MAKALAH Ilmu Jiwa Agama
MAKALAH Ilmu Jiwa Agama
MAKALAH Ilmu Jiwa Agama
Disusun Oleh :
Reny Ulva Triany
(
1501402125 )
Kelas: A
KATA PENGANTAR
SAW.
Makalah yang berjudul Problema Jiwa Keagamaan ini sengaja di bahas karena sangat penting
untuk kita khususnya sebagai mahasiswa dan mahasiswi yang berada di jurusan Pendidikan Agama Islam.
Untuk itu kita sebagai mahasiswa yang berfungsi sebagai pengabdi di masyarakat harus dapat
memberikan pengarahan agar masyarakat lebih mengenal dan memahami tentang apa itu problema jiwa
keagamaan.
Selanjutnya, penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan
pengarahan-pengarahan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa
juga kepada Bapak Prof. DR. H. Abdullah Hadziq, MA. selaku dosen Ilmu Jiwa Agama untuk
memberikan sarannya kepada saya agar penyusunan makalah ini lebih baik lagi.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya semua yang
membaca makalah ini.
Semarang,
April 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Agama menyangkut kehidupan batin manusia. Oleh karena itu, kesadaran agama dan
pengalaman agama seseorang lebih menggambarkan sisi batin dalam kehidupan yang ada
kaitannya dengan sesuatu yang sakral dan dunia gaib. Dari kesadaran agama dan pengalaman
agama ini pula kemudian muncul sikap keagamaan yang ditampilkan pada seseorang.
Beranjak dari kenyataan yang ada, maka sikap keagamaan terbentuk oleh dua faktor,
yakni faktor intern dan faktor ekstern. Memang dalam kajian psikologi agama, beberapa
pendapat menyetujui akan adanya potensi beragama pada diri manusia. Manusia adalah homo
religius (mahluk beragama). Namun potensi tersebut memerlukan bimbingan dan pengembangan
dari lingkungannya. Lingkungannya pula yang mengenalkan seseorang akan nilai-nilai dan
norma-norma agama yang harus dituruti dan dipatuhi.
Beragama adalah potensi insaniyah manusia sebagai makhluk religious. Adanya potensi
untuk beragama pada manusia tersebut telah Allah bekali dengan potensi-potensi yang lain
seperti, akal, hati serta alat indera. Melalui semua yang ada, manusia memperoleh pengertian
mengenai keagamaan yang akan membawa pada pemahaman dan kesadaran keagamaan.
Selanjtnya memunculkan sebuah pengalaman keagamaan atas tindakan yang telah dilakukan,
sehingga muncullah sikap keagamaan pada diri seseorang.
Sikap kegamaan tersebut dapat berbentuk sikap yang positif atau sikap negative (sikap
keagamaan yang menyimpang dari tradisi masyarakat yang sedang berlangsung). Berbagi bentuk
sikap yang menyimpang akan menimbulkan berbagai masalah/ problem yang juga berpengaruh
pada sisi jiwa keagamaan seseorang.
Sebagaimana realitas berbicara, bahwasanya banyak tindak kejahatan dilakukan oleh
yang beragama. Pada sisi lain kita ketahui bahwa adanya agama bertujuan untuk mengatur
kehidupan manusia agar dapat berjalan sesuai aturan Tuhan demi kemaslahatan ummat bersama.
Sebenaranya apa yang salah dengan semua itu?
Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam makalah PROBLEMA DAN JIWA
KEAGAMAAN ini akan dibahas beberapa masalah.
B.
Rumusan Masalah :
a. Apa sikap keagamaan itu ?
b. Apa yang dimaksud dengan sikap keagamaan yang menyimpang ?
c. Faktor-faktor apa yang mempengaruhui sikap keagamaan yang menyimpang ?
d. Problem apa saja yang dapat mengganggu jiwa keagamaan ?
C.
Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
pemahaman dan penghayatan individu (Marat, 1982 : 19). Dengan demikian, sikap terbentuk
dari hasil belajar dan pengalaman seseorang dan bukan sebagai pengaruh bawaan (Faktor Intern)
Seseorang, serta tergantung kepada objek tertentu Sikap Keagamaan
Manusia sebagai makhluk sosial yang selalu berkomunikasi dengan orang lain, senantiasa
berhadapan dengan berbagai stimulus yang dapat menimbulkan bermacam- macam sikap.
