sambil memegangi lengannya yang sedikit merah padam karena alergi sinar matahari yang terlalu lama. Aaah lo mah kayak cewek aja!! Pake takut panas segala!! Hahaha, balas Niko dengan penuh tawa, lalu mengikutinya masuk teras depan rumahnya dan duduk di salah satu kursi disitu. Rumahnya memang tidak terlalu besar seperti rumahnya di jogja dulu. Ayahnya membeli rumah ini dari sahabat dekatnya yang sekarang tinggal tidak jauh dari di kompleks rumahnya. Rumah bertingkat dua dengan 4 kamar tidur dilengkapi 1 kamar pembantu, dengan ruang makan dan ruang keluarga yang berdekatan, serta ruang tamu yang tidak begitu besar cukup membuat keluarganya nyaman tinggal di dalamnya. Ditambah lagi kebun kecil di halaman depan dan belakang rumahnya yang merupakan tempat ibunya mengkreasikan hobi bercocok tanamnya dan garasi yang cukup muat untuk 2 mobil. Rasanya rumah ini lebih dari cukup menjadi rumah impian untuk orang yang sederhana seperti orangtuanya. Lalu dia pun duduk di kursi sebelah sahabatnya, sambil merebahkan dirinya dan mulai terpejam. Ia begitu kelelahan setelah berlari-lari mengantar bekal makanan adiknya yang tertinggal di meja makan setelah sarapan pagi tadi. Ja, malem ini kita kerumah Martha kan?? Dia ulang tahun lo!!, Niko menepuk bahunya. Jaaa!!! Kok lo malah tidur sih!! Dengerin gw doong!!, kata niko dengan kesal. Iyaaiyaagw denger kokga usah teriak-teriak gitu lah, balasnya dengan mata masih terpejam. nanti malem gw ga bs datang, tisam aja ya buat Martha, lanjutnya lagi. Yaaah, ungkapnya dengan penuh kecewa karena temannya itu melewatkan kesempatan untuk makan gratisan plus ngecengin cewek-cewek yang bakalan datang ke partynya martha. Tumben bgt lo nolak acara gituan?? Biasanya lo smangat 45 bgtpengen ketemu cewe-cewe gitukayak lo bilang, siapa tau ada jodoh lo disanahahaha, dengan penuh tawa Niko menggoda sahabatnya itu. Aaah kali ini gw yakin ga ada jodoh gw disana!! Lagipula klopun ada ga papa lah, lain kali aja ketemunya hehehegw ada tugas penting gitu loh!!, jawabnya dengan penuh keyakinan. Aah sok tau lu!!, balas niko. Tugas penting apaan si??sok penting bgt lo!! Palingan jemput opung lo lagi kan?? Ngaku aja deh!!, jawab Niko terkekeh, memukul telak sahabatnya itu.
Niko kenal bgt luar dalam dirinya. Tidak ada rahasia sekecil apapun yang bisa dia sembunyikan dari sahabatnya itu, karena semuanya selalu ia bagi dengan sahabatnya itu. Dulu waktu dia diejek oleh anak-anak lain karena bicaranya yang medok justru Niko lah yang menemaninya dan menyemangatinya. Niko bagaikan saudara kedua untuknya. Keluarganya sudah mengganggap Niko seperti anak sendiri. Niko mengerti betapa dirinya sangat menyayangi keluarganya terlebih lagi adik perempuan satu-satunya, Nara. Hahahasial!! Tau aja lo!!, jawabnya sambil mengacak-acak rambutnya yang sebenarnya tidak gatal. Biasaaajadwal opung gw berobat ke dr.Sheehan. Lo kan tau! gw mana bisa nolak permintaan nyokab gw hehejawabnya lagi. Jadwal berobat?? Emangnya bulan ini ya?? Kata lo bulan depan! balas Niko lagi. Dia ingat. Dia pernah memberitahu Niko soal penyakit opungnya itu setelah Dr.sheehan, dokter keluarganya itu, mendiagnosa opungnya memiliki kelainan darah. Kata dokter, darahnya opungnya terlalu kental entah karena dimakan usia atau karena penyakit keturunan dari nenek moyangnya dulu. Namun dia tidak begitu paham sepenuhnya itu penyakit macam apa. Dia tidak mengerti seberapa mengerikannya penyakit itu sampai-sampai opungnya harus rutin tiap 2 bulan sekali kontrol ke dokter keluarganya itu. Ngga aahlo aja kali salah denger, jawabnya dengan yakin. Kan gw bilang bulan ini, jawabnya lagi menegaskan. Ya udah kali ini lo pergi sendiri aja ya ke tempat Martha, lo puas-puasin deh cari cewek sendiri..kan lo kmaren bilang, tiap ada gw tuh cewek-cewek katanya ga pernah mau nengok ke elohahahaiya kan?? jawabnya lagi mengejek sahabatnya itu. Iya juga sih sobtapi masa gw sendirian sih?? Tega bgt lu!! jawabnya sahabatnya itu sambil tetap berusaha membujuknya tp dia tau itu tidak akan berhasil. ya udah deh, gw balik dulu ya sob! Biasaaa make up dulu biar keren, mau ketemu cewek cakep ghetoooh.hahaha! ucap temannya itu sambil menirukan gaya ibu-ibu yang lagi berdandan. Hahahahaha.gila lo! Dasar cowok metroseksual!! hahaha, ia tertawa terpingkalpingkal melihat tingkah polah sahabatnya itu. Niko pun pamit pulang tepat saat ibundanya baru saja pulang dari pasar. Ibundanya hanya geleng-geleng kepala melihat kedua bocah itu dan langsung masuk ke dalam rumah menyiapkan makan siang untuk dia dan adiknya. Ibundanya paham benar betapa akrabnya hubungan mereka berdua. Sesekali ibundanya mengundang Niko untuk makan malam dan menginap di rumah. Lalu ia pun ikut masuk ke dalam rumah dan membantu ibundanya sebisanya. Yah maklumlah anak lelaki, begitu pikirnya. *************************************** Bab II : LOVE AT THE FIRST SIGHT Disinilah aku, berdiri di depan pagar sebuah gedung sekolah bertingkat 2 dengan cat khas berwarna hijau muda. Sekolah yang dipilihkan oleh orangtuaku karena letaknya yang lebih dekat dari rumah ketimbang sekolah favorit impianku. Tertulis dengan jelas disalah satu tembok lantai dua sekolah ini, SMAN Nusantara.
Disinilah aku pertama kali bertemu dengannya. Seorang pemuda berwajah Batak berkulit sawo matang dengan alis tebal dan garis rahang yang keras namun mempunyai pembawaan yang lembut karena darah Jawa yang dibawanya. Namanya Adi kusuma, namun dia biasa dipanggil Baja oleh teman-temannya. Pagi itu dia mengenakan seragam putih abu-abu barunya sama seperti anak-anak kelas satu lainnya yang baru pertama kali masuk SMA. Saat itu aku sedang bingung mencari ruangan yang akan dipakai untuk penataran ospek anak baru. Seperti yang diingatkan kakakku, Ryan, dek,jangan coba-coba nanya sama anak senior ya kalau kamu ga mau dikerjain ma mereka. Karena itu pula aku tidak berani bertanya pada anak-anak disekitarku sampai akhirnya tanpa sadar aku menabraknya disana.tepat didepan tangga menuju lantai dua. bruuuk!! aduuh gawat nih! belum apa-apa uda cari masalah, batinku. Kenapa juga harus nabrak orang segala sih! Dasar ina! Sifat kurang ati-atimu kok ga sembuh-sembuh sih!! nengok ga yaa?? Kalau kakak kelas gimana nih?? Nanti aku dikerjain lagi kayak yang dibilang mas Ryan Aduuuhh!!!,aku hanya bisa merutuk didalam hati. Maaf kak, saya ngga sengaja..., dengan kepala masih menunduk sambil pelan-pelan membereskan barang-barangku yang terjatuh berserakan. Tanpa sadar ternyata cowok di depanku ini sudah bangkit dan mengulurkan sebagian barang-barangku yang dia bereskan. Ini barang-barang losory ya, gw ga liat klo ada lo..ucapnya dengan muka memelas dan setengah bingung. Ingin bertanya tapi terlihat ragu-ragu. Hmmka-muanak baru juga ya??, tanyanya saat melihat atribut dan riasan rambutku yang sangat khas untuk anak baru, 10 buah kunciran dengan pita berwarna hijau tepat diujung kunciran lengkap dengan topi kerucut berwarna hijau yang kulingkarkan di leher dan sebuah balon yang terikat di tangan kananku. Kemudian dia mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri. Sedikit demi sedikit aku mulai memberanikan diriku untuk menengok ke atas, melihatnya lebih jelas. Ternyata cowok ini juga mengenakan atribut yang sama hanya bedanya rambutnya tidak dikuncir 10 buah melainkan dipangkas abis sampai rata dan terlihat mengkilat seperti kepala kobochan. Hahahatawaku dalam hati. Bodoh benar aku ini, belum maju perang sudah takut duluan. Akhirnya akupun menyambut uluran tangannya. Iya gw juga anak barumaaf juga ya, gw ga sengaja nabrak lo. Kataku dengan yakin kali ini. bingung juga ya??tanyaku. Hah?? Iya nih, nyari ruangan penataran susah bgt yani sekolah gede bgt!! Gw jg ga brani nanya, takut ma senior2 daripada ntar dikerjainhehe...balasnya. Waaah wejangan kita sama ya?? Jawabku. Wejangan?? tanyanya. Oooh, jawabnya. Jangan bertanya sama senior kalau ga mw dikerjain!! Jawab kami berdua serempak, dengan titik koma dan tanda seru yg samakami berdua saling liat-liatan dan hahaha akhirnya kami tertawa bersama.
Tanpa sadar disekitar kami mulai banyak anak-anak yang lewat dengan atribut yg sama. Tanpa pikir panjang akhirnya kami pun mengikuti mereka. Dan tibalah kami pada gedung aula yang besar nya sama seperti lapangan basket dengan gambar Bapak presiden dan wakilnya yang dipajang tepat di atas podium lengkap dengan gambar garuda ditengahnya. Disekeliling podium ditaruh bunga-bunga hias palsu untuk memperindah ruangan itu. Didepanku sudah terjejer bangku-bangku yang disusun rapi untuk menyambut murid-murid baru kelas 1. Di sebelah kanan podium juga disusun beberapa kursi untuk guru-guru dan anak-anak Osis, sedangkan disebelah kirinya terdapat anak-anak paduan suara yang sedang berlatih untuk mengunjukkan kebolehan pada saat perkenalan kegiatan ekstrakurikuler oleh Osis. sepertinya disini ruang penatarannya, akhirnya ketemu jg ya ni gedung, katanya memulai pembicaraan. kayaknya uda mw dimulai tuh, dia menunjuk ke depan memberi tanda. Yuuk..kita cari tempat duduk, ajaknya lagi. Aku mengangguk mengiyakan dan mengikutinya duduk di deretan bangku ketiga di sebelah kiri podium. Didepan diatas podium, berjalan seorang pria berumur 40 tahunan dengan memakai baju safari berwarna gelap dan topi peci kebanggaannya. Namanya Pak Sardi. Beliau adalah kepala sekolah kami. The killers, begitulah sebutannya oleh murid-murid disini. Jangan coba-coba membuat masalah jika tidak ingin berurusan dengannya, begitu pesan kakakku. Tubuhnya yang tinggi dan kurus dengan kulit sedikit kuning langsat, rambut sedikit beruban dan kacamata kotaknya yang baru saja dibelinya kemaren sore dengan istrinya membuatnya keliatan begitu lembut dan menawan pagi ini. tes..tes..?? kata pak sardi seraya mencoba mic yang baru saja dibelinya sebagai inventaris sekolah ini. iya anak-anak silahkan duduk, dimana saja bolehdidepan juga boleh, klo mw duduk bersama saya, candanya. Acara penataran ini kita mulai saja, mengingat sudah banyak waktu yg terbuang. Selamat datang sekali lagi di sekolah ini. Bapak harap semoga kalian dapat menikmati masa-masa indah di bangku sma dan tentunya dapat menjadi anak-anak yang teladan disekolah ini. Dimas coba tolong bantu saya didepan sini,jgn berdiri saja disana, ujarnya seraya menengok ke sebelah kiri podium. Dimas Setyo, murid unggulan kelas 2C, berjalan perlahan ke atas podium sambil merapikan kemejanya yg sedikit kusut. Dia adalah ketua osis sekolah ini. Tubuhnya yang atletis, tinggi dan terlihat kekar di kedua lengannya dibalut kulitnya yang putih, rambutnya dipotong habis seperti anak kelas 1, dengan kacamata kotak seperti pak Sardi ditambah terpaan sinar mentari pagi yang menembus ruang aula membuatnya terlihat tampan seperti biasanya. Dia adalah orang yang sibuk, namun dia selalu mengusahakan waktu untuk jalan bersama temantemannya. Dia juga merangkap ketua klub basket yang begitu terkenal di kalangan sma-sma lainnya dan sudah memenangi banyak pertandingan persahabatan sekaligus ketua klub teater sekolah ini. Para guru begitu bangga memiliki murid seperti dia, begitu pula dengan gadis-gadis disekolah ini begitu mengaguminya. Namun sayang, sudah ada yang memilikinya. Seorang gadis cantik bernama Tasya dengan bodi ala gitar spanyol, berkulit putih, memiliki rambut panjang dan suara yang indah, itulah gadis impiannya tepat disana dikumpulan anak-anak paduan suara.
Baiklah dimas, acara selanjutnya saya serahkan padamu. Harap diingat ini hanya acara penataran jadi saya tidak mau mendengar ada kekerasan, oke ucapnya mengingatkan dimas. Baik pak, saya akan selalu mengingatkan teman-teman saya, janjinya pada pak sardi, saat beliau berjalan hendak turun dari podium. oya ngomong-ngomong itu tadi adalah kepala sekolah kita, Pak Sardi, katanya memperkenalkan beliau. Trimakasih sekali lagi untuk pak Sardi atas waktunya. Dan sekarang mari mulai acara penataran ini, ucapnya lagi. Lalu dimas ngomong panjang lebar memperkenalkan sekolah ini sementara anak kelas 1 yang ada didalam aula itu menatapnya dengan muka sayu dan mata yang tinggal 5 watt. Katakatanya mulai terdengar seperti dongeng sebelum tidur. Hampir semua anak menguap sembunyi-sembunyi berharap tidak ketauan klo mereka sedang mengantuk, ada beberapa anak yang keliatan tertidur di deretan bangku paling belakang dekat pintu masuk aula. Hampir smua anak mengantuk karena tidur larut malam demi mengerjakan tugas yang diberikan beberapa hari sebelum penataran dilaksanakan. Sekarang saya akan memperkenalkan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ini yang bisa kalian ikuti, katanya dengan penuh semangat. Lalu dia menyebutkannya satu persatu sambil memperkenalkan ketua dan wakil ketua dari klub masing-masing mulai dari basket, pakibra, teater, paduan suara, klompok ilmiah, tari, sampe pada kelompok keagamaan seperti rohis. Pendaftaran untuk klub akan dibuka mulai minggu depan, adik-adik bisa menghubungi anak-anak osis atau langsung ke ketua dan wakil ketua klub. Acara penataran hari ini selesai sampai disini, selanjutnya kalian akan diantar ke kelas masing-masing dan mengikuti beberapa pengarahan. Mungkin teman-teman osis bisa membantu untuk mengarahkan adik-adik. Terimakasih sekali lagi atas perhatiannya dan juga untuk para guru yang sudah hadir, ucapnya lalu meninggalkan podium dan mulai memberi tanda pada anak buahnya untuk segera bergerak. Akupun dengan enggan segera bangkit berdiri dan mulai berjalan mengikuti anak-anak lainnya keluar dari ruang aula. Kira-kira kita di kelas mana ya??, ucapku memulai pembicaraan. Harap-harap cemas, itulah perasaanku saat ini. Sambil berjalan melewati lorong-lorong kelas, menaiki tangga menuju lantai dua dan melihat sejuta mata memandang ke arah kami lebih tepatnya ke arah smua murid kelas 1. Hm..ga tau jg nih.Mudah-mudahan aja kita sekelas, jawabnya dengan penuh senyuman. Lalu anak-anak osis mulai menggiring kami ke kelas masing-masing seperti menggiring anak-anak ayam. Kebetulan yang bener kebetulan, aku dan Adi mendapat kelas yang sama. Yes! batinku,sungguh aku sangat senang luar biasa. Setidaknya aku punya teman di kelas ini. Namun berbeda dengan Adi, ternyata hampir separuh anak di kelas ini mengenalnya. Dia bilang, banyak teman-teman sekolahnya yang masuk ke sekolah ini. Acara penataran ini dilakukan selama 4 hari, diisi dengan perkenalan anak-anak osis, sebagian guru-guru yang akan mengajar anak kelas 1 dan yang menjadi wali kelas 1, pembagian buku-buku, pengenalan lingkungan sekolah dan hal-hal lainnya yang tidak berbau kekerasan.
Anak-anak kelas 1 juga disuruh memperkenalkan diri supaya lebih akrab dengan seniorseniornya. Tiga hari penataran kuikuti dengan mulus sampai pada hari terakhir yaitu acara penutupan di ruang aula, adalah hari yang kutunggu-tunggu karena akhirnya aku dan anak-anak kelas 1 lainnya disahkan menjadi murid sekolah ini. Wuuuuaaaaahh leganyaaaa!!!kataku sambil merentangkan tangan dan duduk di salah satu kursi. iya yah, akhirnya kita uda sah jadi murid sekolah ini hehe, jawabnya dengan penuh bangga ditambah senyuman yang dia tebar kesana kemari. Dia pun mengikutiku duduk di kursi di sebelah kiriku. hooooaaaahmm, sambil tangan menutup mulut. Mengingat dulu aku sering dimarahin eyang karena menguap lebar-lebar tanpa menutup mulut. Kata beliau, ga sopan nak, anak gadis kok kelakuannya kayak gitu. ngantuknyaacara penataran ini menguras tenaga, kataku sambil pelan-pelan merebahkan diri ke bahunya yang bidang. Tapi dia diam saja tidak bicara apa-apa. Kupikir dia pingsan atau kaget karena aku rebahan di bahunya, hal yang belum pernah kulakukan sebelumnya mengingat pertemanan kami baru berumur 4 hari. Namun aku memberanikan diri menengoknya, melihat wajahnya yang ganteng. Aku baru sadar ternyata dia bukan pingsan melainkan tertidur dengan pulas. Saat itu aku mengaguminyamengagumi wajahnya yang tampan dan bersih tanpa jerawat dibalut kulitnya yang sawo matang, tampak beberapa tahi lalat menghiasi wajahnya dan membuatnya tampak manis. Aku menatapnya, lumayan lama sepertinya. Sampai akhirnya aku merasa ada yang melihatku dari kejauhan. Ya...ada yang melihatku diujung sana dekat podium, Dimas Setyo sang ketua osis melihat kearah kami. Lalu aku menepuk bahunya pelan-pelan membangunkannya, dan Adi perlahan-lahan membuka matanya dengan raut bingung. Matanya celingukan ke kanan dan kiri, menyadari ruangan aula itu sudah kosong. Kok uda kosong?? Aku ketiduran ya tadi?? tanyanya polos. He..eh.. jawabku. Yuk ke kantin, ga enak tuh diliatin ma ketua osis, disangkanya kita pacaran lagi hehe, jawabku dengan penuh canda sambil menyeretnya bangkit dari kursi dan mengajaknya pergi ke kantin belakang sekolah. Sementara diujung sana dekat podium, Dimas Setyo memasang tampang bingung ketika meliat kearahku tadi. Dia seperti pernah melihat wajah gadis ini sebelumnya, tapi entah dimana. Dia tidak bisa mengingatnya dan itu justru membuat kepalanya tambah pusing. Lalu dia tersadar dari lamunannya saat Tasya, pacarnya, memanggilnya untuk menemaninya pergi ke kantin. Sayaaaaang, begitu panggilnya. ngapain kamu bengong disitu?? Aula uda kosong tuh!! Kerjaan kamu uda kelar kan?? Temenin aku ke kantin yuk!!, suara cemprengnya yang khas sudah tidak asing lagi di kuping Dimas. Iya udah..sabaar yaa, aku beresin ini bentar!!, jawab dimas dengan malas.
