Portofolio Fixbgt

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 168

1|

2|

K ATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya
tugas portofolio mata kuliah Disain Pemuliaan Tanaman ini. Tidak lupa penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian tugas portofolio ini.
Portofolio yang penulis buat ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan oleh Dosen Mata Kuliah Disain Pemuliaan Tanaman. Selain menyelesaikan
tugas yang diperintahkan, portofolio ini juga merupakan kumpulan tugas dari awal
sampai akhir sebagai bahan referensi dan penilaian mata kuliah Disain Pemuliaan
Tanaman.
Tak ada gading yang tak retak. Pernyataan ini sesuai dengan portofolio yang penulis
buat. Penulis menyadari bahwa penulisan dan penyusunan portofolio ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis meminta maaf jika dalam penulisan dan
penyusunan portofolio ini terdapat banyak kesalahan. Demikian portofolio ini penulis
buat. Kritik serta saran yang bersifat membangun tetap penulis nantikan untuk kemajuan
dan perbaikan portiofolio ini.

Jatinangor, 04 Juni 2014

Penulis,

3|

RESUME
1&2

4|

5|

TUGAS R1
MK DISAIN PROGRAM PEMULIAAN TANAMAN

PERAKITAN TANAMAN KUBIS HIBRIDA (Brassica oleraceae var. Capitata L.)


YANG MEMILIKI PRODUKTIVITAS TINGGI DAN BERUMUR GENJAH
MENGGUNAKAN METODE ANALISIS DIALEL

6|

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan penduduk Indonesia yang terus mengalami peningkatan berimplikasi pada
peningkatan akan kebutuhan sayuran bagi masyarakat. Kubis (Brassicae oleracea var. capitata
L.) adalah tanaman sayuran yang cukup penting keberadaannya dalam rangka memenuhi nutrisi
yang dibutuhkan manusia. Kubis termasuk ke dalam famili brassicaceae. Komoditas ini
merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Akan tetapi,
berdasarkan Angka Tetap (ATAP) 2011 dari Direktoral Jenderal Hortikultura, luas panen kubis di
Indonesia tiap tahunnya sangat fluktuaktif jika dilihat dari tahun 2000-2011. Pada tahun 2004,
luas panen kubis mencapai nilai tertinggi, yaitu 70.000 ha. Namun pada tahun selanjutnya
(2005), luas panen kubis menurun drastis, yaitu hanya 60.000 ha. Selain itu, perkembangan
produksi kubis tahun 2000-2011 cenderung stagnan tanpa mengalami peningkatan. Tahun 2004,
produksi kubis mencapai nilai yang cukup tinggi, yaitu 1.500.000 ton. Pada tahun-tahun
berikutnya (2005-2011), produksi kubis menurun dan cenderung stagnan, yaitu kurang dari
1.500.000 ha.
Hal yang sama juga terjadi pada produktivitas kubis. Dimulai dari tahun 2000 sampai
2004 produktivitasnya cenderung konstan, hanya 20 ton/ha. Pada tahun 2005-2006, produktivitas
kubis mengalami peningkatan, tetapi tahun-tahun selanjutnya produktivitas kubis mengalami
kemerosotan yang cukup signifikan. Permasalahan lain adalah belum adanya varietas kubis yang
memiliki umur genjah di Indonesia. Rata-rata umur kubis di Indonesia adalah 100 hari.
Fenomena ini menyebabkan peningkatan kebutuhan kubis semakin meningkat dan
pemenuhannya dirasa masih belum maksimal. Upaya yang dilakukan pemerintah adalah
mengimpor benih kubis hibrida dari negara luar negeri. Luas tanaman kubis pada tahun 2000
yaitu 67.800 ha, dimana impor benih kubis pada tahun 2000 yaitu 20.577 kg dengan perkiraan
penggunaan benih 200-300 g/ha.
Kegiatan pengimporan benih kubis ini harus segera diminimalisir. Salah satu upaya yang
dapat ditawarkan adalah dengan merakit kubis hibrida yang berasal dari berbagai varietas lokal
atau introduksi dari negara lain agar dapat menghasilkan benih kubis hibrida memiliki
produktivitas tinggi. Selain produktivitas tinggi varietas hibrida ini memiliki umur genjah, krop
padat berbentuk agak bulat dengan warna hijau keputihan dan rasa sedikit manis, dan tahan
tunda panen. Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai perakitan kubis hibrida yang berumur
genjah. Rata-rata umur panen kubis yaitu sekitar 60-100 hari. Rata-rata produksi sekitar 14,5kg/tanaman. Itu semua tergantung oleh masing-masing varietasnya. Diharapkan kubis dapat
dipanen lebih cepat dan menghasilkan produksi yang lebih banyak.
Tanaman kubis dapat tumbuh optimal pada ketinggian 200-2000 m dpl dengan untuk
varietas dataran tinggi dapat tumbuh baik pada ketinggian 1000-2000 m dpl. Tanaman kubis
dapat hidup pada suhu 10-24oC dengan suhu optimum 17oC. Kebutuhan benih per hektar
tergantung varietas dan jarak tanam, umumnya dibutuhkan 300g/ha. Penentuan pola tanam

7|

tanaman sangat bergantung pada kesuburan tanah dan varietas tanaman dengan jarak
tanam 50 x 50 cm.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya perakitan ini adalah :
1. Mengestimasi nilai daya gabung umum dan daya gabung khusus terbaik dalam
persilangan dialel beberapa tetua kubis.
2. Mengestimasi nilai heterosis galur-galur F1 terbaik dari sejumlah persilangan dialel.
3. Mengidentifikasi galur F1 paling unggul dalam produksi dibanding tetua-tetuanya.

8|

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prinsip Kegunaan
Varietas hibrida digunakan untuk mendapatkan tanaman yang seragam. Jika ingin
memperoleh produksi benih hibrida diperlukan paling sedikit dua galur murni yang selfinkompatibilitas, tetapi dapat saling membuahi.
Kebutuhan benih kubis hibrida kebanyakam merupakan benih impor. Benih lokal kurang
mampu bersaing dengan benih hibrida karena benih lokal rentan penyakit bengkak akar, oleh
karenannya hanya sedikit petan yang menggunakan benih lokal, beberapa petani yang
menanamnya juga hanya dapat menanam untuk keluarganya sendiri.
Mengurangi impor benih kubis yang menyebabkan devisa negara bertambah. Menjadikan
petani bergairah kembali untuk menanam kubis yang berdampak pada kesejahteraan petani itu
sendiri. Mengetahui varietas hibrida kubis yang terbaik berdasarkan DGK (Daya Gabung
Khusus).
Griffing II ini tidak menggunakan maternal effect dan mampu menciptakan kubis hibrida
yang produktivitasnya tinggi dan berumur genjah.
2.2 Prosedur
2.2.1 Pemilihan Tetua
No.
Galur
Asal
Keunggulan
1.
Jawa
Varietas lokal Wonosobo
Umur panen genjah, bentuk
krop besar, krop cukup padat.
2.
Jlonggrong
Varietas kubis lokal lereng Gunung Bentuk krop cukup keras,
Merbabu
persentase berbunga dalam
krop dan setelah krop tinggi.
3.
Kemeh
Varietas kubis Wonosobo
Umur genjah, krop cukup
keras, persentasi total padatan
terlarut tinggi.
4.
Segon
Varietas kubis lokal Magelang
Bobot krop besar, persentasi
berbunga dalam krop tinggi.
5.
KF 1124
Koleksi plasma nutfah PT. Benih Citra Bobot krop tinggi, daya
Asia
simpan lama, produksi tinggi.
6.
CMS-GA
Introduksi dari negara India
Permukaan krop mengkilat,
umur genjah.
7.
Pride of Asia
Introduksi dari negara India
Bentuk permukaan daun halus
dan mengkilat, umur genjah.
8.
C-6
Introduksi dari negara India
Permukaan daun mengkilap,
bentuk krop bulat utuh, umur
genjah.
2.2.2
9|

Prosedur Persilangan

Berikut merupakan prosedur (dalam bentuk flow chart) dari persilangan kubis :

2.2.3 Population Formation by Hybridization Types of Populations


Tanaman kubis termasuk ke dalam tanaman menyerbuk silang. Rancangan persilangan
yang kami rencanakan adalah persilangan dialel metode II Griffing. Delapan tetua yang
n(n+1)
2
digunakan pada metode ini menghasilkan total keseluruhan persilangan 36
) yang

terdiri dari 8 tetua dan 28 hasil persilangan (F1). Ulangan yang digunakan adalah 4 kali.
Pembentukan populasi dalam persilangan yang digunakan adalah paired parents. Berikut ini
merupakan gambaran pola penanaman di lapangan.
P1

P2

P1

P3

P1

P4

P1

P5

P1

P6

P1

P7

P1

P8

60 cm
P2 P3

100 cm
P2
P4

60 cm
P2
P5

100 cm
P2
P6

60 cm
P2
P7

100 cm
P2
P8

60 cm
P3
P4

P3
c

P5

P3

P6

P3

P7

P3

P8

P4

P5

P4

P6

P4

P7

P4

P8

P5

P6

P5

P7

P5

P8

P6

P7

P6

P8

P7

P8

Keterangan :
P1
: Jawa
P2
: Jlonggrong
P3
: Kemeh
P4
: Segon
P5
: KF 1124
2.2.4 Analisis Dialel Pendekatan Griffing II

10 |

P6
P7
P8

: CMS GA
: Pride of Asia
: C-6

Delapan tetua tanaman kubis yang digunakan pada persilangan dialel kali ini (n = 8).
n(n+1)
2
Sehingga total keseluruhan persilangan adalah 36
) yang terdiri dari 8 tetua dan 28

hasil persilangan (F1).


P1
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
-

P2
F1
-

P3
F1
F1
-

P4
F1
F1
F1
-

P5
F1
F1
F1
F1
-

P6
F1
F1
F1
F1
F1
-

P7
F1
F1
F1
F1
F1
F1
-

P8
F1
F1
F1
F1
F1
F1
F1
-

Rata-Rata

Rata-Rata

2.2.5 Anova dan Parameter Genetik


DGK (Daya Gabung Khusus) yang kita inginkan dari hasil seleksi ini adalah kubis yang
memiliki produktivitas tinggi dan berumur genjah, maksudnya adalah tanaman tersebut memiliki
nilai DGK yang tinggi. Sedangkan apabila suatu tanaman memiliki nilai ke arah negatif, maka
nilai DGK nya rendah.
DGU (Daya Gabung Umum) merupakan nilai rata-rata dari keseluruhan hasil persilangan
pasangan persilangan. Heritabilitas, merupakan rasio perbandingan varians genotipik terhadap
varians fenotipik. Dirumuskan sebagai berikut:
2

h = g2 = 2 g2 2
f g + + e
2

Anova dan Parameter Genetik


1. Menguji Signifikansi Perbedaan Genotip Tanaman, yang terdiri dari :
Mencari nilai faktor koreksi
persilangan

FK =

Mencari nilai jumlah kuadrat (sum squrare=SS)


Menyiapkan tabel anova
Sumber
Keragaman

11 |

Df

SS

MS

Ulangan

r-1

R2 j

fk

j=1

t
Treatment

Ti 2
i=1

t
Error

(r-1)(n-1)

Total

(r-1)+(n-1)+
(r-1)(n-1)

MS perlakuan
df perlakuan

n-1

fk

SS total-SS ulanganSS perlakuan


t

MS ulangan
df ulangan

MS galat
df galat

Xij2FK
i=1 j=1

2. Menghitung Analisis Daya Gabung


Membuat tabel anova untuk daya gabung
Mencari nilai jumlah kuadrat (SS) dan kuadrat tengah (MS) untuk DGU
Mencari nilai jumlah kuadrat (SS) dan kuadrat tengah (MS) untuk DGK
Mencari nilai jumlah kuadrat (SS) dan kuadrat tengah (MS) untuk error (galat)
Mencari nilai Fhitung untuk DGU dan DGK
Sumber
Keragaman
DGU

Df
n-1

SS

MS

1
n+2 (Yi + Yii)

Fhit

SS DGU
df DGU

MS DGU
MS Error

SS DGK
df DGK

MS DGK
MS Error

2
2
n Y
DGK

[n(n-1)/2]

Yij

1
n+2 (Yi +

Yii)2

2
Y
(n+1)(n+2)

Error

(r-1)(n-1)

SS
total-SS
ulangan- SS (DGU
+ DGK)

Keterangan:
n : jumlah tetua
Yi : jumlah rata-rata persilangan, genotip ke-i
Yii : jumlah rata-rata selfing, genotip ke-i
Y : total keseluruhan genotip yang diuji tanpa selfing
12 |

SS error
df error

Yij : jumlah rata-rata persilangan, genotip ke-i dan ke-j


Yj : jumlah rata-rata persilangan, genotip ke-j
Yjj : jumlah rata-rata selfing, genotip ke-j
3. Heterosis diestimasi dengan dua cara yaitu
a. Heterosis high parent, yaitu penampilan hibrida (F1) dibandingkan dengan
penampilan tetua terbaiknya.
F 1high parent
x 100
Heterosis high-parent (%) =
high parent
b. Heterosis mid parent, yaitu penampilan hibrida (F1) dibandingkan
dengan penampilan rata-rata kedua tetua.
F 1mid parent
x 100
Heterosis mid-parent (%) =
mid parent
Keterangan :
F1
: nilai rata-rata keturunan pertama hasil persilangan
Mid parent
: nilai rata-rata kedua tetua
High parent : nilai rata-rata tetua tertinggi
4. Menghitung komponen nilai variasi genetik
Dari E(M.S), dapat diketahui :
2
2r = n+2 (Mg Ms)
2s = Ms M1 c
2c = M1 c
Seperti pada metode 1, komponen yang ditranslasikan ke dalam komponen genetic
adalah :
2r = 2A
2r = 2D
5. Menghitung nilai efek DGU
Misal untuk menghitung nilai efek DGU pada tetua a
1
2
ga = n+2 [(Yi + Yii) - p Y...]
6. Menghitung nilai efek dari DGK
Misal untuk menghitung nilai efek DGK pada persilangan tetua a x b
2
1
s ab = Yij n+2 (Yi + Yii + Yj + Yjj) + (n+1)(n+2) Y
13 |

7. Menghitung nilai standar error


S.E.(gi)= [(n 1) 2c/n(n + 2)]1/2
S.E.(sii)
= [(n2 + n + 2) 2s/(n + 1) (n + 2)]1/2
S.E.(gi gj) = [2 2s / (n + 2)]1/2
S.E.(sii)
= [n(n 1) 2c / (n + 1) (n + 2)]1/2
S.E.(sii sij) = [2(n 2) 2s / (n + 2)]1/2
S.E.(sij sik) = [2(n + 1) 2s / (n + 2)]1/2
S.E.(sij skl) = [2n2s / (n + 2)]1/2

14 |

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kubis hibrida dibutuhkan petani untuk menanggulangi benih lokal yang kurang
menguntungkan petani dalam menanam kubis. Kubis hibrida memiliki produktivitas tinggi serta
umur genjah sehingga petani dapat menanam kubis dengan kualitas yang baik.
Pada perakitan tanaman kubis hibrida ini digunakan persilangan dialel menggunakan
metode Griffing II. Kami menggunakan metode ini karena umur genjah bukan merupakan
maternal effect. Pada metode Griffing II ini juga dapat diketahui DGU, DGK, nilai heterosis dan
galur paling unggul F1 dibanding untuk kemudian dilakukan pengembangan varietas. Jika nilai
dominan aditif tinggi dan nilai DGK lebih besar dari DGU maka dihasilkan varietas kubis yang
hibrida. Akan tetapi jika nilai dominan aditif rendah dan nilai DGU lebih besar dari DGK,
varietas yang dihasilkan adalah varietas open pollinated. Diharapkan dengan penggunaan metode
Griffing II ini, tanaman kubis hibrida dengan produktivitas tinggi dan berumur genjah dapat
diestimasi dan dihasilkan.

