Makalah PBL Blok 6
Makalah PBL Blok 6
Makalah PBL Blok 6
Pendahuluan
Pada manusia, organ pendengaran atau telinga merupakan salah satu bagian dari tubuh yang
mempunyai fungsi sensoris ganda yaitu untuk mempertahankan keseimbangan dan
mendengar(stato-akustik).1 Gangguan yang terjadi pada pendengaran manusia dapat
diakibatkan karena beberapa hal yang berhubungan dengan fungsi organ pendengaran itu
sendiri ataupun proses dan mekanisme pendengaran yang terjadi dalam tubuh manusia.
Dengan memahami struktur dan fungsi organ-organ yang berhubungan dengan pendengaran,
beserta mekanisme yang terjadi didalamnya pembaca diharapkan dapat memahami secara
lebih dalam tentang penyebab terjadinya gangguan pendengaran yang seringkali dialami oleh
manusia.
Pembahasan
A. Struktur Makroskopik dan Mikroskopik
1. Organ Telinga
Organ telinga (auris) atau yang disebut dengan aparatus vestibulokoklearis merupakan
salah satu bagian dari tubuh yang mempunyai fungsi sensoris ganda yaitu untuk
mempertahankan keseimbangan dan mendengar(stato-akustik). Berdasarkan strukturnya,
sistem ini dapat dibagi dalam 3 bagian yaitu : (1) Telinga Luar, yang menerima gelombang
suara, (2) Telingan Tengah, dimana gelombang suara dipindahakan dari udara ke
tulanngdan oleh tulang dipindahkan ke telinga dalam, dan (3) Telinga Dalam, dimana
1
getaran diubah menjadi impuls saraf spesifik yang berjalan melalui nervus akustikus ke
susunan saraf pusat.1-5 Selain tiga bagian telinga tersebut, terdapat membrana tympanica
yang memisahkan telinga luar dan telinga tengah sehingga telinga tengan disebut juga
dengan cavum tympani. Sedangkan tuba auditiva menghubungkan telinga tengah dengan
nasopharynx.2
Reseptor sensoris khas bagi gerakan dan suara terletak dalam struktur bermembran di
telinga dalam, sementara telinga tengah dan luar berhubungan dengan resepsi,transmisi dan
penggandaan gelombang suara yang masuk.1 Pada telinga dalam, juga terdapat vestibuler
yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan.3
(1) Telinga Luar
Bagian telinga luar atau yang disebut dengan auris externa ini berfungsi untuk menerima
gelombang suara yang disalurkan pada gendang telinga (membran timpani). Telinga luar ini
terdiri atas auricularia yang menghimpun bunyi dan meatus akustius externus yang
menghantar bunyi ke membran timpani.
Auricula
Auricula yang berfungsi mengumpulkan getaran udara mempunyai bentuk khas yang
dibentuk dari tulang rawan elastis tipis dan dilapisi oleh kulit pada kedua permukaannya.
Kelenjar sebasea dan beberapa kelenjar keringat terdapat pada dermis kulitnya. 1,3,4,5
Auricula mempunyai otot intrinsik dan ekstrensik, Auricula ini menyempit menjadi
meatus akustikus externus.4
Meatus Akustikus Externus
Meatus akustikus externus merupakan tabung berkelok yang menghubungkan auricula
dengan membrana tympani. Tabung ini berfungsi menghantarkan gelombang suara dari
auriculasampai ke membran tympani. Meatus ini meluas dari concha auricularis ke
membrana tympanica.3,4 Pada meakus akustikus ini tampak sebagian saluran yang sedikit
sempit dengan dindin yang kaku.3 Sepertiga bagian terluar meatus akustikus ini disokong
oleh tulang rawan elastis yang merupakan lanjutan dari auricula telinga luar, dan sisanya
dibentuk oleh tulang temporal. Meatus dibatasi oleh kulit dengan sejumlah rambut,
kelenjar sebasea , dan modifikasi kelenjar keringat apokrin tubuler yang berkelok-kelok
yang mensekresi zat lemak setengah padat berwarna kecoklat-coklatan yang dinamakan
serumen. Rambut dan serumen merupakan barier lengket untuk mencegah masuknya
benda asing.1-4
Membrana Tympanica
Makroskopik :
Membrana tympanica yang berbentuk bulat berdiameter lebih kurang 1cm adalah
selembar selaput yang tipis,jorong, dan setengah tembus pandang, terentang pada ujung
medial tuba auditoria. Selaput ini merupakan sekat antara bagian eksternal telinga
terhadap bagian tengahnya. Pinggir membrana tympani ini tebal dan melekat di dalam
alur pada tulang. Alur itu, yaitu sulcus tympanicus, diatasnya beebentuk incisura. Dari
sisi-sisi incisura ini berjalan dua plica yaitu plica malearis anterior dan posterior, yang
menuju ke proccesus lateralis mallei. Daerah segitiga kecil pada membrana tympanica
yang dibatasi oleh plica-plica tersebut lemas dan disebut pars flaccida. 4 Disebelah luar
membrana tympanica dilapisi oleh kulit yang tipis dan disebelah dalam oleh membran
mukosa. Ke arah meatus acusticus externus, membrana tympanica adalah cekung dengan
bagian tengah yang lebih rendah, dikenal sebagai umbo membranae tympanica. Dari
umbo membrana typanicae memancar daerah yang cerah ke antero-inferior, yakni kerucut
cahaya. Membrana tympanica bergerak sebagai reaksi terhadap getaran udara yang
sampai padanya melalui meatus akustikus externus. Gerak membrana tympanica
diteruskan oleh ossicula auditoria (malleus,incus, dan stapes) melalui telinga tengah ke
telinga dalam.2
Mikroskopik :
Pada malleus yang melekat di membrana tympani dan stapes membran dari foramen
seperti semua struktur dari rongga tersebut , mereka diliputi oleh epitel selapis gepeng. Di
sebelah luar membrana tympani ini tertutup oleh kulit yang melapisi meatus dan di bagian
dalan oleh suatu lapisan epitel pipih.
