HIPERTENSI
HIPERTENSI
HIPERTENSI
dengan 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg.1 Klasifikasi Hipertensi A. Menurut JNC 7:
Gambar 1. Klasifikasi hipertensi menurut JNC 7 Guideline for Hypertension1 B. Menurut ESH/ESC:
Gambar 2. Klasifikasi hipertensi menurut 2013 ESH/ESC Guideline for the Management of Arterial Hypertension2
C. Menurut AHA:
1
Gambar 3. Klasifikasi hipertensi menurut AHA3 Faktor Resiko:2 1. Gender laki-laki 2. Usia: laki-laki 55 tahun , perempuan 65 tahun 3. Merokok 4. Dislipidemia dengan total kolesterol > 190 mg/dl dan atau LDL > 115 mg/dl dan atau HDL: laki-laki < 40 mg/dl, perempuan < 46 mg/dl dan atau Trigliserida > 150 mg/dl 5. Kadar gula darah 102- 125 mg/dl 6. Hasil tes gula darah yang abnormal 7. Obesitas dengan BMI 30 kg/m2 8. Obesitas sentral dengan lingkar pinggang: laki-laki 102 cm , perempuan 88 cm (Kaukasia), laki-laki > 90 cm , perempuan > 80 tahun (Asia) 9. Riwayat keluarga yang mengalami penyakit kardiovaskular (laki-laki < 55 tahun, perempuan < 65 tahun) Adanya target kerusakan organ:1 1. Jantung: LVH, angina atau MI, gagal jantung 2. Otak: stroke, TIA 3. Gagal ginjal kronik 4. Penyakit arteri perifer 5. Retinopati hipertensi Target terapi pada hipertensi:
2
A. Menurut JNC 7:
Pada pasien tanpa factor resiko penurunan target tekanan darah sistol < 140 mmHg dan diastol < 90 mmHg Pada pasien dengan DM, dan gagal ginjal kronik target tekanan darah sistol < 130 mmHg dan diastol < 80 mmHg
B. Menurut ESH/ESC:
1. Nonmedikamentosa: Menurunkan berat badan.4 Mengurangi konsumsi garam efektif untuk menurunkan tekanan darah. Studi yang dilakukan AHA pada tahun 2006 dengan metanalisis menunjukkan adanya penurunan tekanan darah yang signifikan pada pembatasan konsumsi garam sebanyak 1,6 3,8 gram per hari. Pada orang yang tidak hipertensi terjadi penurunan tekanan darah sistolik 2,0 mmHg dan diastolik 1,0 mmHg, sedangkan pada yang hipertensi terjadi penurunan tekanan darah sistolik 5,0 mmHg dan diastolik 2,7 mmHg.4 Pembatasan konsumsi alkohol sebanyak 720 cc pada laki- laki dan 360 cc pada perempuan dapat menurunkan tekanan sistolik 3,3 mmHg, dan diastolic sebesar 2,0 mmHg. 4 Perbanyak konsumsi buah dan sayuran dan makanan rendah kolesterol. 4 Olahraga teratur selama 30 menit perhari. Berhenti merokok.
2. Medikamentosa Pada hipertensi yang perlu intervensi obat dapat diberikan pengobatan hipertensi oral dari diuretic, ACE inhibitor, Angiotensin Reseptor Blocker, Beta Blocker, dan Calcium Chanel Blocker. Diuretik a. Tiazid Menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada pars asendens ansa henle tebal, yang menyebabkan diuresis ringan. Suplemen kalium mungkin diperlukan karena efeknya yang boros kalium. Golongan obat antihipertensi ini merupakan obat antihipertensi yang prosesnya melalui pengeluaran cairan tubuh via urin. Golongan antihipertensi ini cukup cepat menurunkan tekanan darah namun dengan prosesnya yang melalui pengeluaran cairan, ada kemungkinan besar potassium ( kalium ) terbuang. Sediaan obat : Tablet Mekanisme kerja : mendeplesi (mengosongkan) simpanan natrium sehingga volume darah, curah jantung dan tahanan vaskuler perifer menurun. Dan menghambat reabsorpsi natrium dan klorida dalam pars asendens ansa henle tebal dan awal tubulus distal. Hilangnya K+, Na+, dan Clmenyebabkan peningkatan pengeluaran urin 3x. Hilangnya natrium menyebabkan turunnya GFR. Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Didistribusi keseluruh ruang ekstrasel dan hanya ditimbun dalam jaringan ginjal. Indikasi : digunakan untuk mengurangi udema akibat gagal jantung, cirrhosis hati, gagal ginjal kronis, hipertensi, Obat awal yang ideal untuk hipertensi, edema kronik, hiperkalsuria idiopatik. Digunakan untuk menurunkan pengeluaran urin pada diabetes inspidus (GFR rendah menyebabkan peningkatan reabsorpsi dalam nefron proksimal, hanya berefek pada diet rendah garam) Kontraindikasi : hypokalemia, hypomagnesemia, hyponatremia, hipertensi pada kehamilan, hiperurisemia, hiperkalsemia, oliguria, anuria, kelemahan, penurunan aliran plasenta, alergi sulfonamide, gangguan saluran cerna.