15 |

DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, Hidayat., et al. 2007. Kubis Lokal Berpotensi Menunjang Substitusi Impor Benih
Kubis Hibrida. Diakses melalui http://balitsa.litbang.go.id pada tanggal 2 April 2014
Singh BK (2007) Studies on variability and heterosis of important economic and nutritive traits
in cabbage (Brassica oleracea var. capitata L). Ph D thesis, Division of vegetable science,
IARI, New Delhi
Singh D, Chhonkar PK, Pandey RN (1999) Soil plant water analysis: a methods manual.
Division of soil science. IARI, New Delhi
Singh BK, Sharma SR, Singh B. 2010. Genetic combining ability for concentration of mineral
elements in cabbage head (Brassica oleracea var. capitata L.).
http://www.link.springer.com pada tanggal 16 Maret 2014

16 |

Diakses melalui

PPT
R1

17 |

18 |

19 |

20 |

21 |

22 |

23 |

24 |

25 |

26 |

27 |

28 |

TUGAS R2
MK DISAIN PROGRAM PEMULIAAN TANAMAN

DESAIN PRODUKSI BENIH OYONG (Luffa acutangula) HIBRIDA KOMERSIAL

29 |

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komoditas hortikultura, khususnya sayuran dan buah-buahan, termasuk komoditi
strategis dalam perekonomian nasional. Permintaan pasar dan pemenuhan produk hortikultura di
Indonesia belum seimbang. Untuk meningkatkan produktivitas dan produksi hortikultura
diperlukan benih yang berkualitas dan berdaya produksi tinggi. Komoditas hortikultura banyak
jenisnya, salah satunya oyong.
Oyong (Luffa acutangula) atau ridge gourd, disebut juga gambas, emes atau kimput
(Sunda) dan timput (Palembang). Tanaman ini termasuk dalam famili Cucurbitaceae, berasal dari
India, namun telah beradaptasi dengan baik di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Oyong (Luffa
acutangula) termasuk golongan sayuran buah seperti semangka, mentimun, terong, dan labu
siam.
Oyong (Luffa acutangula) merupakan tanaman sayuran musim panas yang cukup penting
di Bangladesh, India. Buah oyong dapat digunakan sebagai obat bagi penderita penyakit demam.
Di dalam tubuh manusia, buah oyong mempunyai khasiat untuk membersihkan darah. Daunnya
yang masih muda (pucuknya) pun dapat disayur, sementara buah oyong yang telah tua dan
kering baik sekali untuk spons penggosok untuk mencuci. Buah oyong juga mengandung
vitamin A, B, dan C yang bagus untuk sistem kekebalan tubuh (Sunarjono, 2009). Oyong juga
memiliki kandungan cucurbitasin dalam bijinya. Beragam penelitian menjelaskan bahwa
senyawa cucurbitasin dalam bii oyong dapat berperan dalam menurunkan gula darah dan sebagai
anti diabetes.
Menurut Sunarjono (2009), kelebihan lain oyong (Luffa acutangula) dibandingkan
tanaman sejenisnya yaitu tanaman ini dapat di budidayakan di dataran rendah maupun dataran
tinggi. Pertumbuhannya pun mudah, tidak harus memerlukan perawatan yang khusus, hanya
memerlukan turus atau ajir sebagai media rambatannya karena oyong adalah tipe tanaman yang
batangnya merambat, namun oyong dapat juga dirambatkan pada pagar-pagar atau pohon-pohon
yang ada di sekitarnya dan umur panen tanaman oyong juga tergolong cukup cepat (Lembaga
Biologi Nasional, 2007).
Tanaman oyong sangat berpotensi untuk dikembangkan, tetapi sampai saat ini
produktivitas dan pengembangan varietasnya belum banyak dikaji. Di negara asalnya, yaitu
India, produktivitas komoditas ini masih kecil, yaitu hanya 6.67 ton/ha pada tahun 2008. Di
Indonesia, belum ditemukan data mengenai produksi, produktivitas, dan nilai komersial tanaman
oyong ini. Hal ini disebabkan komoditas ini masih belum banyak dikenal oleh masyarakat
Indonesia. Permintaan oyong di Indonesia pun terbilang masih rendah, sehingga pembudidayaan
dan pemuliaan tanaman ini masih jarang ditemukan. Oleh karena itu, pemuliaan dan
30 |

pengembangan tanaman oyong, khususnya oyong hibrida, perlu dikaji dan dikembangkan di
negara ini.

1.2 Tujuan Desain Produksi Benih


Adapun tujuan dari desain produksi benih tanaman oyong ini adalah untuk memperoleh
benih hibrida komersil yang unggul yang pada akhirnya dapat digunakan petani untuk
meningkatkan produktivitas tanaman oyong hibrida.

31 |

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tipe Benih Komersial Oyong
Kementrian Pertanian Republik Indonesia pada tahun 2006 telah melepas beberapa
varietas oyong, diantaranya oyong hibrida varietas offen 315, viset 165, huay kaew 501. BG 654,
dan AGB OY 1030. Berikut ini adalah deskripsi lima varietas oyong yang telah terdaftar di
Kementrian Pertanian :
1. Offen 315
Asal
Silsilah
Golongan varietas
Tipe tanaman
Umur mulai panen
Bentuk penampang batang
Diameter batang
Warna daun
Bentuk daun
Tepi daun
Permukaan daun
Panjang tangkai daun
Umur mulai berbunga
Warna mahkota bunga
Warna benang sari
Warna putik
Bentuk bunga
Jumlah bunga betina pertandan
Warna buah
Bentuk buah
Ukuran buah
Panjang tangkai buah
Jumlah buah per tandan
Jumlah buah per tanaman
Berat per buah
Berat buah per tanaman
Rasa buah
Tekstur buah
Hasil buah segar
Keterangan
32 |

: Chia Tai Co.Ltd.,Thailand


: LF 315 A (F) x LF 315 B (M)
: hibrida silang tunggal
: merambat
: 40 hari setelah tanam
: bulat
: 0,7 cm
: hijau
: segi tiga jorong (triangular-ovate)
: bergerigi
: kasar
: 9 10 cm
: 34 hari setelah tanam
: hijau kekuningan
: kuning
: kuning
: seperti bintang
: 1 kuntum
: hijau
: silindris panjang dan ramping
: panjang 35 cm, diameter 4,5 cm
: 13 cm
: 1 buah
: 37 buah
: 325 g
: 12 kg
: tidak pahit
: berserat
: 30 ton/ha
: beradaptasi dengan baik di dataran rendah sampai sedang

Pengusul
Peneliti

dengan ketinggian 200 600 m dpl pada musim hujan


: PT. Tanindo Subur Prima
: Korntong Pongsuwan, Suphat (Chia Tai Co. Ltd.) dan
Kurniawan W. (PT. Tanindo Subur Prima)

2. Viset 165
Asal

: Chia Tai Seed Co.ltd., Thailand

Silsilah

: LF 165 B (F) x LF 165 A (M)

Golongan varietas

: hibrida silang tunggal

Umur mulai berbunga

: 31 hari setelah tanam

Umur mulai panen

: 39 hari setelah tanam

Tipe tumbuh

: merambat

Bentuk penampang melintang batang: segi lima


Ukuran sisi penampang

: melintang

Batang

: 0,48 cm

Bentuk daun

: segitiga

Tepi daun

: berlekuk menjari

Permukaan daun

: kasar

Warna daun

: hijau tua

Panjang tangkai daun

: 8 11 cm

Bentuk bunga

: seperti bintang

Warna mahkota bunga

: kuning

Warna benangsari

: kuning

Warna putik

: kuning

Jumlah bunga per tandan

: 1 bunga

Jumlah buah per tandan

: 1 buah

33 |

Bentuk buah

: silindris

Ukuran buah

: panjang 62,1 cm; diameter 4,6 cm

Berat per buah

: 500 g

Warna buah

: hijau tua

Lekuk gerigi

: dalam

Panjang tangkai buah

: 5 7 cm

Jumlah buah per tanaman

: 22 25 buah

Berat buah per tanaman

: 10 kg

Berat 1000 biji

: 154 g

Rasa

: tidak pahit

Tekstur daging buah

: tidak berserat

Daya simpan pada suhu kamar

: 7 hari

Hasil

: 25,6 ton/ha

Keterangan

: beradaptasi dengan baik di dataran rendah sampai sedang

3. Huay Kaew 501


Asal
Silsilah
Golongan varietas
Umur mulai berbunga
Umur mulai panen
Tipe tumbuh

: Chia Tai Seed Co.ltd., Thailand


: LF 501 B (F) x LF 501 A (M)
: hibrida silang tunggal
: 31 hari setelah tanam
: 39 hari setelah tanam
: memanjat

Bentuk penampang melintang batang : segi lima


Ukuran sisi penampang melintang
Batang
: 0,52 cm
Bentuk daun
: segitiga
Tepi daun
: berlakuk menjari
34 |

Permukaan daun
: kasar
Warna daun
: hijau tua
Panjang tangkai daun
: 8 11 cm
Bentuk bunga
: seperti bintang
Warna mahkota bunga
: kuning
Warna benangsari
: kuning
Warna putik
: kuning
Jumlah bunga per tandan
: 1 bunga
Jumlah buah per tandan
: 1 buah
Bentuk buah
: silindris
Ukuran buah
: panjang 68,0 cm; diameter 4,6 cm
Berat per buah
: 500 g
Warna buah
: hijau
Lekuk gerigi
: agak dalam
Panjang tangkai buah
: 4 6 cm
Jumlah buah per tanaman
: 19 23 buah
Berat buah per tanaman
: 8,1 kg
Berat 1000 biji
: 195 g
Warna buah
: hijau
Rasa
: tidak pahit
Tekstur daging buah
: tidak berserat
Daya simpan pada suhu kamar
: 8 hari
Hasil
: 22,7 ton/ha
Keterangan
: beradaptasi dengan baik di dataran rendah sampai sedang
pada musim penghujan
Pengusul
: Aries S. (PT. Tanindo Subur Prima)
Peneliti
: Korntong Pongsuwan (Chia Tai Seed Co. Ltd.) dan Aries
S. (PT. Tanindo Subur Prima)
4. BG 654
Asal

: dalam negeri

Silsilah

: (OY 021-2-2-1-1-1-1-1-1) x (OY 011-3-2-2-1-1-1-1-1)

Golongan varietas

: hibrida

Bentuk penampang batang

: segi lima

Ukuran sisi luar penampang batang : 0,8 1,5 cm


Warna batang

: hijau muda

Warna daun

: hijau muda

Bentuk daun
35 |

: menjari/ segi tujuh

Ukuran daun

: panjang 23 24 cm, lebar 21 22 cm

Bentuk bunga

: seperti terompet

Warna kelopak bunga

: hijau

Warna mahkota bunga

: kuning

Warna kepala putik

: kuning

Warna benangsari

: kuning

Umur mulai berbunga

: 25 27 hari setelah tanam

Umur mulai panen

: 32 35 hari setelah tanam

Bentuk buah

: segi enam

Ukuran buah

: panjang 27 29 cm, diameter 4 5 cm

Warna buah

: hijau gelap

Rasa buah

: agak manis

Bentuk biji

: oval

Warna biji

: hitam

Berat 1.000 biji

: 200 g

Berat per buah

: 164 166 g

Jumlah buah per tanaman

: 16 20 buah

Berat buah per tanaman

: 3 4 kg

Daya simpan buah pada suhu 25 300C : 10 13 hari setelah panen


Hasil buah per hektar

: 65 68 ton

Populasi per hektar

: 25.000 tanaman

Kebutuhan benih per hektar

: 2,5 kg

Penciri utama

: warna buah hijau sedang dan prolifik

Keunggulan varietas

: produksi tinggi dan umur genjah

36 |

Wilayah adaptasi

: beradaptasi dengan baik di dataran rendah dengan


ketinggian 100 250 m dpl

Pemohon

: PT. Benih Citra Asia

Pemulia

: Edy Trianto

Peneliti

: Aris Munandar

5. AGB OY 1030
Asal

: CV. Agro Bumi Asri Sejahtera (AGROBAS) Blitar

Silsilah

: OY 10 x OY 30

Golongan varietas

: hibrida

Bentuk penampang batang

: segi lima

Ukuran sisi luar penampang batang : 0,69 0,71 cm


Warna batang

: hijau

Warna daun

: hijau tua

Bentuk daun

: bulat

Ukuran daun

: panjang 12,4 13,8 cm, lebar 17,1 17,6 cm

Bentuk bunga

: seperti terompet

Warna kelopak bunga

: hijau muda

Warna mahkota bunga

: kuning

Warna kepala putik

: kuning

Warna benangsari

: kuning

Umur mulai berbunga

: 22 24 hari setelah tanam

Umur mulai panen

: 35 37 hari setelah tanam

Bentuk buah

: bulat panjang, bersegi sepuluh, garis kurang jelas

37 |

Ukuran buah

: panjang 42,65 44,01 cm, diameter 3,73 4,01 cm

Warna buah

: hijau

Rasa buah

: manis

Bentuk biji

: pipih

Warna biji

: hitam

Berat 1.000 biji

: 155,57 160,23 g

Berat per buah

: 243,33 253,00 g

Jumlah buah per tanaman

: 11 15 buah

Berat buah per tanaman

: 2,53 3,03 kg

Daya simpan buah pada suhu 28 300C : 3 4 hari setelah panen


Hasil buah per hektar

: 22,06 28,88 ton

Populasi per hektar

: 18.000 19.000 tanaman

Kebutuhan benih per hektar

: 2,1 2,2 kg

Penciri utama

: bentuk daun bulat, warna daun hijau tua, garis buah

Perakitan
mandiri untu
Persilangan
Singlegalur
Cross
(A x B)

kurang jelas
Keunggulan varietas

: bobot per buah


F1tinggi
Hibrida

Wilayah adaptasi

: beradaptasi dengan baik di dataran rendah dengan


ketinggian
110 245 m dpl
Produksi

Pemohon

: CV. Agro Bumi Asri Sejahtera Blitar

Pemulia
Peneliti

Isolasi

: Heru Efendi

Panen: Lilik Damiastutik, Yuniardi, Darmono

2.2 Flow Chart Produksi Benih Hibrida

Penanganan Pasca Panen

38 |

enyimpanan dan Kontrol Mutu Benih

Pemasaran Benih

Produksi
Oyong termasuk dalam keluarga tanaman Cucurbit. Mereka tumbuh di daerah bersuhu
panas. Banyak jenis keluarga Cucurbit rentan terhadap penyakit daun yang biasanya menyerang
selama musim hujan atau pada waktu kelembaban udara tinggi.
Isolasi
Hampir semua jenis tanaman keluarga Cucurbit memiliki bunga jantan dan bunga betina
yang terpisah, tetapi terletak di tanaman yang sama. Bunga betina dapat dikenali dari kantung
telur yang bentuknya seperti buah kecil di pangkal bawah bunga. Penyerbukan terjadi dengan
bantuan serangga dan penyerbukan silang terjadi dengan sangat mudah. Meskipun demikian,
petani dapat memanen benih dari bermacam varietas yang ditanam di lahan yang sama dengan
cara penyerbukan dengan tangan. Penyerbukan dengan tangan. Sebelum bunga merekah,
bungkuslah secara terpisah bunga betina dan bunga jantan di tanaman yang sama atau yang
berdekatan dari satu varietas. Pada waktu bunga merekah bukalah bungkusan bunga jantan
kemudian singkapkan daun bunganya dan sentuhkan serbuk sari ke stigma bunga betina yang
dibungkus. Serbuk sari yang dipindahkan sekarang dapat dilihat menempel di stigma. Setelah
penyerbukan, bungkus kembali bunga betina supaya tidak dikunjungi serangga. Setelah bunga
layu dan buah mulai terbentuk, ikatlah tali di tangkai buah untuk menandai buah mana yang
penyerbukannya dilakukan dengan tangan. Pilihlah tanaman yang tumbuh dengan baik dan
berbunga lebih awal.
39 |

Seleksi
Memilih bunga yang terletak di noda 10-20 dari pangkal tanaman untuk diserbuki dengan
tangan. Petik dan buanglah buah yang bentuknya tidak bagus.

Layout Produksi Di Lapangan

40 |

Panen
Buah harus dibiarkan tumbuh sampai benar-benar matang dan berubah warna. Buah
gambas harus dibiarkan sampai mongering. Setelah dipanen, buah diletakkan di naungan yang
teduh selama beberapa minggu supaya benihnya matang.Tanaman oyong termasuk tanaman yang
benihnya kering. Oleh karenanya biarkan benih di dalam buah sehingga benih terpisah dengan
sendirinya dari daging buahnya. Ini dapat dicek dengan cara menguncang-guncang buah yang
sudah kering akan terdengar suara benih-benihnya. Potonglah dasar buahnya dan tuang
benihnya keluar. Setelah benihnya dibersihkan, letakkan di atas kain jaring untuk dikeringkan
lebih lanjut sebelum disimpan.
Kontrol Kualitas
Benih yang dikomersilkan mempunyai kemurnian minimal 90%, agar benih mempunyai
kemurnian yang tinggi, maka benih disortasi dan dipisahkan dari kotoran pembawa benih.
Sortasi benih bertujuan memisahkan fraksi benih murni/ benih yang dikehendaki, benih tanaman
lain dan kotoran benih. Sortasi bisa dilakukan setelah proses penjemuran.
Tidak menutup kemingkinan bahwa benih yang telah dikirimkan ke konsumen
dikembalikan lagi ke perusahaan. Untuk itu perusahaan juga melakukan kontrol terhadap
masalah ini. Hal pertama yang dilakukan adalah mengetahui terlebih dahulu apa permasalahan
yang dialami konsumen sehingga benih dikembalikan lagi. Misal saja daya kecambah kurang.
Maka langkah yang dilakukan adalah dengan melakukan uji daya kecambah ulang. Jika ternyata
daya kecambahnya kurang, maka perusahaan mengganti kerugian sebesar benih yang telah
dibeli. Namun jika ternyata daya kecambah benih masih memenuhi kriteria minimal, maka
41 |

menurunnya daya kecambah tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, misal disebabkan
oleh tempat yang kurang cocok untuk pertumbuhan benih.

Penyimpanan dan Pengemasan


Benih harus dikemas dan diberi label sebelum di simpan. Bahan kemasan (packaging
material) merupakan faktor utama yang mengatur kadar air benih dalam penyimpanan.
Aluminium foil adalah kemasan benih terbaik dibandingkan plastik atau kertas. Kadar air benih
berkesetimbangan (equilibrium) dengan kelembapan (RH) udara sekitar. Kadar air benih dalam
penyimpanan dapat lebih tinggi atau lebih rendah tergantung pada RH dan permeabilitas bahan
kemasan terhadap air.
Selama penyimpanan, benih mengalami penurunan mutu (deteriorasi) yang disebabkan
oleh RH dan suhu tinggi (abiotik), aktivitas mikroba (cendawan, bakteri), insek, kutu, tikus
(biotik). Dua faktor terpenting yang mempengaruhi periode hidup benih adalah kadar air benih
(efek dari RH) dan suhu. Pada umumnya benih kehilangan viabilitas secara cepat pada RH
mendekati 80% dan suhu 25-300C, tetapi dapat bertahan lebih dari 10 tahun pada RH < 50% dan
suhu < 50C.
Dalam Harringtons rules of thumb (1973), dinyatakan, periode hidup benih menjadi dua
kali lipat atau setengahnya setiap penurunan atau peningkatan kadar air 1%. Untuk menurunkan
RH atau membuat ruang simpan menjadi kering, dapat digunakan desikan, antara lain silica gel,
CaCl (dapat diaktifkan kembali dengan pemanasan), kapur tohor, abu gosok, arang.
Selain RH ruang simpan atau kadar air benih, suhu ruang simpan juga berpengaruh
terhadap viabilitas benih. Menurut Harrington, periode hidup benih menjadi dua kali lipat atau
setengahnya setiap penurunan atau peningkatan suhu 5.6 0C. Ruang penyimpanan selain harus
kering dan sejuk, juga harus bersih, serta didesinfektan dan difumigasi bilamana diperlukan.
Pengemasan yang baik untuk benih oyong hibrida adalah menggunakan bahan yang terbuat
dari aluminium foil. Contoh pengemesan benih oyong hibrida :

tampak depan

42 |

tampak belakang

43 |

BAB III
KESIMPULAN
Oyong merupakan komoditas hortikultura yang mempunyai prospek yang baik untuk
dikembangkan. Permasalahan dari oyong adalah produktivitas tanaman dan pengembangan
varietas kearah hibrida belum banyak dikembangkan di Indonesia. Di Indonesia, belum
ditemukan data mengenai produksi, produktivitas, dan nilai komersial tanaman oyong ini. Hal ini
disebabkan komoditas ini masih belum banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Permintaan
oyong di Indonesia pun terbilang masih rendah, sehingga pembudidayaan dan pemuliaan
tanaman ini masih jarang ditemukan.
Oyong hibrida yang kami rakit yaitu menggunakan teknik perancangan hibrida single
cross yaitu dengan persilangan dua galur murni dari tetua yang berbeda guna menghasilkan
tanaman yang memiliki karakter lebih baik dari tetuanya (heterosis).
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan budidaya produksi benih meliputi,
penetaan letak tanaman induk, isolasi jarak dan waktu, roguing untuk eradikasi tipe simpang
tanaman. Persilangan akan lebih mudah dilakukan jika tetua betina menggunakan galur mandul
jantan dan pengaturan masa berbunga. Pemanenan, penyimpanan benih, dan pemasaran benih
juga merupakan hal-hal yang harus diperhatikan. Diharapkan dengan perakitan tanaman oyong
hibrida ini akan memenuhi kebutuhan baik itu para petani maupun konsumen.

