Sol Liofil
Sol Liofil
Sol Liofil
1. Tujuan Percobaan
a. Mengetahui cara pembuatan koloid dengan sIstem emulsi.
b. Mengetahui waktu pemisahan zat dengan cara emulsi.
2. Teori Dasar
Koloid adalah partikel yang mempunyai diameter yang terletak antara 1 atau 100 milimikron
dalam suatu medium pelarut, telah kita ketahui bahwa terdapat 3 fase zat yaitu padat, cair, dan
gas. Dari ketiga fase tersebut dapat dibuat 9 kombinasi campuran fase zat, tetapi yang dapat
membentuk sistem koloid, hanya 8. Kombinasi campuran fase gas menghasilkan campuran
homogen (satu fase) sehingga tidak dapat membentuk sistem koloid. Sebelum mengetahui fase
zat, beberapa fase zat dengan sistem koloid sebagai berikut :
1. Sistem koloid fase zat pada zat padat cair (sol)
Sistem koloid fase padat-cair disebut sol. Sol terbentuk dari fase terdispersi berupa zat padat dan
fase pendispersi berupa cairan. Sol yang memadat disebut gel. Berikut contoh sistem koloid fase
padat-cair:
a. agar-agar d. cat
b. cairan kanji e. gelatin
c. pektin f. tinta
2. Sistem koloid fase zat padat-padat (sol padat)
Sistem koloid fase padat-padat terbentuk dari fase terdispersi dan pendispersinya sama-sama
berwujud padat, sehingga dikenal dengan sol padat. Berikut contoh sistem koloid fase padat-
padat adalah logam campuran (aloi), misalnya; stainless steel, yang terbentuk dari campuran
logam besi, kromium, dan nikel.
3. Sistem koloid fase padat-gas (aerosol padat)
Sistem koloid ini terbentuk dari fase terdispersi berupa padat dan pendispersinya berupa gas.
Contohnya asap dari pembakaran sampah, atau asap dari kendaraan bermotor. Partikel padat
yang berada di udara disebut partikular padat. Sistem dispersi zat padat di udara disebut aerosol
padat. Sebenarnya, istilah aerosol lazim digunakan untuk menyatakan sistem dispersi zat cair di
dalam medium gas sehingga tidak perlu disebut aerosol cair.
4. Sistem koloid fase cair-gas (aerosol)
Sistem koloid yang terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan fase pendispersi berupa
gas. Contohnya adalah kabut (fog) dan awan. Partikel- partikel zat cair terdispersi di udara di
sebut partikulat cair. Beberapa contoh aerosol, antara lain: hairspray, obat nyamuk semprot,
parfum, cat semprot, dan lain-lain. Pada produkproduk tersebut digunakan zat pendorong
(propellant) berupa senyawa klorofluokarbon (CFC)
5. Sistem koloid fase cair-cair (emulsi)
Sistem koloid fase cair-cair terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan medium
pendispersinyajuga berupa cairan. Contohnya air dan minyak. Keduanya tidak dapat bercampur
terkecuali jika ditambahkan suatu penghubung yaitu detergen.
6. Sistem koloid fase cair-padat (emulsi padat)
Sisitem koloid fase cair-padat terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan medium
pendispersi berupa zat padat. Contohnya: keju, mentega, mutiara.
7. Sistem koloid fase cair-gas (busa)
Sistem koloid ini terbentuk dari fasependispersi berupa gas dan medium berupa zat cair. Jika
anda mengocok larutan tersebut terdapat rongga yang terlihat kosong. Busa sabun merupakan
fase gas dalam medium cair.
Contohnya: sabun, detergen, protein, dan tenin.
8. Sistem koloid fase gas-padat (busa padat)
Sistem koloid ini terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan medium pendispersi berupa zat
padat yang dikenal dengan istilah busa padat, sedangkan dispersi gas dalam medium cair disebut
busa. Contoh fase busa padat adalah karet busa dan batu apung.