Gimana padus aku?? Bagus ga?? Aku uda panik bgt loh kmaren, takut keliatan jelek di depan anak baru...abis anak-anak buahku susah banget diaturnya!!, katanya melanjutkan pembicaraan dengan nada kesal. Iya bagus kok...suaramu juga bagus seperti biasanya.., jawab dimas memujinya sambil mengelus-elus rambutnya yang panjang dan indah itu dan sesekali mengecup keningnya. ya udah yuk kita ke kantin, ajak dimas mengingatkan tujuannya datang ke aula. Dan dimas pun beranjak pergi dari aula dengan segudang pertanyaan yang masih ada dalam otaknya, sambil menggandeng tangan Tasya dengan mesranya sampai-sampai membuat anak-anak cewek yang melihatnya menjadi iri pada mereka berdua. Seperti kata pepatah, bila orang sedang jatuh cinta dunia ini milik berdua saja dan yang lainnya ngontrak heheitulah indahnya orang berpacaran. Sementara itu Tasya, pacarnya, ngomong panjang lebar soal penampilannya dan klub paduan suaranya, fashion terbaru, butik-butik baru di daerah kemang yang hendak dikunjunginya akhir pekan ini bersama sepupunya. Namun Tasya tidak tahu, bahwa pacarnya itu tidak sedang mendengarkannya. Dirinya memang ada bersama Tasya, namun pikirannya tidak disana. Dia masih memikirkan gadis yang diliatnya tadi diruang aula. Rasa penasaran kini terus memenuhi otaknya. Andai saja dulu, dia tidak mengalami kecelakaan mengenaskan itu yang membuatnya tidak sadar selama 1 bulan, batinnya. ********************************** Bab III : LITTLE-LITTLE FIGHT Inaaaaayo cepetan naksudah setengah enam tuhnanti mama telat!!, teriak mamaku seperti biasanya di pagi hari. Inaaaakamu ngapain lagi sih?? Jalanan macet loh nak!!, lagilagi beliau berteriak dari lantai dasar rumahku. Sudah hampir setiap hari aku mendengar teriakan mautnya itu karena setiap hari dari mulai aku duduk di bangku SMP aku selalu berangkat bersama-sama beliau. Aku selalu jadi orang pertama yang tiba di sekolah, bahkan tukang sapu di sekolah pun rekornya terkalahkan olehku. Kata mamaku, lebih baik bangun pagi dan datang duluan ke sekolah supaya tidak terlambat daripada berangkat siang...uda kena macet, rezekinya juga dipatok ayam. Maklumlah filosofi orang Jawa yang selalu bekerja keras. Iyaaa mamaaa...sebentar!! Lagi ngeringin rambut bentar!! Sabaaar yaa maaa, bentar lagi kooo!!, teriakku dari lantai dua rumahku. Mas Yan hanya geleng-geleng kepala melihat mama dan adiknya teriak-teriakan di pagi hari. Rumah hanya sekecil ini tapi kok teriak-teriak seperti di puncak gunung aja, pikirnya. Dek, buruaan tuh!! Kasihan kan mama, nanti telat apel...kena setrap lagi ntar!!, mas Yan muncul di depan pintu kamar mamaku. Sudaaah selesai!! Iyaaa mas de tau!!, jawabku sambil berlari keluar kamar mamaku menuju kamarku dan meraih tas sekolahku dan turun menghampiri mamaku.
Dee...mama cape tahu teriak-teriak terus tiap pagi! Memangnya kamu ngga cape apa mama teriakin terus? Makanya kalau bangun itu jangan siang-siang...masa setiap hari mama harus degdegan terus takut terlambat karena kamu sih...makanya kalau tidur itu jangan malem-malem supaya ga kesiangan bangunnya...., mama ngomel sepanjang perjalanan ke sekolahku. Nanti mama jemput ga??, tanya mamaku saat aku hendak turun dari mobil. Ga usah ma, nanti Ina naik angkot aja...hari ini Ina pulang sore ya ma, soalnya Ina mau belajar kelompok di rumah Adi kan bentar lagi ujian akhir semester ma..., jawabku. Ya udah, hati-hati ya nak...pulangnya jangan terlalu sore..., mamaku mengingatkan. Siaaaappp mama!, jawabku sambil menirukan gaya hormat tentara. Daah mama!, akupun turun dari mobil. hooii naa!, seseorang menepuk bahuku dari belakang dan membuatku menoleh ke arahnya. Adii?? Tumben pagi-pagi uda nongol?? Ngapain lo?? Bukan mau nyontek pr kaan??, aku menatap penuh curiga. Tidak biasanya sahabatku ini datang pagi-pagi seperti ini. Ya ngga lah...abis lo kan suka datang pagi, jadiii...gw juga mau nyobain datang pagi hahaha..., dia terkekeh. Kurang kerjaan banget sih lo!! Pake ngikutin gw segala..., aku menepuk bahunya. Eeh tau ngga...sebenarnya gw mau cerita sama lo...soal Marsya...kemaren gw abis jalan sama dia ke PIM..., lagi-lagi dia bercerita soal gebetannya itu padaku ketika kami berjalan menuju ruang kelas kami. Rasanya perih sekali di hati ini mendengar semua ceritanya itu, apakah aku punya perasaan padanya?? Tapi kami kan berteman, mana mungkin aku mau merusak pertemanan ini demi perasaan yang aku sendiri tidak yakin. Aku lebih baik menghapus perasaanku daripada harus kehilangan sahabat baikku ini. Cieeee...ya udah tembak aja...nunggu apa lagi sih?? Keburu disamber orang, baru tau rasa lo!, aku menyemangatinya. Iya sih...tapi menurut lo Marsya itu gimana?? Lo kan temen baik gw, kasih masukan doong!,dia meminta pendapatku. Koo tanya gw? Kan yang punya perasaan elo! Kalau gw lihat sih dia cantik...cantik banget...dan kayaknya baik..., aku memuji rivalku. Ooh tidak! Baru kali aku memuji orang yang menjadi rivalku. Andai saja Adi mengerti betapa perihnya hatiku ini saat dia meminta pendapatku soal gebetannya itu. Cantik...baik...Cuma itu doaang masukan lo?? Kalau itu mah gw udah tau! Yang lain doong!, dia mendesakku lagi. Apa yaa??, aku pura-pura mikir. Aah...mene ketehe! Kan lo yang deket ma dia! Gw kan ga pernah temenan, jalan bareng atau ngegosip sama dia! Lo salah kalau nanya ma gw...tapi kalau
lo yakin ma perasaan lo kenapa harus bingung sih...bilang aja langsung ke orangnya..., aku menaruh tasku di atas meja dan duduk di kursiku. Iya juga yaa...lo ngga kenal deket ya ma dia...ntar gw kenalin deh, biar lo tau gimana orangnya jadi lo bisa kasih masukan ke gw..., ucapnya bersemangat. Jedeeerrr...!!!, bagai menerima petir di siang bolong. Helllooooouuuwww! Pliz deh adi, gw tuh ngga minat kali kenalan ma gebetan lo...malah gw pengennya lo ngga nyebut-nyebut nama dia lagi di depan muka gw! Sampai kapan siih lo mau cerita tentang dia terus?? Gw udah muak dengernya!! Sakiiitt hatiku...tau ngga!!, aku mengomel sendiri di dalam hati sambil menatap tajam ke arahnya. Ngapain lo ngeliatin gw kayak gitu?? Gw tau koo kalau gw ganteng...lo ngga usah lagi ngeliatin gw segitunya hahaha..., dia cekikikan. dasar narsis!!, aku ngedumel sendiri, meninggalkan dia di ruang kelas. Lebih baik aku cari gebetan baru aja aaah...daripada mikirin Adi mulu...hmm tapi siapa yaaa??, batinku. Hai...kamu ina kan?, seorang kakak kelas menyapaku. Eeh...i-iya...a-ada apa ya kak??, aku tergagap. Ngga...ngga ada apa-apa koo...Cuma mau kenalan aja...boleh kan?? Gw Irvan, anak kelas 2-1, dia menyalamiku. Pucuk di cinta, ulam pun tiba. Ngga nyangka! Baru mau dicari...eeh uda nongol duluan cowoknya hahaha...apa dia jodoh gw yaa?? Hahaha kebanyakan nonton sinetron nih. Aku pun membalas salamnya. eeh...i-iya kak...salam kenal..., ucapku kaku. Hm...kakak mau makan ngga? Ehm...kebetulan gw mau ke kantin...mau ikut??, aku mengajaknya. boleeh...yuk, dia mengiyakan ajakanku. Eeh ina...mau kemana lo??, adi memanggilku tepat saat aku hendak turun tangga. Looh kak Irvan?? Kalian berdua mau kemana??, adi tampak kebingungan. Gw mau ke kantin...kak Irvan juga...lo mau ikut ngga??, aku pun terpaksa mengajak sahabatku itu. Ngga aah, gw mau ke kelas Marsya..., dia menolak ajakanku. Fiiuuuhh...Untunglaaah!!, ucapku dalam hati. Mungkin ini saatnya aku bersahabat dengan cowok lain, selain Adi tentunya. Memangnya cuma dia aja yang bisa deket sama cewek-cewek, gw juga bisa lagi deket sama cowok-cowok...huh dasar pria narsis! Mungkin udah saatnya gw ngga terlalu memikirkan sahabat gw itu dan mengalihkan pikirin ke cowok lain seperti yang sekarang ada di depan mata gw ini. Irvan, anak kelas 2-1?? Siapa sih yang ngga tau dia?? Anak basket yang namanya selalu dielu-elukan cewek-cewek cantik di sekolah ini. Cuma yang bikin gw bingung...kenapa dia deketin gw yaaa?? Kayaknya gw ngga segitu cantiknya deh...mungkin gw perlu kasih dia kacamata kali yaa untuk mempertimbangkan langkahnya hahaha...tapi ya sudahlah daripada gw
ngarep terus sama Adi. Aku tidak tahu apa yang Adi pikirkan tadi saat dia melihatku dengan kak Irvan tapi sungguh aku berharap bisa menumbuhkan sedikit perasaan kesal dalam hatinya.
**********************************
Adi melangkah gontai ke ruang kelas Marsya...wajahnya merengut dan tampak tidak bersemangat...tidak lagi sesemangat pagi ini ketika dia hendak mengenalkanku pada Marsya. Dia pun tidak mengerti kenapa dia selesu itu. Mungkinkah karena melihat aku dengan kak Irvan tadi?? Dia juga tidak yakin akan perasaannya padaku. Apakah ini rasa sayang ataukah rasa takut akan kehilangan aku sebagai sahabatnya karena aku sudah menemukan sosok pria lain, selain dia tentunya. Timbul rasa sakit di hatinya tanpa dia sadari saat dia melihatku dengan kak Irvan. Marsya hanya kebingungan menatapnya. Kenapa Di?? Kok lesu banget sih?? Belum makan yaa?? Mau gw temenin makan??, Marsya masih menatapnya dengan cemas. Adi hanya geleng-geleng kepala. Dia bahkan tidak sanggup mengeluarkan suaranya. Rasa sakit di hatinya itu benar-benar membuatnya sadar bahwa dia memiliki perasaan lebih terhadapku. Cerita dooong!! Jangan diem aja kayak gini!! Gw jadi cemas tau ngeliatnya!!, Marsya gemas melihatnya. Ngga papa kok Sya...gw ngga papa...Cuma sedikit pusing aja..., Adi berbohong padanya. Temen lo mana?? Katanya mau lo kenalin ke gw?? Kok ngga dibawa??, Marsya celingakcelinguk. Itu dia...masalahnya...dia lagi ke kantin ma kak Rio...nanti aja yah gw kenalinnya, jawab Adi tidak bersemangat. ya udah ga papa...semangat menyemangatinya. doong semangat!! Lesu bangeeet siiih!!, Marsya
Kalau saja yang nyemangatin kamu Na...mungkin aku akan langsung jadi semangat..., ucapnya dalam hati. Dia pun hanya tersenyum melihat Marsya bersusah payah membuatnya bersemangat. Nanti siang kita jadi belajar kelompok kan??, tanya Marsya. Jadi dooong...Ina juga ikut...nanti gw kenalin ke dia..., Adi mulai sedikit bersemangat mengingat nanti siang kami akan belajar bersama. ya udah yaa...aku balik ke kelas dulu, daah Marsya..., Adi melambaikan tangannya. daaah...met belajar..., Marsya pun melambaikan tangannya. Adi tampak bengong seharian ini di kelas. Untungnya dia duduk sebangku denganku, jadi setiap dia bengong aku selalu bisa mengerjainya. Tapi kali ini berbeda, dia tampak bengong hampir di seluruh pelajaran. Dia tidak mendengarkan sedikit pun apa yang dijelaskan oleh ibu
guru bahkan dia juga tidak lagi mencatatnya. Aku benar-benar heran...apa yang sedang dipikirkannya?? Di?? Mikirin apa sih?? Banyak utang yaa??, aku menyenggol sikunya saat dia sedang membereskan buku-bukunya. ngga...ngga mikirin apa-apa kok...eeh Na siang ini jadi kan belajar kelompok di rumah gw?? Si marsya juga mau ikutan tuh, kan sekalian bisa gw kenalin ke elo..., Adi mengingatkan. Siaaall...!! aku benar-benar lupa ada belajar kelompok!! Duuh gimana yaa?? Uda terlanjur janji lagi ma Kak Irvan!!, aku panik sendiri. Eeh...belajar kelompok ya hari ini?? Aduuuh gw lupa di! Kayaknya gw ngga bisa deh...gw ada janji..., aku menggigit bibirku. Ini kebiasaanku bila aku sedang panik. Janji?? Sama siapa?? Kan gw uda ngajakin duluan dari kemaren!!, Adi berusaha menahan emosinya. Maaf deh...lain kali aja yah belajarnya...bener deh, gw ga akan lupa lagi..., aku memelas. Emang janji ma siapa sih??, Adi penasaran. ama kak Irvan hehehe..., aku terkekeh. Jadi gitu...sekarang gw dilupain nih sejak kenal kak Irvan!!, Adi merajuk. bukan gitu Di...tapi ini menyangkut love life gw...elo kan uda punya Marsya...trus masa gw sendirian siih!! Kan ngga adil...iya kan??, aku membujuknya. Aaah lagi-lagi love life...emang lo ngga kapok diduain ma pacar terakhir lo itu!! Pasti nanti kalau tuh hati udah retak, gw lagi kan yah disuruh nampung!!, jawabnya sinis. Ya iyalaah...kan lo sahabat baik gw...yang selalu ada di saat suka dan duka bukaaan!!, aku mencubit kedua pipinya. Auuuww...sakit tauu!! Preeeettt!! Suka dan duka?? Kata siapa?? Pede betuuull...!!, Adi tetap merajuk. Ya udahlah terserah lo aja!! Kalau lo ngga mau jadi temen gw ya sudah!! Kalau lo juga ga mau nampung hati retak gw...itu terserah lo!! Kalau lo mau persahabatan kita putus sampai disini...terserah!! terserah...terserah...terserah...!! Gw ga peduli!!, aku marah dan meninggalkannya sendirian di kelas. Inaaa...Inaaa, dia berusaha mengejarku saat sedang turun tangga ke lantai dasar sekolah. koo jadi elo yang ngambek sih...kan harusnya gw yang marah!!, Adi panik melihatku marah. Aku tidak berkata apa-apa...aku malah meninggalkannya bengong sendirian di lorong sekolah dan berlari menghampiri kak Irvan yang sudah menunggu di parkiran motor. Mungkin sikapku ini memang terlihat kekanak-kanakan dan agak berlebihan...tapi ya sudahlah...abis aku kesal padanya...kenapa juga sih dia mengajak Marsya ikut belajar kelompok?? Mau ngenalin aku sama dia segala lagi!! Idiiihh...!! siapa juga yang mau kenalan ma dia...!!
**********************************
Bab IV : FRIENDSHIP = SEED OF LOVE Sudah beberapa minggu belakangan ini aku tidak bicara dengan Adi. Semenjak pertengkaran ngga penting kami waktu itu. Dia juga sibuk dengan gebetannya, Marsya. Selain itu dia juga sibuk dengan latihan-latihan basketnya karena sebentar lagi ada pertandingan persahabatan. Dia juga jadi jarang di kelas karena harus mengikuti briefing. Aku jadi kesepian sendiri di kelas dan jadi kangen sama dia. Aku sendiri juga semakin dekat dengan kak Rio. Semenjak jauh dari Adi, hanya kak Irvan lah temen cowok satu-satunya yang paling dekat denganku. Yaah memang temen-temen cowokku juga banyak sih. Bruuukkk!!, aku membanting pintu rumahku. Mas yan yang sedang tertidur sambil nonton dvd Davinci Code di ruang tengah sampai terbangun dan jatuh dari sofa saking kagetnya. Auuuww!! Pinggang gw!! Inaaa....!! kenapa sih harus banting-banting pintu!!, Mas Yan berteriak dari ruang tengah. Dia menghampiriku sambil memegangi pinggangnya yang terbentur lantai. Hehehe... maaf mas Yan...Ina ngga tau mas lagi tidur disitu...Ngga papa kan pinggangnya...mau Ina pijetin??, aku berusaha menghilangkan amarahnya. Ngga usah! Ada apa sih dek?? Kok banting-banting pintu kayak gitu?? Lagi patah hati??, pertanyaannya langsung tepat menancap ke hatiku. Iiih...siapa yang patah hati??, aku ngeles. Hm...ngga patah hati...brarti lagi kesel ma orang??, tanyanya lagi. Dan lagi-lagi pertanyaan tepat sekali. iyaaa...Ina lagi bete sama Adi...tapi sebenernya lagi kangen sih sama Adi..., jawabku sambil merengut. tuuh kan! Bener tebakan mas!, mas Yan mengangguk-angguk sendiri. bukannya kalian lengket kayak perangko?? Tempat duduk aja udah sebangku, pulang sekolah bareng, belajar bareng...tapi belakangan ini mas jarang liat dia dateng ke rumah! Dia kemana dek??, tanya mas Yan. Nah itu dia mas..., ucapanku terpotong oleh ringtone telepon genggamku. I got a crush on youI hope you feel the way that I doI got a crush when Im with youooh I got a crush on you..a crush on you, ringtone telepon genggamku mengalun dengan keras sementara aku berusaha merogohnya di dalam tasku. Halo, jawabku saat aku sudah berhasil menemukan telepon genggamku.