44 |

DAFTAR PUSTAKA
A.D. Munshi, Occurrence and preliminary characterization of gynocious ridge gourd (Luffa
acutangula (L.) Roxb.) in a natural population. 2011: India.
Harrington, J.F. 1963. Practical advice and instructions on seed storage. Proc. mt. Seed
Test.Assoc. 28:989-994.
Kementrian Pertanian Republik Indonesia. 2008. Surat Keputusan Pelepasan Varietas Baru.
Diakses melalui http://perundangan.pertanian.go.id pada tanggal 23 Mei 2014
Sunarjono. 2009. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta

45 |

PPT
R2

46 |

47 |

48 |

49 |

50 |

51 |

52 |

53 |

54 |

55 |

56 |

57 |

58 |

59 |

60 |

61 |

PVT

62 |

TUGAS PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN JAGUNG

MK DISAIN PROGRAM PEMULIAAN TANAMAN

PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN JAGUNG M5SR 17.2.3, M5SR


17.4.6, M5SR 17.6.7

63 |

I. Formulir Pendaftaran Varietas Hasil Pemuliaan


1
2
3
4

5
6

64 |

Nama Genus, Spesies Zea, Zea mays L.


dan Author(s)
Nama Umum
Jagung
Nama/Nomor Aksesi
M5SR 17.2.3
Nama varietas
a Nama pertama: M5SR 17.2.3
b Nama kedua : M5SR 17.2.3 UNPAD
cNama ketiga : M5SR JTN
Silsilah atau asal Usul Hasil 1x mutasi dari varietas DR 17 dengan menggunakan
sinar gamma 200 Gy kemudian di selfing sebanyak 5x.
Metode Pemuliaan
a proses perakitan varietas terdiri dari: mutasi dan
persilangan sendiri
b sistem perbanyakan dari spesies terdiri dari: menyerbuk
silang
cmetode seleksi yang digunakan dalam perakitan varietas
ini: pedigree
d Metode yang digunakan adalah selfing dari DR 17
e Skema pemuliaan:

Waktu dan tempat


dilaksanakannya
kegiatan pemuliaan
Nama
pemulia,
kewarganegaraan, dan
alamat

Penyusun
deskripsi
varietas (Nama dan
Lembaga/Institusi)
10 Nama Pemilik Varietas
11 Informasi kepemilikan
varietas
12 Pendaftar

Waktu : 2014
Tempat : Puri Indah, Desa Cikeruh, Kecamatan
Jatinangor, Sumedang
Nama pemulia
: Dedi Ruswandi
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat
: Puri Indah, Jatinangor B 7 No. 15,
Sumedang
Leli Azizah S. B, Sabriza P, dan Edyson Sembiring

Maize Development Group, Lab. Pemuliaan Tan., UNPAD


Lampiran surat penugasan pemulia
Dedi Ruswandi

BAGIAN B: INFORMASI TEKNIS


Pada bagian ini, informasi yang diuraikan adalah mengenai identitas dari varietas yang
akan didaftar, meliputi rincian hasil pengamatan terhadap keseluruhan karakter tanaman yang
diamati di lapangan dan/atau di laboratorium dengan menggunakan metoda dan alat ukur standar.

65 |

Uraian informasi teknis mengenai varietas yang akan didaftar untuk setiap jenis atau
spesies tanaman adalah berbeda, tetapi secara umum penguraiannya terbagi ke dalam bagianbagian tanaman sebagai berikut:

Tanaman

Batang

Daun

Bunga

Buah

66 |

Tipe tumbuh : Tegak


Kebiasaan tumbuh : Perdu
Tipe lingkungan tumbuh : Lahan darat
Tinggi tanaman: 196 cm
Percabangan: Tidak bercabang
Kerapatan kanopi : sedang
Kerebahan: Tahan rebah
Umur tanaman : 83 hst
Bentuk batang: Silinder
Warna batang: Hijau
Diameter batang : 7,9 cm
Panjang batang : 169 cm
Jumlah ruas buku : 10 buah
Panjang daun : 89 cm
Lebar daun : 8 cm
Lingkar daun : 15,5 cm
Bentuk daun: Sejajar
Warna daun: Hijau
Jumlah daun per tanaman: 10
Warna antosianin : hijau
Tipe malai: primer - sekunder
Ukuran bunga jantan : 26 cm
Panjang tangkai bunga : 31,5 cm
Warna mahkota : putih
Kerapatan Bulir malai :5 (sedang)
Jumlah bunga pertanaman : bunga betina 2, bunga
jantan 1
Warna kelopak : hijau
Warna putik : hijau
Bentuk buah : mutiara
Ukuran buah :26 cm
Warna buah muda : hijau

6
7

Biji
Sifat-sifat khusus

Warna biji : kuning


-

Deskripsi Varietas M5SR 17.2.3

67 |

II.
1
2
68 |

Formulir Pendaftaran Varietas Hasil Pemuliaan


Nama Genus, Spesies
dan Author(s)
Nama Umum

Zea, Zea mays L.


Jagung

3
4

5
6

Nama/Nomor Aksesi
Nama varietas

M5SR 17.4.6
d Nama pertama: M5SR 17.4.6
eNama kedua : M5SR 17.4.6 UNPAD
f Nama ketiga : M5SR 17.4.6 JTN
Silsilah atau asal Usul Hasil 1x mutasi dari varietas DR 17 dengan menggunakan
sinar gamma 200 Gy kemudian di selfing sebanyak 5x.
Metode Pemuliaan
f proses perakitan varietas terdiri dari: mutasi dan
persilangan sendiri
g sistem perbanyakan dari spesies terdiri dari: menyerbuk
silang
h metode seleksi yang digunakan dalam perakitan
varietas ini: pedigree
i Metode yang digunakan adalah selfing dari DR 17
j Skema pemuliaan :

Waktu dan tempat


dilaksanakannya
kegiatan pemuliaan
Nama
pemulia,
kewarganegaraan, dan
alamat

Penyusun
deskripsi
varietas (Nama dan
Lembaga/Institusi)
10 Nama Pemilik Varietas
11 Informasi kepemilikan
69 |

Waktu : 2014
Tempat : Puri Indah, Desa Cikeruh, Kecamatan
Jatinangor, Sumedang
Nama pemulia
: Dedi Ruswandi
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat
: Puri Indah, Jatinangor B 7 No. 15,
Sumedang
Leli Azizah S. B, Sabriza P, dan Edyson Sembiring

Maize Development Group, Lab. Pemuliaan Tan., UNPAD


Lampiran surat penugasan pemulia

varietas
12 Pendaftar

Dedi Ruswandi

BAGIAN B: INFORMASI TEKNIS


Pada bagian ini, informasi yang diuraikan adalah mengenai identitas dari varietas yang
akan didaftar, meliputi rincian hasil pengamatan terhadap keseluruhan karakter tanaman yang
diamati di lapangan dan/atau di laboratorium dengan menggunakan metoda dan alat ukur standar.
Uraian informasi teknis mengenai varietas yang akan didaftar untuk setiap jenis atau
spesies tanaman adalah berbeda, tetapi secara umum penguraiannya terbagi ke dalam bagianbagian tanaman sebagai berikut:

Tanaman

Batang

Daun

Bunga

70 |

Tipe tumbuh : Tegak


Kebiasaan tumbuh : Perdu
Tipe lingkungan tumbuh : Lahan darat
Tinggi tanaman: 175 cm
Percabangan: Tidak bercabang
Kerapatan kanopi : sedang
Kerebahan: Tahan rebah
Umur tanaman : 83 hst
Bentuk batang: Silinder
Warna batang: Hijau
Diameter batang : 7 cm
Panjang batang : 155 cm
Jumlah ruas buku : 9 buah
Panjang daun : 68 cm
Lebar daun : 9,5 cm
Bentuk daun: Sejajar
Warna daun: Hijau
Jumlah daun per tanaman: 10
Warna antosianin : hijau
Tipe malai: primer - sekunder

Buah

6
7

Biji
Sifat-sifat khusus

Ukuran bunga jantan : 24 cm


Panjang tangkai bunga : 33 cm
Warna mahkota : putih
Kerapatan Bulir malai :5 (sedang)
Jumlah bunga pertanaman : bunga betina 2, bunga
jantan 1
Warna kelopak : hijau
Warna putik : hijau
Bentuk buah : mutiara
Ukuran buah :28 cm
Warna buah muda : hijau
Warna biji : kuning
-

Deskripsi Varietas M5SR 17.4.6

71 |

72 |

III.
1
2
3
4

5
6

73 |

Formulir Pendaftaran Varietas Hasil Pemuliaan


Nama Genus, Spesies Zea mays L.
dan Author(s)
Nama Umum
Jagung
Nama/Nomor Aksesi
M5SR 17.6.7
Nama varietas
g Nama pertama:M5SR 17.6.7
h Nama kedua : M5SR 17.6.7 UNPAD
i Nama ketiga : M5SR 17.6.7 JTN
Silsilah atau asal Usul Hasil 1x mutasi dari varietas DR 17 dengan menggunakan
sinar gamma 200 Gy kemudian di selfing sebanyak 5x.
Metode Pemuliaan
kproses perakitan varietas terdiri dari: mutasi dan
persilangan sendiri
l sistem perbanyakan dari spesies terdiri dari: menyerbuk
silang
m metode seleksi yang digunakan dalam perakitan
varietas ini: pedigree
n Metode yang digunakan adalah selfing dari DR 17
o Skema pemuliaan :

Waktu dan tempat


dilaksanakannya
kegiatan pemuliaan

Waktu : 2014
Tempat : Puri Indah,
Jatinangor, Sumedang

Desa

Cikeruh,

Kecamatan

Nama
pemulia,
kewarganegaraan, dan
alamat

Penyusun
deskripsi
varietas (Nama dan
Lembaga/Institusi)
10 Nama Pemilik Varietas
11 Informasi kepemilikan
varietas
12 Pendaftar

Nama pemulia
: Dedi Ruswandi
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat
: Puri Indah, Jatinangor B 7 No. 15,
Sumedang
Leli Azizah S. B, Sabriza P, dan Edyson Sembiring

Maize Development Group, Lab. Pemuliaan Tan., UNPAD


Lampiran surat penugasan pemulia
Dedi Ruswandi

BAGIAN B: INFORMASI TEKNIS


Pada bagian ini, informasi yang diuraikan adalah mengenai identitas dari varietas yang
akan didaftar, meliputi rincian hasil pengamatan terhadap keseluruhan karakter tanaman yang
diamati di lapangan dan/atau di laboratorium dengan menggunakan metoda dan alat ukur standar.
Uraian informasi teknis mengenai varietas yang akan didaftar untuk setiap jenis atau
spesies tanaman adalah berbeda, tetapi secara umum penguraiannya terbagi ke dalam bagianbagian tanaman sebagai berikut:

Tanaman

Batang

74 |

Tipe tumbuh : Tegak


Kebiasaan tumbuh : Perdu
Tipe lingkungan tumbuh : Lahan darat
Tinggi tanaman: 194 cm
Percabangan: Tidak bercabang
Kerapatan kanopi : sedang
Kerebahan: Tahan rebah
Umur tanaman : 83 hst
Bentuk batang: Silinder
Warna batang: Hijau
Diameter batang : 9,5 cm

Daun

Bunga

Buah

6
7

Biji
Sifat-sifat khusus

Panjang batang : 162 cm


Jumlah ruas buku : 9 buah
Panjang daun : 93 cm
Lebar daun : 10,5 cm
Lingkar daun : 19 cm
Bentuk daun: Sejajar
Warna daun: Hijau
Jumlah daun per tanaman: 10
Warna antosianin : hijau
Tipe malai: primer - sekunder
Ukuran bunga jantan : 20 cm
Panjang tangkai bunga : 35cm
Warna mahkota : putih
Kerapatan bulir malai : 5 (sedang)
Jumlah bunga pertanaman : bunga betina 2, bunga
jantan 1
Warna kelopak : hijau
Warna putik : hijau
Bentuk buah :mutiara
Ukuran buah :29 cm
Warna buah muda : hijau
Warna biji :kuning
Deskripsi Varietas Aksesi M5SR 17.6.7

75 |

76 |

SUMMARY

77 |

SUMMARY
1

78 |

SUMMARY
MK DESAIN PROGRAM PEMULIAAN TANAMAN

STRATEGI SELEKSI, PEMILIHAN METODE, DAN BEBERAPA ANALISIS PADA


PEMULIAAN TANAMAN

Disusun Oleh :
Leli Azizah S. B
Nomor Pokok Mahasiswa :
150510110077

MINAT PEMULIAAN DAN BIOTEKNOLOGI TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
79 |

FAKULTAS PERTANIAN
MARET, 2014
INTRODUKSI
Interaksi antara manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan telah ada sejak zaman
dahulu kala. Setiap makhluk hidup yang ada di bumi akan beradaptasi terhadap lingkungannya.
Organisme yang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan akan punah dan menghasilkan
makhluk hidup yang baru. Hal ini menurut Harlan dinamakan seleksi langsung (otomatis). Sadar
atau tidak sadar metode seleksi selalu digunakan manusia dalam memuliakan tanaman.
Varietas tanaman yang eksis saat ini merupakan hasil dari pengembangan metode klasik
yang dilakukan para pemulia tanaman. Kultivar tanaman modern yang ada saat ini adalah hasil
dari perlakuan rekayasa genetik, bioteknologi, dan genetic engineering.
Faktor yang Mempengaruhi Metode Seleksi
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sistem reproduksi tanaman


Heterosis
Struktur sitogenik
Perbedaan antara karakter kualitatif dan kuantitatif tanaman
Aksi gen
Heritabilitas

7. Metode pemuliaan (klasik atau modern)


Pemuliaan tanaman yang saat ini banyak dikembangkan bertujuan untuk membentuk
populasi genetik sesuai dengan karakter-karakter yang diinginkan. Pembentukan karakter yang
diinginkan (varietas unggul) ini dapat dilakukan dengan melakukan hibridisasi dari tetua yang
berbeda atau dengan menggunakan mutagenesis.

80 |

Tipe Populasi
Tipe populasi yang digunakan dalam pemuliaan tanaman terdiri dari : populasi dua tetua,
populasi tiga tetua, populasi backcross, populasi empat tetua, dan populasi kompleks. Pada
populasi pemuliaan tanaman yang kompleks terdapat beberapa prinsip dalam pembentukan
formasinya, yaitu : kebutuhan untuk mengombinasikan alel dari semua tetua kedalam anggota
populasinya, jumlah tetua yang terlibat, kontribusi genetik dari setiap tetua untuk suatu populasi,
dan waktu yang diperlukan untuk membentuk suatu populasi.

81 |

METODOLOGI
Setiap pekerjaan memerlukan strategi khusus agar pekerjaan yang kita lakukan terjamin
keamanannya dan berhasil dilakukan. Begitu pun juga pada tanaman, strategi dalam memuliakan
tanaman harus memerhatikan hal hal berikut, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Dampak yang dihasilkan dari pemuliaan tanaman yang dilakukan bagi suatu daerah
Dampak yang dihasilkan secara ekonomi, sosial, dan lingkungan
Tujuan pemuliaan tanaman harus realistis
Menyadari bahwa pemuliaan tanaman merupakan gabungan antara sains dan seni
Jumlah sumber daya yang dialokasikan untuk program pemuliaan harus disesuaikan dengan
besarnya program dan hasil yang diharapkan.
Prosedur yang digunakan untuk membentuk populasi yang kompleks cukup bervariasi,

namun prosedur - prosedur dasar yang biasa digunakan oleh pemulia tanaman adalah melakukan
persilangan konvergen, desain perkawinan dialel dengan metode persilangan resiprok dan
penyerbukan sendiri, desain perkawinan dialel tanpa metode persilangan resiprok dan
penyerbukan sendiri, desain persilangan dialel sebagian, dan kombinasi antara desain persilangan
dialel dan dialel sebagian.
Polycross merupakan salah satu metode persilangan kompleks. Persilangan ini adalah
persilangan tetua yang berasal dari perbanyakan vegetative dengan tujuan untuk meminimalisir
penyerbukan sendiri (self-pollinated). Selain itu, polycross bertujuan untuk menghasilkan
keturunan (TamilyT) yang memiliki karakter yang sama dengan tetuanya. Beberapa prinsip
yang harus diperhatikan dalam persilangan polycross, diantaranya : tetua jantan dan betina harus
berbunga pada waktu yang bersamaan untuk mengefektifkan persilangan yang terjadi, tetua yang
ada jaraknya harus berdekatan, metode sampling benih Tamily dari tetua yang mempengaruhi
kontribusi genetic pada setiap populasi.

