Sejarah Perkembangan Ilmu Fiqh Kel.2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU FIQIH


Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah

: Fiqh/Ushul Fiqh

Dosen Pengampu

: Bety, S.Ag., MA

Disusun oleh :
Kelompok 2
Aan Ardianto (1624400001)
Azzahra Utari (1654400016)
Balqies Arista (1654400018)
Hamliani Sukro (1654400039)
Kelas 16-PUS-A
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB & HUMANIORA
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
2016/2017

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Fiqh/Ushul Fiqh yang berjudul Sejarah
Perkembangan Ilmu Fiqh. Sholawat beriring salam semoga tetap bercurah pada nabi
Muhammad SAW, kepada keluarganya serta para pengikutnya yang selalu istiqomah
menjalankan sunnah-sunnah beliau.
Penulis berharap makalah ini dapat digunakan sebagai penambah pengetahuan dan
wawasan bagi pembaca. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam terselesainya makalah ini.
Penulis juga sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam
penulisan makalah ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang
bersifat membangun guna menyempurnakan makalah selanjutnya.

Palembang, 27 September 2016

Penulis

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Fiqih merupakan salah satu disiplin ilmu islam yang bisa menjadi teropong
keindahan dan kesempurnaan islam.Dinamika pendapat terjadi diantara para fuqoha
menunjukan betapa islam memberikan kelapangan terhadap akal untuk kreativitas dan
berijtihad.
Sejarah fiqih telah dimulai sejak diangkatnya Muhammad SAW menjadi nabi dan
rasul sampai wafatnya beliau .Hal ini disebabkan segala persoalan yang dihadapi ketika
itu dijelaskan secara langsung oleh Rasulullah SAW.Akibatnya ijtihad yang masih berada
diantara benar atau salah tidak diperlukan akan tetapi benih-benih kaidah sudah ada
semenjak masa nabi.
Fiqih diarahkan untuk memperbaiki aqidah karena aqidah yang benar inilah yang
menjadi pondasi dalam hidup.Oleh sebab itu kita bisa memahami apabila Rasulullah saat
itu memulai dakwahnya dengan mengubah keyakinan masyarakat yang musrik menuju
masyarakat yang beraqidah tauhid, membersihkan hati dan menghiasi diri dengan alakhlaq al-karimah.

1.2

RUMUSAN MASALAH
1. Sejarah dan perkembangan ilmu fiqh

1.3

TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui lebih luas tentang perkembangan fiqh.
2. Menambah wawasan bagaimana keadaan fiqih dari periode Rasulullah S.A.W. sampai
periode tahrir, takhrij dan tarjih dalam mazhab fiqh.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Fiqh
Dilihat dari sudut bahasa, fiqh berasal dari kata fuqaha,yang berarti memahami
dan mengerti. Sedangkan menurut istilah syari, ilmu yang berbicara mengenai hukumhukum syari amali yang penetapannya diupayakan melalui pemahaman yang mendalam
terhadap dalil-dalil yang terperinci.
2.2 Perkembangan Fiqih
Perkembangan fiqih dibagi menjadi beberapa periode
a. Periode Rasulullah SAW
Periode ini dimulai sejak diangkatnya Muhammad SAW menjadi Nabi dan
Rasul sampai wafat beliau. Periode ini sangat singkat, hanya sekitar 22 tahun
beberapa bulan. Akan tetapi, pengaruh dari periode ini sangat besar terhadap
perkembangan ilmu fiqih.Masa Rasulullah inilah yang mewariskan sejumlah nashnash hukum baik dari Al-Quran ataupun As-Sunnah, yang berupa prinsip-prinsip
hukum baik yang tersurat dalam dalil-dalil kulli maupun yang tersirat dari Al-Quran
dan As-Sunnah. Periode ini disebut Ahdu insya dan takwin.
Periode Rasulullah dibagi menjadi dua masa, yaitu periode Makkah dan
Madinah. Periode Makkah berlangsung selama 13 tahun dan Madinah 10 tahun. Pada
fase Makah terfokus pada penanaman aqidah. Karena aqidah adalah pondasi dalam
hidup. Pada masa ini Rasulullah memulai dengan dakwahnya dengan mengubah
keyakinan masyarakat jahiliyyah Makkah yang sebelumnya menyembah berhala
menjadi masyarakat yang bertauhid kepada Allah, membersihkan hati, dan menghiasi
diri dengan akhlaq karimah. Masa Makah ini dimulai dari diangkatnya Nabi
Muhammad SAW menjadi Rasul sampai beliau berhijrah ke Madinah yaitu dalam
waktu kurang lebih 12 tahun.
2