HaloIna, ini gwsekarang gw ada di depan rumah logw mau bicara ma lo!, suara Adi terdengar serius diseberang sana. Iyaagw keluar sekarang!, akupun mematikan sambungan telepon. Mas bentar yaa ceritanya dilanjutin nanti lagisoalnya Adi ada di depan rumah, aku menjelaskan pada Mas Yan. Panjang umurnya tuh anakbaru juga diomonginya udah sana, jangan berantem lagi yaa hehehe, mas Yan terkekeh melihatku langsung berlari ke pintu depan. Kangen sekali rasanya mendengar suaranyabahkan melihat wajahnyaaku ingin sekali memeluknya setelah beberapa minggu tidak bertemu dengannya. Apakah aku benar-benar suka padanya yaa?? Aku tidak tahu perasaan apa ini, yang sekarang kurasakanaku tidak mengerti apa itu cintaapa itu mencintai orang lainyang aku tahu aku merindukan bila aku tidak bertemu dengannyaaku merindukan suaranya bila aku tidak mendengarnyanamun satu hal yang pasti aku menyadari kalau aku menyayanginya lebih dari seorang sahabattapi aku tidak mungkin mengatakannya. Aku tidak mungkin bisa rela mengorbankan persahatan ini demi perasaan yang sama sekali belum pasti. Haiii Di, aku menyapanya, tapi dia malah memelukku dengan erat. gw kangen tau ma lo! Lo sombong banget sih ma gw sejak deket ma kak Irvan!, diapun melepaskan pelukannya. gwgwgw minta maaf ya kalau waktu itu bikin lo marah..., ucapnya terbata-bata. gw ngga bermaksud nyinggung perasaan logw sedih tau kehilangan lo, sahabat terbaik gw, dia mengacak-acak rambutku. aduuuhjangan ngacak-ngacak rambut gw dooongkebiasaan deh lo!, aku pura-pura merengut. Iya-iya maafjangan marah lagi yaa temanku, kali ini dia menyikutku. iyaa...lagian siapa yang marah sih?? Gw juga ngga marah waktu itu...Cuma...yaa sedikit kesel sih ma elo...abis lo egois banget sih!! Trus apa kabar marsya?? Katanya mau dikenalin ke gw??, tanyaku mengalihkan pembicaraan. Marsya?? Hehehe..., dia meringis. gw udah ngga jalan lagi ma dia, abis anaknya gitu sih...suka TP, trus flirting-flirting ga jelas ke cowok-cowok lain kalau lagi jalan ma gw...udah gitu yaa tuh anak demen banget shopping...ckckckck...bisa pailit gw kalau pacaran ma dia..., ucapnya terus terang. hahahaha...serius loh?? Dia begitu?? Astagaaa!! Untunglaaah lo sadar sebelum terlalu jauh yaa hahahaha..., aku mengejeknya. aaah elo...temen lagi sedih juga malah diketawain...sekarang giliran lo tau nampung hati gw yang retak..., katanya lagi. idiiihh...ogaaah...lo tampung aja sendiri!!, jawabku cuek. jahaaatt!! hm...tapi sebenarnya ada hal lain sih yang bikin gw ragu nembak Marsya..., katanya pelan dengan tatapan menerawang.
apaan??, tanyaku penasaran. iya...itu...hm...kayaknya gw suka cewek lain deh..., jawabnya masih dengan tatapan menerawang. Dengan spontan aku menoleh ke arahnya. Damn!!. batinku. Siapa lagi nih yang jadi rival gw?? Pupus sudah harapan gw untuk bisa menyatakan perasaan gw. Ce-cewek lain??, ucapku tergagap. iyaagw baru sadar ternyata cewek itu deket ma gw selama inigw baru sadar kalau gw selalu merindukan diaterutama kalau dia ngga ada di sekitar gwngga ada saat gw butuh,dia menoleh ke arahku. Oyaa?? Cewek yang mana?? Teman main lo di rumah itu?? Siapa itu namanyatha..tha siapalahoyaa Martha??, aku berusaha mengingat temen-temen ceweknya yang dekat dengannya selain aku tentunya. Adi tidak menjawab, dia hanya diam saja menatapku. Dia berpikir, apakah aku ini bodoh sampai-sampai tidak mengerti sedikitpun ucapannya padahal semua kata-katanya sudah menjurus pada 1 orang yaitu...aku. Tapi aku berusaha menyangkal kenyataan itu. Aku tidak terlalu pede untuk mengiyakan bahwa orang yang paling dekat dengannya saat ini adalah aku. Tapi entahlah...sepertinya cewek itu ngga punya perasaan yang sama ma gw...dia udah punya pacar sih..., ucapnya lemah dan tidak bersemangat. yaahh kamu tunjukkin lah ke dia kalau kamu sayang ma dia...kalau ngga ditunjukkin mana dia ngerti juga kan!! Cewek itu juga perlu menangkap sinyal-sinyal kepastian...memangnya cuma cowok-cowok aja yang perlu menangkap sinyal-sinyal!!, aku memberikan pendapat. iyaaa ntar gw kasih sinyal-sinyal deh biar tuh cewek ga bloon kayak lo...udah aah gw pulang yaa...capek nih abis latihan basket..., dia mengecup keningku dan langsung menaiki motornya, meninggalkanku di depan rumah yang masih diam mematung. Dia mengecup keningku?? Apa-apaan dia?? Apa maksudnya sih??Astagaaa...dia mau membuatku mati keheranan yaaa?? Kenapa sih dia selalu saja seperti itu!! Membuatku sulit untuk tidak suka padanya!! Padahal kami ini kan hanya berteman...yaa walaupun kuakui pertemanan diantara pria dan wanita tidak ada yang murni hanya pertemanan saja...pasti ada sedikit rasa berbeda yang tumbuh dalam pertemanan itu karena kebiasaan. Ooh tidak-tidak...aku tidak boleh berpikir berlebihan, mungkin dia hanya mengerjaiku. Lagipula aku kan sudah punya kak Irvan dan Adi tau hal itu. Sementara Adi hanya senyum-senyum sendiri saat menaiki motornya. Dia sempat menengok ke kaca spion motornya...dia melihatku yang diam mematung di depan rumah tanpa ada satu kata-kata pun yang terucap dari mulutku. Dia berharap mudah-mudahan saja aku mengerti dengan maksud ucapannya tadi. ********************************** Bab V : FIRST DATE.MAYBE!!!
huuuufhhh!!!! Panas gila sih kota ini!!!! keluhku sambil berusaha mencari remote ACku yang terselip diantara tumpukan-tumpukan bantal. Baru jam 10 pagi tapi panasnya uda kayak gini...aduuuuuuhhh!!!protesku. Cekreeekk!! Pintu kamarku dibuka dan terlihat wajah kakakku muncul disana. Dia sudah berpakaian rapi dengan celana jins hitam favoritnya dan kaus couple berwarna abu-abu bertuliskan shes my girlfriend yang diberikan Dita pada hari ulangtahun jadian mereka. Dek, mw ikut ga??, ajaknya lalu tiduran di kasurku dan merasakan dinginnya ACku sebelum akhirnya dia mulai menguap. Kemana mas?? Aaaahklo mw ngapelin mba Dita, dek ogah ah. Jadi kambing congek nanti. Mas si enak dunia milik berdua! jawabku. Aku sudah hafal benar setiap ajakannya, klo ngga nemenin ke tempat latihan disuruh bawain alat-alatnya palingan ngapel ke rumah pacarnya itu. Gaa kokmas lagi males ngapel! Lagi berantem ma dia. Mas mw nonton race di PRJ sabtu besok..., kata-katanya membuatku langsung menengoknya. Bukan soal racetapi soal pertikaiannya dengan pacarnya itu. Pantesan dunia panas banget!!, batinku. Ternyata ada couple yang lagi bertikai hahaha Aku naik ke kasur mendekati masku itu dan menepuk pelan bahunya namun dia tidak bergeming. maaaasss! kataku sambil mengguncang bahunya. seriusan lagi bertikai?? Tumben banget! Biasanya juga lengket kayak perangko hehehe, dengan serius aku menatapnya. Iyaaaa.! Udah aah klo kamu ga mau ikut! Mas pergi sama Ivan aja, dengan kesal dia bangun dari kasurku dan berjalan ke arah pintu kamarku. Dek bukannya ga mau ikut masmas sih telat ngomongnya!, dengan spontan kakakku langsung menengok kearahku, raut wajahnya penasaran. Dahinya dia kerutkan dan kedua alisnya terangkat sedikit. Dia bertanya-tanya dalam otaknya. Apa yang membuat adiknya bisa melewatkan kesenangan berjalan bersamanya??? Dia lupa kalau ada cowok bernama Adi yang sudah menjadi teman dekat adiknya itu sejak masuk sma, maklum otaknya hanya diisi dengan program Dita hahaha.Emang kamu mau kemana dek??tanyanya makin penasaran. hehehe, aku cuma bisa terkekeh. Ada deh!! Mau tau aja!!, lalu aku mendorong kakakku keluar dari kamar dan menutup pintu. Mengutak-atik radio kesayanganku dan berhenti pada satu stasiun radio anak muda kemudian terlelap di atas karpet mickey mouseku dengan memeluk bantal tweety, kado ulangtahunku yang ke 13 dari mas Yan. Sudah hampir 1 minggu aku libur kenaikan kelas. Hari-hari pertama kuhabiskan dirumah dengan menonton film-film favoritku. Lalu aku makin bosan dengan kegiatan seperti itu terus, sebenernya sih karena filmnya sudah habis kutonton sebanyak 10 kali. Rekor baru!!, pikirku. Tidak mungkin aku mengajak masku pergi, mengingat sebentar lagi dia akan ujian akhir. Tidak disangka!! Kmaren siang aku mendapat telepon yang mengejutkan.
Tulilulilut! Tulilulilut! telepon diruang keluarga berbunyi dan mengagetkan kakakku yang baru saja tertidur setelah kelelahan bermain PS dengan sahabatnya, Ivan. Iapun bangkit dan dengan enggan mengangkat telepon itu. Halo, sapanya. Halo selamat siang! Bisa bicara dengan Ina? terdengar suara ngebass di seberang sana. Dari mana ya?, tanya kakakku lagi, masih dengan mata terpejam dan ogah-ogahan memegang gagang telepon itu. Sebelum akhirnya aku muncul di ruang keluarga sambil membawa majalah Gadis yang baru saja terbit kemaren. Lalu dia menyerahkan telepon itu padaku sebelum sempat mendengar jawaban dari suara di seberang sana. Aku hanya bisa bengong dan menerima gagang telepon itu. Halocari siapa ya?, tanyaku pada suara di seberang sana. Via ya?? Vi, ini gw Adi. Yang tadi siapa sih Vi?? kok kayak setengah hidup, kadang ada kadang ga ada, mendengar ia menyebutkan namanya aku langsung semangat. Sudah lama aku tidak mendengar suara itu, paling tidak setelah liburanku dimulai. Iya aku ingat betul, sehari sebelum libur kenaikan ke kelas 2, dia bilang akan pergi ke Jawa untuk menengok kakek dan neneknya sekalian liburan. Aku dengan pasrah menerima berita buruk itu. Tadinya aku berharap bisa jalan dan main bersamanya sampai liburan usai. Hahahahabisa aja lo! Itu mas gwdia emang lagi tidur waktu ngangkat telepon. Untung teleponnya ngga dibanting ma dia.hahaha, aku hanya bisa tertawa mengingat tingkah kakakku tadi. Ooohmasmu tohngomong-ngomong Vi, gw dah balik loh dari Jawa. HmSabtu besok lo ada acara ga??, ia bertanya dengan ragu-ragu, takut bila aku sudah membuat janji dengan cowok lain. Maklum banyak yang ngefans padaku sejak aku masuk klub tari dan teater sekolah. Kata mereka mukaku yang STD ini malah tambah ngangenin buat mereka hahaha..gombal banget cowok-cowok sekarang, itu yang terlintas dalam pikiranku. Sabtu ini ya??, aku balik bertanya. Kayaknya ngga ada deh. Kenapa?? Lo mau ngajak gw pergi ya?? Thanks God!! Akhirnya ada juga yang kasihan ma gw!! jawabku dengan lega. Hahahakenapa emangnya??? ga ada yang ngajak lo jalan ya??? Kasian banget sih temenku yang satu ini!! Cup..cup..cup, dia mengejekku. Iya nih, padahal uda gw obral sampe 100%...tapi tetap aja ngga ada yang mauhahaha, tawaku dengan lepas. Tidak terasa persahabatan kami sudah berumur hampir 1 tahun. Dengannya aku bisa bicara apa saja. Bicara tentang klub masing-masing, makanan favorit, tempat favorit bahkan sampai curhat soal gebetan masing-masing. Aku ingat terakhir kali dia curhat soal gebetannya, Marsya anggota cheers yang bohaaay itu. Aku hanya bisa diam mendengarkannya bicara panjang lebar sampai-sampai aku tidak sadar ada perasaan lain yang mulai tumbuh disanatepatnya di hatiku. Ada sebuah perasaan tidak rela, mendengarnya membicarakan cewek lain selain diriku. Kadang setiap abis mendengarkan dia curhat lalu aku mengamati mereka, gadis-gadis gebetannya, dan mulai membandingkan diriku dengan mereka. Tentu saja aku kalah telak bila
dibandingkan dengan mereka yang seksi, yang cantik, yang lembut, yang model, yang lainlainnya hehehe Namun ada yang berbeda dengannya belakangan ini...sikapnya sungguh berbeda...apalagi sejak aku putus dari kak Irvan...tidak-tidak tepatnya sejak ciuman di kening waktu itu, dia mulai bersikap aneh...dia seperti menunjukkan sinyal-sinyal padaku...entahlah apa benar dia juga menyukaiku...aku memang tidak begitu menyadari perubahan sikapnya sampai teman-teman cewekku menyadarkanku. Contohnya saja Ririn, teman sekelasku, tempo hari dia sempat nyeletuk Iiih Adi perhatian banget yaa ma lo...lo sadar ngga sih dia banyak berubah apalagi sejak lo putus dari kak Irvan...feeling gw dia lagi deketin lo deh Na!. Saat itu aku hanya cengengesan saja mendengar kata-katanya. Tapi setelah kupikir-pikir, sepertinya Ririn ada benarnya juga. Dia memang berubah...benar-benar berubah. Ya udah sabtu ini kita jalan yagw yang traktir. Maklum baru dapat pesangon kecil-kecilan dari pakde gw. Okaaaaayyyy! Nanti gw jemput jam 4 yah dirumah lo, katanya lagi. Siiiipp!!! Gw tunggu yaaajangan sampai ngga datang loh, awaaas!!, ancamku. bubye, kataku mengakhiri pembicaraan kami. Bye!, ia pun menutup teleponnya. CeklekTut..TutTut!!! Terdengar nada putus dari seberang sana. Akupun akhirnya menaruh gagang teleponku. Sudah menjadi kebiasaanku untuk menunggu lawan bicaraku menutup teleponnya lebih dahulu. Baru setelah mendengar bunyi nada putus khas itu, aku baru meletakkan gagang telepon ke posisi semula. Aku masih bengong disana. Di depan telepon rumahku. Benarkah dia mengajakku pergi?? Aku terus bertanya-tanya dalam hati. Memang kami sering jalan bersamatapi heeeiiiidia mengajak pergi hari sabtu!!! Sabtu getoooohh!!!! Harap diingat sabtu adalah hari couple sedunia. Hari dimana para couple menghabiskan malam minggunya dengan romantis. Aaaah!, desahku. Jangan kegeeran!! Belum tentu dia memikirkan hal yang sama denganku. Aku langsung menarik nafas dalam-dalam dan memperagakan gaya pelatih senam di tv saat menyuruh pemirsanya mengambil nafas dan membuangnya perlahan-lahan. Namun di seberang sana, aku memang tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan dan aku tidak bisa membayangkannya sama sekali, dia ternyata berpikir hal yang sama denganku. Aku tidak tahu, kalau dia ternyata punya perasaan yang sama denganku. Dia masih bertanya-tanya dan mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi disana.didalam lubuk hatinya. Mengapa belakangan ini dia selalu merindukankubahkan suaraku bila dia tidak bisa bertemu denganku atau meneleponku sesekali seperti yang biasanya dia lakukan bila ada yang mengganjal di hatinya. Jangan-jangan gw suka ma Via, pikirnya ***************************** Slamat sore anak muda Jakarta, masih bersama saya Dion di acara Request of The Day, sapa penyiar radio favoritku saat aku memencet tombol power di radionya. Ternyata dia juga suka mendengarkan stasiun radio yang sama sepertiku. Satu lagi kesamaan kami, Yes!, pikirku. Hari ini kami janjian mau pergi nonton film Mengejar Matahari di Djakarta theater. Bioskop yang berkelas, menurutku dan plus tiket disini tidak dijual dengan mahal seperti di
mal-mal di Jalan Sudirman lainnya. Pantas saja banyak anak muda Jakarta yang tidak pernah bosan datang kemari. Sejak dia meneleponku sore itu, jantungku tidak pernah berhenti berdegup kencang bila mengingat ajakannya. Aku mulai mengobrak-abrik lemariku, memajang satu-persatu baju-baju yang kumiliki. Aku bingung, baju mana yang pantas dan membuatku terlihat manis didepannya. Whats wrong with me???? Biasanya aku cuek saja memakai kaos dan celana jins abu-abuku. Tapi kali ini berbeda! Aku harus mengenakan sesuatu.sesuatu yang membuatnya bisa berpaling ke arahku dan menyadari kalau ada seorang gadis manis di dekatnya yang tidak boleh ia lepaskan begitu saja. Masku cuma geleng-geleng kepala melihat kamarku yang seperti kapal pecah. Dia hanya heran, siapa sih orang yang bisa membuatku berubah menjadi peduli pada penampilan. Pasti lagi jatuh cinta deh, begitu pikir masku. Seperti janjinya, tepat jam 4 sore Adi datang menjemputku dengan meminjam salah satu mobil ayahnya tentunya dengan sim plus-plus hehehekalau dipikir-pikir mana ada sih, anak kelas dua sma yang baru berumur 16 tahun sudah punya sim?? Bahkan Adi sudah punya sim sejak dia baru masuk sma. Karena dia anak laki-laki, ayahnya memberi kebebasan lebih untuknya, kebebasan untuk mempunyai sim dibawah umur, kebebasan untuk mengendarai salah satu mobil ayahnya. Sore mas Yan, sapanya sore itu pada kakakku saat dia sedang asyik mencuci mobilnya yang kotor terkena lumpur sehabis hujan. Eh Adi! Tumben kesinikata Via kamu ke Jawa? Uda balik? jawab masku melanjutkan pembicaraan. iya mas, biasa nengokin kakek dan nenekyah sekalian aja liburan gitu. Aku uda balik kok mas dari hari Kamis. Kemaren kan aku sempat telepon ke rumah, mas. Kalau ga salah mas Yan yang ngangkat, cuma suara mas setengah hidup gitu. Kata Via, mas lagi tidur waktu ngangkat telepon hehehe.., dia terkekeh bila mengingat kejadian tempo hari. Oya?? Masa sih?? Hahaha, masku tertawa akhirnya. Iya nih belajar mulu tiap hari, jadi ngantuk terus bawaannya, lanjutnya lagi. Belajar?? Yang benar aja!! Emang masku itu kalau ngeles bisa aja kayak metromini heheheSeingatku dia jarang sekali belajar. Setiap disuruh belajar dan diceramahin ma mama, dia selalu bilang aku kok ngantuk terus ya ma tiap belajar atau aku lagi pusing ma, Akhirnya mama jadi berhenti menasehati dan malah jadi kuatir padanya. Hai, akupun akhirnya keluar menyapanya. Aku mendengar suara ribut-ribut dari kamar mamaku saat aku menumpang dandan disana. Aku sempat berpikir mungkin otak masku sudah ga beres karena sering ngomong sendirian. Yuuk!, ajakku lalu menarik tangannya. Dah mas Yan, aku pamit pada masku. Oya mas mama papa pulangnya malam, katanya ada pertemuan dulu dirumahnya tante Sarah. Kata mama cari makan sendiri. Aku juga udah ijin sama mama, mau pergi sama Adi. Mungkin pulangnya agak telat.kataku lagi mengingatkannya. Jam berapa pulangnya Di?, tanya masku. Kakakku ini selalu kuatir bila aku keluar main bersama cowok selain dirinya. Ga malam-malam banget kok mas, mungkin jam 9 sudah sampai rumah, jawabnya.