82 |

Pada pemuliaan tanaman, terdapat beberapa macam desain dalam pelaksanaannya.


Desain atau metode yang digunakan tergantung pada kebutuhan, sistem reproduksi, aksi gen,
struktur sitogenik, aksi gen, dan lain-lain. Berikut merupakan ragam metode pemuliaan
tanaman :
1

Metode backcross
Backcross digunakan untuk mentransfer karakter gen yang diinginkan dari stok gen (genetic
stock). Stok gen dapat berupa populasi, galur inbred, individu tanaman, varietas, dan lain-

lain.
Pengembangan galur (seleksi pedigri dan SSD)
Seleksi Pedigri merupakan persilangan antar dua galur yang masing-masing galur memiliki
karakter yang diinginkan oleh pemulia.
SSD (Single Seed Descent) adalah persilangan untuk menghasilkan populasi F 2 tanpa seleksi
selama 4-5 generasi dan saat benih F6 atau F7 dihasilkan disilangkan kembali ke tanaman F2

yang berbeda. Seleksi individu tanaman (seleksi massa, seleksi reccurent fenotipik)
Seleksi Tamily (seleksi half-sib, seleksi ear-to-row, seleksi full-sib, seleksi family selfing,

4
5

dan modifikasi seleksi reccurent S1)


Seleksi testcross
Peningkatan reccurent interpopulasi yang terdiri dari RRS (Reciprocal Reccurent Selection),
FSRRS (Full-Sib Reciprocal Recurrent Selection), dan CRRS (Combined S2 and Full-Sib
Reciprocal Recurrent Selection).

83 |

HASIL
Tahap yang harus dilakukan oleh peneliti (pemulia tanaman) setelah melakukan
persilangan adalah melakukan analisis untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Analisis yang
digunakan oleh peneliti di bidang pertanian sangat bervariasi tergantung metodologi, kebutuhan,
dan luaran yang diharapkan. Kali ini analisis yang akan dijelaskan adalah analisis ragam dan
analisis peragam (kovarians).
Analisis Ragam
Analisis ragam dalam suatu penelitian memiliki dua tujuan, yaitu membantu dalam
memilah variansi (keragaman) yang berasal dari dua sumber berbeda dan memberikan analisis
dasar dalam mencari uji signifikasi.
Pembagian variasi dari sumber yang berbeda tergantung pada pengaturan treatment
(perlakuan) yang berkaitan satu sama lain. Terdapat dua sistem klasifikasi dalam analisis ragam,
yaitu klasifikasi persilangan dan klasifikasi hierarki. dalam suatu penelitian, hasil pengamatan
yang kita peroleh harus dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel. Tabel yang biasa digunakan
adalah tabel anova.

Analisis Peragam (Kovarians)


Analisis peragam merupakan gabungan dari analisis ragamdan analisis regresi sehingga dapat
mempertinggi keakuratan pendugaan pada analisis ragam. Analisis peragam bertujuan untuk
mengurangi atau mengendalikan keragaman percobaan dengan menggunakan pengamatan atau
peubah pengiring (concomitant variable).
Kegunaan dari analisis peragam diantaranya :

Mengendalikan galat dan meningkatkan ketepatan.


Untuk menyesuaikan dan mengoreksi rata-rata perlakuan dari peubah tak bebas.
Untuk membantu menafsirkan data, khususnya sehubungan dengan alamiah pengaruh

perlakuannya.
Untuk menguraikan peragam total atas komponen-komponennya.

Menduga nilai yang hilang.

84 |

KESIMPULAN
Ilmu mengenai pemuliaan tanaman telah dikenal sejak zaman dahulu kala. Waktu
menjadi bukti bahwa perkembangan pemuliaan tanaman semakin meningkat dari era ke era.
Manusia saat ini dapat menemukan tanaman dengan karakter-karakter yang diinginkan melalui
metode persilangan klasik atau dengan menggunakan teknologi yang mutakhir. Analisis
mengenai hasil yang didapatkan pun beragam sesuai dengan penelitian yang dilakukan.
Diharapkan dengan adanya para pemulia tanaman, kesejahteraan manusia dapat meningkat.

SUMBER :
Singh, R.K. and B.D. Chaudry. 1977. Biometrical Methods in Quantitative Genetic Analysis.
New Delhi : Kalyani Publishers. Pp. 33-69, 102-143, 191-200.
Hayword, M.D., N.O. Bosemark, and I. Romagosa. 1993. Plant Breeding: Principles and
Prospects. Chapman & Hall. Pp. 281-313
Fehr, W.R. 1987. Population Formation by Hybridization types of populations. Pp. 136-153.

85 |

Sabriza Prihatiningtias
150510110192
Agroteknologi 2011
Pembentukan Populasi Oleh Hibridisasi
Langkah awal dalam program pengembangan kultivar adalah untuk membentuk populasi
dengan keragaman genetik untuk karakter tertentu. Ini dilakukan dengan hibridisasi dari tetua
yang berbeda secara genetik atau dengan menggunakan mutagenesis. Tipe-tipe populasi terdiri
dari populasi dua tetua, dimana populasi tersebut adalah populasi paling sederhana dan paling
luas terbentuk dari perkawinan dua tetua, P1 X P2. Populasinya yaitu persilangan dua tetua,
persilangan tunggal, atau persilangan dua jalur; populasi tiga tetua biasanya disebut sebagai
populasi tiga jalur, terbentuk oleh dua tetua menjadi tiga tetua, (P1 X P2) X P3. Populasi
backcross terbentuk oleh perkawinan dua tetua, P1 X P2, lalu disilangkan balik populasinya ke
salah satu dari tetua tersebut, (P1 X P2) X P2. Persilangan tiga tetua dipilih oleh beberapa
pemulia ketika satu tetuanya (P1) memiliki karakter yang diinginkan tetapi itu tidak cukup
diterima untuk sifat yang lainnya untuk digunakan dalam suksesnya persilangan dua tetua.
Populasi Backcross terbentuk oleh perkawinan dua tetua, lalu disilangkan balik populasinya ke
salah satu dari dua tetua tersebut, (P1 X P2) x P2, populasi backcross merupakan alternatif untuk
tiga tetua ketika salah satu tetuanya memiliki karakter yang diinginkan tetapi tidak berlaku pada
karakter lainnya. Populasi empat tetua yaitu terbentuk dari perkawinan (P1 X P2) X (P3 X P4).
Perkawinan ini biasanya mengacu pada persilangan ganda atau persilangan empat jalur. Populasi
kompleks terbentuk dari hibridisasi lebih dari empat tetua, dahulu masih banyak yang belum
menggunakan populasi kompleks ini. namun sekarang lebih umum karena perhatian kemajuan
populasi oleh seleksi recurrent.

86 |

Prinsip dalam pembentukan populasi kompleks diantaranya adalah kombinasi alel-alel


dari tetua yang berbeda. Nomor tertua yang terlibat, jadi penomoran alel-alel yang berbeda
meningkatkan populasi secara teori dengan menambahkan tiap tetua yang digunakan dalam
pembentukan populasi. Kontribusi genetik pada tiap tetua, populasi pada yang pada kultivar
produktif tinggi berkontribusi setengah dari gremplsm, dan tanaman yang kurang produktif
diintroduksi ke setengah germplasm lainnya, jarang menghasilkan segregasi yang unggul untuk
kultivar produktif digunakan sebagai tetua. Jumlah waktu yang tersedia, satu variabel penting
dalam jumlah tahun per siklus adalah panjang waktu yang dibutuhkan untuk membentuk
populasi baru. Sekarang ini banyak pemulia lebih memilih banyak siklus seleksi untuk
menghabiskan waktu dalam menambah genrasi-generasi intercrossing, khususnya ketika tetuatetua yaitu heterozigot.
Analisis varian dan kovarian
Terdapat dua objek dalam analisis ini yaitu pertama membantu dalam menggolongkan
varian dari asal yang berbeda dan menetapkan dasar pengujian signifikan. Varian asal terdapat
dua klasifikasi yaitu kalasifikasi persilangan dan klasifikasi hirarki. Komponen varian digunakan
untuk estimasi kompone varian, dapat ekspetasi arti dari jumlah kuadrat untuk beberapa faktor.
Uji kebenaran F.
Line x Tester Analysis

Analisis Dialel
Satu set persilangan yang diproduksi dengan melibatkan bentuk n dalam semua
kemungkinan kombinasi adalah menunjukkan persilangan dialel dan analisis persilangan yang
diketahui adalah sebagai analisis dialel. Dua pokok pendekatan analisis dialel yaitu pendekatan
Hayman dan pendekatan Griffing.
Langkah-langkah yang terlibat dalam pendekatan Hayman dalam analisis dialel yaitu
menguji perbedaan genotip yang signifikan, estimasi varians dan kovarians, menguji validnya
87 |

hipotesis, grafik Wr Vr, estimasi variasi kompnen, parameter lainnya, estimasi paling dominan
dan tetua resesif, estimasi variasi komponen F2, proporsi komponen genetik, dan Vr Wr grafik
F2. Langkah Griffing menggunakan dua metode dalam analisis data. Pertama untuk menguji Ho
yang tidak ada perbedaan genotip antara F1, tetua, dan timbal-balik (perlawanan).
Struktur populasi dan variablitas
Genetik struktur dari populasi adalah komunitas individu yang merupakan gen pool yang
menentukan ditingkat kapasitasnya atau sebaliknya berubah oleh seleksi. Hal yang mendasar
terpeting pertama adalah tipe keragaman dan kontrol genetik, dan yang kedua adalah tipe seleksi.
Karena efek-efek individual tidak dapat teridentifikasi, kecuali kondisi tertentu, variasi poligenik
tidak dapat ditangani oleh tekhnik Mendle, dan metode biometrika, termasuk menghitung
statistiknya. Perbedaan-perbedaan gen utama, yang memberikan kelainan, dan mudahnya
mengidentifikasi kelas fenotipik, merupakan dasar pembelajaran segregasi gen, aksi gen, dan
linkage.
Sejauh ini antara perbedaan gen individu dan genotip mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan, efeknya terhadap fenotipe dapat bervariasi dari bruto (termasuk kegagalan
perkembangan dan letal) kepada mereka sehingga sedikit dapat terdeteksi di bawah kondisi yang
sangat terkendali, seperti kasus poligenesis.
Karakter dan sub karakter yang sifatnya jelas saling terkait dari total fenotip akhirnya
tidak dianggap terpisah dari satu sama lain. Dalam pemuliaan tanaman hasil yang dipanen dapat
ditargetkan sebagai target utama tapi pada akhirnya ada kaitannya dengan kualitas, ketahanan
terhadap penyakit, toleransi terhadap hama, lingkungan tekanan, dan lain-lain, yang bersamsama membangun produk akhir dengan memiliki nilai ekonomi.
Pertimbangan struktur populasi berpusat pada variasi gen, tetapi seleksi alam beroperasi
pada fenotip, perhatian utama diberikan untuk sifat khusus poligenik dimana nilai dari masingmasing gen konstituen (terlepas dari cara kerjanya) adalah kondisional pada semua gen-gen lain
pada genom dan di lingkungan.

88 |

Dalam populasi kawin acak tiga keadaan pada variabilitas bertahan dalam kesetimbangan
dinamis, masing-masing keadaan yang terus-menerus diisi kembali melalui persilangan,
segregrasi, dan rekomendasi.
Struktur populasi dan cakupan manipulasi genetik didasarkan pada pengetahuan tentang
struktur populasi genetik yang dapat memberikan pedoman berharga bagi erumusan aspejstartegi
pemuliaan. Contohnya adalah, akuisisi sumber daya genetik atau sintesis kultivar baru
memerlukan informasi tentang penyusunan gen dan potensinya untuk berkembang. Sebuah sifat
baru yang paling sifnifikan muncul dari beberapa studi, ketika dipertimbangkan varian terusmenerus, tindakan tinggi tingkat gen aditif ditemukan banyak perbedaan kuantitatif terutama
sifat vegetatif.
Implikasi untuk strategi dan taktik pemulia adalah keberhasilan rekombinasi dapat
dicapai tergantung pada kompleksitas karakter dan keterkaitan hubungan gen konstituen. Dalam
jangka pendek bisa dikatakan lebih efisien untuk memanfaatkan dominansi dengan
menggunakan hibrida daripada menggunakan reassociating gen. Di sisi lain, populasi alami dan
sumber daya genetik harus dipertahankan secara optimum keseragamannya demi tuntutan
evolusi perubahan keadaan.
Sumber :

Singh, R.K. and B.D. Chaudry. 1977. Biometrical Methods in Quantitative Genetic Analysis.
New Delhi : Kalyani Publishers. Pp. 33-69, 102-143, 191-200.
Hayword, M.D., N.O. Bosemark, and I. Romagosa. 1993. Plant Breeding: Principles and
Prospects. Chapman & Hall. Pp. 281-313
Fehr, W.R. 1987. Population Formation by Hybridization types of populations. Pp. 136-153.

89 |

TUGAS S1

MK DISAIN PROGRAM PEMULIAAN TANAMAN

Summary
Edyson
150510110082

90 |

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
MARET, 2013

Langkah pertama yang harus dilakukan untuk memulai sebuah program pemuliaan adalah
menentukan varietas dengan karakter yang diinginkan. Penentuan varietas dengan karakter yang
diinginkan sangat berpengaruh dengan strategi pemuliaan tanaman itu sendiri. Analisis dari
strategi maupun desain yang dilakukan haruslah berfokus pada objek dan tujuan dari pemuliaan
tanaman. Dalam pemuliaan tanaman, kita memerlukan seleksi untuk menentukan tanaman yang
akan digunakan
Faktor faktor yng mempengaruhi metode seleksi
1. Sistem reproduksi tanaman
2. Heterosis
3. Struktur citogenesis
4. Aksi gen
5. Heritibilitas
6. Metode klasik atau spesial
Banyak cara dalam prosedur pemuliaan tanaman, untuk memperbaiki karakter tanaman terutama
bergantung pada kondisi alamiah dan derajat keterkaitan aksi gen dengan ekspresi karakter yang
lain dan fleksibilitas pola reproduksi. Beberapa prosedur biometrik yang rumit telah
91 |

dikembangkan untuk menduga parameter genetik. Metode yang berbeda diaplikasikan pada
material tanaman yang sama akan memperoleh kesimpulan yang berbeda (Singh, et al., 1976).
Persilangan dialel adalah set persilangan kombinasi yang mungkin muncul di antara seluruh
genotip yang ada. Genotip yang dimaksud bisa berupa: individu, klon, galur homozigot, dan lain
sebagainya. Jika ada n genotip maka jumlah persilangannya mencapai n2, termasuk resiproknya.
Tabel dialel dibuat bujur sangkar dengan n2 jumlah sel, tiap selnya merupakan keturunan tetua
pada kombinasi persilangan pada baris dan kolomnya (Hayman, 1954; 1960).

Tujuan metode silang dialel adalah untuk mengetahui tingkat atau besarnya perbedaan
diantara genotipe yang ada (Wearden, 1964). Perbedaan tersebut berdasarkan pada penampilan
secara fenotipik, pada tiap karakter individu baik resiproknya, anak dengan tetua, atau diantara
F1 dan F1 resiproknya. Analisis dialel di bagi menjadi tiga kelompok utama yaitu pada material
yang diteliti, mekanisme genetik yang masih diduga dan metode estimasinya. Pada dasarnya
pendekatan Hayman dan Jink adalah pendugaan antara tetua terpilih dengan keturunanya dan
pengujian perbedaan diantara keduanya (Hayman, 1960).
Ada beberapa tipe persilangan dialel yang mungkin dilakukan antara lain: metode I (full diallel)
yaitu persilangan yang terdiri dari tetua, F1, dan resiprokal dengan analisis (p2). Metode II yaitu
persilangan yang terdiri dari tetua dan F1 tanpa resiprokal dengan analisis (n(n+1)/2) . Metode
III yaitu persilangan yang terdiri dari F1 dan resiprokal dengan analisis n(n-1). Metode IV yaitu
persilangan dari hanya F1 tanpa resiprokal, dengan analisis n(n-1)/2 (Griffing, 1955).