(2) Telinga Tengah
Makroskopik
Telinga tengah adalah ruang berisi udara yang terletak pada pars petrosa os temporal yang
dilapisi oleh membrana mucosa dan dipisahkan dari meatus akustikus externus
oleh
membran tympani.1-5 Telinga tengah ini merupakan rongga tak teratur yang memisahkan
membrana tympani dan telinga luar dari permukaan tulang telinga dalam.3 Ruang ini berisi
tulang-tulang pendengaran yang berfungsi meneruskan getaran membrana tympani
(gendang telinga) ke perilympha telinga dalam. 4 Telinga tengah ini terdiri atas cavum
tympani, tuba Eustachii, dan rongga mastoid.2,4
a. Cavum Tympani
Cavum tympani berbentuk celah sempit yang miring dengan sumbu panjang terletak lebih
kurang sejajar dengan bidang membran tympani. Di depan, ruang ini berhubungan dengan
nasopharynx melalui tuba auditiva dan dibelakang dengan antrum mastoideum. Cavum
tympani memiliki 4 dinding, satu atap dan sebuah dasar.2,4
a. Atapnya atau yang disebut dengan dinding tegmental dibentuk oleh selembar tulang
yang tipis, yakni tegmen tympani, yang memisahkan cavum tympani dari dura meter
pada dasar fossa cranii media.
b. Dasar atau lantainya dibentuk oleh selapis tulang yang memisahkan cavum tympanica
dari bulbus superior vena jugularis interna.
c. Dinding anterior(karotid) dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang memisahkan
cavum tympani dari canalis carotis interna. Pada bagian atas dinding ini terdapat
ostium pharyngeum tubae auditoriae dan terusan untuk musculus tensor tympani.
d. Dinding posterior (mastoid) dihubungkan dengan antrum mastoiddeum melalui
auditus dan selanjutnya dengan cellulae mastoideae di dalam processus mastoideus.
Kearah anteroinferior antrum mastoideum berhubungan dengan canalis facialis.
Dibawah nya terdapat penonjolan yang berbentuk kerucut ,sempit dan kecil disebut
pyramis, dari puncak pyramis ini muncul musculus stapedius.
e. Dinding medial atau dinding labirintal memisahkan cavum tympanica dari telinga
dalam.
f. Dinding lateral yang merupakan bagian berupa selaput ini dibentuk hampir
seluruhnya oleh membrana tympanica.
Dalam dinding tulang telinga tengah bagian medial terdapat 2 daerah bujur yang tidak
mengandung tulang dan diliputi oleh membran, bujur ini adalah foramen ovale dan foramen
rotunda.3,4 Membrana tympani akan dihubungkan dengan foramen ovale oleh 3 tulang
pendengaran yang disebut dengan ossicula auditoria yang terdiri dari malleus,incus, dan
stapes yang membentuk serangkaian tulang yang teratur melintang di dalam cavitas
tympanica.1-5
1. Malleus adalah tulang pendengaran terbesar dan terdiri atas bagian superior yang agak
membulat disebut caput mallei dan terletak di dalam recessus epitympanicus, kemudian
collum mallei terapat pada bagian membrana tympanica yang kendur, dan manubrium
mallei tertanam di dalam membrana tympanica dan bergerak bersamanya. Proccesus
anterior adalah tonjolan tulang kecil yang dihubungkan dengan dindin anterior cavum
tympani oleh sebuah ligamen. Proccesus laterlas menonjol ke lateral dan melekat pada
plica mallearis anterior dan posterior membrana tympani.