Jam 9?? Kita aja baru pergi sekarang. Abis di jalan doong!, gerutuku. Oke jam 9, mas pegang kata-katamu. Yah telat-telat dikit ga papa lah, asal ga lebih dari jam 10 aja hehehe, sindir masku. Maklum Di, dia adik perempuanku satu-satunya. Walaupun aku sudah mengenalmu, bukan berarti aku ga punya rasa curiga padamu loh. Kita kan sama-sama lelaki dalam masa pertumbuhan, kamu pasti mengerti apa yang kumaksud. Apalagi kamu juga punya adik perempuan sepertiku kan, masku mengingatkannya. Namun aku hanya bisa bengong, mencoba menafsirkan setiap kata-katanya. Apa sih yang dia maksud lelaki dalam masa pertumbuhan, pikirku. Sepanjang perjalanan, aku masih terus memikirkan kata-katanya itu. Siaaal!protesku. Masku malah membuatku mati penasaran. Aduuuuuhh!!makiku dalam hati. Aku tidak sadar ternyata dia memperhatikan wajahku dari tadi. Raut muka cemas muncul di wajahnya. Dia mungkin menyadari ada sesuatu yang mengganggu pikiranku karena sejak berangkat dari rumah sampai sekarang aku hanya diam saja dan tidak bicara apa-apa. Vi, dia memanggilku dan menepuk bahu kananku pelan. kenapa sih diam aja?? Sariawan ya??, dia menyindirku seperti iklan-iklan di televisi. Ga papa kokcuma mikir aja, jawabku lagi. Mikir apa?? Kok kayaknya serius banget?? tanyanya makin penasaran. Hm.., aku bingung mau menjawab apa. Lalu tanpa berpikir, terlontarlah kalimat bodoh ini. lagi mikir kenapa jalanan kok macet banget ya?? Apa si komo lagi lewat ya??, dengan muka polos aku mengatakannya. hahahahaha, dia malah tertawa lepas. Lalu membelai lembut rambutku seperti cowok-cowok membelai rambut pacarnya. Senaaaaaangnya!!!! Andai saja lo tahu yang sebenarnya!! Ada rasadisinidi dalam hati gwhanya untuk lobukan untuk merekabukan untuk cowok-cowok itu!! Satu masa tlah terlewatiBenci dan rindu merasuk di kalbuAda apa dengan cintakuSulit untuk aku ungkap semuaJangan pernah bibir tertutupBicarakan semua yang kau rasakanCinta itu kita yang rasaBila sengsara hati kan merana Wahai pujangga cinta Biar membelai indah Telaga di kalbuku.Jujurlah pada hatimuAda apa dengan cinta Perbedaan aku dan engkauBiar menjadi baitDalam puisi cinta terindah., suara melly dan eric yang menyayikan soundtrack film AADC (Ada Apa Dengan Cinta) mengalun menggetarkan hati kami masing-masing. Mencoba meresapi setiap kata-kata yang dinyanyikan oleh mereka. Film dengan judul soundtrack yang sama benar-benar laris manis dua tahun lalu. Dengan kisah sederhana dua anak manusia yang sangat berbeda,Cinta dan Rangga. Berkali-kali aku menonton film ini dan berkali-kali pula aku tidak bosan-bosannya menangis karena kisah mereka yang begitu menghanyutkan. Saat itu nonton bersama masku, dan dia malah menertawaiku selama seminggu. Film cengeng kayak gini aja kok ditonton berulang-ulang, katanya menyindirku terus.
Tiket sudah ditangan, namun pintu bioskop belum dibuka. Masih ada waktu satu jam lagi sebelum filmnya main. Adi menggandeng tanganku, mengajakku ke food court lantai satu dan membelikanku makanan. Kamipun ngobrol-ngobrol sambil menikmati makanan masing-masing. Dia juga menceritakan liburannya di kampong halamannya mulai dari pergi ke Candi Borobudur dan Prambanan, ke pantai Parang Tritis, wisata di Kaliurang, jalan-jalan ke Malioboro dan alunalun kota. Sepertinya menyenangkan sekali, membuatku jadi iri mendengarnya. Sedangkan liburanku hanya bengong-bengong saja dirumah, nonton dvd samapi 10x, main game di computer, kadang main monopoli atau main PS bersama kakakku. Aku menyimpan satu rahasia darinya. AkuAku tidak mau dia tahu hal itu. Aku takut menceritakan padanya. Sebenernya aku tidak sepenuhnya berada di rumah saat libur kemarin. Sebenernyaada seseorang yang sempat mengajakku jalan-jalan ke pantai Ancol, menikmati hembusan angin dan berjalan-jalan di pinggir pantai berdua..hanya berdua saja.bergandengan tangan dan.dan cowok itu kemudian mengecup keningku. Tidak! Aku tidak berani menceritakan hal ini. Aku tidak berani bilang kalau Rio, anak kelas 2 yang mengajakku berkenalan setelah aku pentas teater di acara ulang tahun sekolah, memiliki perasaan sayang padaku. Rio memang sudah menembakku, tapi aku bilang padanya aku belum maubelum bisa pacaran. Aku bilang kalau mamaku menyuruhku untuk konsentrasi belajar di sekolah tanpa memikirkan hal-hal yang lain. Dan Rio pun mengerti akan keputusanku. Dia tidak memaksaku. Tapi dia memintaku untuk mengijinkannya tetap sayang padaku dan memintaku untuk tidak menghindarinya. Aku dengan bodohnya mengangguk menyetujui. Yah walaupun hanya TTM ga papalah, kasihan dia juga sih gw tolak mentah-mentah, pikirku saat itu. Yuk, ajaknya menarik tanganku berjalan menaiki escalator menuju ruang bioskop di lantai dua. Mudah-mudahan pintunya uda dibuka. Uda jam 6 juga nih, dia menunjukkan jam tangannya. Mudah-mudahan, kalau mbak-mbaknya ngga keasyikan nonton film di bioskop sebelah hehehe, jawabku sambil bercanda. hahahaha.lucu banget deh lo. Gw baru sadar, dilihat-lihat lo ternyata manis juga kalau lagi tertawa, pujinya dan lagi-lagi dia menaruh tangannya disanadirambutku dan mulai membelai dengan lembut lalu dia menggenggam tanganku dalam tangannya. Ooh astagaaaaa!!!!! Apa sih yang sedang dia pikirkan??? Sadar ngga sih dia kalau perbuatannya itu malah membuat jantungku berdegup makin kencang dan seakan mau lepas dari dadaku. Ooh Tuhan!! Aku ngga kuat lagi nih!! Rasanya lututku sudah lemas sekali, aku tidak kuat lagi bertahan menopang badanku. Aku ingin pingsan sajaaaa!!! Andai saja setiap hari bisa berdua dengannya seperti iniandai saja, aku menggelengkan kepalaku. Apa yang baru saja kupikirkan??? Tidaaak!!! Aku terlalu banyak berkhayal, pasti ini karena film-film romantis yang sering kulihat di televisi. ******************************** Dimaaaas, seseorang memanggilnya dari ruang makan di lantai 1. Dia sedang berada di rumah omanya di Bandung untuk liburan kenaikan kelas.
Iya Omasebentar lagi dimas turun,dia menjawab panggilan omanya. Dia membawa foto yang membuatnya penasaran, tertulis di balik foto itu Dim-dim dan Via friends forever. Itu yang membuatnya tambah bingung. Siapa via ini? Mungkin gadis di foto ini bisa membantunya mengingat masa lalunya dulu. Dimas, oma udah masakin makanan kesukaanmu tuh. Makan yang banyak ya, omanya mengajaknya makan bersama. Oya Ari nanti juga datang, ikut makan bersama kita, omanya melanjutkan pembicaraan Omaaaa, ada sebuah suara yang memanggil omanya di pintu depan. Nahmungkin itu Ari. Oma bukain pintu dulu ya. Kamu makan duluan aja., omanya menyuruhnya duduk di salah satu kursi. Lalu tidak lama, muncul kembali bersama seorang anak cowok seumurmungkin. Kata oma, namanya Ari, dia adalah salah satu teman mainku waktu kecil. Tapi aku...tidak bisa mengingat apapun. ooh haloAri, Dimas menjabat tangannya, terlihat kekakuan diantara mereka. Kata oma, lo teman kecil gw? Gw mau nanya boleh? dia tampak ragu-ragu ingin bertanya soal foto itu. Untung saja omanya sudah meninggalkan mereka berdua. Lalu pelan-pelan dia mengeluarkan foto itu dan menujukkannya pada Ari. Inifoto inimembuatku penasaran. Sebenarnya gadis di foto ini yang lebih membuatku penasaran. Disini ditulis Dim-dim dan Via friends forever. Siapa Via sebenarnya? Dan lo tahu dimana dia sekarang?, pikirannya dipenuhi rasa penasaran. Ooh viaya dia teman kecil lo juga, selain gw tentunya. Setahu gw sih keluarganya pindah ke Jakarta. Terakhir gw nelepon kakaknya minggu lalu, nanyain soal pensi di sekolahnya gitu. Hmemangnya lo sama sekali ngga inget ya dim? Kalian berdua kan temen akrab banget., jawaban Ari mengurangi sedikit rasa penasarannya. Dimas menggelengkan kepalanya. Lo tahu dimana dia sekolah? Si via ini?, ia bertanya lagi. hmgw agak-agak lupa, bentar-bentar...tampangnya begitu serius mencoba mengingat-ingat. Ooh gw inget sekarangnusantaraSMA nusantara. Ya yaitu sekolahnya, kalau ga salah kakaknya pernah bilang., jawab Ari lagi. Nusantara?? Lo yakindia sekolah di nusantara??, ia masih bertanya. Tidak percaya apa yang dikatakan Ari baru saja. Kalau memang gadis itu sekolah di SMA yang sama dengannya, kenapa mereka tidak bertemu. Apakah sudah banyak perubahan diantara mereka sehingga mereka tidak menyadarinya satu sama lain. Yagw yakin banget. 100% malah, jawab Ari dengan mantap. Eh sori nih gw cabut dulu ya. Gw masih ada kegiatan lagi. Salam buat oma lo ya. Kapan-kapan lo ikut ngumpul sama anak-anak dong kalau lo ke bandung lagi, ajaknya. Siip!, Dimas menjawab ajakannya dan mengantarnya ke pintu luar. Via?? SMA nusantara?? Bener-bener diluar dugaan!! Ternyata kami satu sekolah dan dia tidak menyadarinya.
******************************* Bab VI : IS IT LOVE?? Toktok, Niko mengetuk pintu kamarnya. Hoiii brother!! Ngapain lo?? Serius banget!!, Niko pun langsung duduk di tempat tidurnya, mengacak-acak buku pelajaran yang berserakan di atas tempat tidur. Buku matematika, cara cepat menyelesaikan soal, buku latihan mengerjakan soal...nin semua buku matematika?? Gilaaa banget lo!! Mw jadi ahli matematika lo?? Masih libur ini sob, ngapain juga sih lo belajar!!, Niko membereskan semua buku-bukunya tapi Adi menahannya. Apaan sih lo sob?? Dateng-dateng ganggu aja, gw belum negerjain pr nih...banyak banget buat besok tauuu...ngapain lo kesini??, Adi tetap serius mengerjakan tugasnya. Ya elaaah...nanti malem aja kali ngerjainnya!! Kita main ps aja yuuuk...bosen nih gw di rumah!! Kaga ada orang...emak babe gw pada ke bandung...pada kondangan gitu...gw sih diajakkin tapi ngapain juga gw ikutan...isinya emak-emak ma babe-babe semua aja gitu...kagak ada yang masih muda...ogaaahh kan!!, ucap Niko sambil tiduran di kasurnya. Dimana CD PS yang mau lo pinjemin ke gw?? Kata lo disini??, Niko menunjuk ke salah satu container di pojok kamarnya dekat dengan meja computer. Ada di tumpukan situ, cari aja sendiri,jawabnya sambil menunduk kearah buku tulisnya. Liburan sekolah telah usai. Ia sedang mengerjakan tugas matematika yang akan dikumpulkan besok. Nikgw ma cerita sama lo, ia mengangkat kepalanya melihat ke arah Niko. Cerita apaan?? Seru ngga nih?? Kalau ngga seru, lo simpen aja deh! Gw males dengernya!, Niko masih asyik mencari CD PS Final Fantasy II yang ingin dipinjamnya. Kemaren waktu liburangw jalan sama Via, katanya sambil senyum-senyum sendiri. Niko spontan menengok ke arahnya, lalu berhenti dari pencariannya. Sahabatnya itu malah naik ke kasurnya dan duduk didepannya, melambaikan lima jari kedepan matanya, mencoba menyadarkannya dari lamunannya. Helooooo!, masih berusaha melambaikan tangan dan bahkan menjentikkan beberapa jari. Tapi tetap saja, dia tidak sadar juga. Dia malah makin asyik dengan lamunannya. Waaaah susah nihkalau orang lagi kasmaran! Ckckckck, Niko menggelengkan kepalanya. Jalan kemana emangnya Di? Berdua doang? Atau jangan-janganrame-rame lagi? Hahaha, Niko menggoda dirinya. Hussshngga usah sok tahu deh!! Cuma berdua lagiiii, dia masih saja senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Trustruslo bilang kalau lo suka sama dia? Lo bilang I love u kan? Lo nembak dia kan?, pertanyaan diajukan Niko terus tanpa henti. Ia hanya tertawa mendengar pertanyaan sahabatnya itu.
Buseeeet dah! Lo kayak polisi lagi nginterogasi terdakwa tahu ngga?? Pertanyaan lo kebanyakan!! Bikin gw pusing aja!!, protesnya. Ngga! Gw belum bilang tuh ma dia. Gw ga berani Nik! Takutpersahabatan kita hancur. Gw takut kehilangan dia Nik. Gw uda cukup senang kok dengan kondisi kayak gini, balasnya lagi dengan pasrah. Aaaahngga seru ah. Masa lo nyerah sebelum berperang. Cemeeeenn tahuuu!! Kalau ntar ada cowok yang nembak dia duluan baru tahu rasa lo!!, sekarang Niko sudah berbaring disebelahnya. Ucapan Niko membuatnya tersentak. Dia tidak pernah membayangkan akan ada cowok lain yang akan mendekati diriku lagi. Dia tidak tahu bahwa ada satu cowok lagi yang sudah menembakku saat liburan tapi aku menolaknya. iya juga yah Nik...gw ga kepikiran tau...tapi gw ga yakin Nik ma perasaan gw...gw juga ga yakin kalau dia punya perasaan yang sama ma gw...gw ga rela kehilangan persahabatan gw Nik..., ucapnya lemah. heh! Belum berjuang...udah kalah perang...yaa lo pastiin dulu lah sinyalsinyalnya...emang sih beresiko tinggi..., Niko menepuk bahunya.
*************************** POK!, Chika memukul dahiku cukup keras dengan buku tulisku. Dia membuyarkan lamunanku. Kami sedang belajar bersama, mengerjakan tugas matematika yang jumlahnya 50 soal. Buanyaaaaknyaaa!, protesku, setelah bu Tari keluar dari kelas tadi siang. Apaan sih Chik!! Sakit tahuuu!!, aku mengusap dahiku yang merah bekas pukulannya. Lagian sih lodari tadi senyum-senyum sendiri. Kayak orang gila!! Gw kan takut lo ntar gila beneran lagi hahaha, dia tertawa dengan keras mengejekku. Tahuu deh yang lagi jatuh cinta, aku buru-buru menutup mulutnya sebelum kata-katanya itu terdengar oleh seisi rumahku. Shuuuuut!, aku menaruh jari telujuk di bibirku menyuruhnya diam. Jangan keraskeras kenapa! Nanti mas gw denger tahuuu!, protesku. Aaah mas Yan doaang!! Ngga papa lagipasti dia dukung lo dehChika merangkulku dan tersenyum. Jangan lupa traktirannya ya, goda sahabatku lagi. Chikaaaaa!!, aku membalasnya dengan cubitan di lengan kanannya. Auuuuw.sakit Vi! Udah ya, balesnya jangan pake cubitan. Pake makanan aja deh hahaha, dia mengaduh kesakitan dan masih tertawa. Dia senang sekali menggodaku setelah aku menceritakan kencan pertamaku bersama Adi. ************************* Bab VII : THE TRUTH is Hoaaaaahm, aku menguap terlalu lebar. Baru saja terbangun dari tidurku di perpustakaan, setelah bel istirahat berbunyi keras tadi. Hari ini kelasku belajar agama seperti
biasanya sebelum jam istirahat, tentu saja aku tidak akan melewatkan kesempatan untuk tidur sebentar di tempat favoritku. Mataku celingukan kesana kesini, berjalan menaiki tangga ke lantai 3, lalu menengok ke dalam ruang Osis. Aku melihatnya berdiri disana, mengobrol serius dengan seorang gadis. Aku tidak tahu siapa gadis ituaku tidak bisa melihatnya, gadis itu berdiri membelakangiku. Lalu dia menyadari kedatanganku. Dia menghampiriku dengan marah-marah dan menunjukkan sebuah foto. Foto?? Foto siapa sih itu?? Aku penasaran ingin melihatnya. Haaaaaaah!!!!, aku teriak dalam hati, bibirku menganga, kaget bukan main. I-ituitu fotoku di Ancolbersama Rio. Darimana dia mendapatkannya?? Dari mana?? Aku panik!! Tentu saja aku panik saat itu. Aku tidak berani menatap matanya. Aku sudah berusaha keras merahasiakan darinya selama 4 bulan ini. Tapiaku tidak menyangkadiadia akhirnya bisa tahu juga. Aku tidak menyangkaaku benar-benar tidak menyangka, dia akan semarah itu padaku. Dia benar-benar marah padaku!! Jelasin sama gw Vi!! tolongtolong jelasin sama gw!! Kenapa?? kenapa lo merahasiakan ini semua??, sambil tetap menunjuk foto itu. Foto ini!! GwGw udah ngga tahu lagi mau ngomong apa sama lo!! Lo ga percaya sama gw?? Sama persahabatan kita!! dia terus saja menyudutkanku. Bukan!! Bukan begitu Di!! Bukan ga percaya!! Gw percaya banget kok sama lo!! Gw percaya DiGw percaya!!!, aku berusaha meyakinkannya, memegang kedua lengannya. Aku tidak bisa menjelaskannya. Kata-kata itu tidak mau.tidak bisa keluar dari mulutku. Tidak di saat dia terus saja menyudutkanku. Terserah lo aja Vi!! Lo mau percaya atau ngga sama gw!! Gw selamanya ini selalu terbukaapa sajagw ceritainsekolah, keluarga, gebetan.semuanya Visemuanya!! Ngga ada satupun yang gw rahasiaindari lo!!!, balasnya dengan penuh kekesalan. Ia menelungkupkan tangannya ke wajah dan menarik nafas panjang yang dipaksakan. Adaada satu yang lo ngga jujur sama gw!!, kataku menantangnya. Apa??, tanyanya lagi. Lolo ngga pernah jujur perasaan lo sama gw!! Lo sayang kan sama gw!! Lo ga pernah bilang apa-apa..dan lolo mengharapkan gw bisa mengerti sendiri perasaan lo!! Lo pikir digantungin tanpa statement yang jelas dari cowok itu enak!!! Coba lo ingat-ingat lagi ya!! Selama ini lo selalu bersikap romantis ke gwtapitapi apa maksud semua itu??? Apa maksudnya Di??? Apa??? Gw ngga bilang ke elo soal Rio, pasti ada alasannya!!!, jawabku. Tanpa sadar mataku mulai berkaca-kaca, air mataku terbendung disana. Aku sudah tidak kuat lagi menghadapi dia, tidak kuat lagi menatap matanya. Apa alasannya?? Apa Vi?? Gw pengen tahu!!, ia terus bertanya dengan nada tinggi. Alasannya!! Lo mau tahu alasannya!! Alasannyakarena gwgw sayang sama lo Di. Gw ngga pengen lo tahu. Gw ga pengen nyakitin lo Diga pengen, air mataku menetes pelan-pelan membasahi pipiku. Dia mendekatiku, berusaha menyentuhkunamun akuaku menepisnyamenepis tangannya. Aku tidak bisa lagi menerima sentuhannyatidak untuk saat
dimana menyudutkanku. Gwgw cuma pengen menjaga perasaan lo Di..!! Lo harus ngerti Di!! Please..!! Jangan salah paham lagi Di!!, aku memohon padanya, menatap kedua matanya. Air mataku terus saja mengalir makin lama semakin tak tertahankan lagi. Lo salah!!! Lo malah nyakitin gwdengan berbuat begini!!! Lolo malah membuat gw terlihat makin bodoh. Cuma gw Vi!! Cuma gwyang ga tahu soal ini!!, ia menjatuhkan foto itu ke lantai, lalu pergimeninggalkan ruangan itumeninggalkan akudisana. Adiiiiiii..!!!!, aku berteriak lumayan keras, mencoba menahannya namun gagal. Aku menangis...terus menangis. Air mataku mengalir deras, aku tak bisa menahannya lagi. Akuaku tak bisa menghentikan airmata ini. Bruuuuk! Kakiku lemas, badanku terjatuh ke lantai. Aku meraih foto itu dan meremasnya dalam genggaman tangan kananku. Tangan kiriku memegangi dahiku yang mulai terasa pusing. Apa yang harus kulakukan sekarang??? Apa??? Aku tidak bisa berpikir saat ini!! Aku tidak bisa lagi bicara dengannya!!! Aku tidak bisa lagi bertemu dengannya!!! Tidak setelah semua kejadian ini!!! Adiiiiaku tidak mau kehilanganmu!! Aku tidak mau!!, tangisku dalam hati. Kau, menyisakan tangispertengkaran semalam, diantara kitakini, ku harus berdiri di tepian hatibimbang tuk memilihkau harus tahudalam hatiku bergetarwaktu ku tahukau terluka saat akubuatmu menangisbuatmu bersedihingin memelukmu dan ucapkan maafmaafkan akumaafkan akumaafkan aku, terdengar lagu jikustik lewat speaker dari ruang olahraga di lantai satu. Adi melangkahkan kakinya dengan berat keluar dari ruangan itu. Dia sempat berhenti di depan tangga turun ke lantai dua. Dia mendengar teriakan Via. Itulah yang membuatnya sempat raguberpikir sejenakbingung antara kembali atau meneruskan langkahnya. Dia tidak bisa kembali kesanatidak, setelah semua kejadian itu. Maafkan aku Vi, air matanya membasahi pipinya tapi dia langsung menghapusnya, lalu menuruni tangga ke lantai dua. Tidak ada anakanak sekolah kami yang menyadari kejadian itu, mereka semua asyik bermain di lapangan dan jajan di kantin. Itulah hari dimana aku merasa hancurberkeping-keping!! **************************** Braaakkk!! Pintu rumahnya dibanting keras, membuat kaget ibundanya yang sedang masak di dapur. Beliau melihatnya pulang dalam keadaan marah lalu menaiki anak tangga dengan tergesa-gesa. Ada apa lagi kali ini??, pikir ibundanya. Tok..tok.., beliau mengetuk pintunya pelan dan membukanya. Ia sedang mencoretcoret bukunya. Lalu ibundanya duduk disebelahnya dan mencoba menyentuh bahunya pelan. Adi?? Ada apa nak?? Kamu kok membanting pintu?? Ga biasanya loh kamu kayak gitu??, ibundanya mencoba mengorek isi hatinya. Ga papa kok bunda. Adi ga papa. Cuma lagi kesel aja sama orang, jawabnya sambil terus mencoret-coret bukunya. Kalau ngga papa, kenapa bukunya dicoretin kayak gitu. Bukunya kan ga salah nak. Memangnya kamu lagi kesel sama siapa sih?, Bundanya bertanya lagi. Bukan sekali dua kali
beliau melihatnya begini, namun beliau mencoba memahaminya. Maklumlah anak dalam masa pertumbuhan, sedang mencari jati diri, begitu pikir beliau. Hmjadi gini bunda, tampak keragu-raguan di wajahnya. Ia bingung harus cerita darimana dulu. Jaditadi di sekolahAdi bertengkar sama Via, jawabannya membuat heran bundanya itu. Tidak biasanya putranya berantem dengan sahabatnya itu sampai kesal seperti ini. Bertengkar?? Sama nak Via?? Kenapa?? Kalian ada masalah??, ibundanya masih penasaran. Hmngga sih, jawabnya lagi. Jadikenapa kalian bertengkar kalau gitu??, jawabannya tidak bisa membuat bundanya lepas dari rasa penasaran. Hmsebenernya ada masalah sih bunda. Via bohong sama Adi. Dia ngga cerita kalau dia dekat sama Rio, anak kelas 2 di sekolahku. Tadi siang ada temen sekelasku yang ngasih foto mereka berdua lagi di Ancol waktu liburan sekolah kemarin. Anak itu suka sama Rio juga, dia nanya ada hubungan apa Via sama Rio. Akuaku ngerasa bodoh bunda. Aku sama sekali ga tahu soal mereka. Padahalpadahal, ia tidak melanjutkan ceritanya, tapi malah menundukkan kepalanya kembali kearah buku tulisnya. Padahal apa? Kamu suka sama Via?, kata-kata bundanya itu membuatnya langsung menengok. Tebakannya langsung ke tujuan. Kokkok bunda bisa tahu??, jawabnya terbata-bata, masih kaget dengan tebakan bundanya. Tentu saja bunda tahu. Bunda punya lebih banyak pengalaman darimu. Bunda kan lahir lebih dulu. Dulu papamu juga begitu sama bunda, beliau tersenyum sendiri bila mengingat kisahnya dengan suaminya. Oo..iya..yah..Adi lupa. Adi pikir bunda cenayang. Bisa tahu apa aja hehehe, dia tertawa kecil. Lalukamu sudah bilang kalau kamu juga suka? Pasti belum deh? Iya kan? Pantes saja kalian bertengkar. Ingat ya Adi, jangan sekali-sekali menggantungkan perasaan wanita. Tidak ada satupun wanita yang mau hidup dalam ketidakjelasan. Bila ada kepastian di depannya, kenapa juga dia harus memilih yang tidak pasti, kata-kata bundanya mengingatkan. Membuatnya menyadari kesalahannya selama ini. Dia memang suka padakusangat suka bahkan. Tapi dia tidak pernah memberikan kejelasan apapun atas sikapnya itu. Dia pikir cinta bisa diekspresikan dan dimengerti dengan perbuatan. Dia salah! Dia salah besar! Cinta tidak semudah itu dipahami, apalagi untuk anakanak seumurnya. Iya bunda. Adi sekarang mengerti kenapa Via marah banget sama Adi tadi. Adi mau menenangkan diri duluboleh ya bunda?? Nanti Adi telepon Via, kalau sudah lebih tenang, janjinya pada bunda.