92 |

Penggunaan teknik analisis silang dialel memiliki beberapa keuntungan di bandingkan dengan
metode analisis lainnya. Di antara keuntungan tersebut yaitu : (1) secara ekperimental
merupakan pendekatan sistematik; (2) secara analitik merupakan evaluasi genetik menyeluruh
yang berguna dalam mengidentifikasi persilangan bagi potensi seleksi terbaik pada generasi awal
(Johnson, 1963).
Penggunaan silang dialel pendugaan parameter genetik bisa dilakukan pada F1, tanpa harus
membentuk populasi F2, BCP1 atau BCP2, seperti pada pendugaan parameter genetik lainnya.
Asumsi dasar yang digunakan dalam analisis dialel adalah, 1) merupakan segresi diploid, 2)
tidak ada perbedaan pada persilangan resiproknya, 3) tidak terdapat pengaruh gen linkage, 4)
tidak terjadi peristiwa multiple alel, 5) tetua homozigot, 6) gen berdistribusi bebas di antara tetua
(Hayman, 1954: 1957b: 1960)
Padi merupakan tanaman diploid dengan jumlah 2n=24, pada tanaman diploid sumbangan antara
tetua jantan dan betina adalah sama pada karakter yang terwariskan pada inti sel, tetapi
kontribusi biologi keduanya tidak selalu sama pada suatu karakter. Bahkan jika penurunan suatu
karakter tidak melibatkan pewarisan sitoplasma mekanisme pewarisan tetua betina masih
memungkinkan. Gamet betina selalu lebih besar di banding gamet jantan, buah dari suatu
tanaman mungkin mengandung jaringan betina atau endosperma dengan kontribusi betina yang
lebih besar (Wearden, 1964).
Adanya interaksi gen-gen yang tidak sealel dalam analisis silang dialel dapat diuji menggunakan
nilai koefesien regresi b dari garis Wr (peragam antara tetua dan keturunan dari array ke r)
terhadap Vr (ragam dalam array ke-r). Jika nilai b = 1 maka tidak ada interaksi antara gen-gen
sealel. Adanya beberapa alel yang mengendalikan suatu karakter akan menyulitkan analisis
silang dialel. Di dalam penelitian ini penggunaan genotip-genotip padi sebagai tetua persilangan
yang homozigot untuk asumsi silang dialel telah diperoleh. Gen-gen yang mengendalikan
karakter persilangan menyebar diantara tetua persilangan, untuk memenuhi kriteria ini telah
dipilih tetua dengan kandungan protein tinggi dan rendah dengan asumsi yang tinggi diatas 10
%, dan rendah di bawahnya.
93 |

Jika asumsi tersebut terpenuhi maka keluaran yang dapat diperoleh dari suatu analisis silang
dialel Metode Hayman adalah (Singh dan Chaudary, 1979): (1) D yaitu keragaman karena
pengaruh aditif, (2) F yaitu nilai tengah Fr genotipe (rata-rata Fr pada semua array); peragam
pengaruh aditif dan non aditif pada array ke-r, (3) H1 yaitu kergaman karena pengaruh
dominansi, (4) H2 yaitu perhitungan untuk menduga pengaruh gen negatif dan gen positif pada
tetua, (5) h2 yaitu pengaruh dominan (sebagai jumlah aljabar dari semua persilangan saat
heterozigous), (6) E yaitu keragaman karena pengaruh lingkungan, (7) rata-rata tingkat
dominansi , (8) proporsi gen-gen dengan pengaruh positif dan negatif di dalam tetua, (9) Proporsi
gen-gen dominan dan resesif di dalam tetua, (10) Jumlah kelompok gen yang mengendalikan
sifat dan menimbulkan dominansi, (11) Heritabilitas arti luas, (12) Heritabilitas artis sempit.
Analisis Diallel
Kumpulan hasil persilangan dan kombinasi n tetua dikenal dengan nama persilangan diallel,
analisis dari persilangan ini dikenal dengan nama analisis diallel (Singh dan Chaundharu 1979) .
dua pendekatan yang mengikuti analisi diallel adalah
a. Pendekatan Hayman
Persilangan dialel adalah set persilangan kombinasi yang mungkin muncul di antara seluruh
genotip yang ada. Genotip yang dimaksud bisa berupa: individu, klon, galur homozigot, dan lain
sebagainya. Jika ada n genotip maka jumlah persilangannya mencapai n2, termasuk resiproknya.
Tabel dialel dibuat bujur sangkar dengan n2 jumlah sel, tiap selnya merupakan keturunan tetua
pada kombinasi persilangan pada baris dan kolomnya
b. Pendekatan Grifiing
Griffing membuat 4 metode analisis diallel tergantung model persilangannya yaitu
1. Tetua ada n, hasil persilangan F1 sebanyak n(n-1)/2 dan kebalikannya
2. Tetua dan hanya F1
3. F1s dan kebalikan
4. Dan hanya F1s
94 |

Beberapa langkah yang dilakukan di metode ini yaitu :


1. Menganalisi perbedaaan nyata dari genotip
2. Analisis daya gabung
3. Menduga efek daya gabung umum dan daya gabung khusus
Dalam desain persilangan yang akan disusun, diperlukan beberapa langkah dan analisis yang
dilakukan sehingga sesuai dengan teori teori yang ada.

Daftar Pustaka
Singh, R.K. and B.D. Chaudry.1977. Biometrical Methods in Quantitative Genetic Analysis.
Kalyani Publishers. New Delhi (Diallel Analysis. pp 102-143)
Hayword, M.D. , N.O. Bosemark, and I. Romagosa. 1993. Plant Breeding: Principles and
Prospects. Chapman & Hall (Selection strategies and choice of breeding methods. Pp. 281-313)

95 |

Fehr, W.R. 1987. Twelve. Population Formation by Hybridization types of populations. Pp. 136153

SUMMARY
2
96 |

SUMMARY
MK DESAIN PROGRAM PEMULIAAN TANAMAN

97 |

ANALISIS DIALEL, LINE X TESTER, DAN SELEKSI TESTCROSS DALAM


PEMULIAAN TANAMAN

Disusun Oleh :
Leli Azizah S. B
Nomor Pokok Mahasiswa :
150510110077

MINAT PEMULIAAN DAN BIOTEKNOLOGI TANAMAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
MARET, 2014

INTRODUKSI

98 |

Dunia ini memiliki lebih dari seperempat juta spesies tanaman dimana sekitar 5000
tanaman dibudidayakan dan hanya seratus dapat dianggap sebagai tanaman penting. Mayoritas
tanaman budidaya adalah hasil dari domestikasi dan seleksi yang telah dilakukan pada zaman
pra-sejarah. Jadi 'Pemuliaan Tanaman' sering didefinisikan sebagai evolusi tanaman yang
diarahkan oleh manusia. Pada akhir abad ke-19, persilangan buatan, seleksi bulk, seleksi progeni,
dan metode alternatif pengujian keturunan sudah digunakan dan dipublikasikan di seluruh dunia.
Seni dari pemuliaan tanaman terletak pada pada kemampuan pemulia dalam
mengobservasi dan mengembangkan varietas tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi,
mengandung nutrisi yang dibutuhkan khalayak banyak, atau memiliki nilai estetika yang tinggi.
Sebelum para pemulia mengenal tentang ilmu dan pengetahuan mengenai pemuliaan tanaman,
mereka hanya mengandalkan kemampuan otodidak dan perkiraan saja dalam menyeleksi atau
menemukan tanaman baru.
Pengetahuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang pemulia tanaman adalah tipe
reproduksi suatu tanaman, apakah tanaman menyerbuk sendiri atau silang, dan apakah tanaman
bereproduksi secara generative atau vegetatif. Pengetahuan selanjutnya yang harus diketahui
adalah analisis dan cara persilangan atau seleksi yang tepat dalam menghasilkan varietas baru
yang unggul. Pada resume ini akan dijelaskan mengenai analisis dialel, analisis line x tester, dan
seleksi silang uji (testcross).

99 |

METODOLOGI
Metode pada pemuliaan sangat beragam tergantung pada banyak hal salah satunya tipe
reproduksi tanaman dan hasil yang ingin dicapai. Kali ini metode yang akan dibahas adalah
analisis dialel, analisis line x tester, dan seleksi uji silang (testcross).
Analisis Dialel
Satu set persilangan yang melibatkan baris n (n lines) dalam semua kombinasi yang
mungkin dinamakan persilangan dialel dan analisisnya dinamakan analisis dialel. Analisis dialel
dapat memberikan informasi mengenai jumlah dan sifat parameter genetik juga kemampuan
penggabungan dan persilangan tetua secara umum dan spesifik.
Analisis Line x Tester
Analisis line x tester adalah ekstensi (perpanjangan) dari metode top cross yang
menggunakan tester sebagai penguji untuk mengetahui hasil akhirnya. Pengujian akhir dengan
menggunakan tester dapat memberikan informasi mengenai kemampuan kombinasi tetua dalam
menghasilkan perkiraan tipe genotip yang diinginkan baik secara umum maupun secara khusus.
Seleksi Uji Silang (Testcross)
Test cross yaitu menyilangkan suatu individu yang tidak diketahui genotipenya dengan
individu yang bergenotipe homozigot resesif. Tujuan uji silang adalah untuk mengetahui sifat
genetik suatu karakter. Basis dari persilangan testcross adalah melakukan persilangan langsung
atau selfing dengan suatu tanaman tester (tanaman penguji), melakukan uji multilokasi pada hasil
persilangan, menggabungkan sisa benih selfing sesuai dengan persilangan yang dipilih. Terdapat
satu modifikasi dari metode ini dengan menambahkan satu step ke dalam prosedur yang ada,
yaitu famili S1 (berperan sebagai betina) ditumbuhkan dan disilangkan pada lahan yang terisolasi
dan dipolinasikan dengan tanaman jantan sebagai tester.

100 |

Hal terpenting dalam metode ini adalah pemilihan tester. Luas dan sempitnya genetik dari
tanaman tester sangat berguna untuk mengetahui kemampuan suatu populasi dalam mencari
genotip tanaman. Oleh karena itu, tanaman tester dapat berupa populasi, single atau double
hybrid, dan galur. Tanaman penguji (tester) yang daya hasilnya rendah sangat disarankan dalam
persilangan untuk meningkatkan frekuensi gen alel dominan yang menguntungkan baik dalam
seleksi intrapopulasi maupun interpopulasi. Jika tanaman tester adalah populasi itu sendiri, maka
seleksi yang digunakan adalah seleksi half-sib dengan 3 generasi per musim. Hal ini seringkali
terjadi pada tanaman jagung, bunga matahari, dan gula bit.

101 |

HASIL
Analisis Dialel
Pada persilangan dialel terdapat dua pendekatan dalam menganalisisnya, yaitu
Pendekatan Hayman dan Pendekatan Griffing.

Pendekatan Hayman
Pendekatan dialel pertama kali dikembangkan oleh Jinks dan Hayman pada tahun 1953.

Pendekatan ini kemudian digali kembali dan dikembangkan lebih detail oleh Mather dan Jinks
pada tahun 1971. Berikut merupakan langkah-langkah komputasi dalam pendekatan Hayman
mengenai pendekatan dialil :
1

Melakukan uji signifikansi dari genotip tanaman yang berbeda


Materi yang diperlukan pada tahap ini adalah tetua, keturunan F1, dan resiprok. Sebagai
contoh, dalam suatu percobaan kita memiliki 8 tetua (n=8) yang menyebabkan keturunan F 1
dan resiproknya berjumlah 28 [n(n 1)/2]. Untuk menguji hipotesis yang telah diduga,
digunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan model statistika sebagai berikut :
Yijk = m+Tij+bk+(bT)ijk+eijk
Dimana :
Yijk adalah /th genotip i x jth dalam suatu blok kth.
m adalah rata-rata umum.
Tij adalah efek dari genotip i x jth.
bk adalah efek dari blok kth.
(bT)ijk adalah efek interaksi, dan
Eijk adalah galat (eror).

2
3

Membuat analisis ragam dan peragam


Pengujian keabsahan hipotesis yang telah diduga
Kesamaan bentuk dari Wr Vr mengindikasikan bahwa asumsi yang dibuat absah/benar

adanya (Hayman, 1954). Pengujian dilakukan dengan menggunakan rumus berikut :


( n2)
( Var VrVar Wr )2
t 2=
[
]
4
Var Vr x Var WrCov 2 ( Vr ,Wr )
Dimana (n-2) adalah derajat kebebasan.
102 |

Membuat grafik Wr Vr
Hubungan antara Wr dan Vr memberikan banyak informasi, yaitu nilai Wr diplot/diposisikan
terhadap nilai yang sesuai dengan Vr. Dengan menggunakan rumus yang telah ada akan
didapat grafik yang menggambarkan hubungan antara Wr dan Vr.

5
6
7
8
9
10

Mengestimasi komponen variasi


Meneliti parameter-parameter lain yang dibutuhkan
Mengestimasi tetua dominan dan tetua resesif
Mengestimasi komponen variasi pada keturunan F2
Membagi proporsi komponen genetik
Membuat grafik Wr Vr pada keturunan F2

Pendekatan Griffing
Pendekatan griffing adalah pendekatan yang menggunakan model statistik yang sesuai

dengan komponen variansi (keragaman) disebabkan oleh adanya dugaan kemampuan tanaman
untuk berkombinasi dengan tanaman lain secara general maupun spesifik. Dalam analisis dialel
terdapat 3 material penting yang harus ada, yaitu penamaan, tetua, persilangan F1 dan persilangan
resiprok. Pendekatan griffing menawarkan 4 metode analisis dialel tergantung pada material
yang disertakan : (i) tetua (n), n(n-1)/2 F1 dan persilangan resiproknya, (ii) tetua dan keturunan
F1nya, (iii) keturunan F1 dan resiproknya, dan (iv) keturunan F1nya saja.
Analisis Line x Tester
Pada analisis line x tester tahap pertama yang harus dilakukan adalah membuat analisis
ragam dari desain yang telah kita buat. Pembagian perlakuan S.S lebih lanjut merupakan langkah
kedua yang harus dilaksanakan. Tahap ketiga adalah membuat analisis line x tester. Perkiraan
mengenai efek GCA (General Combining Ability) dan efek SCA (Specific Combining Ability)
merupakan tahap selanjutnya dalam melakukan analisis ini. Kemudian kita harus melakukan
standarisasi mengenai galat untuk tanaman yang memiliki kemampuan berkombinasi dengan
tanaman lain. Kita juga harus mengetahui komponen genetik yang terdapat pada tetua dengan
perhitungan tertentu. Proporsi kontribusi mengenai line, tester, interaksi antar keduanya, dan
keragaman total dari analisis yang kita buat merupakan langkah akhir dari analisis line x tester
ini.
103 |

104 |

KESIMPULAN
Pemuliaan tanaman dewasa ini telah menjadi disiplin ilmu yang sangat luas dan sedang
mengalami evolusi yang cukup pesat, terutama karena kebutuhan manusia yang semakin
meningkat dan kemajuan dari teknologi yang berkaitan dengan masalah genetik.
Salah satu perkembangan ilmu pengetahuan dalam pemuliaan tanaman yang dijelaskan
pada resume ini adalah analisis dialel, line x tester, dan seleksi testcross. Ketiga metode
persilangan ini merupakan metode konvensional. Diharapkan dengan adanya pengetahuan
tentang analisis dialel, line x tester, dan seleksi testcross varietas-varietas unggul tanaman dapat
dibentuk demi memenuhi kebutuhan manusia.

DAFTAR PUSTAKA
Singh, R.K. and B.D. Chaudry. 1977. Biometrical Methods in Quantitative Genetic Analysis.
New Delhi : Kalyani Publishers. Pp. 33-69, 102-143, 191-200.
Hayword, M.D., N.O. Bosemark, and I. Romagosa. 1993. Plant Breeding: Principles and
Prospects. Chapman & Hall. Pp. 304-305
Fehr, W.R. 1987. Population Formation by Hybridization types of populations. Pp. 136-153.

105 |

TUGAS SUMMARY 2
MK DISAIN PROGRAM PEMULIAAN TANAMAN

SABRIZA PRIHATININGTIAS
150510110192
DISAIN PERSILANGAN
DAN EVALUASI PARAMETER GENETIK
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
FEBRUARI, 2014
106 |

INTRODUKSI
Langkah awal dalam pengembangan kultivar adalah untuk membentuk populasi dengan
keragaman genetik untuk karakter tertentu. Ini dilakukan dengan hibridisasi dari tetua yang
berbeda secara genetik atau dengan menggunakan mutagenesis.
Tipe-tipe populasi terdiri dari populasi dua tetua, populasi dua tetua, populasi tiga tetua,
populasi backcross, populasi empat tetua, dan kompleks populasi. Populasi dua tetua adalah
populasi paling sederhana dan paling luas terbentuk dari persilangan dua tetua, P1 X P2.
Populasinya yaitu persilangan dua tetua, persilangan tunggal, atau persilangan dua jalur.
Populasi tiga tetua biasanya disebut sebagai populasi tiga jalur, terbentuk oleh dua tetua menjadi
tiga tetua, (P1 X P2) X P3.
Populasi backcross terbentuk oleh persilangan dua tetua, P1 X P2, lalu disilangkan balik
populasinya ke salah satu dari tetua tersebut, (P1 X P2) X P2. Persilangan tiga tetua dipilih oleh
beberapa pemulia ketika satu tetuanya (P1) memiliki karakter yang diinginkan tetapi itu tidak
cukup diterima untuk sifat yang lainnya untuk digunakan dalam suksesnya persilangan dua tetua.
Populasi Backcross terbentuk oleh persilangan dua tetua, lalu disilangkan balik populasinya ke
salah satu dari dua tetua tersebut, (P1 X P2) x P2, populasi backcross merupakan alternatif untuk
tiga tetua ketika salah satu tetuanya memiliki karakter yang diinginkan tetapi tidak berlaku pada
karakter lainnya.
Populasi empat tetua yaitu terbentuk dari persilangan (P1 X P2) X (P3 X P4).
Persilangan ini biasanya mengacu pada persilangan ganda atau persilangan empat jalur. Populasi
kompleks terbentuk dari hibridisasi lebih dari empat tetua, dahulu masih banyak yang belum
menggunakan populasi kompleks ini. namun sekarang lebih umum karena perhatian kemajuan
populasi oleh seleksi recurrent.
Prinsip dalam pembentukan populasi kompleks diantaranya adalah kombinasi alel-alel
dari tetua yang berbeda. Nomor tetua yang terlibat, jadi penomoran alel-alel yang berbeda
meningkatkan populasi secara teori dengan menambahkan tiap tetua yang digunakan dalam
pembentukan populasi. Kontribusi genetik pada tiap tetua, populasi pada yang pada kultivar
produktif tinggi berkontribusi setengah dari gremplsm, dan tanaman yang kurang produktif
107 |