5
Dosis : Dewasa 25 50 mg/hr, Anak 0,5 1,0 mg/kgBB/ 12 24 jam b. Furosemide Nama paten : Cetasix, farsix, furostic, impungsn, kutrix, Lasix, salurix, uresix. Sediaan obat : Tablet, capsul, injeksi. Mekanisme kerja : mengurangi reabsorbsi aktif NaCl dalam lumen tubuli ke dalam intersitium pada ascending limb of henle dan menghambat reabsorpsi klorida dalam pars asendens ansa henle tebal. K+ banyak hilang ke dalam urin. Indikasi : Diuretik yang dipilih untuk pasien dengan GFR rendah dan kedaruratan hipertensi. Juga edema, edema paru dan untuk mengeluarkan banyak cairan. Kadangkala digunakan untuk menurunkan kadar kalium serum.Edema paru akut, edema yang disebabkan penyakit jantung kongesti, sirosis hepatis, nefrotik sindrom, hipertensi. Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui Efek samping : pusing. Lesu, kaku otot, hipotensi, mual, diare. Hiponatremia, hipokalemia, dehidrasi, hiperglikemia, hiperurisemia, hipokalsemia, ototoksisitas, alergi sulfonamide, hipomagnesemia, alkalosis hipokloremik, hipovolemia. Interaksi obat : indometasin menurunkan efek diuretiknya, efek ototoksit meningkat bila diberikan bersama aminoglikosid. Tidak boleh diberikan bersama asam etakrinat. Toksisitas silisilat meningkat bila diberikan bersamaan. Dosis : Dewasa 40 mg/hr, Anak 2 6 mg/kgBB/hr c. Amilorid Mekanisme Kerja : secara langsung meningkatkan ekskresi Na+ menurunkan sekresi K+ dalam tubulus kontortus distal. Indikasi : Digunakan bersama diuretik lain karena efek hemat K+ mengurangi efek hipokalemik. Dapat mengoreksi alkalosis metabolik.
Efek tak diinginkan : Hiperkalemia, kekurangan natrium atau air. Pasien dengan diabetes militus dapat mengalami intoleransi glukosa. d. Spironolakton Mekanisme Kerja : antagonis aldosteron (aldosteron menyebabkan retensi Na+). Juga memiliki kerja serupa dengan amilorid. Indikasi : digunakan dengan tiazid untuk edema (pada gagal jantung kongestif), sirosis, dan sindrom nefrotik. Juga untuk mengobati atau mendiagnosis hiperaldo-steronisme. Efek tak diinginkan : seperti amilorid. Juga menyebabkan ketidakseimbangan endokrin (jerawat, kulit berminyak, hirsutisme, ginekomastia). e. Triamterin Mekanisme Kerja : secara langsung menghambat reabsorpsi Na+ serta sekresi K+ dan H+ dalam tubulus koligentes. Indikasi : tidak digunakan untuk hiperaldosteronisme. Lain-lain seperti Spironolakton. Efek tak diinginkan : dapat menyebabkan urin menjadi biru dan menurunkan aliran darah ginjal. Lain-lain seperti amilorid. f. Manitol Mekanisme kerja : secara osmotic menghambat reabsorpsi natrium dan air. Awalnya menaikkan volume plasma dan tekanan darah. Indikasi : gagal ginjal akut, glaucoma, sudut tertutup akut, edema otak, untuk menghilangkan kelebihan dosis beberapa obat. Efek tak diinginkan : sakit kepala, mual, muntah, menggigil, pusing, polidipsia, letargi, kebingungan, dan nyeri dada. Antagonis reseptor beta a. Asebutol
Nama Paten : sacral, corbutol,sectrazide. Sediaan obat : tablet, kapsul. Mekanisme kerja : menghambat efek isoproterenol, menurunkan aktivitas renin, menurunka outflow simpatetik perifer. Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia,feokromositoma, kardiomiopati obtruktif hipertropi, tirotoksitosis. Kontraindikasi : gagal jantung, syok kardiogenik, asma, diabetes mellitus, bradikardia, depresi. Efek samping : mual, kaki tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, lesu Interaksi obat : memperpanjang keadaan hipoglikemia bila diberi bersama insulin. Diuretic tiazid meningkatkan kadar trigleserid dan asam urat bila diberi bersaa alkaloid ergot. Depresi nodus AV dan SA meningkat bila diberikan bersama dengan penghambat kalsium Dosis : 2 x 200 mg/hr (maksimal 800 mg/hr). b. Atenolol Golongan ini merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah bekerja dengan melalui proses memperlambat kerja jantung dan memperlebar pembuluh darah. Nama paten : Betablok, Farnomin, Tenoret, Tenoretic, Tenormin, internolol. Sediaan obat : Tablet Mekanisme kerja : pengurahan curah jantung disertai vasodilatasi perifer, efek pada reseptor adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor di ginjal. Indikasi : hipertensi ringan sedang, aritmia Kontraindikasi : gangguan konduksi AV, gagal jantung tersembunyi, bradikardia, syok kardiogenik, anuria, asma, diabetes. Efek samping : nyeri otot, tangan kaki rasa dingin, lesu, gangguan tidur, kulit kemerahan, impotensi.