Iya sayang. Kamu istirahat ya. Danjangan lupa telepon Via. Dia pasti sedih banget tadi, bertengkar sama kamu, jawab bundanya lagi mengingatkan. Ya sudah, bunda ke bawah dulu ya. Masakan bunda ketunda tuh gara-gara kamu hehehe, ucap bundanya sambil tertawa kecil. Bunda meninggalkan dia sendiri di ruangannya. Ia beruntung bundanya selalu ada untuknya dan selalu tahu bila dia sedang ada masalah. Beliau selalu memberikan wejanganwejangan khusus padanya. Ia pun akhirnya menyesali perbuatannya tadi siang. Perbuatan yang membuatku menangis sampai mau mati rasanya. Ia baru sadar bahwa selama ini sudah berlaku tidak adil padaku. Ia baru sadarbaru saja sadarkurang lebih 10 menit yang lalukalau saja bundanya tidak datang menghiburnyamungkin dia tidak akan pernah sadar akan kesalahannya itu. ***************************** TokTok!, ada yang mengetuk pintu kamarku namun aku tidak menggubrisnya. Tidak menyadari lebih tepatnya bahkan sampai masku membuka pintu dan masuk ke dalam kamarku, aku masih tidak menyadarinya. Diriku memang ada dikamar, namun pikirankuentah kemana pikiranku melayangaku juga tidak tahu apa yang kupikirkan. Sudah seharian ini aku seperti itu. Terlihat bengong, tidak mau bicara, tidak mau makan, tidak mau melakukan apa-apa. Ini bukan aksi demo yang biasa kulakukan jika ingin meminta sesuatu. Bukan! Ini berbeda! Setiap hari sepulang sekolah, aku tidak lagi menemani masku nonton di ruang keluarga. Aku malah berlari menaiki tangga ke lantai dua dan mengurung diri seharian di kamar sampai ibuku memanggil berulang kali untuk mengajakku makan namun aku tidak turun juga. Keluargaku mulai cemas melihat perubahanku. Dekada apa sih? Kamu kan bisa cerita sama mas, kalau ada masalah? Jangan kayak gini dong dek. Mama, papa dan mas kuatir melihat kondisi kamu kayak gini. Kamu ngga mau makan, ngga mau ngobrol sama mama dan papa, ngga mau nemenin mas nonton lagi kayak dulu. Hmkamu juga ngga mau terima telepon dari Adi. Ada apa sih dek? Ada masalah sama Adi?, mas Yan merangkulku dan membelai lembut rambutku. Aku masih diam tidak bicara, pelan-pelan menyandarkan kepalaku di bahunya. Hanya airmata yang keluar sebagai jawabannya. Tatapanku masih kosong, melayang memikirkan pertengkaran kami tempo hari. Ya udah kalau kamu ngga mau ceritangga papa dek. Tapi jangan kayak gini ya jangan membuat cemas keluargamu. Mas pengen ngelihat adek mas yang duluyang ceria, yang cuek, yang cerewet dan bisa mas ajak ngomong apa saja, masku menengok melihat wajahku dan mengusap airmata yang mengalir membasahi pipiku. Masmaafin dek ya kalau udah bikin semua orang cemas. Dek cuma butuh waktu sendiriuntuk bisa melewati ini semua, jawabku lagi sambil menunduk dan memilin-milin jariku. Masku hanya tersenyum kecilsenyum yang dipaksakan olehnya. Dia mengecup keningku lalu meninggalkanku sendiri dalam kamarku, memberikan waktu seperti yang kuminta
padanya. Trimakasih Tuhan karena sudah memberikanku kakak seperti dia , aku mengucap syukur pada Tuhan dan tersenyum kecil. ***************************** Bab VIII : SILENT TREATMENT is OVER Ja!! Sampai kapan lo mau muter-muter kayak gitu!! Pusing tahu lihatnya!!, ucap Niko, membuatnya berhenti berjalan seperti setrikaantapi hanya bertahan sebentar. Jaaaaa!!, panggil Niko dengan kencang. Lo ngapain sih bolak-balik kayak setrikaan aja!! Gw pusing lihatnya!! Iya gw tahu lo lagi ada masalah sama Via!! Trus lo mau ngapain?? Jalan bolak-balik kayak gitu ngga akan menyelesaikan masalah lo berdua!!, Niko kesal melihat tingkah lakunya malam itu. Sudah hampir 2 minggu kami tidak bicara, setelah peritiwa itu. Aku sebenernyayang tidak mau bicara dengannyalagi. Aku terlanjur sakit hati dan sedih karena semua kata-katanya. Dia telepon kerumahku berulang kali, namun aku meminta masku untuk bilang aku sudah tidur. Masku sudah berusaha membujukku untuk mendengarkan penjelasannya. Tapi aku menolaknya. Tidak sekarang. Karena aku masih kesal dengannya. Nik!, dia memanggil sahabatnya. Gwgw salah banget ya nik?? Gw kejam banget ya?? Sampai-sampai Via ga mau ngomong lagi sama gw Nik!! Uda 2 minggu dia diemin gw, ga mau jawab telepon gw dan bahkan menghindari gw di sekolahdi sekolah nikcoba lo bayangin, katanya putus asa, menggaruk-garuk rambutnya yang tidak gatal. Iya gw tau. Lo uda berulang kali cerita sama gw. Tapiemang lo salah juga sih. Ga seharusnya lo nyudutin dia kayak gitu. Kalian kan cuma bersahabat, ucapan Niko membuatnya ingin protes, tapi Niko langsung melanjutkan kata-katanya. Yaaah walaupun lo punya perasaan sayang sama dia. Tapi lo kan belum bilang apa-apa, lo belum nembak dia juga kan!! Jadi lo ga berhak untuk nanya macam-macam soal hubungan dia sama Rio. Itu hak dia, Di, ucapan Niko memukulnya telak. Huuuffh!! Andai sajaandai saja kami tidak bertengkarmungkin gw masih bisa dekat sama diangobrol panjang lebar di teleponcurhat apa aja. Andai saja, ucapnya pasrah. Dia tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya untuk membuatku baikan dengannya. Tenang Di! Pasti ada jalan keluarnya kok! Kasih dia waktuuntuk sendiriberpikir dengan tenang setidaknya. Yang perlu lo lakukan saat ini cuma menunggu menunggu sampai dia tenang dan mau bicara lagi sama lo. Cuma ituyang bisa lo lakukan, Niko menyemangatinya dan merangkul bahunya. Dia bersyukur memiliki Niko, sahabat terbaiknya. Niko selalu bisa membuatnya tenang dari semua masalah yang dihadapinya. Trims Nik, ucapnya dalam hati. Ia pun tersenyum kecil. ***************************** TokTok, pintu kamarku diketuk pelan. Masuk aja, kamarnya ngga dikunci kok, jawabku. Aku sedang asyik main game di laptop sambil tiduran diatas karpet.
Ternyata itu kakakku yang mengetuk pintu. Dia baru saja pulang dari kampusnya. Bau keringatnya menusuk hidungku. Lalu dia tiduran di kasurku. Dek!, panggilnya. Sampai kapan sih kamu mau diemin Adi? Kan dosa dek diemin orang terus. Lama lagi. Udah 2 minggu kan! Kasihan tau dek, dia kan juga punya perasaan. Kamu tega banget sih! Mas tahu kamu marah, tapi ngga kayak gini caranya. Kan semuanya bisa dibicarakan baik-baik, mas Yan mencoba membujukku. Aku tidak membalas kata-katanya. Aku hanya diam saja mendengarkannya terus bicara panjang lebar, mencoba membujukku. Aku malah asyik main game di laptopku dan tertawa sendiri. Dek! Mas kan lagi ngomong sama kamu!, dia mengguncang punggungku. Aduuuh!! Mas apaan sih!! Dek tuh lagi main!! Jangan ganggu kenapa!! Uda deh ngga usah ngomongin Adi lagi, makiku kesal karena diganggu. Tapi mas, aku melanjutkan pembicaraan. Sebenernyadek kangen sama Adi. Kangendenger suaranya, aku membenamkan mukaku ke bantal. Kangen?? Serius dek?? Kalau kangentrus kenapa kamu nolak semua teleponnya?? Kenapa ngga kamu terima aja teleponnya?? Mas kan juga capek bohong terus dek. Jadi ikutan dosa deh mas, jawab masku lagi. Yah maaf deh mas. Tapi mau gimana lagi, masa dek nyuruh mama bohong. Yang ada, dek malah diceramahin sama mama. Dek pengen banget ngangkat telepon itu. Pengeeeen banget! Tapi dek ngga beraningga berani dengar suaranya lagi!, Aku mengangkat wajahku dari bantal dan masku bangun dari tempat tidur lalu duduk di karpet juga. Ya udah dek kamu telepon dia aja, gimana?, mas Yan menyodorkan telepon genggamnya. Telepon, mas?? Sekarang?? Ngga aah mas. Besok aja dek ngomong di sekolah., aku menolak telepon genggamnya. Ya udah sana mas Yan mandi, bau tahu, aku memencet hidungku lalu bangun dan menariknya keluar kamar. Mas Yan pasrah mengikuti tarikanku dan mengacak-acak rambutku sebentar sebelum akhirnya dia keluar dari kamarku. Aku terdiam di dalam kamarku. Cukup lama. Aku memikirkan Adi. Apa yang harus kukatakan besok padanya. Aku bahkan tidak sanggup melihat tatapannya itu!! Tatapan yang sebenarnya sangat kurindukan selama 2 minggu ini. ************************* Nik!, aku memanggil sahabatnya. Lihat Adi ngga? Tadi gw mampir ke kelasnya katanya dia sakit. Emang iya? Sakit apaan?, tanyaku penasaran. Tumben lo nyariin dia. Bukannya kalian lagi dieman??, jawab Niko. Iya sih..tadinya. Tapi gw mau minta maaf sama dia, jawabku ragu.
Dia demam sejak 2 hari yang lalu. Kata bundanya sih dia kehujanan setelah jemput adeknya di sekolah. Lo mau ikut gw? Hari ini gw mau jenguk dia, mau bawain buku catatan. Dia pasti seneng banget lo datang. Yaah mungkin aja penyakitnya juga bisa cepet sembuh, Niko menggodaku. Hm, aku masih ragu-ragu, ingin bicara dengannya atau tidak. Udah ikut aja yah. Nanti pulang sekolah, gw tunggu di parkiran. Okaaaay!, ucap Niko lalu kabur secepat mungkin sebelum aku sempat menjawabnya lagi. Aku mengikuti kata hatiku, menghampiri Niko di parkiran sepulang sekolah dan ikut dengannya ke rumah Adi. Ini pertama kalinya aku kerumahnya. Bukan kali ini aku datang kerumahnya. Sebelumnya aku pernah diajaknya kemari, setelah nonton bersama waktu liburan sekolah dulu. Rumahnya cukup nyaman kurasa. Aku bertemu ibundanya siang itu. Beliau sedang membantu adiknya membuat kerajinan tangan untuk tugas sekolah. Beliau orang yang sangat ramah, ia malah mengingatkanku pada mamaku sendiri. Beliau langsung menyuruh kami naik ke lantai dua, ke kamar Adi. Tok..Tok, pintu kamarnya diketuk Niko pelan lalu dibuka walaupun dia belum menyilakannya masuk. Dia sedang terbaring di tempat tidurnya, diselimuti oleh bedcover biru muda bergambar matahari ditengahnya. Dia terlihat sangat pucat dan lemas. Dia menyadari kedatangan Niko. Eehelo Nik! Baru datang??tanyanya. Iyabaru aja datang kok, balas Niko. Gimana keadaan lo?? Uda mendingan??, Niko mencemaskan sahabatnya sesekali memegang dahinya. Akuaku tidak ikut masuk bersama Niko. Aku masih berdiri diluar pintu kamarnya. Ja!, panggil Niko pelan. Gw ngga sendiri kesini. Ada seseorang yang mau ketemu sama lo, yang mencemaskan diri lo, kata-kata Niko membuatnya penasaran. Siapakah orang itu?? Orang yang mencemaskan dirinya?? Dia teringat pada Via. Hanya Via yang mencemaskan dirinya selama ini. Namun tidak mungkinitu tidak mungkin. Ina sedang marah dengannya. Niko beranjak dari tempat tidurnya dan keluar kamar, menarik tanganku dan membawaku masuk ke dalam kamar. Dia kaget melihatku datang. Dia tidak menyangkakalau aku akan datang. Nah sekarang kalian bicara deh. Gw mau pamit dulu yah. Ada les piano soalnya. Oke! Jangan bertengkar lagi yaNiko akhirnya meninggalkan kami berdua di kamarnya. Heninghanya keheningan yang ada di dalam kamarnya. Tidak ada satu kata pun yang keluar. Tidak darinya maupun dariku. Aneh rasanya diam seperti ini! Hmapa kabar Di? Sakitapa sih? Kata Niko kehujanan ya?, aku memulai pembicaraan.
