Idgom I'lal
Idgom I'lal
Idgom I'lal
BAB II
PEMBAHASAN
A. IDGHAM
a. Pengertian
Idgham secara bahasa berarti memasukkan, secara istilah berarti memasukkan satu huruf
ke huruf yang lain dan sejenisnya sekiranya dua huruf tersebut dijadikan satu dengan tasydid.
Contoh : asalnya ( ) hukum dua huruf yang diidgham tersebut yang awal sukun,
yang kedua berkharakat tanpa ada penulisan di antara keduanya.
b. Pembagian idgham
Idgham dibagi menjadi dua macam :
1. Idgham shagir adalah apabila huruf awal dari huruf dua yang semisal pada idgham tersebut
adalah sukun asli
2. Idgham kabir adalah apabila ada dua huruf yang berharakat, maka disukun huruf yang awal
dengan menabung harakatnya atau memindah ke huruf sebelumnya
c. Keadaan / hukum idgham
Keadaan atau hukum idgham ada tiga :
1) Wajib idgham
a) Pada dua huruf yang sejenis yang dalam satu kalimat baik itu keduanya berkharakat atau huruf
yang awal dan yang kedua berkharakat. Contoh : asalnya
b) Jika huruf yang awal dari dua huruf yang semisal itu mati / sukun, huruf yang awal tersebut
diidghamkan pada huruf ke dua tanpa adanya perubahan. Contoh :
aslinya
c) Jika huruf yang sebelumnya sukun maka kharakat sukunnya dipindah ke huruf awal yang sama,
contoh : aslinya
d) Jika ada dua huruf yang sama / semisal yang berdekatan dan yang awal mati / sukun tidak dalam
satu kalimat, contoh :
2) Boleh idgham
a) Setiap kalimat yang ain dan lam fiilnya berupa ya semua, huruf ya yang ke dua berkharakat
tetap / tidak berubah, contoh :
asalnya
c) Jika terdapat sukun ( tidak asli ) pada huruf ke dua dari huruf yang sama jenisnya dan sukun
tersebut dikarenakan jazm / contoh: ,
j) Huruf ke dua bukan sukun baru yang disebabkan bertemu dhamir fail.[1]
B. ILAL
I'lal adalah membuang huruf illat, mengganti huruf illat atau membaca sukun huruf tersebut.
Adapun kaidahnya ada 19 yaitu :
1. Wawu/Ya diganti Alif (Ibdal)
Apabilah ada Wawu atau Ya berharakat, jatuh sesudah harakah Fathah dalam satu kalimah,
maka Wawu atau Ya tersebut harus diganti dengan Alif seperti contoh :
asalnya
,
dan
asalnya .
.
,
,
Apabila wau atau ya berharakat berada pada ain fiil Bina Ajwaf dan huruf sebelumnya terdiri
dari huruf Shahih yang mati/sukun, maka harakat wawu atau ya tersebut harus dipindah pada
huruf sebelumnya. Contoh: asalnya dan asalnya .
3. Wawu/Ya dibelakang Alif Zaidah diganti Hamzah, pada Ain Fiil Isim Fail atau akhir
Isim Masdar (Ibdal)
.
,
Apabila ada wawu atau ya jatuh sesudah alif zaidah, maka harus diganti hamzah, dengan syarat
wau atau ya tersebut berada pada Ain Fiil kalimah bentuk Isim Fail, atau berada pada akhir
4. Wau diganti Ya karena berkumpul dalam satu kalimah dan yang pertama sukun
Apabila wau dan ya berkumpul dalam satu kalimah dan salah satunya didahului dengan sukun,
maka wau diganti ya. Kemudian ya yang pertama di-idgham-kan pada ya yang kedua.
Contoh :
asalnya
.
Apabila Wau atau Ya menempati ujung akhir kalimah, dan berharakah dhammah, maka
disukunkan. Contoh:
asalnya
.
.
Apabila wau menempati ujung akhir kalimah empat huruf atau lebih, dan sebelum wau tidak ada
huruf yang didhammahkan, maka wau tersebut diganti ya. Contoh
aslinya
.
.
.
Bilmana ada Wau jatuh setelah harakat Kasrah dalam Kalimah Isim atau Kalimah Fiil, maka
Wau tersebut harus diganti Ya. Contoh:
asalnya .
9. Huruf Illat Wau/Ya dibuang untuk menolak bertemunya dua huruf mati
.
.
Bilamana ada Wau atau Ya sukun, bertemu dengan husuf sukun lainnya, maka Wau atau
Ya tersebut dibuang, Contoh:
.
asalnya
10. Dua huruf sejenis/hampir sama makhraj-nya harus diidghamkan
Bilamana ada dua huruf sejenis atau hampir sama makhrajnya berkumpul dalam satu kalimah,
maka huruf yang pertama harus diidghamkan pada huruf yang kedua, ini setelah menjadikan
huruf yang hampir sama makhrajnya serupa dengan huruf yg kedua (lihat kaidah ilal ke 18),
karena beratnya pengulangan. contoh asalnya .