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaanya terletak antara larutan dan suspensi
(campuran kasar). Sifat yang terdapat dalam sistem koloid pun berbeda-beda baik itu sifat larutan
ataupun suspensinya. Sistem koloid terdiri dari dua komponen yaitu fase terdispersi (zat yang
tersebar merata) serta fase pendispersi (zat medium tempat partikel-partikel koloid itu terpencar).
Jika pasir dicampurkan kedalam air, pasir dan air akan memisah ketika campuran diamankan,
campuran seperti ini disebut suspensi. Dapat dilihat pada tabel dibawah mengenai berbagai jenis
koloid.
Tabel 4.1.
Jenis jenis koloid
No. Fase Terdispersi Fase Pendispersi Nama Contoh
1. Padat Gas Aerosol Asap, debu
2. Padat Cair Sol Sol emas, tinta, cat
3. Padat Padat Sol Padat Gelas berwarna hitam,
intan hitam
4. Cair Gas Aerosol Kabut, awan
5. Cair Cair Emulsi Susu, santan, minyak
ikan
6. Cair Padat Emulsi Padat Jelly, mutiara, opal
7. Gas Cair Buih Buih sabun, krim kocok
8. Gas Padat Buih Padat Karet busa,batu apung
Sifat sifat khas koloid :
a. Efek tyndall
Efek tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid.
b. Gerak brown
gerak brown adalah gerak acak, gerak tidak beraturan dari partikel koloid. c. Adsorbsi
Beberapa partikel koloid mempunyai sifat absorbsi (penyerapan) terhadap partikel atau ion
senyawa yang lain. Penyerapan pada permukaan ini disebut absorbsi (harus dibedakan dengan
absorbsi yang berarti penyerapan sampai ke bawah permukaan).
Contoh:
- koloid Fe(OH)
3
bermuatan positif karena permukaannya ion H
+
- koloid As
2
S
3
bermuatan negatif karena permukaanya menyerap ion S
2
d. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya
koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara
fisik seperti pemanasan, pendinginan, dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan
elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
e. Koloid liofil dan koloid liofoh
Koloid ini terjadi pada sol (fase padat cair). Koloid liofil merupakan sistem koloid yang
afinitas fase terdispersinya besar terhadap medium pendispersi, contoh: sol kanji, agar-agar, lem,
cat. Sedangkan koloid liofoh adalah sistem koloid yang afinitas fase terdispersinya kecil terhadap
medium pendispersinya, contoh: sol belerang, sol emas.
Pembuatan koloid terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Cara kondensasi
Prinsip Partikel molekular
kondensasi
partikel koloid
Reaksi kimianya antara lain: Reaksi Redoks, hidrolisis, substitusi, dan penggaraman.
2. Cara dispersi
Prinsipnya: Partikel dasar Partikel koloid Cara dispersi dapat dilakukan dengan cara mekanik
/kimia:
a. Cara mekanik : dari gumpalan partikel yang besar kemudian dihaluskan dengan cara
penggerusan atau penggilingan.
b. Cara busur bredig : digunakan untuk membuat sol-sol garam.
c. Cara peptisasi : pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan
bantuan suatu zat perneptisasi (pemecah)
Berdasarkan perbedaan ukuran zat yang didispersikan maka sistem dispersi dibedakan menjadi :
1. Dispersi kasar(suspensi) : air sungai yang keruh, tanah liat dengan air.
2. Dispersi koloid: partikel-partikel zat yang terdispersi berukuran antara 10
-7
cm 10
-5
cm.
Contoh : tinta, susu , asap dan kabut.
3. Dispersimolekuler ( larutan sejati) : partikel-partikel zat yang terdispersi berukuran lebih kecil
10
-7
cm. Contoh : gula, atau garam dapur dalam air.