Baikgw baikcuma sedikit kehujanan kemarin habis jemput Nara. Lo apa kabar?, ia bertanya sambil menyilakanku duduk di kursi sebelah tempat tidurnya. Gw baikbaik-baik sajatentunya, balasku lagi. Kami berdua diam, tidak bicara lagi. Terlihat dengan jelas kekakuan diantara kami. Tiktoktiktoktiktok, hanya suara jam dindingnya saja yang kedengaran nyaring. .Vi! Di! kami berbarengan memanggil satu sama lain dan kamipun tertawa. Betapa lucunya kami saat kikuk begini. Gw duluan deh. Vigw minta maaf ya. Ngga seharusnya gw marah sama lo dan menyudutkan lo waktu itu. Gw tahu gw salah, gw minta maaf ya, mukanya sedih seolah membayangkan kembali peristiwa itu. Iya ga papagw udah maafin lo kok. Maafin gw juga ya, karena menghindari lo. Gw gw cuma belum siap aja, kataku lagi. Dia memegang tanganku, menggenggamnya dalam tangannya dan mengecupnya pelan. Vigw sayang sama lo. Sayang banget sama lo. Gw ngga mau kehilangan lo. Cukup sekali ini aja gw hampir kehilangan lo. Ngga akan lagi gw biarin lo pergi dari gw, dia berjanji padaku dan memelukku. Gw juga Di. Gw juga sayang banget ma lo. Janji ya, lo ngga akan nyakitin perasaan gw lagi!, aku membalas pelukannya. Ibundanya datang ke kamar. Untungnya kami sudah tidak berpelukan. Kalau beliau melihat kami masih berpelukan, aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi. Beliau membawakan bubur untuknya, karena sejak pagi, dia tidak mau makan. Aku langsung menyuapinya dengan bubur buatan bundanya itu dan dia dengan lahap memakannya. Dia memberikan telepon genggamnya, menyuruhku menelepon mas Yan dan memintanya untuk menjemputku dirumahnya. ******************************** Bab IX : GRADUATION is COMING Adiiii!!!!, aku mencubit pinggangnya. Jangan ganggu terus dong!! Aku kan lagi belajar serius tahuuuu!!, protesku. Ini sudah kesepuluh kalinya dia menggangguku dengan membuat mimik aneh di wajahnya yang mau tak mau akhirnya membuatku tertawa terpingkalpingkal. Ngapain sih serius banget!! Ujian akhir kan masih 3 bulan lagi sayaaang, katanya mengelus-elus rambutku. Hari ini kami belajar bersama dirumahku, mengingat sebentar lagi akan ujian akhir. Sekarang kami sudah duduk di bangku kelas 3. Lagi-lagi kami tidak ditempatkan di kelas yang sama. Aku masuk kelas 3 IPA B dan dia kelas 3 IPA C. Kelas IPA C adalah kumpulan anak-anak pintar dan aku tidak menyangka dia bisa masuk ke kelas itu. Bayangkan saja, aku yang setiap
hari belajar dengan keras cuma masuk IPA B, sedangkan dia yang hobinya main PS daripada belajar bisa masuk IPA CIPA C!!! Astagaaaa!!! Benar-benar tidak adil dunia ini, pikirku. Iyabuat kamu 3 bulan lagi itu lama. Tapi buat aku, ngga cukup cuma 3 bulan untuk belajar. Adiiiini ujian akhir sekolah!! Bukan ujian kenaikan kelas lagi!! Ini beda!! Mama pengen aku bisa lulus dengan nilai yang baik dan masuk ke universitas tempat dulu dia kuliah, yang di Jogjakarta itu loh. Kan susah banget masuk ke situ sekarang!, jawabku mengingatkannya akan keinginan mamaku. Iya dehaku ngga ganggu lagi ya. Belajar yang bener ya yang, dia mengecup keningku pelan, membereskan buku-bukunya, kemudian bangkit dari tempatnya duduk. Aku memegang tangannya, mencoba menahannya. Kamu mau kemana?, tanyaku. Hm...mau pulang. Kenapa?? Ga rela ya aku pulang, ia menggodaku. Pulang?? Ini kan masih jam 5??, aku penasaran kenapa dia tiba-tiba mau pulang secepat itu. Biasanya dia baru mau pulang kalau aku sudah mengusirnya. Heheheiya sih. Aku uda janji sama Nara mau jemput dia di tempat les trus nemenin dia beli novel, katanya ada novel yang baru terbit, jawabannya menghilangkan rasa penasaranku. Kenapa?? Kamu pikir aku mau ketemu cewek lain ya?? Kamu mulai cemburu ya??, godanya lagi. Whaaaat?? Cemburu?? Mungkin juga sih!! Hehehe mengingat dia bukan cowok yang ordinary. Dia tipe cowok idaman yang banyak disukai oleh adik-adik kelas. Susah sekali rasanya punya cowok yang disukai oleh banyak orang. Aku baru tahu rasanya menjadi Tasya kedua. Tidak terasa ternyata kami udah pacaran hampir 1 tahun sejak pernyataan kami masing-masing di kamarnya tahun lalu. Ya udah gihcepet pulang sana. Nanti Nara kelamaan lagi nungguin kamu, kasihan kan dia, aku bangkit dan mendorongnya ke pintu depan. Jangan cepet kangen sama aku yaBye, ia menggodaku lagi. Weeeee, aku menjulurkan lidahku, mengejeknya. Dan dia pun menghilang dengan cepat dengan sepeda motornya itu, sepeda motor jenis Ninja yang pernah kuminta pada mamaku karena terlihat keren bila menaikinya hehehe Aku jadi mengingatnya, Dimas ketua osis sekolahku waktu kami baru saja masuk SMA. Dimana ya dia sekarang?? Aku tidak tahu kabarnya lagi setelah dia lulus sekolah. Terakhir, waktu aku naik ke kelas dua, kami pernah bertemu sekali di perpustakaan sekolah. Saat itu aku sedang mencari buku untuk tugas bahasa Indonesia dan tidak sengaja bertemu dengannya. Yang tidak kusangka adalah dia menyapaku dan mengajakku ngobrol di sana. Aku heran apa maksud dan tujuannya. Tapi selain heran aku juga takuttakut ketahuan oleh pacarnya, Tasya, yang galak dan cemburuan itu. HaiVia kan?, Dimas menyapaku.
Aku bengongtidak percaya. Haiiya, hanya itu yang terucap dari bibirku. Oalaah bodohnya aku ini!! Dia tertawa melihatku. Gw cuma pengen nanya, apa kita pernah ketemu sebelumnya? Sebelum di sekolah ini maksud gw? Aneh ajagw merasa seperti pernah mengenal lo sebelumnyatapi sayangnya gw sendiri ngga inget dimanahehehe, dia tertawa kecil. Kita?? Lo pernah ketemu ma gw?? Di luar sekolah?? Hm..kayaknya ngga pernah deh. Perasaan lo aja kali ya. Gw aja baru ngelihat lo di sekolah ini.., jawabku meyakinkannya. Ooh gitu yahmungkin cuma perasaan gw aja kali yaanyway thanks uda mau ngobrol ma gw, menjawab rasa penasaran gw heheheYa udah deh, gw musti balik ke kelas, nanti cewek gw nyariin lagi, jawabnya lagi setelah menemukan buku yang dia cari. Okayno problemosenang ngobrol sama lo. Mudah-mudahan lo ngga penasaran lagi yahehehe, aku tertawa kecil kali ini. Lalu dia pergi membawanya bukunya, sementara aku masih asyik mencari buku yang belum kutemukan juga. Huuuuffffh, keluhku. Dimas tetap penasaran. Jawabanku saat itu tidak bisa membuatnya terlepas dari rasa penasarannya selama ini. Dia tetap merasa bahwa dia pernah bertemu denganku apalagi ditambah dengan foto itu dan pernyataan Ari. Mungkin kami memang pernah bertemu sebelum kecelakaan itukecelakaan waktu dia berumur 10 tahunkecelakaan yang membuatnya tidak sadar selama 1 bulankecelakaan yang merenggut kedua orangtuanya. Andai saja kecelakaan itu tidak pernah terjadi, mungkin orangtuanya masih ada bersama dirinya sekarang dan dia mungkin mengingat pertemuan kami. Andai saja, batinnya. Aku hanya mengelengkan kepalaku. Bertemu?? Dengan Dimas?? Dimana ya?? Aku terus berusaha mengingatnya tapi jawaban itu tak kunjung muncul juga. Ya sudahlaaah, pikirku. ******************************* Bab X : WALK THE DREAM Ma, lusa dedek ke bandung ya sama Chika. Kan uda waktunya daftar ulang mahasiswa baru, skalian dek mau lihat keadaan kampus. Boleh kan ma?, aku meminta persetujuan mamaku saat beliau sedang menjahit baju papa di kamar. Boleh sayang. Hati-hati ya di jalan, bilang chika jangan terlalu ngebut nyetirnya, mama menasehatiku. Kalau ngga ngebut kapan nyampainya ma hehehe, aku tertawa kecil namun mama membalas dengan tatapan marah. Aku buru-buru kabur dari kamarnya, takut beliau akan marah dan mengubah keputusannya. Lusa aku akan pergi ke bandung bersama Chika, sahabatku di klub teater. Kebetulan kami mendapat universitas yang sama, hanya saja aku masuk fakultas ekonomi dan Chika fakultas Hukum. Oya aku dan Adi sudah lulus dari SMA sejak 2 bulan yang lalu. Tapi sayangnya aku tidak masuk ke universitas tempat mamaku dulu kuliah. Terlalu sulit masuk kesana
sekarang, persaingannya terlalu ketat. Yaaahsetidaknya aku mendapatkan universitas terbaik di bandung. Sedangkan Adidia meneruskan jejak keluarganya sebagai tentara. Hebatnyadia langsung lulus dalam sekali daftar. Benar-benar tidak adil dunia ini, keluhku lagi. Mas besok anterin aku ya?,aku menghampiri masku yang sedang nonton televisi di ruang keluarga lantai dua. Anterin kemana dek? Bukannya kamu ke bandung ma Chika lusa kan?, masku balik bertanya. Bukan ke bandung mas. Besok dek mau ikut nganterin Adi ke bandara Halim mas. Kan besok dia berangkat ke Semarang., jawabku lagi. Ooh besok yah dia perginyamas pikir minggu depan hehehe, masku lupa kalau Adi akan berangkat ke Semarang. Trus gimana hubungan kalian dek? Kan jarak jauh gitu. Masih dilanjutin ngga?, masku kini mengecilkan suara remote dan dengan serius menatapku. Aku bersandar di bahunya. Ga tahulah mas. Dek ngga tahu juga gimana kelanjutannya. Jalani aja mumpung masih bisa. Sisanya serahin ma Tuhan aja., ucapku pasrah. Lalu masku merangkulku dan mengusap bahuku pelan. ******************************** Adiiii., suara bunda lembut memanggilnya. iya bunda, sebentar ya. Adi lagi beresin barang-barang, nanggung nih, jawabnya sambil buru-buru membereskan barang keperluannya untuk pendidikan nanti. Lalu dengan tergesa-gesa dia berlari keluar, menuruni tangga ke lantai 1 dan menemui bundanya yang sedang bicara dengan ayahnya. Adikemari nak. Uda kamu bereskan barang-barang keperluanmu? Jangan sampai ada yang tertinggal loh., ucap bundanya memngingatkan. iya bunda. Semua udah Adi siapin kok. Tenang aja.jawabannya itu membuat bundanya sedikit tenang. Sebenarnya bundanya agak berat melepasnya pergi ke Semarang, tempat pendidikannya. Beliau tidak rela berpisah dengan putra satu-satunya itu apalagi untuk waktu yang cukup lama. Mas pergi brapa lama sih?, tanya Nara, adik kesayangannya. Hmbelum tahu Nara. Mungkin cukup lama, sekitar 3-4 tahun kira-kira.jawabnya lagi sambil mengacak-acak rambut adiknya. Yaaah lama benar mas. Trus aku dirumah sama siapa dooong?? Nanti aku pergi sama siapa mas?? Aaah mas ngga usah pergi aja ya, adiknya merajuk memintanya tidak pergi. Nara, ia merangkul adiknya. Mas ngga bisa seenaknya membatalkan begitu saja,. Nara ngga boleh egois kayak gini ya. Dirumah kan masih ada ayah dan bunda. Nara tetap bisa pergi sama mereka kan. Kalau ngga ajak aja Niko, Martha, atau teman-teman sekolah mas yang
lainatau teman-teman sekolah Naraatau ajak aja Mba Ina. Nara kan bisa mengajak siapa aja untuk pergi selain mas ya, ia berusaha membuat adiknya mengerti akan kepergiannya. iya sihtapi mba Via kan mau ke bandung mas. Nanti Nara ajak yang lain aja deh, ucapnya adiknya itu. Nah gitu dong! Adik mas ternyata uda gede juga ya. Uda bisa ngerti diajak ngomong serius sama mas hehehe, dia tersenyum melihat adiknya. Tidak terasa adiknya yang dulu selalu ia antar jemput ke sekolah sekarang sudah tumbuh menjadi gadis cantik yang dewasa, yang bisa diajak diskusi dengannya. ******************************** Via mana Di?, tanya bundanya. Dia tahu kan kamu berangkat hari ini? Kamu ngga lupa ngasih tahu dia kan?, beliau bertanya lagi. Uda kok bundaAdi uda kasih tahu dari seminggu yang lalu. Kemarin Adi juga udah ngingetin Via., jawabnya lagi meyakinkan bundanya. Adi!, aku memanggilnya dari kejauhan. Ia menengok kearah suaraku, tapi dia masih belum bisa melihatku. Terlalu banyak orang di bandara ini, sehingga menghalangi jarak pandang kami. Huuuffh! Banyak banget orang-orang disini!, keluhku. Hehehenamanya juga bandara. Kalau sepi berarti ngga laku dong penerbangannya hehehe, jawabnya sambil bercanda dan kubales dengan cubitan di pinggangnya. Auuuuw! Sakit tahuu!, ia tertawa lagi melihat kekesalan di wajahku. . Ya udah yaaku pamit. Jaga diri baik-baik ya sayang, ia mengecup keningku dan memelukku. Astaga! Dia lupa kali ya, ada orangtuanya, adiknya dan kakakku disanamelihat kami berdua. heheheiya hati-hati ya. Nanti kalau udah sampai jangan lupa telepon aku ya. Udah jangan lama-lama, di belakang ada ayah sama bundamu kan. Ga enak ah dilihat sama orangtua, aku buru-buru melepas pelukannya dan dia hanya tersenyum. Dia lalu memeluk ayah, bundanya dan adiknya, serta berjabatan tangan dengan kakakku. Lalu ia membawa seluruh koper dan barang-barang lainnya ke pintu check in. Dia akhirnya menghilang dari pandanganku. Baru saja 5 menit yang lalu dia pergi, namun akuaku sudah merasa rindu dengannya. Bagaimana rasanyaaku tidak bisa bertemu dengannyadalam waktu lama??? Mungkinmungkin aku akan mati karena rasa rinduku ini. Semoga kamu berhasil ya sayang, kataku dalam hati mendoakannya. Kami pun terpisah oleh jarak, dia di Semarang dan aku di Bandung. Itu tidak masalah pada awalnya, karena kami sudah membuat komitmen untuk tetap menelepon dan memberi kabar. Namun seiring waktu sepertinya sulit sekali menjalankan hubungan seperti ini. Aku sering sekali rindu padanya. Bila melihat teman-temanku asyik bersama pacarnya, aku jadi iri melihat mereka. Yaaah memang nasibku harus seperti ini, batinku. **************************
Hai mas Yan!, sapa Chika pada masku yang membukakan pintu untuknya. Eeh Chikakirain mas-mas delivery., goda masku. iih mas Yanemangnya tampang gw kayak mas-mas delivery apaChika merengut mendengar kata-kata masku. Uda Chikngga usah didengerin, aku menuruni tangga dan mencubit pinggang masku pelan. Kita jalan aja yuk sekarang, takut kesiangan sampai bandung. Ntar macet lagi., aku menarik tangan Chika sebelum mas Yan sempat melontarkan kata-kata balasan untuk cubitanku. Masmu libur ya Vi? kenapa ngga minta dia aja nemenin kita ke bandung?, tanya Chika lagi ketika mobil sudah dijalankan. Aaah dia walaupun libur tetap aja susah diajak keluar. Gw uda minta, merengek-rengek malah, dari seminggu yang lalu. Tetap aja ngga berhasil. Jadi sebal deh gw! Dia bilang katanya Ivan mau datang main PS dirumah. Coba lo bayangin masa gw kalah dari Ivan, sahabatnya itu. Padahal kan gw adiknya, Chikadiknya!, aku malah marah-marah tidak karuan didalam mobil Chika. OkaaayI can see that! Tenang ya. Jangan marah-marah disini dong. Nanti mobil gw bisa ngadat gara-gara lo marah kayak gitu. Cupcupcup, ucap Chika sambil mengeluselus Honda Jazznya itu. ************************ Bab XI : BAHAGIA TAPI SEDIH Bruuuuk!. Semua buku yang kupegang denga kedua tangan jatuh berserakan di lantai. Aku tidak sengajan menanbrak seseorang di lorong kampus fakultas hukum saat aku sedang membetulkan posisi buku-buku itu. Aduuuh maaf ya ngga sengaja, kataku meminta maaf sambil membereskan bukubukuku. Aku tidak menyadarinya sampai dia memanggil namaku. Via..? Lo Via kan? Anak nusantara?, pertanyaannya membuatku spontan menengok melihat wajahnya. Loh? Kak dimas ya? Kuliah disini kak?, balasku lagi. Yupgw ambil hukum. Lo juga? Kuliah disini? Di fakultas ini?, ia balik bertanya dan ikut membantu membereskan bukuku juga. Iyagw kuliah disini. Eh maksud gwbukan disini disini..., jawabku menekankan kata-kataku. Tapi disinidi fakultas sebelah. Gw ambil ekonomi. Kebetulan gw kesini mau nemuin temen gw yang kuliah disini, jawabku. Viaaa!, Chika memanggilku kejauhan. Loh kenapa Vi? jatuh seperti biasanya? Hehehe, dia malah meledek melihat aku yang sedang merangkak meraih semua lembar yang berserakan. Loh? Kak Dimas ya? tampaknya dia juga mengenali sosok laki-laki itu.
HeheheIya. Apa kabar Chik?, Dimas menyapa sahabatku. Mereka ternyata sangat akrab, aku lupa Chika pernah bergabung dengan Osis. Ya udah yuuk kita makan di kantin ajaKita ngobrolnya disana aja yang enakan, plus gw lapeeer beraaat nih!!, Chika memegangi perutnya yang mulai perih, lalu menarik tanganku dan Dimas bersamaan. hahahahaha, aku dan Dimas hanya tertawa melihat tingkahnya itu. Ngobrol panjang lebar soal SMA sampai fakultas kami masing-masing ternyata lumayan lama juga. Untung saja aku sudah tidak jam kuliah lagi. Fiiiiiuh, batinku. Untung saja dosen killer di kelasku sakit hari ini. Aaah udah aaahgw capek ngobrol mulu. Gw pulang yaaaVi lo mau bareng gw gak??, Chika sudah bangkit dari tempatnya duduk. Hmngga deh Chik. Thank you. Hari ini gw mau ke Gramed dulu, mau cari buku. Gw naek angkot aja deh., jawabku menolak tawarannya. Yakin niiiih?? Serius?? Dua riusTiga??, dia mengangkat ketiga jarinya. Hihihingga Vi makasi buanyaaak temanku, aku tertawa geli. Bareng ma gw aja Vi. Kbetulan gw juga mau ke gramed. Yuk, ajak Dimas dan itu sempat membuat kaget Chika. Untung Dimas tidak menangkap sinyal itu, hanya aku yang mengerti bahass tubuhnya itu. Eeh iya tuh Vihehehe mumpung ada yang searahkenapa ngga kan, Chika yang kali ini tertawa geli. Akupun langsung menyikut perutnya dan dia hanya meringis kesakitan. Yuk vi, mobil gw diparkir disana, Dimas menunjuk ke arah kanan dari tempat kami duduk. Ya udah Vi, ikut Dimas aja ya. Gw juga ngga tega tau ngebiarin lo ngangkot sendiri. Ntar kalau diculik gimana?? Apa yang mesti gw bilang ma nyokab lo!! Okaaaay gw duluaaan yaaa, Chika dengan cepatnya mengangkat langkah 1000 dan menghilang dari hadapan kami. Kini tinggal aku dan Dimas di kantin. Jadi mau ikut ngga?, tanya Dimas lagi, lalu bangkit dan membayar makanan yang dimakannya. Ikut deh. Gw juga belum hafal-hafal banget daerah sini hehehe, jawabku. Terpaksa deh aku berbohong! Smua gara-gara Chika! Huuuufffh! Mana mungkin aku tidak hafal daerah bandung!! Dulu kan masa kecilku kuhabiskan di bandung!! Masa kecil?? Aku jadi ingat teman kecilkuDimdim. Dimana ya dia sekarang?? HmApa kabar lo Dimdim?? Masih tetap gendut ngga ya atau jangan-jangan lo udah jadi cowok keren lagi!! Hmjadi penasaran!! Sementara Dimasdia malah senyum-senyum sendirisenyum kemenangan. Kebetulan yang sangat diluar dugaan. Dia akhirnya dipertemukan kembali denganku, Via, sahabat kecilnyakekasih masa kecilnya. Dia sudah mengingatnyahari-hari indah di masa lalunya
dimana dia dan aku mengikrarkan janji untuk selalu bersamaselamanya. Namun akuaku tidak menyadari sedikitpun kalau itu adalah dirinyakalau dia adalah Dimdimku. ************************** Im walkin awayfrom the troubles in my lifeIm walking awayOh, to find a better day, telepon genggamnya menyanyikan ringtone favoritnya yang dia atur sebagai nada panggil. Chika masih saja terpejam saat ringtonenya berbunyi berulang-ulang kali. Dengan gerakan malas, dia merogoh-rogoh telepon genggamnyanamun tetap tidak menemukannya. Malah teleponnya itu malah asyik bernyanyi. Aaaaarrrrgggh!!, ia kesal karena tidak berhasil menemukannya. Ia baru ingat teleponnya dia taruh di kantong celana jins yang dipakainya. Alangkah bodohnya aku ini, pikirnya. Dia menekan tombol bertuliskan yes di layarnya. Halo, terdengar suara di seberang sana namun Chika tetap tidak membalasnya. Haloooooo!, diulanginya lagi dengan keras sampai membuat Chika kaget dan terbangun dari kasurnya. Halooooada orang ngga siiih??, suara diseberang sana mulai terdengar kesal. Iya halosiapa nih?? Ngga tau apa ya orang lagi tidur. Ganggu aja. Kalau ada pelu cepetan ngomong, gw ngantuk!!, Chika terus bicara saking kesalnya. Hehehesory Chik. Gw ganggu ya., suara laki-laki terdengar di seberang sana. Chika mengenali suaranya, itu suara Adi. Aaah elo Di! Siaaal! Untung lo teman gw!! Ngapain sih Di nelpon malam-malam gini??, Chika kembali memejamkan matanya, berbaring kesebelah kiri dan menempelkan ponselnya di atas telinganya. Malam?? Ini kan baru jam 8 Chik?? Masa lo uda tidur sih!! Buseeeet kebo juga ya lo!! Anywaygw mw minta tolong Chik. Minggu depan kan Via ultah, gw pengen kasih kejutan. Gw mw datang ke Bandung. Lo jangan bilang ma dia ya soal rencana ini. Janji lo!!, katanya. Okaaaaaayudah kan ngomongnyamasih ada lagi ngga?? Gw ngantuk niiiih!!, Chika berteriak sambil tetap tertidur. Matanya tidak mau diajak kompromi. iya deh iyatapi inget ya, jangan sampai bocor ke tangan Viainget ya!!, Adi berusaha terus mengingatkannya. Iyaaaaaa!!, Chika memutuskan pembicaraan. Ia membuka matanya sedikit, mencari tombol merah untuk mematikan panggilan. Lalu ia meneruskan kembali tidurnya. Badannya terasa sangat lelah setelah mengantar kakaknya keliling menawarkan barang-barang buatannya sendiri. Adi tersenyum lega. Ia sudah memberitahukan sahabatku soal rencana kejutan di hari ulangtahunku. Dan tentu saja aku tidak tahu akan hal itu. ********************************* Vi, kalau bosan nonton televisi aja. Anggap aja rumah lo sendiri., kata Dimas dengan santai. Dia keluar kamar, mengambilkan minum untukku.