Sebagai makhluk religious, manusia mempunyai poteni pikis untuk beragama dengan bekal
pengetahuan dan pemahaman mengeai keagamaan akan membawa kepada kesadaran utuk
melakukan tindakan agama serta mengalami pengalaman keagamaan, sehingga muncul sikap
keagamaan. Sikap merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi
yang terus-menerus dengan lingkungan. Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada
dalm diri sesorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya
terhadap agama. (jalaluddin, 1997:225 & 227)
Dimana, pengalaman keagamaan bersifat pribadi (individual experience) dan unik.
(kahmad, 2000: 71). Artinya, pengalaman keagamaan yang dialami masing-masing orang adalah
berbeda-beda. Sedangkan kelakuan keagamaan secara teologis adalah timbul daripada adanya
kepercayaan kepada Tuhan sebagai rahmat Tuhan kepada manusia, sehingga aspek mental yang
tercermin dalam niat yang ikhlas menyatu dengan kelakuan keagamaan itu sendiri dan terwujud
dalam satu penampilan manusia yang bertaqwa kepada Tuhan. (anshari, 1991: 25 ).
Beranjak dari kenyataan yang ada, maka sikap keagamaan terbentuk oleh dua faktor,
yaitu faktor intern dan faktor ekstern. (jalaluddin, 1997:225) ialah faktor dari dalam diri manusia
sebagai homo religious (makhluk beragama) dan pengaruh lingkungan yang membangun
keagamaannya. .selain manusia telah dianugerahi potensi untuk beragama, tetapi juga peran aktif
orang tua menentukan pola sikap dan tingkah laku keagamaan dalam diri anak. Karena orang tua
adalah tempat pendidikan pertama bagi anak.
Untuk itu, adanya pengembangan akan potensi yang ada melalui pendidikan yang
dilakukan sejak dini dan secara terus-menerus akan membawa pada tingkah laku dan sikap
keagamaan yang disertai jiwa keagamaan yang mantap. Jika tidak, maka akan muncul berbagai
problem atau masalah yang dapat mengganggu jiwa keagamaan seseorang.
B.
Dalam pandangan psikologi agama, ajaran agama memuat norma-norma yang dijadikan
pedoman oleh pemeluknya dalam bersikap dan bertingkah laku. Norma-norma tersebut mengacu
kepada pencapaian nilai-nilai luhur yang mengacu kepada pembentukan kepribadian dan
hubungan sosial dalam upaya memenuhi ketaatan. Dengan demikian sikap keagamaan
merupakan kecenderungan untuk memenuhi tuntutan yang dimaksud.
Sikap keagamaan yang menyimpang terjadi bila sikap seseorang terhadap kepercayaan dan
keyakinan terhadap yang dianut mengalami perubahan. Sikap keagamaan yang menyimpang
sehubungan dengan perubahan sikap tidak selalu berkonotasi buruk.1
Sikap kagamaan yang menyimpang dari tradisi keagamaan yang cendrung keliru
mungkin akan menimbulkan suatu pemikiran dan gerakan pembaharuan. Sikap yang menentang
merupakan sikap keagamaan yang menyimpang, seseorang atau kelompok penganut suatu agama
mungkin saja bersikap toleran pada agama lain ataupun aliran lain yang berbeda dengan aliran
agama yang dianutnya. Masalah yang menyangkut keagamaan
hubungan mengenai kepercayaan dan keyakinan. Kepercayaan adalah tingkat pikir manusia
dalam mengalami proses berfikir yang telah dapat membebaskan manusia dari segala unsur yang
terdapat di luar fikirannya, sedangkan keyakinan adalah suatu tingkat fikir yang dalam proses
berfikir manusia telah menggnakan kepercayaan dan keyakinan ajaran agama sebagai
penyempurna proses, pencapaian kebenaran, dan kenyataan yang terdapat di luar jangkauan
berfikir manusia. kepercayaan dan keyakinan merupakan hal yang abstrak sehingga, secara
empirk sulit dibuktikan secara nyata mengenai kebenarannya.