8
Interaksi obat : efek hipoglikemia diperpanjang bila diberikan bersama insulin. Diuretik tiazid meningkatkan kadar trigliserid dan asam urat. Iskemia perifer berat bila diberi bersama alkaloid ergot. Dosis : 2 x 40 80 mg/hr c. Metoprolol Nama paten : Cardiocel, Lopresor, Seloken, Selozok Sediaan obat : Tablet Mekanisme kerja : pengurangan curah jantung yang diikuti vasodilatasi perifer, efek pada reseptor adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor beta 1 di ginjal. Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya pendek, dan dapat diberikan beberapa kali sehari. Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan simpatik, sehingga menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Penghambat beta dapat menembus barrier plasenta dan dapat masuk ke ASI. Indikasi : hipertensi, miokard infard, angina pektoris Kontraindikasi : bradikardia sinus, blok jantung tingkat II dan III, syok kardiogenik, gagal jantung tersembunyi Efek samping : lesu, kaki dan tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, diare Interaksi obat : reserpine meningkatkan efek antihipertensinya Dosis : 50 100 mg/kg d. Propanolol Nama paten : Blokard, Inderal, Prestoral Sediaan obat : Tablet
9
Mekanisme kerja : tidak begitu jelas, diduga karena menurunkan curah jantung, menghambat pelepasan renin di ginjal, menghambat tonus simpatetik di pusat vasomotor otak. Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya pendek, dan dapat diberikan beberapa kali sehari. Sangat mudah berikatan dengan protein dan akan bersaing dengan obat obat lain yang juga sangat mudah berikatan dengan protein. Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan simpatik, sehingga menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Penghambat beta dapat menembus barrier plasenta dan dapat masuk ke ASI. Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren, stenosis subaortik hepertrofi, miokard infark, feokromositoma Kontraindikasi : syok kardiogenik, asma bronkial, brikadikardia dan blok jantung tingkat II dan III, gagal jantung kongestif. Hati hati pemberian pada penderita biabetes mellitus, wanita haminl dan menyusui. Efek samping : bradikardia, insomnia, mual, muntah, bronkospasme, agranulositosis, depresi. Interaksi obat : hati hati bila diberikan bersama dengan reserpine karena menambah berat hipotensi dan kalsium antagonis karena menimbulkan penekanan kontraktilitas miokard. Henti jantung dapat terjadi bila diberikan bersama haloperidol. Fenitoin, fenobarbital, rifampin meningkatkan kebersihan obat ini. Simetidin menurunkan metabolism propranolol. Etanolol menurukan absorbsinya. Dosis : dosis awal 2 x 40 mg/hr, diteruskan dosis pemeliharaan. Antagonis Kalsium a. Diltiazem Nama paten : Farmabes, Herbeser, Diltikor. Sediaan obat : Tablet, kapsul
10
Mekanisme kerja : menghambat asupan, pelepasan atau kerja kalsium melalui slow cannel calcium. Indikasi : hipertensi, angina pectoris, MCI, penyakit vaskuler perifer. Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui, gagal jantung. Efek samping : bradikardia, pusing, lelah, edema kaki, gangguan saluran cerna. Interaksi obat : menurunkan denyut jantung bila diberikan bersama beta bloker. Efek terhadap konduksi jantung dipengaruhi bila diberikan bersama amiodaron dan digoksin. Simotidin meningkatkan efeknya. Dosis : 1 x 180 mg/hr b. Nifedipin Nama paten : Adalat, Carvas, Cordalat, Coronipin, Farmalat, Nifecard, Vasdalat. Sediaan obat : Tablet, kaplet Mekanisme kerja : menurunkan resistensi vaskuler perifer, menurunkan spasme arteri coroner. Indikasi : hipertensi, angina yang disebabkan vasospasme coroner, gagal jantung refrakter. Kontraindikasi : gagal jantung berat, stenosis berat, wanita hamil dan menyusui. Efek samping : sakit kepala, takikardia, hipotensi, edema kaki. Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker menimbulkan hipotensi berat atau eksaserbasi angina. Meningkatkan digitalis dalam darah. Meningkatkan waktu protombin bila diberikan bersama antikoagulan. Simetidin meningkatkan kadarnya dalam plasma. Dosis: 1 x 30 mg/ hari c. Verapamil Nama paten : Isoptil Sediaan obat : Tablet, injeksi