Okaaaaygw geledah yakhihihi, senyum devilku mengembang. Aku main ke rumah Dimas sendiri hari ini, biasanya aku datang sama Chika. Tapi tadi Chika meneleponku, dia bilang katanya dapat tugas dari dosennya yang susahnya 7 turunan dan dia harus nongkrong di perpustakaan sampai tutup. Untungnya aku sudah sering main kerumahnya jadi aku tidak canggung lagi bila hanya berdua dengannya. Aku menemukan sebuah foto. Foto seorang anak cewek dan cowok memakai baju seragam putih merah. Aku mengenali sosok anak cewek itu!! Itu fotoku dan Dim-dim!! Aku ingat betul!! Karena aku punya foto yang sama!! Aku bingungkenapa Dimas bisa menyimpan foto ini?? Apa dia mengenal dimdim?? Apa dia juga tahu dimana dimdim sekarang?? Aku kangen sekali dengan dimdim!! Dimdim adalah teman kecilku dulu waktu aku masih tinggal di bandung. Setelah aku pindah ke Jakarta, aku tidak pernah mendapat kabar darinya lagi. Entah ada dimana dan bagaimana keadaan dia sekarang. Dulu kami pernah berjanji akan berteman selamanya, namun kini janji itu sudah tinggal kenangan. Ceklek!, pintu di belakangku terbuka, Dimas masuk ke kamar dan menemukanku sedang memegang foto itu, menaruh kedua gelas yang dibawanya di atas meja belajarnya. Lo uda ngeliat ya??, dia bertanya padaku. Ngeliat apa?? Foto ini??, aku menunjukkan foto itu padanya. Apa hubungan lo ma anak cowok di foto ini??, aku makin penasaran. Dimdim maksud lo??, dimas menyebut namanya sendiri. Iya dimdim?? Siapa lagi?? Heeeiiitunggu dulu!! Kok lo tahu namanya dimdim??, aku menatap matanya dalam, dia malah membuat semakin penasaran. ya iyalah gw tahu!! Itu kan foto gw!!, dengan santai dia bilang terus terang lalu tiduran di kasurnya. Lodimdim?? Yang bener?? Lo ngga bercanda kaan??, aku mendekatinya, duduk disampingnya sambil tetap memegang foto itu. Mau gw buktiin klo gw dimdim??, katanya sambil tetap tiduran. Lalu dia bangun dan menunjukkan senyum yang sama persis seperti di foto yang ku pegang. Ada sedikit perbedaan anak cowok di foto itu giginya ompong sedangkan yang sekarang duduk di depanku giginya terlihat sangat rapi seperti model iklan pasta gigi. Tapisenyumnya mirip sekaliapakah Dimas adalah dimdim??? Aku masih tidak percaya!!! Jiiiiiaaaahhdia malah bengong ngeliatin gw, Dimas melambaikan kelima jarinya dan menjentikkan jarinya berusaha membuatku tersadar dari lamunanku. Saat jauh darimuterlintas tanya dalam angankubenarkah di benakmuhanyalah diriku yang bertahtaakankah ini selamanyaataukah hanya semata, ringtone lagu Tere bernyanyi indah dari ponselku berulang kali.
Vi! Viaaaaa.!, Dimas menepuk bahuku keras berulang kali membuatku kaget karena pukulannya. Makanya jangan bengong terus!! Tuh ponsel lo bunyi!!, dia menunjuk ke dalam tasku. Dia sudah bangun dari posisi tiduran, duduk di sebelahku. heheheabiiiisssgw masih ngga percaya kalau dimdim itu lo. Tapi kalau lo dimdim kenapa lo ngga terus terang ma gw?? Terus kenapa lo ngga pernah telepon gw lagi waktu gw pindah ke Jakarta?? Kan waktu itu kita pernah janji bakal temenan terus!!, aku protes padanya, mengabaikan suara ponselku yang masih saja berbunyi. Aku sempat meliriknya sekilas, tertulis Chika calling dilayar ponselku, namun aku malah menekan tombol silent dan meneruskan berbidara dengannya. yaaahmaaf deh. Kan waktu gw kecelakaangw lupa ingatanortu gw, dia tidak meneruskan kata-katanya. Matanya menerawang ke arah jendela, teringat masa lalunyateringat kecelakaan tragis itu. Kecelakaan?? Kok gw ngga tahu?? Trus ortu lo kenapa??, aku menunggunya melanjutkan kata-katanya. Ortu gwuda pergi Vi dalam kecelakaan itu. Gwsekarang cuma sendiri, airmatanya terbendung di sudut matanya. Untung oma dan saudara nyokab mau ngerawat gw. Gw hutang budi sama mereka. Gw juga sempat ngga sadar 1 bulan, itu yang membuat gw lupa ingatan. Satu minggu gw keluar dari rumah sakit, baru oma bilang kalau gw kecelakaan dan ortu gw uda ngga ada. Gw terpukul banget Vi waktu itu. Gw berusaha mencari tahu tentang masa lalu gw semuanyadari oma, saudara sampai temen-temen gw yang kadang masih main kerumah ketemu oma. Gw depresi Vigw ngga bisa menerima kenyataan ortu gw uda pergi jauh. Setiap hari gw cuma memandangi album foto. Gw cuma bisa melihat wajah kedua orangtua gw dari foto Vi!! Dari foto!! Padahal gw kangen banget sama merekapengen banget ketemu mereka tapi gw gak bisa!! Gak bisa Vi!!, Adi mengangkat kedua kakinya ke atas kasur dan menekuk lututnya setinggi dagu, menundukkan kepalanya dan menangis. Aku tidak tahu mau bicara apa. Aku benar-benar merasa sangat bersalah. Aku tidak pernah tahu kisah sahabatku itu begitu tragis. Malah aku marah padanya hanya karena dia tidak pernah menghubungiku. Egoisnya diriku!! Aku hanya diam disampingnya, mengusap bahunya pelan. Sampai akhirnya gw menemukan foto itu, dia melanjutkan kata-katanya. Dia mengangkat kepalanya. Matanya sudah basah karena airmata. Maaf Vikalau gw ngga pernah nelepon lo. Maaf karena gw mengingkari janji kita, katanya dengan penuh penyesalan. Aku memeluk tubuhnya. Terasa otot-otot yang kekar ditubuhnya. Ngga papa kok Dim ngga papa. Jangan sedih lagi ya. Justru gw yang harusnya minta maaf! Gw ngga tahu semua kejadian yang menimpa lomaafin gw ya, kini gantian aku yang menangis. Aku benar-benar sangat merindukan sahabat kecilku ini. Saat jauh darimuterlintas tanya dalam angankubenarkah di benakmuhanyalah diriku yang bertahtaakankah ini selamanyaataukah hanya semata, ringtone lagu Tere bernyanyi indah dari ponselku lagi Ponsel lo bunyi lagi tuh, Dimas mengangkat tasku.
Aku melepaskan pelukanku. Kali ini aku mengangkat ponselku yang sebenarnya sudah dari tadi berbunyi. Halo, aku mengangkat ponselku yang masih saja berdering. Hai Vilo dimana? Gw uda nunggu di kafe tempat kita nongkrong nih, suara Chika terdengar di seberang sana. Sepertinya dia sudah pulang dari perpustakaan kampus. Hmoiyagw hampir lupa. Gw masih di tempat dimas nih. Ya udah gw kesana deh sekarang. Tungguin gw ya, kataku, lalu menutup ponsel. Yuk dim, aku mengajak Dimas ikut. Kemana Via?, dimas bertanya balik. Nemuin chika di kafe biasa tempat kita nongkrong. Dia udah nungguin disana. Gw yang lupa bilang ma lo heheheuntung aja tuh anak nelepon, kalau ngga bisa garing kayak kerupuk dia ntar hahahaaku membayangkan dirinya yang mati kebosanan karena menunggu kami berdua yang tidak datang-datang. ************************* Heh!! Ni kafe mati lampu ya?? kok gelap gulita gini??, aku memegangi lengan Dimas, mengingat fobiaku akan gelap. Masa sih mati lampu!!, Dimas berjalan sambil meraba-meraba sekitarnya mencoba mencari sesuatu untuk pegangan. Seluruh ruangan kafe terlihat gelap, aku tidak bisa melihat apaapa. SURPRAAAISSSS!!!, lampu kafe yang tadinya gelap gulita tiba-tiba nyala, aku melihat Adi berdiri dihadapanku membawa kue di tangannya. Aku baru inget, ini adalah hari ulang tahunku. Selamat ulang tahun yang!! aku kangen bgt sama kamu, Adi berbisik di telingaku kemudian mencium keningku. Happy birthday darling!!, kali ini adalah Chika yang memberi ucapan. Dimjangan bilang lo ikutan juga??, aku melotot pada Dimas. Dia hanya senyumsenyum saja, tidak menjawab apa-apa. Lalu meninggalkanku berdua dengan Adi. Senangnya aku hari ini. Tidak hanya bertemu teman kecilkutapi aku juga bisa bertemu dengan pacarku. Kangeeeen beraaaat!!! Sudah lama sekali rasanya kami tidak bertemu sejak perpisahan kami dibandara. Kesibukan masing-masing membuat kami tidak pernah mempunyai waktu untuk bertemu. Rasanya berat sekali menjalankan hubungan seperti ini. Kamu kok bisa datang yang?? Kemarin kamu bilang ada kerjaan disanakamu bohong ya sama aku?? Kamu tega ya sekarang!! Uda mulai bohongin aku!!, aku memalingkan mukaku. Adi memegang daguku dan menggeser arah mukaku hingga berhadapan dengannya. Tapi kamu seneng kan!! Yang penting kan sekarang aku disiniI miss u and I love u so much yang, lagi-lagi dia mengecup keningku. Berat juga ya yang, jalanin hubungan kayak
gini. Kamu disini, aku di semarang. Beda sama waktu sekolah dulutiap hari bisa ketemu walau beda kelas, dia senyum-senyum mengingat masa-masa SMA kami. Yangkamu masih yakin bisa jalanin hubungan ini??, tiba-tiba saja aku melontarkan pertanyaan itu, membuatnya mengernyitkan dahi. Kok kamu nanyanya kayak gitu sih?? Kenapa?? Kamu uda ngga tahan hubungan jauh kayak gini?? Hmkamu mau kita break dulu??, jawabnya lagi. Break?? Ngga tahun yang. Aku capek pacaran tapi kayak ngga punya pacar gini.., keluhku. Kalau itu yang kamu mau, ngga papa yang. Aku rela kok, asal kamu ngga sedih terus karena aku jauh darimu., ucapnya pasrah. Kita coba dulu aja ya yangkita pikirin lagi hubungan kita mau dibawa kemanaaku ngga bisa terus-terusan cuma pacaran kayak gini aja. Mama juga nanyain terus tuh kapan aku merit!, aku menggenggam erat tangannyatangan yang akan kulepaskan untuk beberapa waktu. Ya udahterserah kamu aja yang. Tapi aku masih boleh kan nelepon dan ngunjungin kamukalau aku bisa??tanyanya lagi. Boleh kokkita kan ngga bener-bener putus yang. Cuma break sebentar aja yah, kataku menenangkannya. Aku tahu dia tidak rela melepasku. Kami sudah terlalu saling menyayangi, tapikalau hubungan kami begini terusentah apa masih bisa bertahan. Aku hanya bisa pasrah pada Tuhan, kalau ia memang jodohkukami pasti disatukan kembali dalam hubungan yang lebih pasti. ******************************* Dimana bukunya?? Gw pinjem dong, Tito teman sekamarnya di mess memanggilnya. Adi sudah kembali ke Semarang, sehari setelah pesta ulang tahunku. Dia tidak menghiraukan suara itu. Saat itu dia sedang asyik melamunmasih tidak percaya akan katakatanya sendiri. Dia rela membiarkan permintaan pacarnya sendiri untuk breakbukannya mencoba mempertahankan hubungannya walaupun berpisah jauh. Adiiiii!!!, kali ini Tito berteriak kencang di telinganya, dengan reflex dia memukul temannya itu dengan majalah didekat kakinya. POK! Auuww!! Sakit tahu di!! Pake bantal aja kenapayang empukan gitu. Muka gw rusak AdiRusak!!, Tito menirukan akting pemain sinetron di televisi, memegangi wajahnya yang merah karena lemparan tadi. Hahahahalagian sih lo!! Temen lagi sedih bukannya dihiburmalah diganggu!!, jawabnya lagi.
Yaaahgw disalahin!! Yang bikin sedih kanlo sendiri!! Lagian kalau ngga rela, kenapa ngga jujur aJa sih. Pake boong segalamakan tuh rela!!! Hahaharasain lo!!! Sok kuat sih lo!!, Tito terus saja menyindirnya. Siaaaalaaan lo Tito!!, dia terus saja melempari temannya itu dengan barang-barang didekatnya. Tito hanya menjulurkan lidahnya dan buru-buru kabur dari kamarnya. Rasanya dia ingin sekali menimpuk temannya itu bertubi-tubi biar tidak bisa bicara lagi. Aaaarrrrrgggh!!!, ia kesal bila terus mengingat kejadian itu. ************************* Udahlah vingga usah murung terus!! Kan itu juga yang lo mau bukan?? Kalau nyesel kenapa ngga bilang aja terus terang sih?? Trus balikan lagi deh!! Toh kalian kan cuma break bukan putus beneran kan??, Chika menasehatiku panjang lebar begitu tahu aku memutuskan untuk break sementara dari hubunganku. Aku diam saja, mendengarkan dia bicara terus. Aku terus memikirkan keputusanku itu. Jadi menyesal bilang kayak gitu ke Adi!! Mau ditarik lagitapi gengsi tahuu!! Vikita jalan aja yuk. Ajak Dimas juga. Kan dia punya temen-temen yang cakep tuh. Gimana??, ajak Chika. Kemana?? Gw males aahngga mood!! Gw dirumah aja deh. Lo aja gih pergi ma dimas, kataku lagi dengan malas lalu berbaring di kasur tempat kosku. Chika merengut. Aku melotot kearahnya. Kenapa juga dia menirukan sikapku saat itu!!! Aku jadi sebal melihat mukanya. Ya udahgw ikut. Tapi jangan merengut gitu aah. Sebel tahu liat cerminan muka gw disitu!!, aku menyerah kalah. Hahahahaakhirnya lo ngerasain juga apa yang gw rasain dari tadi hahahaYa udah buruan ganti yaa!! Ngga pake lamaaaa!!, dia tahu betul kebiasaanku berdandan yang membutuhkan waktu berjam-jam. Aku mendorongnya keluar dari kamarku dan mengunci pintu. Yaah memang sebaiknya aku menjalani apa yang sudah kupilih. Semenjak memutuskan break dengannya, aku semakin dekat dengan Dimas. Kami mengukir kenangan baru lagi bersama-sama seperti waktu kecil dulu. Menghabiskan waktu bersam, membaca bersama, nonton bersama, dan jalan bersama tentunya dengan Chika juga. Aku sering curhat dengannya, selain dengan Chika tentunya. Perasaan yang dulu tumbuh waktu aku masih kecil, tanpa kusadari ternyata sekarang muncul lagi. Aku menyayangi Dimas lebih dari sahabattapi aku tidak mau merusak persahabatan kami. Apalagi aku kan tidak benar-benar putus dengan Adi. ****************************** Bab XII : DILAMAR???
Vilo siap-siap ya?? Hari ini kita nongkrong di kafe biasa, okaaaaayyy!! Sori gw ga bisa jemput lo, kebetulan gw sama Dimas ada perlu bentar di kampus. Lo ngga papa kan pergi sendiri??, suara khas Chika terdengar dari ponselku. Iya, ngga papa kok. Sipppooo!! Sampai ketemu disana yaaa!!, aku bersemangat sekali ingin ketemu mereka. Setelah ujian semesterku yang baru saja selesai dua hari yang lalu, aku sangat kelelahan sekali karena harus belajar terus. Aku selalu membatalkan janji bila mereka mengajakku pergi. Aku yang hobinya tidur lebih memilih berbaring di rumah ketimbang jalan ke kafe. Sekarang aku sudah duduk di tahun ketiga kuliahku, mudah-mudahan tahun depan aku bisa langsung skripsi. Aku ingin cepat-cepat lulus dan mencari pekerjaan. Kesibukanku dalam kuliah membuatku lupa bahwa aku sudah break dengan Adi hampir 1 tahun lamanya. Astagaaaaaku sungguh keterlaluan. Kenapa juga break selama itu sih?? Tapi herannyaAdi tidak pernah menanyakan hal itu. Dia malah santai saja, setiap kali menelponku. Baju udah rapimuka udah cantikSaatnya berangkat deh!!, aku tersenyum melihat pantulan diriku di cermin. Mau kemana Vi?? Rapi bener?? Tumben!!, Lili teman kos ku heran melihatku keluar dari kamar. Sudah seharian aku diam di dalam kamar, membalas rasa kantuk setelah belajar semalaman kemarin. Heheheiya nih. Bosen di kamar terus, sekalian mau ketemu Chika ma Dimas. Pergi dulu ya. Bye, aku melambaikan tanganku dan keluar dari ruang keluarga tempatku kos. Kangen sekali rasanya bertemu kedua sehabatku itu, padahal baru dua hari aku tidak benar-benar ketemu. I docherish youfor the rest of my lifeyou dont have to think twiceI willlove you stillfrom the depths of my soulits beyond my controlIve waited so long to say this to youif youre asking do I love you this muchI do aku mendengar lagu kesukaanku diputar di kafe itu. Itu lagu kami berdua, kami sama-sama menyukai lagu itu. Lagu itu mengingatkanku padanya. Aku kangen kamu Diaku kangen banget sama kok, aku berkata dengan suara pelan. Aku jugasuara itu membuatku kaget. Itu suaranyasuara yang sangat kurindukan. Aku menoleh ke belakangkuaku melihat Adi berdiri disana dengan sebuket bunga mawar merah di tangan kanannya. Lampu yang melingkar diatas pintu masuk kafe, tempatku berdiri saat ini menyala terang. Lampu itu berbeda dengan lampu yang biasa kulihat ketika aku datang ke kafe ini sebelumnya. Seperti ada yang menatanya dengan manis. Ka-mukok bisa ada disini Di?? Kamu kok ngga bilang kalau mau datang??, aku masih menatap wajahnya. Kalau aku bilangbukan kejutan doong sayang. Aku punya tujuan kesini, dia memberikan bunga itu padaku lalu memasukkan tangannya ke saku kanan celananya.