Sikap keagamaan yang menyimpang dapat terjadi bila penyimpangan pada kedua tingkat
berfikir, sehingga dapat memberi kepercayaan dan keyakinan baru pada seseorang atau
kelompok. Apabila tingkat berfikir tersebut mencapai tingkat kepercayaan serta keyakinan yang
tidak sejalan dengan ajaran agama tertentu maka akan terjadi sikap keagamaan yang
menyimpang.sikap keagamaan yang menyimpang cenderung didasarkan pada motif yang bersifat
emosional yang lebih kuat ketimbang aspek rasional.2
Munafik
Munafik adalah orang yang lahiriyahnya menampakkan suatu ( ucapan, perbuatan atau sikap
) yang sesungguhnya bertentangan dengan apa yang tersembunyi di dalam hatinya. Kelompok
lain mengatakan munafik itu adalah orang-orang yang lahiriyahnya menyatakan dirinya muslim
sedangkan batinnya tidak sesuai lahiriyahnya atau orang yang melahirkan iman dengan mulutnya
tetapi kafir. Dari defenisi di atas dapat di simpulkan bahwa orang munafik adalah orang-orang
yang bermuka dua lain di mulut lain di hati. Dalam al-quran di sebutkan orang munafik adalah
orang yang imannya di mulut tetapi kafir di hati.
Dengki
Dengki adalah menaruh perasaan benci, tidak senang yang amat sangat terhadap
kemenangan orang lain. Dengki biasanya berkaitan dengan sifat iri. Wujudnya adalah sikap dan
perbuatan yang tidak senang terhadap orang lain, seperti memusuhi, menjelek-jelekkan,
mencemarkan nama baik orang lain, dan lain-lain.
Riya
Riya adalah sikap yang suka memamerkan harta benda atau orang yang melakukan segala
sesuatu yang hanya mengharapkan pujian dari orang lain tapi bukan mengharapkan pahala dari
Allah SWT. Sikap riya ini sikap yang susah untuk mengubahnya sebab ia melakukan sesuatu
hanya demi mengharapkan pujian orang lain.
Tama
Tama sering dikatan sebagai orang yang rakus kepada apapun. Misalnya ia sudah kaya
tetapi mau lebih kaya lagi. Sikap tama ini adalah sikap yang tidak patut dicontoh sebab hanya
akan membawa kerugian bagi orang yang memiliki sifat ini.
Takabbur
Takabbur menurut bahasa adalah membesarkan diri, menganggap dirinya lebih besar dari
orang lain. Sedangkan menurut istilah takabbur adalah suatu sikap mental yang merasa dirinya
lebih besar, lebih tinggi, lebih pandai dan memandang kecil serta rendah terhadap orang lain.
Takabbur digolongkan menjadi dua bagian yaitu: takabbur batin dan takabbur lahir. Takabbur
batin yaitu sifat dalam jiwa yang tidak terlihat karena sifat tersebut melekat dalam hati seperti
sifat merasa besar, merasa lebih dari segala-galanya. Sedangkan takabbur lahir adalah perbuatan
atau tingkah laku yang dapat dilihat seperti merendahkan orang lain, menyepelekan orang lain.3
C.
penyimpangan sikap keagamaan pada seseorang, kelompok atau masyarakat. Perubahan sikap
diperoleh dari hasil belajar atau pengaruh lingkungan, maka sikap dapat diubah walaupun sulit,
karenanya perubahan sikap, dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
a.
pengertian dan akhirnya dapat diterima dan dijadikan sebagai sebuah sikap baru.
b.
Terjadinya konversi agama, yakni apabila seseorang menyadari apa yang dilakukannya
sebelumnya adalah keliru, maka ia tentu akan mempertimbangkan untuk tetap konsisten dengan
sikapnya yang ia sadari keliru. Dan ini memungkinkan seseorang untuk bersikap yang
menyimpang dari sikap keagamaan sebelumnya yang ia yakini sebagai suatu kekeliruan tadi.
c.
Penyimpangan sikap keagamaan dapat juga disebabkan karena pengaruh status sosial,
dimana mereka yang merubah sikap keagamaan ke arah penyimpangan dari nilai dan norma
sebelumnya, karena melihat kemungkinan perbaikan pada status sosialnya.
d. Penyimpangan sikap keagamaan dari sebelumnya, yaitu jika terlihat sikap yang menyimpang
dilakukan seseorang (utamanya mereka yang punya pengaruh besar), ternyata dirasakan punya
pengaruh sangat positif bagi kemaslahatan kehidupan masyarakat, maka akan dimungkinkan
terjadinya integritas sosial untuk menampilkan sikap yang sama, walau pun disadari itu
merupakan sikap yang menyimpang dari sikap sebelumnya.