11. Dua Hamzah berkumpul, yang kedua diganti huruf yang sesuai dengan Harakat sebelumnya
.
: .
Bilamana terdapat dua huruf hamzah berkumpul sejajar dalam satu kalimah, yang nomor dua
sukun, maka huruf hamzah ini harus diganti dengan huruf yang sesuai dengan harakah hamzah
yang pertama. contoh
asalnya .
12. Wau atau ya yang sukun, keduanya tidak boleh diganti Alif
Wau atau ya yang sukun, keduanya tidak boleh diganti Alif, kecuali jika sukunnya tidak asli
dengan sebab pergantian harakat keduanya pada huruf sebelumnya (lihat kaidah Ilal ke 2).
Contoh: asalnya
.
Bilamana ada wau berada di akhir kalimah jatuh sesudah harakat dhammah didalam asal kalimah
Isim yang Mutamakkin (bisa menerima tanwin), maka wau tersebut diganti ya, kemudian
asalnya .
setelah itu harakat dhammah diganti kasrah. Contoh:
Apabila ada Ya yang mati dan sebelumnya adalah huruf yang berharakat Dlommah maka huruf
Ya harus diganti dengan Wawu. contoh: dan asalnya dan .
15. Isim Maful dari Fiil Mutal Ain, Wau Mafulnya dibuang menurut.
Sesungguhnya Isim Maful apabilaAin Fiilnya berupa huruf IIlat (Bina Ajwaf) maka wajib
membuang Wawu Mafulnya menurut Imam Syibawaeh (menurut Imam lain yg dibuang adalah
Apabila ada Fa Fiil dari wazan
berupa huruf Shod,Dhod,Tho dan Dzo(huruf
Ithbaq),maka huruf Ta yang jatuh sesudah huruf Ithbaq tersebut harus diganti Tha, karena
sulitnya mengucapkan huruf Ta yang jatuh setelah huruf Ithbaq. Digantinya Ta dengan Tho itu
.
Apabila ada Fa Fiil wazan
berupa huruf Dal,Dzal dan Za,maka huruf Ta (Ta zaidah
wazan
) yang jatuh sesudah huruf Dal,Dzal dan Za harus diganti Dal,karena sulitnya
mengucapkan Ta yang jatuh setelah huruf Dal,Dzal dan Za. Digantinya Ta dengan Dal karena
huruf Dal dan Ta berdekatan didalam makhrojnya. Contoh: , asalnya .
Makhrojnya dan berbeda sifatnya, karena huruf layn ( ) bersifat Jahr sedangkan
.
Apabila
ada
kalimat
yang
mengikuti
Wazan
dan
dan Fa Fiilnya
berupa huruf , , , , , , maka Ta dari kedua wazan tersebut boleh
diganti dengan huruf yang mendekati dalam Makhrojnya ( s/d ),kemudian huruf yang
pertama diidghomkan pada huruf yang kedua,demikian ini setelah huruf yang pertama dari kedua
huruf yang berdekatan makhrojnya tersebut dijadikan serupa dengan huruf yang kedua serta
memasang Hamzah Washol untuk mengawali huruf yang mati. Contoh:
asalnya . [2]
tempatnya.
Ibdal itu sama seperti ilal. Hanya saja dalam ilal yang menjadi sasaran adalah huruf illat,
artinya huruf illat yang satu mengganti tempatnya huruf illat yang lain. Sedang dalam ibdal yang
menjadi objeknya adalah huruf illat maupun huruf shahih. Artinya menempatkan huruf shahih di
tempatnya huruf illat sebagai gantinya atau menempatkan huruf shahih di tempat huruf shahih
yang lain.
a) Beberapa kaidah ibdal
Kaidah 1.
Huruf wawu dan ya diganti hamzah apabila berada di akhir kata dan sesudah alif zaidah
(tambahan).
Contoh:
Lafal
Asal
Arti Lafal
Asalnya asal fiil
Doa/permohonan
bangunan
Begitu pula alif yang berada di akhir kata dan sesudah alif zaidah juga harus diganti hamzah.
Contoh:
Lafal
Asal
Arti lafal
Wazan
Yang merah
Kaidah 2.
Huruf wawu dan ya diganti hamzah ketika menjadi ainnya isim fail dan diilal pada
fiilnya.
Contoh:
Isim fail
Asal
Arti
Fiilnya
Asal
Yang
berkata
Yang menjual
Kaidah 3.
Huruf mad zaidah yang berada di isim shahih akhir dan sebagai huruf ketiga itu harus
diganti hamzah apabila isim tersebut mengikuti wazan . Baik huruf mad tadi berupa alif,
wawu, atau ya.