2. Incus memiliki corpus yang yang berbentuk bulat yang terletak di dalam recessus dan
bersendi di anterior dengan caput mallei. Crus longum nya berjalan ke bawah di
belakang dan sejajar dengan manubrium mallei. Ujung bawahnya melengkung ke
medial dan bersendi dengan caput stapedis. Sedangkan crus brevisnya menonjol ke
belakang berhubungan dengan dinding posterior cavum tympanica melalui sebuah
ligamentum.
3. Stapes yang merupakan tulang pendengaran terkecil dan menempati fenestra vestibuli
pada dinding medial cavum tympani. Caput stapedis kecil dan bersendi dengan crus
longum incudis. Collumnya berukuran sempit dan merupakan tempat insersio musculus
stapedis. Selain itu, stape memiliki dua lengan dan sebuah basis. Kedua lengan berjalan
divergen dari collum dan melekat pada basis yang lonjong.
Terdapat dua otot yang menggerakkan ossicula auditoria dan dengan demikian
mempengaruhi membrana tympanica.1-5
1. Musculus Tensor Tympani
Origo : Cartilago tuba auditiva dan dinding tulang salurannya sendiri.
Insersio : Otot langsing ini berjalan ke belakang dan berakhir sebagai teno bulat
yang membelok ke lateral di sekitar processus cochleariformis dan berinsersio pada
manubrium mallei.
Fungsi : Secara refleks meredam getaran malleus dengan lebih menegangkan
membrana tympani.
2. Musculus Stapedius
Origo : Pyramis , penonjolan tulang pada dinding posterior cavum tympanica.
Insersio : Tendo muncul dari puncak pyramis an berinsersio pada bagian belakang
collum stapedis.
Fungsi : Secara refleks meredam getaran stapes dengan menarik collumnya.
b. Tuba Auditiva (Eustachii)
Tuba auditiva ini menghubungkan cavum tympanica dengan nasopharynx. Sepertiga
bagian posteriornya adalah tulang dan dua pertiga anterior sisanya adalah cartilago tulang
rawan. Tuba auditiva ini memungkinkan penyelarasan tekanan dengan lingkungan luar, dan
dengan demikian menjamin bahwa membrana tympanica dapat bergerak secara bebas.
Dengan memungkinkan udara memasuki dan meninggalkan cavitas tympanica saat menelan,
tekanan di kedua sisi membrana tympanica disamakan. Tuba auditiva ini berhubungan
dengan nasopharynx dengan berjalan melalui pinggir atas musculus contrictor pharynges
superior.1-4
c. Antrum Mastoideum
Antrum mastoideum ini terletak di belakang cavum tympani di dalam pars petrosa ossis
temporalis dan berhubungan dengan telinga tengah melalui auditus. Iameter auditus lebih
kurang 1cm.
Dinding anterior berhubungan dengan telinga tengah dan berisi aditus adantrum.
Dinding posterior memisahkan antrum dari sinus sigmoideus dan cerebellum.
Dinding lateral tebalnya 1,5cm dan membentuk dasar trigonum suprameatus.
Dinding medial berhubungan dengan canalis hemicularis poterior.
Dinding superior merupakan lempeng tipis tulang, yaitu tegmen timpani, yang
berhubungan dengan meninges pada fossa cranii media dan lobus temporalis cerebri.
Dinding inferior berlubang lubang , menghubungkan antrum dengan cellulae mastoideae.
Cellulae Mastoideae : Processus mastoideus mulai berkembang pada tahun kedua
kehidupan. Cellulae mastoideae adalah suatu seri rongga yang saling berhubungan dalan
processus mastiodeus, yang diatas berhubungan dengan antrum dan cavum tympani. Ronggarongga ini dilapisi oleh membrana mukosa.4
Mikroskopik
Pada struktur mikroskopik telinga tengah,
makroskopiknya. Hanya saja, pada mikroskopik tambahan yaitu keseluruhan telinga tengah
dan rongga mastoid dilapisi epitel selapis gepeng atau cuboid, sedangkan pada bagian
dalamnya dilapisi dengan
Putaran basal pertama dari cochlea inilah yang tampak sebagai promontorium pada
dinding medial telinga tengah.2,4
Modiolus mempunyai basis yang lebar, terletak pada dasar meatus acusticus internus.
Modiolus ditembus oleh cabang-cabang n.cochlearis. Pinggir spiral yaitu lamina spiralis,
mengelilingi modiolus dan menonjol ke dalam canalis dan membagi canalis ini.