diintroduksi ke setengah germplasm lainnya, jarang menghasilkan segregasi yang unggul untuk
kultivar produktif digunakan sebagai tetua. Jumlah waktu yang tersedia, satu variabel penting
dalam jumlah tahun per siklus adalah panjang waktu yang dibutuhkan untuk membentuk
populasi baru. Sekarang ini banyak pemulia lebih memilih banyak siklus seleksi untuk
menghabiskan waktu dalam menambah genrasi-generasi intercrossing, khususnya ketika tetuatetua yaitu heterozigot.
METODOLOGI
Persilangan konvergen
Alel didapat dari indvidu sebuah populasi dari satu set tetua yang merupakan nomor dari
tetua yang terlibat dan yang menyusun persilangan menjadi pembuentukan populasi. Satu
langkah persilangan menyedeiakan kemungkinan yang sama untuk alel-alel dari tetua yang
sekarang menjadi individual yang diusulkan oleh Harlan (1940) sebagai seri sistematik
penghubung persilanganyang belakangan ditunjuk menjadi persilangan konvergen.
Persilangan dialel
Persilangan dialel dengan persilangan rekiprokal dan penyerbukan sendiri
Keuntungan menggunakan persilangan dialel rekiprokal dan penyerbukan sendiri adalah
jumlah tetua dalam populasi tidak terbatas, masing-masing tetua memiliki kesempatan untuk
berpasangan dan rekombinan untuk semua tetua lainnya, dan kesetimbangan Hardy weinberg
dapat tercapai. Namun, tahapannya tidak dianggap praktis untuk diaplikasikan pada pemuliaan
karena tidak diizinkan penyerbukan sendiri diantara dua tetua, persilangan dalam satu arah tidak
efektif untuk rekombinan sebagai persilangan rekiprokal diantara dua tetua, jumlah persilangan
yang wajib terlalu banyak dimana jumlah tetua terbatas yang akan menjadi pertimbangan.
Perancangan persilangan dialel tanpa persilangan reiprokal dan penyerbukan sendiri
Umumnya tahap persilangan jumlah tetua terbatas untuk pembentukan populasi
kompleks menggunakan persilangan dialel rekiprokal. Tipe ini menyediakan kesempatan untuk
gen-gen masing-masing kombinasi tetua dengan masing-masing tetua. Tanpa persilangan
rekiprokal dan penyerbukan sendiri, kesetimbangan Hardy weiberg akan mendekati tapi tidak
akan pernah tercapai. Keuntungan dari tipe ini adalah jumlah tetua digunakan untuk
pembentukan populasi tidak tersebar, masing-masing tetua mempunyai kesempatan untuk
berpasangan dan rekombinan terhadap setiap tetua, aplikasi metodenya untuk populasi
108 |

penyerbukan terbuka terlibat tidak sesuai atau gen jantan mandul, dan metodenya yang berkaitan
dengan persilangan sedikit dan memerlkukam desain dialel dengan persilangan rekiprokal dan
penyerbukan sendiri. Kerugiannya yang paling utama adalah jumlah persilangan membutuhkan
p(p 2)/3, sering terbatasnya jumlah tetua yang terdapat untuk hibridisasi buatan.
Perancangan persilangan dialel parsial
Persilangan oleh bagian tetua untuk beberapa bukan untuk semuanya dimana tetua lain di
dalam perancangan persilangan dialel parsial adalah biasanya digunakan untuk pembentukan
populasi kompleks. Perancangan ini menggunakan hibridisasi buatan sewaktu-waktu nomor tetua
terlalu bagus untuk menyelesaikan dialel lengkap. Keuntungan dari dialel parsial adalah nomor
tetua disuatu populasi tidak terbatasi, bisa diguakan juga polinasi populasi terbuka yang terlibat
penyebukan sendiri yang tidak sesuai atau jantan mandul, dan persilangan yang terlibat lebih
sedikit dibandingkan dialel yang diharuskan.
Kombinasi dialel dan perancangan perancangan persilangan dialel parsial
Beberapa perancangan dialel dan dialel parsial biasanya digunakan pada program yang
sama untuk membentuk populasi kompleks. Persilangannya mungkin terselesaikan secara
hibridisasi buatan, polinasi terbuka, satu kombinasi keduanya. Kombinasi langkah-langkah
digunakan untuk membolehkan kemungnkinan jumlah kombinasi terbaik tak lebih dari sumber
yang tersedia untuk hibridisasi.
Top Cross
Top cross adalah persilangan puncak antar galur betina dan galur jantan tertentu.
Line X Tester
Line X Tester merupakan desain yang memberikan informasi tentang yang umum dan
kombinasi spesifik kemampuan tetua dan di waktu yang sama membantu dalam estimasi tipe
yang bervariasi dari efek-efek gen.

109 |

\
HASIL DAN PEMBAHASAN
Terdapat dua objek dalam analisis ini yaitu pertama membantu dalam menggolongkan
varian dari asal yang berbeda dan menetapkan dasar pengujian signifikan. Varian asal terdapat
dua klasifikasi yaitu kalasifikasi persilangan dan klasifikasi hirarki. Komponen varian digunakan
untuk estimasi kompone varian, dapat ekspetasi arti dari jumlah kuadrat untuk beberapa faktor.
Uji kebenaran F.
Varian genetik terdiri menjadi tiga komponen, komponen varian genetik adatif, beberapa
alel akan menymbang nilai tertentu terhadap nilai metrik dari nilai kuantitaif ( 2a). Varian
genetik dominan yaitu yang akan menutupi peran alel-elel resesif pada suatu lokus, adanya
interaksi antar gen dalam suatu lokus(2d). Varian genetik epistasi adalah hasil asosiasi antara
gen-gen dari lokus berbeda(2i). Varian genetik total (2g) = (2a) + (2d) + (2i).
KESIMPULAN
Perancangan persilangan adalah untuk mendapatkan keturunan dengan

cara untuk

menyusun dan menematkan materi persilangan. Keturunan yang didapat berupa sifat-sifat
genetik tanaman. Tujuan perancangan persilangan yaitu untuk menduga berbagai komponen
genetik.
Daftar pustaka
singh, R. K. and B. D. Chaudry. 1977. Biometrical Methods in Quantitative Genetic
Analysis . New Delhi : Kalyani Publishers.
hayword, M.D., N.O. Bosemark, and I. Romagosa. 1993. Plant Breeding : Principles and
Prospects. Chapman & Hall.
Fehr, W.R. 1987. Population Formation by Hybridization types of populations.

110 |

Edyson - 150510110082
Analisis Dialel
Satu set cross diproduksi dengan melibatkan 'n' baris dalam semua kemungkinan
kombinasi yang ditunjuk sebagai dialel cross dan analisis cross tersebut dikenal sebagai analisis
dialel. Analisis tersebut memberikan informasi tentang sifat dan jumlah tetua. Analisis tersebut
memberikan informasi tentang (i) sifat dan jumlah parameter genetik dan (ii) umum dan khusus
kemampuan menggabungkan orang tua dan persilangan mereka, masing-masing. Dua
pendekatan utama yang diikuti untuk analisis dialil adalah:
1. Pendekatan Hayman
2. Pendekatan Griffing
Pendekatan Hayman
Teori dialel dikembangkan oleh jinks dan Hayman (1953). Jinks (1954, 1956) dan
Hayman menggunakan konsep mather oleh D.H., komponen variasi. Perkembangan terbaru
tentang teknik ini telah dilukiskan secara rinci oleh Mather dan jinks (1971) dan contoh kerjanya
telah diberikan oleh aksel dan jhonson (1963). Langkah langkah untuk mengatasi berbagai
masalah dengan metode pendekatan ini yaitu :
1. Menguji dengan akurat pada genotip
yang berbeda
2. Estimasi pada varians dan covarians
3. Menguji hipotesis dengan valid
4. Metode grapik
10.
111 |

Pendekatan Griffing.

5. Estimasi komponen variasi


6. Estimasi yang paling dominan dan
tetua resesif
7. Estimasi komponen variasi F2
8. Grafik Vr-Wr pada F2
9. Alat ukur lainnya

11.

Dalam pendekatan ini, model yang cocok menggunakan komponen varians karena

umumnya kemampuan menggabungkan pada gilirannya banyak diterjemahkan ke dalam


komponen genetik.
12. Griffing (1956) menggambarkan metode analisis untuk kemampuan mengingat Model
Eisenhart I (efek tetap) dan Model II (efek acak) menggabungkan. Dalam contoh kerja
kita, kita telah membatasi diri dengan model efek acak seperti dalam percobaan
pemuliaan tanaman kami terutama tertarik dalam mengestimasi komponen genentic dan
lingkungan dari varians populasi yang kompleks. Untuk tujuan ini, kita harus
mengasumsikan bahwa berbagai efek dalam model (kecuali u) terdistribusi secara normal
dengan mean nol dan varians as1 di mana I = g, s, a dan b. dapat dicatat bahwa kami juga
telah memberikan prosedur untuk memperkirakan gea dan sea efek (yang, bagaimanapun,
estimatable hanya dalam model I). Hal ini telah dilakukan semata-mata untuk
menggambarkan prosedur untuk perhitungan.
13.

Dalam setiap metode dua langkah yang terlibat dalam analisis data. Langkah

pertama terdiri dari analisis data untuk menguji hipotesis nol bahwa tidak ada perbedaan genotip
antara F1, tetua dan mapan, ada kebutuhan untuk melanjutkan untuk langkah kedua analisis,
yaitu analisis daya gabung.
14. Analisis Line X Tester
15.

Menggunakan genotipe berbasis luas sebagai tester, kemampuan menggabungkan

umum garis diuji dalam metode cross atas. Analisis Line X tester merupakan perpanjangan dari
metode ini di mana beberapa penguji yang digunakan (Kempthorne, 1957). Yang terakhir desain
sehingga memberikan informasi tentang umum dan khusus kemampuan menggabungkan tetua
dan pada saat yang sama akan sangat membantu dalam memperkirakan berbagai jenis efek gen.
16.

Rencana crossing dari desain ini adalah sebagai berikut: mari kita perhatikan 'l'

lines dan 't' testers. Semua ini 'l'lines disilangkan dengan masing-masing 't' testers dan dengan
demikian l x t progeni full-sib diproduksi. Progeni ini bersama dengan atau tanpa tetua, dll.
Testers dan lines, kemudian diuji dalam percobaan direplikasi menggunakan desain yang cocok,
menggunakan rancangan acak. Misalkan, ada 3 penguji dan 5 baris. Dengan demikian, kita
memiliki 5 x 3 = 15 silang. Persilangan ini bersama dengan 8 orang tua. Dll. 5 baris dan 3
penguji, jumlah entri menjadi 23, diuji dalam suatu RBD dengan 4 ulangan.
112 |

17. Analisis varians


18.

Langkah pertama dalam analisis line X tester adalah untuk melakukan analisis

varians sesuai desain yang digunakan dan menguji signifikansi perbedaan antara genotipe
termasuk cross dan tetua. Jika perbedaan ini ditemukan signifikan, analisis tester Line X
dilakukan.
19.
20. Seleksi Testcross
21.

Pemilihan testcross bermaksud untuk meningkatkan tidak hanya pepulasi per se,

tetapi juga yang menggabungkan kemampuan. Dengan demikian, dapat dianggap sebagai
pertengahan jalan antara intrapopulation dan seleksi interpopulation. Langkah-langkah dasar dari
metode ini terdiri dari: (1) selfing dan sekaligus crossing setiap tanaman dari populasi untuk
tester, (2) mengevaluasi crosing dalam uji multienvironment direplikasi, (3) mengkombinasikan
hasil selfing benih sisa sesuai dengan hasil persilangan yang dipilih. Salah satu dalam modifikasi
metode ini terdiri menambahkan satu langkah lagi untuk prosedur; tanaman Sl yang tumbuh di
lokasi persimpangan terisolasi sebagai betina dan diserbuki dengan tester sebagai laki-laki
sehingga menghindari handcrossing .
22.

Langkah-langkah yang lainnya sama. Aspek terpenting dari metode ini adalah

pemilihan tester. Luas dan penguji basis genetik sempit digunakan untuk meningkatkan
kemampuan menggabungkan secara umum dan sepesifik dari populasi, respectively. Maka dari
itu penguji tester dapat populasi, hibrida ganda dan tunggal dan galur inbrida. Low-yielding
testers telah mensugesti untuk meningkatkan frekuensi gen alel dominan menguntungkan antar
populasi dan antar populasi pilihan (Rawlings dan Thompson, 1962; Moreno-Gonzalez dan
Grossman, 1976), karena mereka meningkatkan varians genetik cross dan memungkinkan
diskriminasi yang lebih baik antara genotipe. Jika tester adalah populasi itu sendiri, metode ini
akan menjadi metode seleksi half-sib dengan tiga generasi per siklus. Dalam hal ini keuntungan
genetik akan dua kali lipat. Prosedur ini telah digunakan dalam jagung, bunga matahari dan gula
bit.
23.

24.
113 |

25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.

SUMMARY

41.
42.
43.
44.
45.
46.
114 |

47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57. Leli Azizah S. B
58. 150510110077
59.
60. Peran Perguruan Tinggi Dalam Mendukung Program Diversifikasi Pangan
Nasional
61.
62.

Diversifikasi pangan merupakan upaya mengembalikan kedaulatan pangan


nasional. Hal ini harus diiringi dengan pengembangan berbasis kearifan lokal. Artinya,
pola diversifikasi pangan harus mengacu pada penggunaan bahan baku dalam negeri
seperti bibit, pupuk, dan pembasmi hama. Tujuannya, untuk mengurangi ketergantungan
pangan terhadap impor. Implementasi diversifikasi pangan berbasis kearifan lokal
memerlukan strategi dan komitmen yang kuat dari pemeintah, petani, pengusahan, dan
masyarakat.

63.

Negara mencanangkan program diversifikasi pangan untuk mendukung agar


terciptanya ketahanan pangan di negara tersebut. Indonesia merupakan Negara yang
memiliki ketahanan pangan no 6 di Asia Tenggara da no 70 an pada taraf dunia. Kegiatan

115 |

diversifikasi ini harus didukung oleh berbagai kalangan, terlebih perguruan tinngi. Dua
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam seminar kali ini, kebijakan pangan
berbasis pangan local yang disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Achmad Suryana, MS selaku
kepala Badan Ketahanan Pangan Indonesia dan kebijakan pemerintah dalam upaya
mewujudkan ketahanan pangan nasional yang disampaikan oelh Ir. H. E. Herman
Khaeran, MSi selaku Wakil Ketua Komisi IV DPR RI. Selain itu, ada juga salah satu
civitas akademika Faperta Unpad bapak Aos M Akyas turut mengisi kegiatan seminar ini.
64.

Perspektif diversifikasi berkaitan dengan ketahanan pangan di Indonesia adalah :

Penduduk yang terus bertambah

Kelangkaan dan kompetisi pemanfaatan sumberdaya

Iklim yang sulit diprediksi

Perkembangan ekonomi dan perdagangan internasional


65.

Program diversifikasi pangan telah lama dilaksanakan, namun sampai saat

ini masih belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Ketergantungan masyarakat terhadap
beras dan meningkatnya tingkat konsumsi menjadikan upaya diversifikasi konsumsi belum
66. menunjukkan keberhasilan sesuai yang diinginkan, sehingga terjadi krisis pangan di
negara ini. Krisis pangan di Indonesia diduga disebabkan oleh perubahan iklim, laju
pertumbuha penduduk, dan adanya persaingan pangan yang digunakan untuk konsumsi
atau bioenergi. Tantangan dalam melakukan kecukupan pangan Indonesia antara lain;
meningkatnya jumlah penduduk, adanya pergeseran

pola konsumsi, dan

masih

rendahnya konsumsi mineral dan vitamin. Hal ini menjadi dasar agar diversifikasi pangan
yang dilakukan haruslah berbasis pangan local karena dengan memanfaatkan pangan
lokal maka persaingan yang ada akan terminimalisir. Selain itu, dengan memanfaatkan
pangan local menjadi ciri khas bagi daerah tertentu. Sebagai contoh, papua terkenal
dengan pangan sagunya, Madura dengan jagungnya, Nusa Tenggara dengan ubinya, dan
masih banyak lagi daerah-daerah lainnya.
67.

Dalam melakukan program diversifikasi pangan diperlukan peran dari perguruan


tinggi di seluruh Indonesia seperti : (1) berperan serta dalam mengembangkan aspek

116 |

kesiapan manusia; dan (2) mengembangkan IPTEK dan konsep alternatif. Untuk
meningkatkan keberhasilan program diversifikasi pangan pemerintah harus mempunyai
solusi untuk semuanya agar diversifikasi pangan berjalan dengan baik. Solusi yang harus
dilakukan oleh pemerintah adalah :

Ketahanan pangan harus dikoreksi dengan kedaulatan pangan

Mengubah pola pikir dari pertanian gurem menjadi pertanian modern

Menciptakan pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan


68.

Ketahanan pangan juga akan tercapai apabila ada peran serta masyarakat. Bentuk

peran serta masyarakat berupa pelaksanaan produksi, distribusi, perdagangan, dan konsumsi
Pangan; penyelenggaraan Cadangan Pangan Masyarakat;

pencegahan dan penanggulangan

rawan Pangan dan Gizi; penyampaian informasi dan pengetahuan Pangan dan Gizi; pengawasan
kelancaran penyelenggaraan Ketersediaan Pangan, keterjangkauan Pangan, Penganekaragaman
Pangan, dan Keamanan Pangan; dan/atau peningkatan Kemandirian Pangan rumah tangga.
Dengan adanya peran serta masyarakat yang nyata maka ketahanan dan kemandirian pangan
akan tercapai di Indonesia.
69.
70.
71.
72.
73. Sabriza P - 150510110192
74. Peran Perguruan Tinggi Terhadap Diversifikasi Pangan
75.

Indonesia merupakan negara agraris dengan penduduk terbanyak peringkat ke

empat di dunia. Dengan pernyataan tersebut seharusnya kita sadar bahwa Indonesia yang
memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang banyak. Namun, tidak ada
pemanfaatan saling berkesinambung antar keduanya. Seiring berjalannya waktu dengan
perubahan iklim serta kerusakan lingkungan di Indonesia, ketahanan pangan Indonesia harus
ditangani oleh masyrakat Indonesia itu sendiri.
117 |

76.

Pertambahan penduduk Indonesia yang cepat setiap tahunnya memang benar

menjadikan Indonesia tertinggal dari negara berkembang lainnya seperti Vietnam, bahkan sangat
jauh tertinggal dari Singapura. Pertambahan penduduk ini menyebabkan negara kita perlu adanya
ketahanan pangan. Dalam undang undang No : 7 tahun 1996 tentang pangan, pengertian
ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari
ketersediaan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.
Oleh karenanya, setidaknya kita dapat memberi makan untuk negara sendiri ketimbang untuk
ekspor terlebih dahulu. Banyak cara untuk menjadikan Indonesia setahap lebih maju menjadi
benar-benar diversifikasi pangan. Salah satunya melalui peran perguruan tinggi.
77.