11
Mekanisme kerja : menghambat masuknya ion Ca ke dalam sel otot jantung dan vaskuler sistemik sehingga menyebabkan relaksasi arteri coroner, dan menurunkan resistensi perifer sehingga menurunkan penggunaan oksigen. Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren. Kontraindikasi : gangguan ventrikel berat, syok kardiogenik, fibrilasi, blok jantung tingkat II dan III, hipersensivitas. Efek samping : konstipasi, mual, hipotensi, sakit kepala, edema, lesu, dipsnea, bradikardia, kulit kemerahan. Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker bias menimbulkan efek negative pada denyut, kondiksi dan kontraktilitas jantung. Meningkatkan kadar digoksin dalam darah. Pemberian bersama antihipertensi lain menimbulkan efek hipotensi berat. Meningkatkan kadar karbamazepin, litium, siklosporin. Rifampin menurunkan efektivitasnya. Perbaikan kontraklitas jantung bila diberi bersama flekaind dan penurunan tekanan darah yang berate bila diberi bersama kuinidin. Fenobarbital nemingkatkan kebersihan obat ini. Dosis : 2 x 120 mg/hr ACE Inhibitor a. Captopril Nama paten : Capoten, Zestril Sediaan obat : Tablet Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga menurunkan angiotensin II yang berakibat menurunnya pelepasan renin dan aldosterone.dan menghambat ACE pada paruparu, yang mengurangi sintesis vasokonstriktor, angiotensin II. Menekan aldosteron, mengakibatkan natriuesis. Dapat merangsang produksi vasodilator (bradikinin, prostaglandin). Indikasi : hipertensi, gagal jantung. hipertensi, terutama berguna untuk hipertensi dengan rennin tinggi. Obat yang disukai untuk pasien hipertensi dengan nefropatidiabetik karena kadar glukosa tidak dipengaruhi.
12
Kontraindikasi : hipersensivitas, hati hati pada penderita dengan riwayat angioedema dan wanita menyusui. Dan semua penghambat ACE : dosis pertama hipotensi, pusing, proteinuria, ruam, takikardi, sakit kepala. Kaptopril jarang menyebabkan agrunolositosis atau neutropenia. Dosis : 2 3 x 25 mg/hr. Efek samping : batuk, kulit kemerahan, konstipasi, hipotensi, dyspepsia, pandangan kabur, myalgia. Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretika. Tidak boleh diberikan bersama dengan vasodilator seperti nitrogliserin atau preparat nitrat lain. Indometasin dan AINS lainnya menurunkan efek obat ini. Meningkatkan toksisitas litium. b. Ramipril Nama paten : Triatec Sediaan obat : Tablet Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II terganggu, mengakibatkan menurunnya aktivitas vasopressor dan sekresi aldosterone. Indikasi : hipertensi Kontraindikasi : penderita dengan riwayat angioedema, hipersensivitas. Hati hati pemberian pada wanita hamil dan menyusui. Dosis : awal 2,5 mg/hr Efek samping : batuk, pusing, sakit kepala, rasa letih, nyeri perut, bingung, susah tidur. Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretika. Indometasin menurunkan efektivitasnya. Intoksitosis litiumm meningkat.
13
14
DAFTAR PUSTAKA
15
1. US Department of Health and Human Services. The seventh report of Joint National
Committee: prevention, detection, evaluation and treatment of high blood pressure. Accessed in August, 23rd 2013. Available at: http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/express.pdf 2. Mancia G, Fagard R, Narkiewicz K, Redon J, Zanchetti A, Bohm M, Christiaens T, et al. 2013 ESH/ ESC Guidelines for the management of arterial hypertension. Accessed in August, 23rd 2013. Available at: http://www.escardio.org/guidelines-surveys/escguidelines/GuidelinesDocuments/guidelines_arterial_hypertension-2013.pdf 3. American Heart Association. Understanding blood pressure readings. Accessed in August, 23rd 2013. Available at: http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HighBloodPressure/AboutHighBloodPres sure/Understanding-Blood-Pressure-Readings_UCM_301764_Article.jsp 4. Appel LJ, Brands MW, Daniels SR, Karanja N, Elmer PJ, Sacks FM. Dietary approaches to prevent and treat hypertension: a scientific statement from the American Heart Association. Hypertension. 2006;47:296-308
16