Ia terlihat manis dan ganteng malam itu, dengan kemeja biru kotak-kotak tangan pendek dan celana jins. Ada sesuatu yang berbeda, sepertinya rambutnya baru saja dia potong. Dia mengulurkankan sebuah cincin. Cincin?? Mungkin mataku yang salah melihatnya!! Tapi tidak jugaitu benar sebuah cincin!! Apakah diamau melamarku??? Viadengarkan aku baik-baik ya. Aku tahu aku bukan cowok yang romantis. Aku ngga selalu ada disamping kamu untuk memelukmu dan menghiburmu setiap saat. Aku tahu sejak kepergianku ke Semarang, terasa berat bagimu menjalani hubungan yang sama tanpa kujanjikan apa-apaJanji yang lebih pasti, seperti pernikahan. Aku tahu kamu pasti iri melihat temantemanmu yang bisa terus berdua dengan pacarnya setiap saat. Makanya aku rela ketika kamu meminta untuk break saat hari ulang tahunmu. Aku rela viawalaupun aku harus menekan rasa sedih dan sakit hatiku untuk bisa melepaskanmu sementaramenikmati dunia lain diluar hubungan kita. Kamu tahusejak kamu masuk dalam hatikutidak pernah terpikir olehku untuk melepaskanmukarena aku sangat mencintaimu. Ini adalah tujuanku datang kemari Viacincin inilah tujuanku. Aku mau menikah denganmu Viaaku mau kamu menjadi istrikuyah tentunya setelah aku lulus dan mempunyai pekerjaan untuk menghidupi keluarga kita nanti. Untuk sementara ini, hanya pertunangan yang bisa aku berikan sebagai kepastian hubungan kitaVia kamu mau kan menemanikumenjalani hari-hari tua bersamaku membesarkan anak kita bersama-sama??, Adi berlutut di salah satu kakinya di hadapanku dengan mengulurkan sebuah cincin. Dia melamarku!! Dia benar-benar melamarku!! Aku sungguh tidak percaya!! Apakah aku sedang bermimpi?? Ataukah ini kenyataan?? Aku tidak bisa bicara apa-apa. Aku masih kaget dengan kata-katanya barusan!! Ternyata dia benar-benar mencintaiku!! Aku sangatsangat terharu dengan sikapnya ini. Aku tidak bisa menahan airmata bahagiaku yang mulai terbendung. Iyaaku mau diaku mau, aku menitikkan air mataku begitu dia selesai memasangkan cincin itu ke jari manis kiriku. Dia kemudian berdiri dan memelukku. Lagu favorit kami masih terdengar di putar di dalam kafe itu. Aku yang merequest lagu kita pada kafe ini,dia melepaskan pelukannya kemudian satu jarinya tertunjuk ke atas mengarah pada lagu I do (cherish you) milik 98 yang masih diputar di kafe itu. Selamaaaat yaaa!!! Chika dan Dimas menghampiri kami, memberikan ucapan selamat. Waaah ternyata dim kita sukses juga yaaajadi tukang pengurus kejutan!! Hahaha kita buka aja yuk iklan di koran. Lumayan kan buat nambah pemasukan hehehe, Chika menyikut Dimas pelan. Dimas lalu mengacak-acak rambut Chika. Lo tuh yapikirannya duit mulu!! Kalau ngga duit, belanjasusah dah jadi cewek hahaha, Dimas malah meledek Chika. Senangnya bisa berkumpul seperti ini. Kami merayakan kesuksesan lamaran Adi di kafe itu. Tentunya kami merencanakan akan menggelar acara pertunangan yang lebih resmi bersama keluraga besar kami. Kedua orangtua kami pasti senang mendengar berita ini. **************************
Adiii, suara bundanya terdengar dari ruang keluarga di lantai 1. Hari ini adalah hari pertunangan kami berdua, mumpung kami berdua sedang sama-sama libur. Iya bunda...sebentar lagi Adi turun, dia menjawab panggilan bundanya. Cincinnya udah dibawa kan Di?? Ngga ada yang ketinggalan kan?? Ini hari pertunanganmu loh, kamu harus terlihat ganteng, bundanya merapikan kerah dan dasinya yang terlihat miring. Ciiiieee mas Adijauh-jauhan ternyata makin lengket ya mas heheheNara ngga nyangka!!, adik perempuannya menyikutnya pelan saat bundanya sedang merapikan dasinya. Iiih Nara apaan sih!! Bunda, Nara tuuh!! Godain terus!!, dia mengadu pada bundanya. AdiNaraapa-apaan sih. Kalian tuh uda dewasa. Kamu, Adi, sebentar lagi mau tunangan sama Via. Jangan kayak anak kecil gitu aah. Dan kamu, Nara, cepat panggil papamu sebelum kita terlambat, ibundanya menasehati kakak beradik itu. Iya bunda, jawab adiknya. Weee!!, adiknya menjulurkan lidahnya. Naraaaaa!!! Awas kamu nanti!!, Adi termakan emosi melihat tingkah adiknya itu. Keluarganya lalu berangkat menuju rumahku. Acara pertunangan kami akan diadakan dirumahku. Acara sederhana saja, aku hanya mengundang kerabat dan teman-teman dekatku seperti Chika dan Dimas. Begitu bahagianya kami hari itu. Aku bahagia banget Vi hari ini. Aku seneng banget, paling ngga aku ngga akan kehilangn kamu lagi. Tapi Vi minggu depan aku harus ke Surabaya. Aku ngga bisa lama-lama nemenin kamu di Jakarta. Kamu bukannya juga harus balik ke bandung??, katanya sambil menggenggam tanganku. Ke Surabaya?? Huh!! Tugas lagi ya?? Iya, aku juga balik ke bandung. Minggu depan kuliahku kan juga mulai masuk. Kamu ke bandung aja gimana?? Minta tugasnya di sana??, aku berusaha membujuknya. Heheheya ngga mungkinlah. Aku kan cuma anak buah, dia mengelus rambut panjangku dan mengecup keningku. Hari itu adalah hari terakhir kami bertemu. Tepat sebulan sebelum dia pergi meninggalkankudalam kecelakaan itu. ***************************** Kamu ngga makan yang?? Ngga laper?? Aku ambilin ya?? dia membujukku untuk makan siang itu. Aku terus saja menolaknya. Hari itu aku sedang ngambek padanya, supaya dia ngga pergi. Yang, ke surabayanya dicancel bisa ngga?? Aku kok ngerasa ngga enak ya, aku seperti merasakan firasat buruk. Dia cuma tersenyum mendengar kata-kataku.
Yang dengerin aku ngga sih!! Ngga usah ke Surabaya ya!! Kamu ikut ke bandung aja!!, aku tetap memaksanya. Aku ngga bisa yang, ini kan tugasmana mungkin aku bisa nolak. Kamu ngertiin aku doong. Lagian kita kan uda sama-sama terus seminggu ini. Kamu jangan ngambek lagi doong. Pokoknya aku ambili makan dan kamu harus habisin makanan yang kuambil. Wajahmu uda pucat tuh karena ngga makan dari kemarin. Nanti kamu sakit lagi, dia bangkit dari tempatnya duduk dan pergi ke ruang makan, mengambilkan makanan untukku. Aku ngga mau makanpokoknya!!, piring yang dia bawa ditaruh di meja depanku. Ya udah terserah kamu!! Kamu seneng kan kalau sakit, jadi aku bisa batal pergi ke sana!!, katanya lagi. Aku mengangguk mengiyakan kata-katanya. Kamu egois kalau gitu yangkamu tega membuat aku dipecat dari pekerjaanku ya!! Udahlah!! Kamu mau makan atau ngga bukan urusanku!! Aku pulang ajapercuma tadi aku datang kemari!!, dia marah padaku. Egois?? Dia bilang aku egois?? Aku kan... hanya tidak ingin dia pergi jauh lagi!! Apa itu egois!! Aah dia memang tidak pernah mengerti apa yang kurasakan!! Untuk apa dia melamarku kalau gitu!! Ingin rasanya membuang cincin pemberiannya ininamun aku tak bisa. Aku tidak sanggup kehilangannya. Cincin ini adalah pengikat hubungan kami. Aku tahu sekeras apapun aku memaksanya tinggal, dia tidak akan bisatidak akan pernah bisa membatalkan kepergiannya. Itu adalah tugas dari kantornya. Entah kenapa aku tidak bisa tidur semalaman itu. Bolak-balik keluar kamar, mengambil segelas air dingin, menyalakan dan mematikan televisi di ruang keluarga lantai dua sampai-sampai membuat masku keluar dari kamarnya karena terganggu oleh tingkahku. Aku tidak tahu perasaan apa iniyang pasti ini bukan firasat baik. Aku enggan melepaskannya pergi ke Surabaya. Aku takut tidak akan bertemu lagi dengannyaaku sangat takut!! Ada apa sih dek?? Kok malam-malam gini nyalain tv?? Tumben banget!! Besok bukannya kamu nganter Adi ke bandara ya?? Nanti kamu terlambat bangun loh dek!! Tidur gih sana, mas Yan duduk disebelahku dengan mata masih terpejam. Mas!!, aku mengguncang bahunya. Dek ngga bisa tiduuur!! Gimana dong mas?? Perasaan dek ngga enak ni!!, aku mengguncangnya bahunya lagi. Maaaaasss!!, kali ini aku mengguncangnya dengan keras cukup untuk membuatnya terbangun. Apaa sih dekMas Yan kan ngantuk!! Ini kan udah jam 2 pagi!! Udah ya ngga usah kamu pikirin!! Mungkin cuma perasaanmu ajaudah tidur aja sana, jangan lupa berdoa sebelum tidur ya. Mudah-mudahan itu akan membuatmu sedikit tenang!, Mas yan bangkit dari kursi itu kembali ke kamarnya dan meninggalkanku sendiri. Mungkin benar juga apa yang dia bilang. Mungkin ini cuma perasaanku saja yang terlalu berlebihan. Aku melakukan seperti yang mas Yan bilang, dan hatiku sedikit tenang. Aku
berusaha untuk tidur pagi itu, namun mataku tidak mau diajak kompromi. Malah waktu terus berjalan hingga matahari mulai terbit punaku masih saja tidak mengantuk!! Dia menjemputku tepat pukul 8. Dia tidak mau terlambat naik pesawat yang akan berangkat pukul 1 siang nanti, sekalian untuk menghindari macet kota Jakarta tentunya. Mama, papa, dan adiknya juga ikut bersamanya. Mereka menunggu di dalam mobil sementara Adi turun untuk menjemputku. Kamu masih marah yang??, aku memegang tangannya saat kami sudah masuk ke dalam mobil. Orangtuanya menangkap ada sinyal pertengkaran diantara kami. Dia tidak menjawab pertanyaanku, malah dia diam saja. Yaaaangngomong doongjangan diam aja. Huffffhya udahlah kalau kamu ngga mau ngomong, aku menyerah kalah. Sekarang aku ikut diam juga. Akhirnya hanya keheningan yang ada didalam mobil selama perjalanan kami ke bandara. Mbak Via kapan balik ke bandung??, Nara, adiknya berusaha membuka aura kekakuan diantara kami. Hm..mungkin lusa Narkenapa??, aku bertanya balik pada adiknya itu. Ngga papakalau mbak Via masih di Jakarta, mau aku ajak jalan gitu hehehe, Nara bersemangat sekali mengajakku pergi. Jangan ganggu mbakmu Nar, dia sibuk!! Dia harus beres-beres barang buat balik ke bandung!!, Adi berkata dengan nada kesal. Aku tersenyum. Ngga papa kok Di, aku menyentuh lengannya. Kapan Nara mau pergi, bilang aja ma mbak ya, aku menampik kata-katanya itu. Asyiiiik!!! Mbak Via aja ngga nolak kok!! Kenapa mas yang sewot sih?? Kalau lagi berantem jangan lampiasin ke orang lain dong!! Hehehe adiknya terkekeh melihat mukanya yang merengut sejak berangkat dari rumahku. Dia tetap saja diam selama perjalanan ke bandara dan bahkan ketika kami sudah sampai di bandara. Kadang-kadang menjawab bila orangtuanya bertanya atau orangtuanya menyuruhnya menjawab pertanyaanku. Dia masih marah padaku setelah pertengkaran kami kemarin dirumahku. Aku tahuini salahku. Aku yang membuatnya jadi marah begini. Ya udah ya Adi pamit dulu ma, pa. Nara kamu jangan bandel-bandel ya dirumah selama mas ngga adadia mengacak-acak rambut adiknya, adiknya langsung merengut. Aku berangkat dulu yah, dia pamit padaku lalu langsung masuk ke pintu check-in.. Aku berangkat dulu?? Udah?? Hanya itu aja?? Tidak ada pelukan!! Tidak ada kecupan di keningku!! Waaah dia benar-benar marah padaku kali ini. Aku pulang dengan lesu. Ibundanya merangkulku, berusaha menghiburku. Adi!! Kalau aku salah maafin aku yaakenapa sih kamu marahnya lama banget??, aku membatin dalam hati.
Duhai cintakusayangkulepaskanlahperasaanmurindumuseluruh cintamu dan kini hanya ada aku dan dirimusesaat di keabadian, ringtone lagu Ari lasso favoritku terdengar dari ponselku. Aku sudah mengaturku sejak bulan lalu sebagai ringtone khusus untuk Adi. Aku merogoh ponselku dan tepat sekalidilayar kini tertulis Adi calling. Aku bingung untuk apa dia meneleponku?? Bukannya dia udah naik pesawat?? Kok ngga diangkat nak Via??, kata-kata bundanya membuatku tersentak. Cukup lama sepertinya aku melamun. Tante tunggu di mobil yabundanya melepaskan rangkulannya padaku. Eeh iya tanteVia angkat dulu ya, aku mohon diri untuk menjauh sebentar, mengangkat teleponku itu. Halooo, baru satu kata aku ucapkan, orang diseberang sana sudah memberondong dengan sejuta kata-kata. Kenapa sih lama banget ngangkatnya?? Aku nungguin tahu!! Kamu kan tahu aku paling ngga suka nungguin telepon diangkat!!, suara Ari terdengar marah. Adi, aku hanya memanggil namanya. Iya ni akumemangnya kamu mengharapkan siapa yang nelepon kamu?? Kamu punya cowok lain??, dia terus saja bicara. Kamu kalau cuma mau marah-marah, mendingan aku tutup aja teleponnya. Kenapa sih kamu susah banget maafin aku!!, kali ini aku yang terdengar marah. Iyaiyaaku udah maafin kamu kok. Aku juga ngga mau pergi dengan kesal begini bisa kita ketemu?? kamu masih di bandara kan?? Pesawatku masih lama ternyata!! Tunggu aku di pintu keluar ya, Bye. Tut..tuttut..tut dia sudah memutuskan teleponnya. Aku lalu menelepon bundanya, takut kalau keluarganya lama nungguin aku di parkiran. Lalu aku bilang pada bundanya kalau adi belum naik pesawat dan dia mau ketemu. Aku juga meminta bundanya untuk pulang saja, tidak usah nungguin aku lagi. Ngapain kamu lari-lari gitu?? Ngejar maling??, aku duduk dengan santai di bangku dekat pintu keluar saat dia datang dengan keringat bercucuran seperti habis berlari jauh. Iya nihaku ngejar cintakuhabis aku takut kehilangan cintaku lagi hehehe, dia hanya terkekeh sambil memegangi dadanya yang naik turun. Ooh gitu..kalau gitu aku pulang yaselamat ngejar cintamu lagi deh, aku hendak bangkit sebelum dia akhirnya menarik lengan kananku, mencoba menahanku. Eeeh jangan pergi ya yang!! Jangan ngambek lagiaku ngga tahan tahu marah lamalama sama kamu sebenarnyaapalagi kamu sentuh-sentuh terus kayak tadi hehehe, dia terkekeh melihat aksi damaiku di mobil tadi.
Kami bicara sebentar diluar pintu check in, sebelumnya akhirnya dia memutuskan untuk masuk karena sudah waktunya naik pesawat. Aku tidak bisa menahannya untuk tidak pergi. Aku hanya bisa berdoa untuknya, semoga dia akan baik-baik saja di Surabaya. Aku tidak pernah menyangka kalau hari itu adalah hari perpisahanku dengannya. Kalau aku boleh memilihseandainya saja waktu itu dia tidak terbang ke Surabayaseandainya sajapasti dia masih bersamakusampai hari ini. Namun memang kami tidak berjodoh. Sepertinya bukan dia yang kehilangan dirikutapiakulah yang kehilangan dirinya. Kamu kejam Di!! Kamu kejam!! Teganya kamu meninggalkan aku!! Kenapa kamu ngga membawaku juga di?? Kenapa?? Kenapa kamu hanya pergi sendirian!! *********************** Epilog : Awal yang baru Inget Adi lagi ya yang??, suara dimas menyadarkanku dari lamunan. Eeeh kamu dimiya nih, jadi inget dia lagi waktu tadi ngeliat foto ini, aku mengulurkan foto itu padanya. Itu adalah foto pertunanganku dengan Adi setahun yang lalu. Aku tahu kok, pasti berat banget buat kamu melepas dia, Dimas mengelus lembut kepalaku dan menyandarkanku di bahunya. Yang, minggu depan hari ulang tahun Adi loh!! Kamu mau nyekar ngga ke makamnya??, Dimas mengingatkanku. Minggu depan ya?? Liat nanti aja ya yang!! Kalau aku kuat, aku datang ke sana, jawabku tidak bersemangat. Viasampai kapan kamu tidak mau menemuinyaDia memang sudah pergidia memang akan dilupakantapi kamu yang pernah dekat dengannya, bukankah sebaiknya kamu yang membuat orang-orang itu mengingatnyaapalagi dia pernah menjadi istimewa dalam hidupmu, Dimas masih merangkulku. Nanti yah, kalau Via siapVia takut kesedihan itu akan muncul lagi jika datang kesana. Via takut ngga kuat yang, aku masih bersandar di bahu Dimas. Ya udah terserah kamu aja yahtapi jangan lama-lama yah, kasihan kan Adidia pasti udah kangen pengen ngelihat kamu lagi, jawab Dimas berusaha membujukku. Aku lalu memejamkan mataku, rasanya mengantuk sekali mataku hari ini. Dimas memindahkanku kekamar, lalu membiarkanku tidur. Hari sudah larut malam, pikirnya. Dia pun akhirnya pamit pulang pada keluargaku. Aku sudah memulai hidupku yang barumencoba menjalani sisa hidupku yang masih tersisatanpa Adi tentunyadisampingku. Aku sudah menamatkan kuliahku dan bekerja di salah satu bank swasta. Aku yang sekarang sudah mempunyai semangat hidup lagi. Dimas dimaslah yang sudah memberikan semangat itu padaku. Dimas adalah pacarku yang sekarang. Dia yang membantuku melewati masa-masa sulitkumasa-masa depresiku. Dia yang menyadarkanku ada dunia lain selain duniaku bersama Adi. Dia dengan sabar menyayangiku. Tanpa sadar aku memiliki perasaan yang sama juga dengannya, yang mulai tumbuh sedikitsedikit dari perhatiannya.
Adi mungkin sudah tidak ada lagi bersamaku. Dia mungkin tidak akan lagi menemani hari-hariku seperti dulu. Tidak lagi bisa mendengarkan cerita-ceritaku atau tertawa melihat sikap ngembekku. Kadang dia masih sering muncul dalam mimpiku, menyuruhku untuk melepaskannyamerelakannya. Aku ingat sekali!! Malam setelah kepergiannya itu, dia datang dalam mimpiku, menangis dan minta maaf padaku karena telah meninggalkanku. Aku menangis berhari-hari setelah mimpiku itu. Sekarang suaranya makin samar kudengarmalah aku sepertinya sudah mulai lupa bagaimana suaranya. Aku takut sekalitakut saat-saat itu. Saat dimana aku mulai menyukai hidupku yang barudan mulai melupakannyamelupakan hidupku yang lamabersamanya. Saat dimana aku tidak bisa lagi mengingat wajahnyadan suaranya. Dia memang sudah pergimeninggalkanku. Tapi aku yakin, dia masih selalu bersamakudi hatiku...selamanya. Aku tidak cemas!! Tidak!! Aku tidak cemas sedikit pun!! Karena kini ada Tuhan yang menjaganya untukku. Aku mencintaimu Adi, batinku dalam tidurku. ************************