Membrana basilaris terbentang dari pinggir bebas lamina spiralis sampai ke dinding luar
tulang, sehingga membelah canalis cochlearis menjadi scala vestibuli di sebelah atas dan
scala tympani di sebelah bawah. Perilympha di dalam scala tympani dipisahkan dari
cavum tympani oleh membrana tympani secundaria pada fenestra.4
Vestibulum. Merupakan rongga tengah labyrinthus oseus yang yang mengandung dua
komponen dari labirin membranosa yaitu utriculus dan sacculus, bagian-bagian dari
piranti keseimbangan yang dihubungkan oleh duktus pendek berbentuk Y tempat
bermulanya duktus endolimfatik.Vestibulum terletak posterior terhadapap cochlea dan
anterior terhadapa canalis semisircularis. 1,2,4
Canalis Semisircular. Ketiga canalis semisircularis yaitu canalis semisircularis superior,
posterior dan lateral bermuara ke bagaian posterior vestibulum. Setiap canalisnya
mempunyai pelebaran di daerah ujungnya disebut dengan ampulla. Canalis bermuara ke
vestibulum ke dalam vestibulum melalui 5 lubang,salah satunya dipergunakan bersama
oleh dua canalis yaitu canalis semisircularis anterior dan posterior. Ductus semisircularis
terbenam didalam canalis semisirculares ossei.2,4
Mikroskopik
Cochlea. Kanal membranosa pada cochlea berbentuk segitiga pada potongan
melintang dan melekat pada dinding tulang cochlea sedemikian rupa sehingga membagi
ruang
aseosa
menjadi
tiga
kompartement
spiral.
Kompartemen
tengah,skala
3. Ductus cochleares, di dalam cochlea, adalah sebuah pipa buntu yang berbentuk ulir
dan terikat erat pada dining luar dan dalam canaliculus cochleae oleh crista spiralis.
Bagian bagian labyrithus membraneceus membentuk suatu sistem kantong dan sistem
pipa tertutup dan berhubungan satu dengan yang lain. Ductus semicirculares bermuara
pada utriculus melalui
Permukaan organ Corti diliputi oleh suatu membran yaitu membrana tektoria yang
merupakan suatu lembaran pita materi gelatinosa. Dalam keadaan hidup membran ini
menyandar di atas stereosilia sel-sel rambut.3,5
2. Saraf Pendengaran
1. Sel Saraf (Neuron)
Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron bergabung
membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan). Satu sel saraf
tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.1,3
a. Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf Badan sel berfungsi
untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Pada badan sel
saraf terdapat inti sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan
badan nisel. Badan nisel merupakan kumpulan retikulum endoplasma tempat
transportasi sintesis protein.
b. Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang. Dendrit merupakan
perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan
rangsangan ke badan sel.
c. Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan
perjuluran sitoplasma badan sel. Di dalam neurit terdapat benang-benang halus yang
10
disebut neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang
banyak mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan.
Selaput mielin tersebut dibungkus oleh sel- selsachwann yang akan membentuk suatu
jaringan yang dapat menyediakan makanan untuk neurit dan membantu pembentukan
neurit. Lapisan mielin sebelah luar disebut neurilemma yang melindungi akson dari
kerusakan. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus oleh lapisan mielin. Bagian ini
disebut dengan nodus ranvier dan berfungsi mempercepat jalannya rangsangan.
Ada tiga macam sel saraf yang dikelompokkan berdasarkan struktur dan fungsinya yaitu. 13
a. Sel saraf sensorik, adalah sel saraf yang berfungsi menerima rangsangan dari reseptor
yaitu alat indera.
b. Sel saraf motorik, adalah sel saraf yang berfungsi mengantarkan rangsangan ke efektor
yaitu otot dan kelenjar. Rangsangan yang diantarkan berasal atau diterima dari otak dan
sumsum tulang belakang.
11
c. Sel saraf penghubung, adalah sel saraf yang berfungsi menghubungkan sel saraf satu
dengan sel saraf lainnya. Sel saraf ini banyak ditemukan di otak dan sumsum tulang
belakang. Sel saraf yang dihubungkan adalah sel saraf sensorik dan sel saraf motorik
Sedangkan saraf berdasarkan jumlah prosesusnya6
1)
Neuron multipolar memiliki satu akson dan dua dendrit atau lebih.
Sebagian besar neuron motorik, yang ditemukan dalam otak dan medulla spinalis
masuk dalam golongan ini.
2)
Neuron bipolar memiliki satu akson dan satu dendrit. Neuron ini
ditemukan pada organ indera seperti mata, telinga, dan hidung.
3)
Sel neuroglial. Biasanya disebut glia, sel neuroglial adalah sel penunjang tambahan pada
SSP yang berfungsi sebagai jaringan ikat. Tidak seperti neuron, sel glia dapat menjalani
mitosis selama rentang kehidupannya dan bertanggung jawab atas terjadinya tumor sistem
saraf.1,6
a. Astrosit adalah sel berbentuk bintang yang memiliki sejumlah prosesus panjang,
sebagian besar melekat pada dinding kapiler darah melalui pedikel atau kaki vaskular.