Selain dari uraian di atas, Sikap berfungsi untuk menggugah motif untuk bertingkah laku,
baik dalam bentuk tingkah laku nyata maupun tingkah laku tertutup. Dengan demikian, sikap
mempengaruhi dua bentuk reaksi seseorang terhadap objek, yaitu dalam bentuk nyata dan
terselubung. Karena sikap diperoleh dari hasil belajar atau pengaruh lingkungan, maka sikap
akan bisa di ubah, walaupun sulit.
Namun secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan yang
menyimpang dibagi menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern, di antaranya:
1. Kepribadian, secara psikologi tipe kepribadian tertentu akan mempengaruhi kehidupan
jiwa seseorang.
2. faktor pembawaan, ada semacam kecenderungan urutan kelahiran mempengaruhi
penyimpangan agama. Anak sulung dan anak bungsu biasanya tidak mengalami tekanan
batin, sedangkan anak-anak yang dilahirkan pada urutan keduanya sering mengalami
stress jiwa. Kondisi ini juga mempengaruhi terjadinya penyimpangan agama.
Faktor ekstern, di antaranya:
1. Faktor keluarga, keretakan keluarga, ketidakserasian, berlainan agama, kesepian, kurang
mendapatkan pengakuan kaum kerabat, dan lainnya.
2. Lingkungan tempat tinggal, orang yang merasa terlempar dari lingkungan tempat tinggal
3.
atau tersingkir dari kehidupan di suatu tempat merasa dirinya hidup sebatangkara.
Perubahan status, terutama yang beralangsung secara mendadak akan banyak
mempengaruhi terjadinya penyimpangan agama. Misalnya, perceraian, keluar dari
a)
Teori stimulus-respon, menurut teori ini ada tiga variable yang mempengaruhi terjadinya
perubahan sikap yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan. Misal,dalam suatu masyarakat
muncul aliran-aliran keagamaan tertentu yang berbeda dengan tradisi yang berjalan, kemudian
menarik perhatian dan mendorong seseorang untuk ingin mengetahuinya secara lebih jauh. Dari
proses tersebut kemungkinan data memberi pngertian baru kepada piahak yang terlibat. Apabila
si terlibat merasakan ada manfaat bagi dirinya, mereka akan menerima.
Sedangkan yang
menganggap tidak ada manfaat, mereka akan menolak. Pada pihak yang menerima , akan terjadi
perubahan sikap. Dilihat dari tradisi yang berjalan, sikap mereka dikelompokkkan sebagai sikap
keagamaan yang menyimpang.
b)
teori perkembangan sosial, menurut teori ini perubahan sikap ditentukan oleh faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi perubahan sikap diantaranya ;
persepsi sosial, posisi sosial dan proses belajar sosial. Adapun faktor eksternalnya adalah faktor
penguat (reinforcement), komunikasi persusif dan harapan yang diinginkan.
c)
teori konsistensi, bahwa perubahan sikap lebih ditentukan oleh faktor intern, yang
tujuannya untuk menyeimbangkan antara sikap dan perbuatan. Proses terjadinya perubahan sikap
ada beberapa fase yaitu ;
(1) munculnya persolan yang dihadapi,
(2) munculnya beberapa pilihan yang harus dipilih,
(3) mengambil keputusan berdasarkan salah satu yang dipilih,
(4) terjadi keseimbangan
d)
teori fungsi, perubahan sikap seseorang dipengaruhi oleh kebutuhan seseorang. Katz
berpendapat bahwa sikap mempunyai beberapa fungsi yaitu, fungsi instrumental, fungsi
pertahanan, fungsi penerimaan dan pemberi arti, serta fungsi nilai ekspresif.
Perubahan sikap yang negatif akan mengarah pada sikap keagamaan yang menyimpang.
Sikap keagamaan yang menyimpang terjadi bila sikap seseorang terhadap kepercayaan dan
keyakinan terhadap agama yang dianutnya mengalami perubahan (jalaluddin, 1997 :231). Jadi,
perubahan sikap itu muncul sebagai repon dari timulus yang dihadapi oleh manusia.
DR. Zakiah Daradjat berpendapat bahwa pada diri manusia itu terdapat kebutuhan pokok,
beliau mengemukakan selain dari kebtuhan jasmani dan rohani, manusia mempunyai suatu
kebutuhan akan adanya keseimbangan dalam kehidupan jiwanya untuk tidak mengalami tekanan.