Teknologi tahun ke tahun berubah, dan perubahan itu semakin maju. Kemajuan

teknologi yang diraih kebanyakan dari perguruan tinggi. Peran perguruan tinggi seharusnya
mampu dan dapat membantu diversifikasi pangan. Seperti misalnya Bioteknologi juga dapat
dimanfaatkan dalam proses pengolahan pangan. Penggunaan teknologi pangan ditujukan untuk
meminimalkan perubahan kualitas, meningkatkan nilai, serta meningkatkan jaminan keamanan
terhadap pangan olahan. Contoh proses yang melibatkan bioteknologi dalam pengolahan pangan
yang telah lama dikembangkan di Indonesia adalah teknologi fermentasi. Teknologi fermentasi
yang telah ada sejak jaman nenek moyang Indonesia dan masih ada hingga saat ini antara lain
digunakan dalam pembuatan tempe, brem, terasi, oncom, kecap, dadih, dan lain sebagainya.
78.

Peran perguruan tinggi selain memberikan kontribusi dengan menggunakan

pikiran namun juga memberikan dukungan kepada pemerintah, kesemangatan untuk berpikir
positif, memberikan keyakinan kepada pemerintah untuk diversifikasi pangan supaya menuju
kepada ketahanan pangan yang membantu pula memajukan bangsa.
79.
80. Nama : Edyson S
81. NPM :150510110082
82. Matkul : Perancangan Pemuliaan Tanaman
83. Summary Seminar Nasional
84. Kebijakan Diversifikasi Pangan Berbasis Pangan Lokal
85. Oleh : Prof. Dr. Ir. Achmad Suryana, MS ( Kepala Badan Ketahanan Pangan).

118 |

86.

Diversifikasi Pangan adalah usaha untuk menyediakan berbagai ragam produk

pangan baik dalam jenis maupun bentuk, sehingga tersedia banyak pilihan bagi konsumen untuk
menu makanan harian. Diversifikasi pangan dibutuhkan untuk mengatasi ancaman kelaparan
akibat berkurangnya atau menurunnya produksi tanaman yang menjadi makanan pokok di suatu
negara. Jacques Diouf Dir.Jen. mengatakan Ancaman kelaparan dunia terdiri dari 1. 925 juta
orang hidup dalam kelaparan kronis dan mal-nutrisi , 2 .100 negara darurat terancam produksi
pertaniannya, 3. 30 negara dalam keadaan krisis pangan. Poin poin tersebut sangat nyata dan
harus segera diatasi.
87.

Untuk menghindari bahaya Kelaparan Global produksi pertanian harus meningkat

70%, dan dua kali lipat di negara-negara berkembang. Bila ternyata yang terjadi adalah
kegagalan panen dimana-mana, krisis pangan benar-benar akan melanda lebih luas
88. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan, kedepannya harus tetap diperhatikan
beberapa perspektif berikut 1) Penduduk terus bertambah, maka permintaan pangan terus
meningkat, 2) Kelangkaan dan Kompetisi pemanfaatan sumberdaya. 3) Dampak
Anomali Iklim semakin sulit diprediksi, dan 4) Perkembangan Ekonomi dan Perdagangan
Internasional.
89. Peran perguruan tinggi
90.

Melalui implementasi Tridharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan, penelitian

dan pengabdian kepada masyarakat, perguruan tinggi dituntut untuk berkiprah mendukung
pembangunan pertanian khususnya kemandirian pangan dan energi berbasis pangan, dengan
segala tantangan dan permasalahan yang dihadapinya
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99. KETAHANAN PANGAN ATAU KEDAULATAN PANGAN Oleh Aos M Akyas
119 |

100.

Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang

tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,
merata, dan terjangkau (Peraturan Pemerintah No. 68 tahun 2002)
101.

KETAHANAN PANGAN harus dikoreksi dengan KEDAULATAN PANGAN

102.

Mengubah pola pikir dari pertanian gurem menjadi pertanian moderen. Artinya

pangan harus dihasilkan oleh suatu unit bisnis yang memenuhi kaidah bisnis secara utuh
(memenuhi skala usaha, dimanage sebagaimana layaknya bisnis moderen umumnya,
menghasilkan produk dengan kualitas prima dan harga bersaing).
103.

Inti Praksis Pembangunan Kedaulatan Pangan

1. Eksplorasi dan deliniasi satuan budaya dan kelembagaan lokal, berikut karasteristik fisik
dan sosekbud lainnya menjadi satuan lokalita garapan
2. Menjustifikasi keilmuan (konstruksi logis) dari teknologi produk kearifan lokal
3. Mengukuhkan dan mengembangkan kearifan lokal (melengkapi modus akal dengan
intuisi)
4. Memperluas pengertian pangan pokok, sesuai dengan basis sumberdaya, kelembagaan,
dan budaya lokal.
104.
105.

Regulasi Kebijakan Pemerintah Dalam Upaya Mewujudkan Ketahanan

Pangan Nasional
106.

Oleh :Ir. H. E. Herman Khaeron, Msi Wakil Ketua Komisi IV DPR RI

107.

Tujuan Pembangunan Pangan Untuk Mencapai ketahanan pangan yang mandiri

melalui optimalisasi sumber daya lokal untuk mencapai kedaulatan pangan.


108.

Tantangan : Pangan lokal masih dianggap sebagai pangan inferior perlu

diangkat citranya
109.

Peningkatan produksi Pangan secara mandiri melalui penyediaan sarana dan

prasarana produksi pertanian untuk petani, peternak, nelayan dan Pembudidaya Ikan;
110.

Melakukan upaya penganekaragaman pangan yang seimbang, bergizi dan aman

berbasis sumber daya lokal pemanfaatanlahan pekarangan


120 |

111.

Selalu melakukan pengembangan promosi terhadap pola konsumsi pangan lokal

112.

Integrasi dan interaksi antara pemerintah, pelaku usaha pangan dan perguruan

tinggi untuk melakukan pengembangan pangan lokal


113.

Pengembangan pangan olahan lokal melalui pengembangan industri pangan

Raskin menjadi Pangkin. Pengembangan teknologi dan sistem insentif bagi usaha
pengolahan pangan lokal
114.
115.
116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
124.
125.
126.
127.
128.
129.
130.
131.
132.
121 |

133.
134.
135.
136.
137.
138.
139.
140.
141.
142.

143.
144.

ESSAY

145.
146.
147.
148.
149.
150.
151.
152.
153.
154.
122 |

155.
156.
157.
158.
159.
160.
161.
162.
163.

164.

ESSAY KUNJUNGAN LAPANGAN


165.

MK DISAIN PROGRAM PEMULIAAN TANAMAN

166.
167.

168.
169.
170.
171.

JIKA AKU

MENJADI SEORANG PEMULIA

TANAMAN JAGUNG DI

DAERAH CIKAMURANG

172.
173.
174.

Disusun Oleh :

175.

Leli Azizah S. B

176.

Nomor Pokok Mahasiswa :


177.

150510110077

178.
179.

MINAT PEMULIAAN DAN BIOTEKNOLOGI TANAMAN


180.

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


181.

123 |

FAKULTAS PERTANIAN

182.

APRIL, 2014
183.
184.
185.
186.
187.
188.
189.
190.
191.
192.

193.

JIKA AKU MENJADI SEORANG PEMULIA TANAMAN JAGUNG DI


DAERAH CIKAMURANG

194.

Field Trip atau kunjungan lapangan merupakan kegiatan yang seringkali

dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Pada mata kuliah
Desain Pemuliaan Tanaman pun dilakukan kunjungan lapangan dalam rangka
meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai fakta di lapangan tentang komoditas
tertentu. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 21 Maret 2014. Lokasi yang
kami tuju adalah daerah Cikamurang yang merupakan perbatasan Majalengka Indramayu.
Hal pertama yang terbesit dalam pikiran saya ketika melewati kawasan Sumedang sampai
Majalengka adalah betapa luas alam Indonesia ini dan masih banyak lahan yang belum
dieksplorasi.
195.

Tempat yang menjadi destinasi pertama kami adalah kediaman Bapak

Robert, penggagas Asosiasi Jagung Indonesia. Selanjutnya kami menuju lahan milik
Bapak Robert yang luasannya mencapai 70 ha. Jagung yang ditanam seluruhnya
merupakan jagung pipil untuk pakan ternak. Varietas yang diantaranya adalah varietas
bisi 2.Permasalahan utama yang terjadi di kawasan Cikamurang ini adalah masih
sedikitnya

tenaga

kerja

sehingga

menyebabkan

luas

garapan

petani

untuk

membudidayakan jagung terlalu besar. Acap kali tanaman jagung yang ditanam juga
terserang penyakit bulai yang dapat menyebabkan kerugian besar. Permasalahan lain
124 |

adalah adanya naungan pohon jati di sekitar pertanaman jagung diakibatkan lahan yang
digunakan merupakan lahan milik perhutani yang sejatinya pembudidayaan jati masih
berlangsung. Hal ini menyebabkan Bapak Robert memerlukan varietas jagung yang
toleran naungan.
196.

Kami menyusuri lahan milik Bapak Robert dan bertemu dengan beberapa

petani yang bermitra denga Bapak Robert. Kebijakan yang dibuat Bapak Robert dengan
para mitra petani adalah petani boleh mengeksplorasi lahan sesuai dengan kebutuhannya
dengan tambahan pembelian benih dan pupuk ditanggung oleh Bapak Robert dengan
syarat petani harus membudidayakan jagung sesuai dengan Standar Operasional (SOP)
yang berlaku dan hasil panennya dijual kepada Bapak Robert. Hal ini bertujuan agar
produktivitas jagung yang dihasilkan petani maksimal dan untuk menjaga stabilitas harga
jagung di pasaran. Jika ditinjau lebih jauh, sistem ini cukup baik dilakukan dalam rangka
menyejahterakan petani, namun harus ada komunikasi yang baik antara petani dengan
mitra (Bapak Robert).
197.

Dilihat dari segi pemuliaan, komoditas jagung yang ditanam belum

tersentuh oleh teknologi pemuliaan baik secara konvensional maupun modern. Benih
jagung yang digunakan masih terpaku pada benih bersertifikat yang telah dijual di
pasaran. Setelah meninjau lebih jauh, terbesit ide-ide dalam pikiran saya apa yang akan
saya lakukan jika menjadi seorang breeder pada Asosiasi Jagung Indonesia yang terletak
di Indramayu ini. Hal pertama yang paling potensial di daerah ini adalah lahan untuk
membudidayakan bahkan memuliakan tanaman masih sangat luas. Masih banyak lahanlahan yang dapat dimanfaatkan baik untuk bercocok tanam atau untuk melakukan riset,
terutama pemuliaan tanaman. Faktor potensial selanjutnya adalah belum adanya
pemuliaan jagung di asosiasi ini, sehingga keberadaan pemulia tanaman sangat
dibutuhkan demi terciptanya varietas-varietas jagung hibrida yang memiliki sifat unggul.
Selain itu, tanaman jagung manis yang sebelumnya belum pernah dikembangkan di
daerah ini dapat menjadi tantangan bagi kita agar dapat membudidayakan dan
memuliakannya dengan arif. Jika saya menjadi pemulia jagung di asosiasi ini saya akan
merakit tanaman jagung manis yang memiliki kandungan gula yang tinggi dan memiliki
daya simpan yang cukup lama. Selain itu, saya juga ingin mengembangkan tanaman
125 |

jagung pipil yang ada dengan melakukan berbagai riset mengenai perakitan jagung yang
toleran terhadap naungan dan memiliki produktivitas yang tinggi. Untuk alur pemasaran,
saya akan mencari link dan informasi mengenai jagung yang diinginkan oleh konsumen
dan daerah-daerah yang memang memerlukan jagung, baik untuk dikonsumsi oleh
manusia maupun untuk pakan ternak. Dengan begitu, kebutuhan jagung di Indonesia
setidaknya dapat terpenuhi.
198.
199.
200.
201.
202.
203.
204.
205.
206.
207.
208.
209.
210.
211.
212.
213.

SABRIZA PRIHATININGTIAS - 150510110192

214.
215.
216.

Membantu Kesejahteraan Petani dengan Jagung

Tidak banyak orang tahu tentang dunia pertanian pada zaman sekarang ini.

Banyak orang yang tidak perduli akan pentingnya dunia pertanian. Mereka tidak pernah perduli
akan impor pangan. Mahasiswa pertanian sering kali dianggap tidak sepenting sarjana hukum,
apalagi sarjana kedokteran. Mereka tahu bahwa petani adalah seorang yang miskin. Seseorang

126 |

mengatakan bahwa, Your day begins with a farmer, oleh karenanya kita harus sadar akan
pentingnya dunia pertanian, termasuk didalamnya adalah petani.
217.

Robert adalah Ketua Asosiasi Jagung Indonesia. Ia seorang sarjana ekonomi yang

tertarik di bidang pertanian. Pak Robert, salah satu penolong petani miskin. Petani memang
miskin, itu disebabkan karena beberapa hal, yaitu tanah-tanah warisan, tidak tahu budidaya
tanaman yang benar, hanya ingin cepat atau bisa dibilang tidak sabar akan pekerjaannya sehingga
membuang banyak modal, petani tidak tahu bagaimana mekanisme pemasaran yang benar dan
bergantung pada tengkulak, dan sebagainya.
218.

Petani-petani yang bergabung dalam kemitraan Pak Robert dapat memiliki lahan

tanpa biaya sewa, mendapat benih unggul, pupuk, juga diberi ilmu untuk cara budidaya tanaman
yang benar, selain itu mereka juga dapat meminjam dana untuk dijadikan modal. Tentunya
dengan berbagai banyak perhitungan Pak Robert megusahakan supaya petani dan tentunya
dirinya sendiri sama-sama memiliki keuntungan.
219.

Pendekatan yang dilakukan oleh Pak Robert itu sendiri sangat mulia, mulai dari

pendidikan anak-anak petani, keagamaan, Pak Robert ini sampai mendirikan rumah sendiri di
sana. Tidak heran kalau dalam usaha yang keras maka mendapatkan hasil yang sempurna. Pak
Robert memperhitungkan bahwa, jika kalian menjadi karyawan dimana pun, akan memperoleh
gaji yang sama jika kalian menjadi wirausaha semacam ini. Dengan kelebihan kalian dapat
menolong sesama san mendapat balasan oleh Tuhan.
220.

Pak Robert saja yang bukan dari sarjana pertanian mengetahui seberapa

pentingnya membangun Indonesia bersama petani yang sejahtera. Dengan menjadi seorang
seperti dia, kita mampu membantu lebih dari ratusan orang dengan membuka lapangan pekerjaan
baru. Tidak hanya mendapatkan pendapatan yang banyak namun juga mendapatkan pahala yang
berlimpah atas menolong sesama.
221.
222.
223.
224.
225.
226.
127 |

227.
228.
229.
230.
231.
232.
233.
234.
235.
236.
237.
238.
239.
240.
241.
242.
243.
244.
245.
246.
247.
248.
249.
250.
251.

252.

ESSAY KUNJUNGAN LAPANGAN


253.

254.
255.
128 |

MK DISAIN PROGRAM PEMULIAAN TANAMAN

256.

257.
258.
259.
260.

JIKA AKU MENJADI SEORANG PEMULIA TANAMAN JAGUNG DI


DAERAH CIKAMURANG

261.
262.

DisusunOleh :

263.
264.

Edyson S

NomorPokokMahasiswa :
265.

150510110082

266.
267.
268.
269.

MINAT PEMULIAAN DAN BIOTEKNOLOGI TANAMAN


270.

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


271.

FAKULTAS PERTANIAN
272.

APRIL, 2014
273.
274.
275.
276.
277.
278.

279.

JIKA AKU MENJADI SEORANG PEMULIA TANAMAN JAGUNG DI


DAERAH CIKAMURANG

129 |

280.

Mata kuliah Desain Pemuliaan Tanaman tahun ini mengadakan kunjungan

lapangan atau sering disebut fieldtrip guna memperluas wawasan mahasiswa akan
kondisi pertanian di lapangan dari sisi seorang pemulia. Kegiatan ini dilakukan pada
Sabtu, 21 Maret 2014 yang berlokasi di daerah Cikamurang, perbatasan daerah
Majalengka-Indramayu. Perjalanan disuguhi dengan pemandangan yang bernuansa
pertanian dan pedesaan.
281.

Di daerah Cikamurang, kami berkesempatan bertemu dengan penggagas Asosiasi

Jagung Indonesia, Bapak Robert. Kegiatan dilanjutkan dengan observasi langsung


dilahan seluas 70 ha milik Bapak Robert. Dilahan ini, komoditas yang ditanam adalah
jagung pipil yang digunakan sebagai pakan ternak. Varietas jagung yang digunakan
adalah Bisi 2.
282.

Lahan pertanian yang bisa digarap ternyata cukup luas, tetapi tidak diimbangani

dengan ketersediaan tenaga kerja yang bisa membudidayakan jagung, selain itu lahan
pertanian tersebut juga masih milik Perhutani yang ditanami pohon jati, jadi petani tidak
bisa menggunakan secara penuh lahan tersebut. Jagung yang ditanam juga banyak yang
terserang penyakit bulai.
283.

Kegiatan berlanjut dengan menyusuri lahan milik Bapak Robet dan bertemu

dengan petani yang bermitra dengan Bapak Robert. Kemitraan antara petani dengan
Bapak Robert memiliki beberapa ketentuan yaitu 1) petani mengeksplorasi sesuai
kebutuhan 2) benih dan pupuk ditanggung Bapak Robert 3) Budidaya tanaman sesuai
dengan Standar Operasional (SOP) ketentuan Bapak Robert 4) Hasil panen dijual kepada
Bapak Robert. Standart Operasional yang digunakan diharapkan dapat menjaga
produktivitas jagung secara maksimal. Kemitraan ini ternyata sangat berguna bagi petani,
selain dapat menyejahterakan petani , petani juga dapat belajar dari Bapak Robert
284.