Sel ini memberikan penopang struktural dan mengatur transpor materi di antara darah
dan neuron.
Kaki vaskular dipercaya berkontribusi terhadap barier darah-otak atau tingkat
kesulitan makromolekul tertentu pada plasma darah untuk masuk ke jaringan otak.
Astrosit fibrosa terletak di substansi putih otak dan medulla spinalis; astrosit
protoplasmatis ditemukan pada substansi abu-abu.
12
b.
2)
c.
d.
13
keseimbangan tubuh dan mengkoordinasikan kerja otot ketika seseorang akan melakukan
kegiatan.
Batang otak tersusun dari medula oblongata, pons, dan otak tengah. Batang otak
terletak di depan otak kecil, di bawah otak besar, dan menjadi penghubung antara otak
besar dan otak kecil. Batang otak disebut dengan sumsum lanjutan atau sumsum
penghubung. Batang otak terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan dalam dan luar
berwarna kelabu karena banyak mengandung neuron. Lapisan luar berwarna putih, berisi
neurit dan dendrit. Fungsi dari batang otak adalah mengatur refleks fisiologis, seperti
kecepatan napas, denyut jantung, suhu tubuh, tekanan, darah, dan kegiatan lain yang tidak
disadari.
Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga tulang belakang, mulai
dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang yang kedua. Sumsum tulang
belakang terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan luar berwana putih dan lapisan dalam
berwarna kelabu. Lapisan luar mengandung serabut saraf dan lapisan dalam mengandung
badan saraf. Di dalam sumsum tulang belakang terdapat saraf sensorik, saraf motorik, dan
saraf penghubung. Fungsinya adalah sebagai penghantar impuls dari otak dan ke otak serta
sebagai pusat pengatur gerak refleks.
b. Sistem Saraf Tepi
Sistem saraf tepi tersusun dari semua saraf yang membawa pesan dari dan ke sistem
saraf pusat. Kerjasama antara sistem pusat dan sistem saraf tepi membentuk perubahan
cepat dalam tubuh untuk merespon rangsangan dari lingkunganmu. Sistem saraf ini
dibedakan menjadi sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom. Karena telinga
merupakan organ yang dapat digerakkan menurut kehendak kita, maka telinga masuk ke
dalam sistem saraf somatis.
Sistem saraf somatis
Sistem saraf somatis terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang saraf sumsum
tulang belakang. Kedua belas pasang saraf otak akan menuju ke organ tertentu, misalnya
mata, hidung, telinga, dan kulit. Saraf sumsum tulang belakang keluar melalui sela-sela
ruas tulang belakang dan berhubungan dengan bagian-bagian tubuh, antara lain kaki,
tangan, dan otot lurik. Saraf-saraf dari sistem somatis menghantarkan informasi antara
kulit, sistem saraf pusat, dan otot-otot rangka. Proses ini dipengaruhi saraf sadar, berarti
14
Pada sisi dalam dari sulcus lateralis terdapat beberapa lipatan penek miring disebut gyrus
temporales transversal dari Heschi yang erupakan cortex auditoris primer. Facies inferior
lobus temporalis terletak pada fossa cranii media. Pada daerah ini terdapat gyrus
temporalis inferior, gyrus occipitotemporalis membentuk lobus pyriformis yang
merupakan cortex olfactoris primer.
No
Struktur
Fungsi
Telinga Luar
Pinna
Meatus Akustikus
Eksternus
2
Membran Tympani
Telinga Tengah
Telinga Dalam,
cochlea
Jendela Oval
Skala Vestibuli
16
Skala Tympani
Ductus Cochlearis
Skala Media
Membran Basilaris
Organ Corti
Membran tektorial
Jendela Bundar
Telinga Dalam,
Aparatus Vestibularis
Canalis Semisirkularis
Utrikulus
Sacculus
C. Mekanisme Pendengaran
17
Telinga mengubah gelombang bunyi dalam lingkungan luar ke dalam potensial aksi di
dalam saraf pendengaran. Gelombang di ubah oleh gendang telinga dan tulang pendengaran
menjadi gerakan basis stapedis. Gerakan ini membentuk gelombang di dalam cairan telinga
dalam. Kerja gelombang atas organ Corti membentuk potensial aksi di dalam serabut saraf.8
Proses pendengaran dimulai dari masuknya gelombang suara melalui pinna lalu
dibawa ke dalam meatus auditus eksterna hingga mencapai membrana timpani. Gelombang
suara yang mencapai membrane timpani akan menggetarkan membrane timpani. Telinga
tengah akan memindahkan gerakan bergetar membrane timpani ke cairan telinga dalam.