3. Alat dan Bahan
3.1. Alat yang digunakan
a. Rak tabung reaksi
b. Tabung reaksi
c. Gelas ukur
d. Pipet tetes
e. Sendok
4.3.2. Bahan yang digunakan
a. Minyak tanah
b. Bubuk detergen
c. Air
4. Prosedur Percobaan
a. Masukkan 5 ml minyak tanah dan 10 ml air kedalam tabung reaksi.
Biarkan sampai terjadi pemisahan antara kedua cairan.
b. catat waktu yang diperlukan untuk pemisahan tersebut.
c. pada tabung yang berisi minyak dan air tersebut, tambahkan sedikit bubuk deterjen dan kocok.
Catat waktu pemisahan.
d. bandingkan waktu yang diperlukan untuk pemisahan saat ditambahkan dengan deterjen dan
tanpa penambahan deterjen.
5. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1.
Hasil Pengamatan terhadap larutan minyak
Cairan Waktu pemisahan Perubahan
Minyak + Air 47,49 s Atas: minyak
Bawah: air
Minyak + deterjen 157 s Atas: gelembung
Tengah: minyak + sabun
Bawah: air + sabun
6. Pembahasan
5 ml minyak tanah yang yang telah dicampurkan dengan air ( H
2
O ), waktu yang diperlukan
setelah terjadi pencampuran dan pemisahan adalah 47,49 detik. Setelah penambahan bubuk
detergen ke dalam campuran minyak tanah dan air ( H
2
O ) dan setelah dikocok, waktu (t) yang
diperlukan untuk terjadi pemisahan adalah 1 menit 57 detik. Pada percobaan ini pengukuran
waktu harus dilakukan dengan teliti dan cermat, sehingga pengukurannya dapat tepat dan akurat.
Dalam hal ini minyak tanah dan air tidak tercampur, hal ini menandakan syarat terjadinya emulsi
bahwa kedua jenis zat cair tidak saling melarutkan. Emulsi terbentuk karena pengaruh
pengemulsi ( emulgator ). Jika campuran minyak dengan air dikocok, maka akan diperoleh suatu
campuran yang akan segera memisah jika didiamkan. Akan tetapi jika sebelum dikocok
ditambahkan detergen, maka diperoleh campuran yang stabil yang disebut EMULSI. Air bersifat
polar tidak dapat bercampur minyak yang bersifat non polar, untuk dapat mengemulsikan air dan
minyak tanah, harus ada zat penghubung antara keduanya. Zat penghubung ini harus memiliki
gugus polar (gugus yang dapat larut dalam air) juga harus memiliki gugus non polar (gugus yang
dapat larut dalam minyak) sehingga zat penghubung tersebut dapat bercampur dengan air dan
dapat pula bercampur dengan minyak tanah.
air penghubung (deterjen) minyak tanah
Sistem kolid cair cair disebut emulsi zat penghubung yang menyebabkan pembentukan emulsi
disebut emulgator (pembentuk emulsi).
7. Kesimpulan dan Saran
7.1. Kesimpulan
a. Percobaan ini termasuk jenis koloid fase cair-cair (emulsi) karena terbentuk dari fase
terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersinya juga berupa cairan.
b. Detergen yang dicampurkan ke dalam minyak tanah dan air digunakan sebagai penghubung
atau elmugator.
c. Pemisahan bubuk detergen memerlukan waktu yang lebih lama (1 menit 57 sekon)
dibandingkan dengan campuran air dan minyak tanah (47.49 sekon).
d. Secara makroskopis air dan minyak yaitu homogen tetapi secara mikroskopik berbeda atau
heterogen, sifat campuran air, minyak tanah dan bubuk detergen ktika dikocok seakan tercampur
setelah didiamkan terjadi pemisahan antara ketiga campuran tersebut tidak larut
7.2. Saran
a. Sebelum memulai praktikum, sebaiknya peralatan peralatan yang telah disiapkan di
laboratorium dibersihkan terlebih dahulu.
b. Lakukan dengan cermat dalam menghitung waktu selama proses pemisahan.
c. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, ulangi percobaan tersebut.