Di Madinah adalah tanah air bagi kaum muslimin, kaum muslimin


bertambah banyak dan terbentuklah masyarakat muslimin yang menghadapi
persoalan-persoalan baru yang membutuhkan cara pengaturan. Baik hubungan antar
individu muslim maupun dalam hubungannya dengan kelompok lain di lingkungan
masyarakat Madinah, seperti kelompok Yahudi dan Nasrani. Oleh karena itu,
Madinah disyaratkan hukum yang meliputi keseluruhan bidang ilmu fiqih.
Adapun sumber hukum pada masa Rasulullah adalah:
a. Al-Quran
Al-Quran diturunkan kepada Rasulullah tidaklah sekaligus. Al-Quran
turun sesuai dengan peristiwa tertentu serta menjelaskan hukum-hukumnya. Di
antara wahyu yang turun terdapat ayat-ayat hukum yang mencakup permasalahan
seputar ibadah, muamalah, hukumahwalus syakhsiyyah, dan lain sebagainya.
b. As-Sunnah
As-Sunnah berfungsi menjelaskan hukum-hukum yang telah ditegaskan
dalam Al-Quran. Seperti shalat yang dijelaskan tatacatanya dalam Sunnah. Di
samping itu, Sunnah juga menjadi penguat bagi hukum yang telah ditetapkan
hukumnya dalam Al-Quran. Penjelasan Rasulullah tentang hukum ini sering
dinyatakan dalam perbuatannya, dalam keputusannya ketika menyelesaikan
kasus, atau karena menjawab pertanyaan hukum yang diajukan kepadanya.
c. Ijtihad
Pada masa Rasulullah-pun ternyata ijtihad sudah dilakukan oleh Rasul dan
para shabatnya. Meskipun, ijtihad pada masa Rasul tidak seluas sepeninggal
beliau. Kerena, banyak permasalahan-permasalahan yang ditanyakan kepada
Rasulullah kemudian langsung dijawab dan diselesaikan oleh Rasulullah sendiri.
Di samping itu, ijtihad sabahatpun apabila salah Rasulullah mengembalikan
kepada yang benar. Rasulullah SAW mendorong sahabatnya untuk berijtihad.
Terbukti dari cara Rasulullah sering bermusyawarah dengan sahabatnya. Dan juga
pada peristiwa pengutusan Muadz bin Jabal yang diutus ke Yaman.
3

b.

Periode Al-Khulafaur Rasyidin


Periode ini bermula dari 11 Hijriyah dan berakhir pada abad pertama
hijriah. Dinamakan dengan masa sahabat karena tasyri ahkam dipegang oleh
sahabat Rasul.
Adapun sumber hukum pada periode ini adalah Al-Quran, As-Sunnah,
dan Ijtihad para sahabat. Pada periode ini para sahabat berusaha untuk
mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf. Ide ini datang dari Abu Bakar
lantaran banyaknya para huffadz yang syahid di medan perang dalam melawan
para murtaddin.
Abu Bakar menyuruh zaid untuk mengumpulkan Al-Quran yang masih
berserakan di pelepah-pelepah kurma, di tulang belulang, juga yang tertulis di
batu supaya menjadi satu kumpulan Al-Quran.
Setelah Abu Bakar meninggal, Al-Quran dijaga oleh khalifah setelahnya,
yaitu Umar bin Khattab. Dan setelah Umar bin Khattab meninggal, mushaf dijaga
oleh Ummul Mukminin Hafshah bintu Umar. Pada zaman Utsman bin Affan,
khalifah ke tiga pengganti Umar bin Khattab, mushaf tersebut diperbanyak dan
dibagikan ke daerah-daerah Islam yang sudah ditaklukkan, dan sampai pada saat
kita ini. Seperti, Madinah, Makah, Kuffah, Bashrah, dan Damaskus. Al-Quran ini
diletakkan di masjid umum supaya kaum muslimin bisa menghafalnya. Dan
mushaf ini diberi nama mushaf Utsmani.
Sumber hukum yang ke-dua pada periode ini adalah As-Sunnah. Namun,
untuk hadits belum terkumpul dalam satu mushaf. Akibatnya timbul perbedaan
pendapat karena ada ikhtilaf dalam menghadapi hadits.
Yang ke-tiga adalah ijtihad sahabat. Bertemunya Islam dengan kedudukan
di luar jazirah Arab mendorong pertumbuhan fiqih pada periode selanjutnya.
Adapun cara berijtihad para sahabat adalah dicarinya nash dalam Al-Quran, jika
tidak ada maka dengan Sunnah, dan jika masih tidak didapat mereka berijtihad
dengan musyawarah di antara para sahabat.
4

Khalifah Umar bin Khattab memiliki dua cara musyawarah, yaitu


musyawarah bersifat umum dan khusus. Musyawarah khusus beranggotakan para

sahabat muhajirin dan anshar dalam masalah pemerintahan. Sedang masakah


umum dihadiri oleh seluruh penduduk Madinah yaitu apabila ada masalah
penting.
Selain itu, pada periode ini bermula metode pengambilan hukum dari
Al-Quran dan As-Sunnah, penetapan hukum yang tidak ada ketentuannya dalam
kedua sumber utama, yang kemudian dikembangkan menjadi, ijma, qiyas,
maslahah mursalah, istihsan, istishab, urf, dan lain sebagainya.
c.