Perpindahan ini dipermudah dengan adanya rantai yang terdiri dari tulang tulang
pendengaran ( maleus, incus, stapes) yang berjalan melintasi telinga tengah. Ketika membran
timpani bergetar maka rantai tulang tersebut akan melanjutkan gerakan dengan frekuensi
yang sama ke jendela oval. Tekanan di jendela oval akibat setiap getaran yang dihasilkan
menimbulkan getaran seperti gelombang pada cairan telinga dalam frekuensi yang sama
dengan frekuensi gelombang suara semula. Namun, karena dibutuhkan tekanan yang lebih
besar untuk menggerakkan cairan terdapat dua mekanisme yang berkaitan dengan system
tulang pendengaran untuk memperkuat tekanan gelombang suara dari udara untuk
menggetarkan cairan di koklea. Pertama, karena luas permukaan membran timpani jauh lebih
besar dibandingkan luas permukaan dari jendela oval, terjadi peningkatan tekanan ketika
gaya yang bekerja di membrane timpani disalurkan ke jendela oval (tekanan=gaya/luas
permukaan). Kedua, efek pengungkit tulang-tulang pendengaran menghasilkan keuntungan
mekanis tambahan. Kedua mekanisme ini bersama-sama meningkatkan gaya yang timbul
pada jendela oval sebesar dua puluh kali lipat dari gelombang suara yang langsung mengenai
jendela oval.
Sumber : www.picture.google.com
Stapes yang bergetar oleh karena gelombang suara akan menggetarkan jendela oval
lalu cairan perilimfe akan bergerak menuju jendela bundar melewati helikotrema dan pada
saat stapes tertarik dari jendela oval maka cairan akan kembali menuju jendela oval dari
jendela bundar. Gelombang tekanan frekuensi yang berkaitan dengan penerimaan suara
mengambil jalan pintas. Gelombang tekanan di skala vestibule akan menembus membrane
Reissner masuk ke dalam duktus koklearis dan kemudian melalui membrane basiliaris ke
skala timpani, tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol keluar
masuk bergantian. Perbedaan utama jalur ini adalah bahwa transmisi gelombang tekanan
melalui membrane basiliaris menyebabkan membrana ini bergerak naik turun.7
Pada saat membran basiliaris bergerak naik, maka akan membuka saluran-saluran ion
gerbang mekanis di sel-sel rambut terbuka sehingga akan menyebabkan Ca 2+ dan K+ masuk
ke dalam sel sehingga terjadi depolarisasi sedangkan pada saat membran basiliaris bergerak
turun, maka akan menutup saluran-saluran ion gerbang mekanis di sel sel rambut tertutup
sehingga akan menyebabkan Ca2+ dan K+ tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga terjadi
hiperpolarisasi.Adanya gerakan naik turun dari membrana basiliaris akan menyebabkan
depolarisasi hiperpolarisasi secara bergantian sehingga timbullah aksi potensial berjenjang
pada sel sel reseptor yang akan menghasilkan neourotansmitter yang bersinaps pada ujung
ujung serat saraf aferen yang membentuk saraf koklearis. Saraf koklearis akan bergabung
dengan saraf vestibularis menjadi saraf vestibulokoklearis( N.VII), dari sini aksi potensial
akan disalurkan sebagian ke inferior kollikulus dan sebagian lagi diteruskan ke medulla
oblongata lalu ke lemniskus lateralis selanjutnya ke mesensefalon dan terakhir ke korteks
pendengaran pada lobus temporalis area broadman 41. Di lobus temporalis, informasi dari
saraf akan diterjemahkan menjadi persepsi suara.8
19
Pemeriksaan telinga9
Uji pendengaran di lakukan dengan memakai garputala dan dari hasil pemeriksaan
dapat di ketahui jenis ketulian apakah tuli konduktif atau perseptif ( sensorineural ). Untuk
memeriksa pendengaran di perlukan pemeriksaan hantaran melalui udara dan melalui
telinga dengan memakai garputala atau audiometer nada murni.
Kelainan hantar melalui udara menyebabkan tuli konduktif, berarti ada kelainan telinga
luar atau telinga tengah. Secara fisiologik telinga dapat mendengar nada antara 20-18.000
Hz. Untuk pendengaran sehari-hari yang paling efektif antara 500-2000Hz. Oleh karena itu
untuk memeriksa pendengaran di pakai garputala 512,1024 dan 2048 Hz. Penggunaan ke
tiga garputala ini penting untuk pemeriksaan secara kualitatif. Bila salah satu frekuensi ini
terganggu penderita akan sadar adanya gangguan pendengaran. Bila tidak menggunakan
ketiga garputala ini, maka di ambik 512 Hz karena penggunaan garputala ini tidak terlalu
di pengaruhi suara bising di sekitarnya.