Contoh:
Huruf mad
Mufrod
Jamak
Arti
Alif
Kalung
Wawu
Ya
Muka
Kaidah 4.
itu berada di antara dua huruf illat
Apabila alifnya jamak yang mengikuti wazan
pada isim shahihul akhir, maka huruf illat yang kedua diganti hamzah.
Contoh:
Mufrad
Jamak
Asal
Arti
Yang awal,pertama
Pemimpin,kepala,ketua
Anugerah,karunia
Kaidah 5.
Apabila ada wawu yang berharokat dhammah dan berada sesudah huruf yang sukun atau
sesudah huruf yang dibaca dhammah pula, maka wawu boleh diganti hamzah dan boleh pula
ditetapkan (tidak diganti hamzah). Tetapi yang diganti lebih bagus daripada yang tidak.
Contoh:
Mufrad
Jamak dengan
Tetap
Arti
diganti hamzah
Rumah
Yang menghalang-halangi
Kaidah 6.
Setiap kata yang telah kumpul padanya huruf wawu yang di depan, maka wawu yang
pertama wajib diganti hamzah sepanjang wawu yang kedua tadi tidak gantian (berasal) dari
alifnya . Sama juga wawu yang pertama itu sebagai huruf mad seperti pada nomor 1, atau
tidak seperti contoh nomor 2 di bawah ini:
Lafal
Arti
Asal
Keterangan
Wazan
Yang pertama
Muanas dari
Beberapa yang
pertama
Jamak dari
Kaidah 7.
Apabila fanya fiil yang mengikuti wazan itu berupa wawu atau ya, maka harus
diganti ta dan kemudian di idghamkan (masukkan) kedalam tanya.
Contoh:
Lafal
Asal
Arti
Berkelanjutan,
telah
sampai
Menjadi mudah
Menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah
Yang demikian tadi dengan syarat bahwa ya tersebut tidak berasal (gantian) dari hamzah.
Kalau ya berasal dari hamzah, maka tidak boleh diganti ta.
Contoh:
Lafal
Asal
Arti
Mengikuti perintah/bermusyawarah
Dan apabila fanya berupa dal, dzal, atau za, maka huruf tanya wajib diganti dal. Contoh:
Lafal
Asal
Arti
Mengaku
Mengingat- ingat
Menjadi sombong
Dan apabila fanya berupa shad, dhad, tha, atau dzha, maka tanya wajib diganti tha.
Contoh:
Lafal
Asal
Arti
Memilih
Tidur miring
Berlaku secara umum/sampai
Dan boleh diidghamkan sesudah huruf dal dan tha tersebut diganti dengan huruf yang sejenis
dengan huruf sebelumnya sehingga lafal tersebut menjadi: ,
, ,,
Kaidah 9.
Fiil yang fa fiilnya berupa : tsa, dzal, dal, za, shad, dhad, tha, atau dzha dari fiil
yang mengikuti wazan
, , itu sekiranya huruf ta pada wazan itu kumpul dengan
fa kalimat tersebut diatas, maka padanya boleh dilakukan adanya penggantian huruf ta dengan
huruf yang bisa sesuai (sejenis) dengan huruf sesudahnya, kemudian huruf pengganti ta tadi
diidghamkan ke dalam huruf sesudahnya. Sesudah demikian maka sulit dibaca karena huruf
pertamanya berupa huruf yang sukun, maka wajib mendatangkan hamzah washal.
Contoh:
Lafal
Asal
Arti
Menjadi berat
Melompati
Mengingat-ingat
Kaidah 10.
Apabila ada huruf ta, yang mati sebelum huruf dal, maka huruf ta wajib diganti dal dan
kemudian diidghamkan ke dalam huruf dal sesudahnya.
Contoh:
Lafal
Asal
Jamak dari
Arti
Anak kambing laki-laki
Kaidah 11.
Apabila ada huruf nun mati yang berada sebelum huruf mim atau ba, maka huruf nun itu
harus diganti mim.
Contoh:
Lafal
Asal
Arti
Terhapus
Satu tangkai
Hanya saja lafal yang kedua ini digantinya huruf nun dengan mim itu hanya dalam ucapanya saja
sedang dalam tulisanya masih ditulis nun.
Kaidah 12.
Huruf wawu diganti mim sesudah huruf hayang ada padanya dibuang.
Contoh:
Lafal
Asal
Arti
Jamaknya
Mulut
Dan pada saat lafal tersebut dimudhafkan, maka huruf mim boleh dikembalikan berupa
huruf aslinya yaitu wawu, dan boleh huruf mim sebagai pengganti wawu tadi ditetapkan.
Contoh:[3]
Lafal
Arti
Keterangan
Ini mulutmu
Mim dikembalikan berupa wawu
Ini mulutmu