Periode Awal Pertumbuhan Ilmu Fiqh


Masa ini dimulai pada pertengahan abad ke-1 sampai awal abad ke-2 H.
Periode ini merupakan titik awal pertumbuhan fiqih sebagai salah satu disiplin
ilmu dalam Islam. Dengan bertebarannya para sahabat ke berbagai daerah
semenjak masa Al-Khulafaur Rasyidin (terutama sejak Utsman Bin Affan
menduduki jabatan Khalifah, 33 H/644 M). Munculnya berbagai fatwah dan
ijtihad hukum yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, sesuai dengan
situasi dan kondisi masyarakat daerah tersebut.
Di Irak, Ibnu Masud muncul sebagai fuqaha yang menjawab berbagai
persoalan hukum. Dalam hal ini, sistem sosial masyarakat Irak jauh berbeda
dengan masyarakat Hedzjaz atau Hijaz (Makkah dan Madinah). Saat itu, di Irak
telah terjadi pembaruan etnik Arab dengan etnik Persia, sementara masyarakat di
Hedzjaz lebih bersifat homogen. Dalam menghadapi berbagai masalah hukum,
Ibnu Masud mengikuti pola yang telah ditempuh Ummar bin Al-Khattab, yaitu
lebih berorientasi pada kepentingan dan kemaslahatan umat tanpa terlalu terikat
dengan makna harfiah teks-teks suci. Atas dasar ini, penggunaa nalar (analisis)
dalam berijtihad lebih dominan dari perkembangan ini muncul madrasah atau
aliran rayu (akal) (Ahlulhadits dan Ahlurrayi).

Sementara itu, di Madinah, Zaid bin Sabit

(11 SH/611 M-45 H/665 M) dan Abdullah bin umar bin Al-Khattab (ibnu Umar)
bertindak menjawab persoalan hukum yang muncul di daerah itu.Sedangkan di
Makkah, yang bertindak menjawab berbagai persoalan hukum adalah Abdullah
bin Abbas(ibnu abbas) dan sahabat lainnya. Pola dalam menjawab persoalan
hukum oleh para fuqaha Madinah dan Makkah sama, yaitu berpegang kuat pada
Al-Quran dan Hadist Nabi SAW.Hal ini di mungkinkan karena kedua kota inilah
wahyu dan sunnah Rasulullah SAW diturunkan, sehingga para sahabat yang
berada di kedua kota ini memiliki banyak hadist. Akibatnya terbentuk mazhabmazhab fiqih mengikuti nama para thabiin tersebut, diantaranya fiqih Al-auzaI,
fiqih An-NAkhaI,fiqih Al-qamah bin Qais,dan fiqih sufyan As-Sauri.
d.

Periode Keemasan
Periode ini dimulai dari awal abad ke-2 sampai pertengahan abad ke-4 H.
Dalam periode peradaban islam, periode ini termasuk dalam periode kemajuan
islam pertama (700-1000). Ciri khas yang menonjol pada periode ini adalah
semangat ijtihad yang tinggi di kalangan ulama, sehingga berbagai pemikiran
tentang ilmu pengetahuan berkembangan pemikiran ini tidak saja dalam bidangbidang ilmu pengetahuan umum lainnya.
Dinasti abbasiyah (132 H/750 M-656 H/1258 M) yang naik ke panggung
pemerintahan menggantikan dinasti umayyah memiliki tradisi keilmuawan yang
kuat,sehingga perhatian para penguasa abbasiyah terhadap berbagai bidang ilmu
sangat besar. Para penguasa awal dinasti abbasiyah sangat mendorong fuqaha
untuk melakukan ijtihad dalam mencari formulasi fiqih guna menghadapi
persoalan sosoial yang semakin kompleks. Perhatian penguasa abbasiyah terhadap
fiqih misalnya dapat dilihat ketika khalifah Harun ar-Rasyid (memerintah 786809) meminta imam malik untuk mengajar kedua anaknya, Al-Amin dan AlMamun. Disamping itu, khalifah Harun Ar-Rasyid meminta kepada imam Abu
Yusuf untuk menyusun buku yang mengatur masalah administrasi, keuangan,
ketatanegaran dan pertanahan. Imam Abu Yusuf memenuhi permintakaan khalifah
ini dengan menyusun buku yang berjudul Al-Kharaj.
6