Pemeriksaan pendengaran di lakukan secara kualitatif dengan mempergunakan
garputala dan kuantitatif dengan mempergunakan audiometer.
Tes Penala
Pemeriksaan ini merupakan tes kualitatif. Terdapat berbagai macam tes penala seperti tes
Rinne, tes Weber,dan Schwabach.
-
Tes Rinne, ialah tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran
Cara pemeriksaannya
Tes Rinne
Penala di getarkan, tangkainya di letakkan di prosesus mastoid, setelah di terdengar
penala di pegang di depan telinga kira-kira 2 cm.bila masi terdengar disebut Rinne
20
telinga tersebut. Bila tidak dapat di bedakan ke arah telinga mana bunyi terdengar
-
D. NEUROTRANSMITTER
Informasi yang dijalarkan di dalam system saraf pusat terutama dalam bentuk potensial
aksi saraf disebut impuls saraf, yang melewati serangkaian neuron-neuron, dari satu
neuron ke neuron berikutnya. Sinyal-sinyal saraf dijalarkan dari satu neuron ke neuron
berikutnya melalui batas antar neuron (interneuronal junctions) yang disebut sinaps.
Terdapat dua macam sinaps, yaitu sinaps kimia dan sinaps listrik.
Hampir semua sinaps yang dipakai untuk menjalarkan sinyal pada system saraf pusat
manusia adalah sinaps kimia. Pada sinaps kimia ini, neuron pertama yang mensekresi
bahan kimia disebut sebagai neurotransmitter pada sinaps, dan bahan transmitter ini akan
bekerja pada reseptor protein dalam membran neuron berikutnya sehingga neuron
tersebut akan terangsang, menghambatnya atau mengubah sensitifitasnya dalam berbagai
cara. Sampai saat ini telah ditemukan lebih dari 40 substansi transmitter. Beberapa
diantaranya adalah asetilkolin, norepinefrin, histamine, asam gamma aminobutirat
(GABA), glisin, serotonin, dan glutamate.
Sebaliknya sinaps listrik ditandai oleh adanya saluran langsung yang menjalarkan aliran
listrik dari satu sel ke sel berikutnya. Kebanyakan saluran ini terdiri atas struktur tubuler
protein kecil yang disebut taut celah (gap junction) yang memudahkan pergerakan ionion secara bebas dari bagian satu sel ke sel berkutnya. Di dalam system saraf pusat hanya
dijumpai sedikit taut celah, dan artinya secara umum belum diketahui. Sebaliknya pada
otot polos visceral, dengan melewati taut celah dan taut lain yang serupa,sial aksi itu
21
dapat dijalarkan dari satu serabut otot polos ke serabut berikutnya dan juga pada otot
jantung, dari satu sel otot jantung ke sel otot jantung lainnya.
Sinaps kimia mempunyai sifat yang penting, sehingga sangat disukai sebagai tempat
penjalaran sinyal sistem saraf: sinaps ini selalu menjalarkan sinyal dalam satu arah, yakni
dari neuron yang menyekresi transmitter, yang disebut neuron prasinaps, ke neuron
dimana bahan transmitter tadi bekerja, yang disebut neuron postsinaps. Hal ini dikenal
sebagai prinsip konduksi satu arah pada sinaps kimia, dan penjalaran ini sungguh
berbeda dengan penjalaran melewati sinapa listrik yang dapat menjalarkan sinyal secara
dua arah.
Mekanisme ini memungkinkan penjalaran sinaps ke arah satu tujuan yang khas. Tentu
saja, hal ini merupakan penjalaran sinaps yang berciri tersendiri dan ada daerah yang
sangat tepat di dalam sistem saraf yang mempermudah sistem saraf itu melaksanakan
fungsinya yang sangat banyak seperti sensasi, pengaturan motorik, memori, dan banyak
lainnya.9
a. Asetilkolin (ACH) dilepas oleh neuron motorik yang berakhir di otot rangka
(sambungan neuron muskular). ACH juga dilepas oleh neuron parasimpatis dalam
SSO dan neuron tertentu di otak.
1. Sebagian ACH disintesis sebagian dari kolin dan koenzim asetil A dalam badan
neuron motorik; kemudian ditranspor ke terminal akson dan disimpan dalam
vesikel sinaptik.
2. Setelah dilepas: ACH dipecah oleh enzim asetilkolinesterase menjadi asetat dan
kolin. Kolin kemudian ditarik terminal akson dan disiklus ulang.
3. Asetilkolinesterase; seperti asterin dan prostigmin, dipakai secara terapeutik pada
kasus miastenia gravis, penyakit yang ditandai dengan melemahnya otot karena
penurunan daya respons sel-sel otot rangka terhadap ACH.
b. Katekolamin meliputi norepinefrin (NE), Epinefrin (E) dan dopamin (DA).