Adanya tekanan-tekanan pada sisi kehidupan manusia disertai tidak terpenuhinya kebutuhankebutuhan hidupnya akan menimbulkan berbagai problema, konflik atau masalah yang
mengganggu jiwanya.
Ada beberapa problema yang di hadapi manusia, contohnya :
Masalah atau problem diatas terjadi karena adanya kesenjangan antara apa yang dicitacitakan manusia dengan keadaan nyata yang dihadapinya. Terjadilah konflik dalam diri manusia
itu.
Dari sisi lain G.M Starton mengemukakan bahwa adanya konflik dalam kejiwaan manusia
adalah sebagai sumber kejiwaan agama seseorang. Dimana ketika konflik itu sudah mencekam
dan mempengaruhi kehidupan kejiwaaannya, maka manusia akan mencari pertolongan kepada
suatu kekuasaan yang tinggi (Tuhan).
Dan menurut S.Freud, terdapat dua konflik kejiwaan yang mendasar pada manusia, yaitu :
life-urge : keinginan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dari keadaan yang semula
untuk terus berlanjut.
death-urge : keinginan untuk kembali pada keadaan semula sebagai benda mati.
Dalam kenyataan kehidupan keagamaan dapat dilihat adanya dorongan life-urge secara positif
dapat menjadikan para pemeluk agama mengamalkan agamanya dengan penuh keikhlasan dalam
hidupnya, didorong oleh kekuatannya akan death-urge (hari akhirat). Di dunia manusia akan
memperluhur budi agar menjadi baik kehidupan dunianya bersama manusia yang lain dan
Tuhannya, sehingga diharapkan akan berumur panjang (life-urge). Dan jika meninggal nantinya
akan mendapat tempat yang wajar disisi Tuhannya (death-urge). Didalam dalam sebuah qaul
disebutkan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa uraian di atas, maka dapat saya simpulkan bahwa :
o Sikap Keagamaan
Dalam pengertian umum, sikap dipandang sebagai seperangkat reaksi-reaksi terhadap objek
tertentu berdasarkan hasil penalaran, pemahaman dan penghayatan individu. Dengan demikian,
sikap terbentuk dari hasil belajar dan pengalaman seseorang dan bukan pengaruh bawaan
seseorang, serta tergantung kepada objek tertentu.
o Sikap keagamaan yang menyimpang
Sikap keagamaan yang menyimpang terjadi bila sikap seseorang terhadap kepercayaan dan
keyakinan terhadap yang dianut mengalami perubahan. Sikap keagamaan yang menyimpang
sehubungan dengan perubahan sikap tidak selalu berkonotasi buruk. Sikap kagamaan yang
menyimpang dari tradisi keagamaan yang cenderung keliru mungkin akan menimbulkan suatu
pemikiran dan gerakan pembaharuan. Sikap yang menentang merupakan sikap keagamaan yang
menyimpang, seseorang atau kelompok penganut suatu agama mungkin saja bersikap toleran
pada agama lain ataupun aliran lain yang berbeda dengan aliran agama yang dianutnya. Masalah
yang menyangkut keagamaan ini umumnya tergantung hubungan mengenai kepercayaan dan
keyakinan. Kepercayaan adalah tingkat pikir manusia dalam mengalami proses berfikir yang
telah dapat membebaskan manusia dari segala unsur yang terdapat di luar fikirannya, sedangkan
keyakinan adalah suatu tingkat fikir yang dalam proses berfikir manusia telah menggunakan
kepercayaan dan keyakinan ajaran agama sebagai penyempurna proses, pencapaian kebenaran,
dan kenyataan yang terdapat di luarjangkauan berfikir manusia.kepercayaan dan keyakinan
merupakan hal yang abstrak sehingga, secara empirik sulit dibuktikan secara nyata mengenai
kebenarannya.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini semoga kita bisa mendalami mata kuliah ilmu jiwa agama,
khususnya pada pembahasan tentang problema jiwa keagamaan, saya menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran dari dosen dan para
pembaca saya harapkan. Akhir kata mudah-mudahan makalah ini dapat memberi manfaat untuk
pemabaca khususnya untuk penulis sendiri. Terimakasih
DAFTAR PUSTAKA