Ketika Abu Jabar Al-Mansyur (memerintah 754-775) menjadi khalifah,


dia juga meminta Imam Malik untuk menulis sebuah kitab fiqih yang akan di
jadikan pegangan resmi pemerintah dan lembaga keadilan. Atas dasar inilah imam
Malik menyusun bukunya yang berjudul Al-Muwaththa (Yang disepakati). Pada
awal periode keemasan ini pertentangan antara ahlulhadist dan ahlurrayi sangat
tajam, sehingga menimbulkan semangat ijtihad bagi masing-masing aliran.
Semangat para fuqaha melakukan ijtihad dalam periode ini juga mengawali
munculnya mazhab-mazhzb fiqih yaitu mazhab Hanafi, Maliki, Syafii, dan
Hambali. Upaya ijtihad itu tidak hanya dilakukan untuk keperluan praktis masa
itu, tetapi juga membahas persoalan-persoalan yang mungkin akan terjadi yang
dikenal dengan istilah fiqih taqdiri (fiqih hipotesis).
Pertentangan kedua aliran ini baru mereda setelah murid-murid kelompok
ahlurrayi berupaya membatasi, mensistemisasi, dan menyusun kaidah rayu yang
dapat digunakan untuk mengistinbatkan hukum. Atas dasar upaya ini maka
ahlulhadist dapat pengertian rayu yang dimaksudkan ahlurrayi, sekaligus
menerima rayu sebagai salah satu cara dalam mengistinbatkan hukum.
e.

Periode Tahrir, Takhrij dan Tarjih dalam Mazhab Fiqh


Dimulai pertengahan abad ke- 4 sampai pertengahan abad ke- 7 H. Tahrir,
Takhrij, dan Tarjih adalah upaya tiap tiap mazhab mengomentari,
menjelaskan,dan mengulas pendapat imam mazhab.
Diperiode ini hampir tidak ada mujtahid mandiri sehingga muncul fanatic
buta. Selain itu juga muncul pernyataan bahwa pintu ijtihad ditutup karena :
1. Dorongan penguasa pada hakim untuk memakai madzhab pemerintah saja.
2. Sikap fanatik buta, kebekuan berfikir, dan taqlid tanpa analisis.
3. Gerakan pembukuan tiap mazhab sehingga mempermudah memilih mazhab
yang mendorong untuk taqlid.

f.

Periode Kemunduran Fiqh


Dimulai pertengahan abad ke- 7 H sampai munculnya majalah Al- Ahkam
alAddliyyah (hukum perdata kaerajaan turki Usmani ) pada 26 Syaban 1293 H.
Ada tiga hal yang menonjol pada periode ini.
1.

Banyak pembukuan fatwa. Buku buku yang disusun disistematisasikan


sesuai dengan kitab fiqh.

2.

Produk produk fiqh diatur kerajaan.

3.

Muncul gerakan kodifikasi fiqh islam sebagai madzhab resmi


pemerintahan.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa fiqih akan selalu berkembang dari
zaman-zaman. Ayat-ayat hukum pada umumnya berubah prinsip-prinsip saja yang harus di
kembangkan lebih lanjut. Disaat Rasulullah masih hidup tugas mengembangkan dan menafsirkan
ayat terletak pada diri beliau melalui As-Sunnahnya. Namun setelah wafat ilmu fiqih masih terus
berkembang pada zaman al-khulafaur rasyidin dan sampai sekarang.Meskipun pernah
mengalami kemunduran beberapa abad yang lalu.
Demikian dengan mempergunakan Al-Quran dan as-Sunnah setiap masalah yang timbul
bisa di atasi untuk masa sekarang. Jika suatu masalah tidak ada dala Al-Quran dan As-Sunnah
maka para mujtahid akan menyiaskan atau berpendapat yang sesuai dengan kaidah Al-Quran
dan As-Sunnah.

DAFTAR PUSTAKA
Bety & M. Zuhdi, 2014, Fiqh (Cara Mudah Memahami Fiqih secara Praktis & Cepat),
Palembang : NoerFikri
Indah Pertiwi, dkk, Makalah Pengantar Ilmu Fiqh : Sejarah & Perkembangan Fiqh, Bengkulu :
IAIN Bengkulu
http://fadilatulmahmudah.blogspot.co.id/2013/01/makalahtentangperkembanganfiqih.html
http://fatihal-afasyi.blogspot.co.id/2014/09/khulashah-sejarah-perkembangan-ilmu.html
http://hanafiyesss.blogspot.co.id/2012/10/sejarahperkembanganilmufiqh.html

10

DAFTAR ISI
Cover

Kata Pengantar

ii

iii

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

1.1

Latar Belakang

1.2

Rumusan Masalah

1.3

Tujuan Masalah
.

Bab II Pembahasan
2.1

Pengertian Fiqih

2.2

Perkembangan Fiqih .

Bab III Penutup


Kesimpulan
Daftar Pustaka

10

iii

Anda mungkin juga menyukai