Katekolamin mengandung nukleus katekol dan merupakan derivat dari asam amino
tirosin.
1. Katekolamin digolongkan sebagai monoamina karena memiliki 1 gugus tunggal
amina.
2. Ketiganya merupakan neurotransmitter dalam SSP: NE dan E juga berfungsi
sebagai hormon yang disekresi kelenjar adrenal.
3. Katekolamin terinaktivasi setelah pelepasan karena
a. Penyerapan ulang oleh terminal akson,
22
yang
berbeda-beda,
setiap
sinaps
selalu
mengeluarkan
dibandingkan
neurotransmitter.
Neuropeptida
berfungsi
dibagian-bagian
23
nonsinaps baik di neuron prasinaps maupun neuron pascasinaps untuk meningkatkan atau
menekan efektivitas sinaps.
Jalur-jalur sinaps yang menghubungkan berbagai neuron sangatlah rumit akibat adanya
konvergensi masukan neuron dan divergensi keluarannya. Biasanya banyak masukan
prasinaps berkonvergensi ke sebuah neuron dan secara bersama-sama mengontrol tingkat
ekstabilitas neuron tersebut. Sebaliknya, neuron ini melakukan divergensi untuk bersinaps
dengan dan mempengaruhi eksitabilitas banyak neuron lain. Dengan demikian setiap
neuron memiliki tugas untuk menghitung keluaran ke banyak sel lain dari serangkaian
masukan kompleks yang datang kepadanya. Pada setiap saat, bergantung pada kombinasi
sinyal yang ia terima dari berbagai masukan prasinaps, suatu neuron dapat bereaksi
dengan,
a. Melepaskan potensial aksi disepanjang akson,
b. Tetap berada dalam keadaan istirahat dan tidak meneruskan sinyal, atau
c. Mengalami penurunan tingkat eksitabilitas.
Apabila aktivitas dominan berada pada masukan eksitatorik, sel pascasinaps
kemungkinan akan terbawa ke ambang dan mengalami potensial aksi. Hal ini dapat
terjadi melalui penjumlahan temporal (EPSP-EPSP dari sebuah masukan prasinaps yang
terus-menerus datang dalam waktu yang hampir bersamaan sehingga saling memperkuat)
atau penjumlahan spatial (menambahkan EPSP-EPSP yang timbul secara simultan dari
beberapa masukan prasinaps yang berbeda). Karena axon hillock memiliki ambang
terendah, potensial aksi tercetus disini. Frekuensi potensial aksi mencerminkan besarnya
penjumlahan EPSP. Apabila masukan inhibitorik yang dominan, potensial pascasinaps
akan dibawa semakin menjauhi ambang. Apabila aktivitas aksitatorik dan inhibitorik ke
neuron pascasinaps seimbang, membran akan tetap berada dalam keadaan istirahat.
Banyak faktor yang dapat mengubah efektivitas sinaps; sebagian adalah mekanismemekanisme built-in yang bertujuan untuk memperluas responsivitas neuron, sebagian
adalah manipulasi farmakologis dengan sengaja untuk mencapai hasil yang diinginkan,
dan sebagian adalah ketidaksengajaan (kecelakaan) yang disebabkan oleh racun atau
proses penyakit.10
Kesimpulan
24
Gangguan pendengaran dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, selain adanya kelainan
dan faktor usia yang sering menjadi akibat adanya gangguan pendengaran, adanya
gangguan pada organ pendengaran yang berpengaruh pada fungsinya dapat turut
mempengaruhi gangguan pendengaran.
Daftar Pustaka
1. Burkitt HG, Young B, Health JW. Tambajong J,alih bahasa. Histologi fungsional.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC;2003.p.115-398
2. Moore KL, Agur AMR. Laksman H,alih bahasa. Anatomi klinis dasar. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC;2002.p.401-8
3. Junqueira LC,Carneiro J. Dharma A, alih bahasa. Histologi dasar. Edisi 5. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC;2001.p.212-8
4. Snell RS. Sugiharto L,alih bahasa. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2006.p.782-92
5. Bevelander G, Ramaley JA. Gunarso W,alih bahasa. Dasar-dasar histologi. Edisi 8.
Jakarta : Penerbit Erlangga;2001.p.433-41
6. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC, 2003.h.151-174
7. Sherwood L. Fisiologi Manusia. Edisi 6.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2011.p.176-88
8. Ganong F.W. Fisiologi Kedokteran. Edisi 22 jakarta : Penerbit Buku Kedokteran;2006
9. Soepardi A.Efiaty, Iskandar N.H. Buka ajar ilmu kesehatan telinga-hidungtenggorok.Jakarta:Fakultas Kedokteran Indonesia EGC;2003
10. Watson R. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Edisi ke-10. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2002.h. 132-203
25