Komoditas jagung yang digunakan belum merupakan komoditas

unggulan, tetapi masih merupakan benih sertifikat biasa yang telah dijual banyak di
pasaran. Berdasarkan ulasan ulasan diatas, ada beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai
seorang breeder pada Asosiasi Jagung Indonesia. Pemuliaan tanaman didaerah ini masih
sangat minim, banyak lahan yang bisa digunakan dan dimanfaatkan untuk bercocok
tanam serta melakukan riset pemuliaan tanaman. Selanjutnya diharapkan dapat
130 |

terciptanya varietas varietas jagung hibrida yang baru, sehingga produksi jagung bisa
lebih maksimal lagi. Selain itu, tanaman jagung manis juga belum menjadi daya tarik
untuk petani di daerah ini. Hal ini bisa menjadi salah satu bahan riset untuk
pengembangan jagung manis yang potensial, mungkin dengan merakit jagung manis
yang memiliki kandungan gula yang tinggi serta daya simpan yang lama. Tanaman
jagung pipil didaerah ini juga memerlukan sifat yang tahan naungan serta produktivitas
yang tinggi, ditinjau dari penanaman dibawah pohon jati, tentu akan menaungi
penamanan jagung. Dari beberapa hal diatas diharapkan dapat mendukung pemenuhan
kebutuhan jagung di Indonesia
285.

286.

BOOKLET

131 |

132 |

288.
289.
290.
291.

LATAR BELAKANG

292.
293.
294.

Jagung (Zea mays L.) merupakan komoditas yang memiliki fungsi multiguna

yaitu sebagai pangan, pakan serta bahan baku industri. Setiap tahun produksi jagung nasional
terus mengalami kenaikan, namun pemerintah masih memerlukan impor jagung sebab kebutuhan
akan jagung nasional belum mampu terpenuhi sehingga impor dapat mencapai 1 juta ton per
tahun (Suryana, 2007).
295.

Peran jagung akan semakin strategis dalam ketahanan pangan dan industri

nasional. Jagung merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras yang digunakan sebagai
bahan pangan. Komoditi ini juga merupakan bahan pakan terpenting untuk produksi protein
hewani. Beberapa kegunaan penting lainnya dari jagung adalah sebagai biofuel dan material baru
yang ramah lingkungan.
296.

Menurut data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012

produksi jagung nasional mengalami penurunan sebesar 3,73% (684,39 ribu ton) pada tahun
2011 dengan hasil produksi sebesar 17,64 juta ton pipilan kering. Produksi yang mengalami
penurunan tersebut terjadi di Pulau Jawa sebesar 477,29 ribu ton sedangkan diluar Pulau Jawa
sebesar 207,10 ribu ton.
297.

Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) atau sweet corn merupakan salah satu

komoditas yang memiliki peran strategis dalam pembangunan perekonomian Indonesia.


Jagung manis memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan dengan jagung biasanya
sehingga banyak disukai oleh konsumen (Marvelia et al., 2006). Permintaan jagung manis
saat ini semakin meningkat. Pemanenan jagung manis biasanya pada saat umur masih muda
atau pada saat matang susu (milky stage) untuk dijdikan bahan makanan seperti jagung rebus,
jagung bakar bahkan untuk bahan sayuran.
298.
299.
133 |

300.
301.
302.
303.
304.

LATAR BELAKANG

305.
306.
307.
308.
309.

Bentuk biji jagung manis pada waktu masak keriput dan transparan. Biji jagung

manis yang belum masak mengandung kadar gula lebih tinggi dari pada pati. Sifat ini ditentukan
oleh satugen sugary(su) yang resesif. Tanaman jagung biasanya ditanam pada lahan sawah irigasi
maupun lahan sawah tadah hujan yang termasuk dataran rendah, namun tidak menutup
kemungkinan tanaman jagung ditanam di daerah dengan ketinggian 1000 m 1800 m diatas
permukaan laut. Terdapat beberapa daerah dengan kemiringan lereng mencapai 8% ditanami
oleh jagung dengan tujuan untuk menahan laju erosi (Dongoran, 2009).
310.

Keragamanan genetik yang tinggi sangat dibutuhkan untuk dapat merakit varietas

unggul. Semakin tinggi keragaman genetik plasma nutfah, semakin tinggi peluang untuk
memperoleh varietas unggul baru yang mempunyai sifat yang diinginkan (Indriani dkk.,
2008). Mutasi dapat meningkatkan keragaman genetic akibat adanya duplikasi, delesi,
dan inversi gen. mutasi dapat mengubah penampilan baik karakter kualitatif maupun
kuantitatif, karena mutasi bersifat acak dalam mengubah DNA baik pada gen, kromosom
maupun sitoplasma dalam sel tanaman jagung (Fehr, 1987)
311.

Jagung manis adalah varietas jagung yang lebih enak dimakan sebagai sayuran.

Berbeda dengan jagung umumnya, varietas jagung manis dipanen ketika masih muda dan segar
karena gula dalam jagung lebih cepat terkonversi dengan pati. Jagung merupakan tanaman asli
Amerika Tengah, yang kemudian diperkenalkan ke seluruh dunia oleh penjelajah Spanyol.
Tanaman jagung manis adalah salah satu tanaman komersial yang penting di banyak negara
tropis dan sub-tropis.
134 |

312.

Tanaman Jagung manis tumbuh dengan tinggi tanaman sekitar 7-10 meter.

Tumbuh cepat ditanah yang subur, keringkan dan dengan kondisi kelembaban yang baik.
Tergantung pada jenis varietas, tanaman inimungkin siap untuk panen dalam 65-90 hari.
313.
314.
315.
316.
317.
318.
319.

MANFAAT JAGUNG

320.
321.
322.
323.

Manfaat jagung manis bagi kesehatan

324.

Mengandung kalori tinggi

325.

Jagung manis mengandung 86 kalori per 100 g, biji jagung manis cukup tinggi

gula dan kalori dibandingkan dengan sayuran lainnya. Namun, jagung segar jauh lebih rendah
kalori daripada keluarga jagung lainnya seperti gandum, beras, dll. Kalori jagung manis
terutama berasal dari karbohidrat sederhana seperti glukosa, sukrosa, dibandingkan gula
kompleks seperti amilosa dan amilopektin seperti pada sereal. Jagung manis adalah sereal bebas
gluten, dan dapat digunakan dengan aman seperti halnya beras dll.
326.
327.

Mengandung serat tinggi


Jagung manis memiliki profil gizi yang berkualitas tinggi yang terdiri dari serat

makanan, vitamin, antioksidan selain mengandung cukup mineral. Jagung manis adalah salah
satu sumber serat terbaik, 100 g biji jagung manis menyediakan 2 g atau sekitar 5% dari
kebutuhan serat makanan harian.Dengan lambatnya usus untuk mencerna mencerna karbohidrat
kompleks, jumlah moderat serat dalam jagung manis akan mengatur peningkatan bertahap
tingkat gula darah. Namun, jagung, seperti halnya dengan nasi, kentang, dll, adalah salah satu

135 |

makanan tinggi glikemik, sehingga tidak cocok sebagai bahan makanan utama pada
pasien diabetes.
328.
329.

Mengandung senyawa kimiawi penting


Warna Kuning pada jagung manis adalah pigmen fenolik flavonoid tinggi,

bermanfaat sebagai antioksidan seperti beta-karoten, lutein, xanthins dan pigmen cryptoxanthin
dengan vitamin A. 100 g biji jagung manis segar menyediakan 187 IU atau 6% dari kebutuhan
vitamin-A harian. Secara keseluruhan, senyawa ini diperlukan untuk menjaga kesehatan
membran lendir, kulit dan penglihatan. Konsumsi makanan alami yang kaya akan flavonoid akan
membantu melindungi dari kanker paru dan kanker rongga mulut.
330.
331.

Sumber antioksidan yang baik


Jagung merupakan sumber yang baik antioksidan fenolik flavonoid dan asam

ferulat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa asam ferulat


berperan penting untuk mencegah kanker, penuaan, dan peradangan
pada manusia.
332.
333.
334.
335.

Mengandung vitamin B Kompleks


Jagung manis juga mengandung beberapa nutrisi penting dari kelompok vitamin

B-kompleks, seperti thiamin, niacin, asam pantotenat, folat, riboflavin, dan piridoksin. Vitaminvitamin ini berfungsi sebagai kofaktor untuk enzim sselama metabolisme substrat.
336.
337.

Kaya mineral penting


Jagung manis mengandung jumlah yang sehat beberapa mineral penting seperti

seng, magnesium, tembaga, besi, dan mangan.


338.
339.
340.
136 |

Daftar nutrisi jagung manis secara terperinci


Jagung manis Mentah, Nilai gizi per 100 g. (Sumber: USDA )
Energi

86

Kcal

4%

341.

Elektrolit

Karbohidrat

18.70

Protein

3.27

Total

Lemak

Kolesterol
Diet

14%
6%

1,35

mg

Serat

2.0

7%
0%

5%

Vitamin
Folat

42

Niacin

1.770

Asam

mg

10,5%

mg

pantotenat

11%

0.717

mg

14%

Pyridoxine

0,093

mg

7%

Riboflavin

0,055

mg

4%

Thiamin

0,155

mg

Vitamin

187

Vitamin

6,8

mg

11%

Vitamin

0,07

mg

<1%

Vitamin K 0,3 mg 2%
342.

IU

13%
6%

Sodium

15

mg

1%

Kalium

270

mg

6%

Mineral
Kalsium

Tembaga

0,054

Besi

mg

0,52

Magnesium

<1%

mg

6%

mg

6,5%

37

mg

9%

Mangan

0,163

mg

7%

Selenium

0,6

mg

1%

Zinc

0.46

mg

4%

Phyto-nutrisi
Karoten-

ug

47

Karoten-

16

ug

Cryptoxanthin-

115

mg

Lutein-zeaxanthin 644 mg -

343.
344.
345.
346.

Pemuliaan mutasi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan keragaman

genetik plasma nutfah sebagai sumber untuk memperoleh varietas unggul. Bahan mutagen
digolongkan ke dalam dua jenis yaitu mutagen kimia dan mutagen fisik (Human, 2011). Sinar
gamma merupakan mutagen fisik yang paling banyak digunakan dalam program pemuliaan
tanaman karena sinar gamma merupakan sinar kuat yang dipancarkan dari isotop radioaktif dan
memiliki panjang gelombang yang lebih pendek dari sinar X yang penting untuk menginduksi
perubahan genetik (Crowder, 2006). Selain itu, sinar gamma memiliki energi dan daya penetrasi
yang relatif tinggi ke dalam jaringan tanaman sehingga peluang terjadinya mutasi cukup besar
(Sastrosumarjo dkk., 2006). Secara global sinar gamma telah terbukti paling efektif dan efisien
dalam menghasilkan varietas mutan unggul berbagai jenis tanaman.
137 |

347.

Dosis iradiasi berbeda untuk setiap tanaman. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Anggia dkk. (2010) menunjukkan bahwa kisaran LD50 untuk iradiasi pada benih jagung
cukup lebar yaitu antara 220-615 Gy iradiasi sinar gamma dan terlihat bahwa secara
genetik tingkat radiosensivitas antar galur tersebut berbeda-beda. Mutan jagung pertama
yaitu pada tahun 1967, dengan menggunakan perlakuan iradiasi sinar gamma pada biji,
meningkatkan daya hasil, kadar protein, kualitas biji, genjah, tahan terhadap patogen
(Soedjono, 2003). Varietas mutan unggul yang telah dihasilkan dengan teknik iradiasi
sinar gamma diantaranya adalah tanaman padi yang memiliki keunggulan produktivitas,
umur yang lebih genjah, dan ketahanan terhadap kekeringan sesaat. Selain pada tanaman
padi, uji coba dan pelepasan varietas unggul juga telah dilakukan pada kapas, sorgum,
kedelai dan kacang hijau (Sudrajat dan Zanzibar, 2009).
348.

Laboratorium Pemuliaan Tanaman Unpad telah memiliki dua puluh tiga jagung

manis SR yang potensial dan memiliki daya hasil tinggi serta tahan terhadap penyakit bulai yang
telah dilakukan uji multilokasi di tiga lokasi di Jawa Barat (Putra dkk, 2008). Galur jagung manis
SR merupakan hasil seleksi dari persilangan jagung manis komersial.
349.
350.
351.
352.
353.
354.
355.
356.

357.
HASIL
PENGAMATAN
358.
359.
360.
361.

138 |

362.
363.
364.
365.
366.
367.
368.
369.
370.
371.
372.
373.
374.
375.
376.
377.
378.
379.
380.
381.
382.
383.
384.
385.

M5SR 17.6.7386.
387.
388.
389.
390.
391.
139 |

M5SR 17.4.6

392.
393.
394.
395.
396.
397.
398.
399.
400.

M5SR 17.6.7
140 |

401.
402.
403.
404.
405.
406.
407.
408.
409.
410.
411.
412.
413.
414.
415.
416.
417.
418.

MSR.17.2.3

419.
420.
421.
422.
423.
424.
425.
426.
427.
428.

M5SR 17.2.3
141 |

429.
430.

LAMPIRAN
431.
432.
433.
434. 435.

436.

Zea mays L.

dan Author(s)
437. 438.
Nama

439.

Jagung

2
Umum
440. 441.
Nama/N

442.

M5SR 17.6.7

Nama

Genus, Spesies

3
omor Aksesi
443. 444.
Nama
4

Silsilah

j Nama pertama:M5SR 17.6.7


kNama kedua : M5SR 17.6.7 UNPAD
l Nama ketiga : M5SR 17.6.7 JTN
447.
Hasil 1x mutasi dari varietas DR 17 dengan

atau asal Usul

menggunakan sinar gamma 200 Gy kemudian di

varietas

445. 446.
5

448. 449.
6

142 |

Metode

Pemuliaan

selfing sebanyak 5x.


p proses perakitan varietas terdiri dari: mutasi dan
persilangan sendiri
q sistem perbanyakan dari spesies terdiri dari: menyerbuk
silang
rmetode seleksi yang digunakan dalam perakitan varietas
ini: pedigree
sMetode yang digunakan adalah selfing dari DR 17
t Skema pemuliaan :

450.
451. 452.
7

Waktu

dan

tempat

dilaksanakanny
a

453.

Waktu : 2014

454.

empat

Puri

Indah,

Desa

Kecamatan Jatinangor, Sumedang

kegiatan

pemuliaan
455. 456.
Nama

457.

Nama pemulia

pemulia,

458.

Kewarganegaraan : Indonesia

kewarganegara

459.

Alamat

an, dan alamat


460. 461.
Penyusu
9

Cikeruh,

deskripsi

: Dedi Ruswandi

: Puri Indah, Jatinangor B 7

No. 15, Sumedang


462.
Leli Azizah S. B, Sabriza P, dan Edyson
Sembiring

varietas (Nama
dan
Lembaga/Instit
463.
10
466.
11
143 |

usi)
464.

Nama

Pemilik
Varietas
467.
Informa
si kepemilikan

465.

Maize Development Group, Lab. Pemuliaan

Tan., UNPAD
468.

Lampiran surat penugasan pemulia

469.

varietas
470.
Pendaft

471.

Dedi Ruswandi

12
472.

ar
473.

474.

Tipe tumbuh : Tegak

475.

Kebiasaan tumbuh : Perdu

476.

Tipe lingkungan tumbuh : Lahan darat

477.

Tinggi tanaman: 194 cm

478.

Percabangan: Tidak bercabang

479.

Kerapatan kanopi : sedang

480.

Kerebahan: Tahan rebah

481.
484.

Umur tanaman : 83 hst


Bentuk batang: Silinder

485.

Warna batang: Hijau

486.

Diameter batang : 9,5 cm

487.

Panjang batang : 162 cm

488.
491.

Jumlah ruas buku : 9 buah


Panjang daun : 93 cm

492.

Lebar daun : 10,5 cm

493.

Lingkar daun : 19 cm

494.

Bentuk daun: Sejajar

495.

Warna daun: Hijau

496.

Jumlah daun per tanaman: 10

497.
500.

Warna antosianin : hijau


Tipe malai: primer - sekunder

501.

Ukuran bunga jantan : 20 cm

502.

Panjang tangkai bunga : 35cm

503.

Warna mahkota : putih

504.

Kerapatan bulir malai : 5 (sedang)

505.

Jumlah bunga pertanaman : bunga betina

482.

Tanama

483.

Batang

489.

490.

Daun

498.
4

499.

Bunga

2, bunga jantan 1
506.
144 |

Warna kelopak : hijau

507.
510.

Warna putik : hijau


Bentuk buah :mutiara

511.

Ukuran buah :29 cm

513.

514.

Biji

512.
515.

Warna buah muda : hijau


Warna biji :kuning

6
516.

517.

Sifat-

518.

508.

509.

Buah

sifat khusus
519.
520.
521.
522.
523.
524.
525.
526.
527.
528.
529.
530.
531.
532.
533.
534.
535.
536.
537.
538.
539.
540.
541.

145 |

1.
1
4.

2. Nama

Genus,

Spesies

dan

Author(s)
5. Nama Umum
8. Nama/Nomor

3
10.

Aksesi
11. Nama varietas

15.
6

6. Jagung
9. M5SR 17.4.6

543.

aNama pertama: M5SR 17.4.6


b Nama kedua : M5SR 17.4.6 UNPAD
cNama ketiga : M5SR 17.4.6 JTN
atau
14. Hasil 1x mutasi dari varietas DR 17 dengan

LAMPIRAN
542.

2
7.

12.

3. Zea, Zea mays L.

13. Silsilah
asal Usul
16. Metode
Pemuliaan

544.
545.
546.
547.

menggunakan sinar gamma 200 Gy kemudian di

548.

selfing sebanyak 5x.


aproses perakitan varietas terdiri dari: mutasi dan
persilangan sendiri
b sistem perbanyakan dari spesies terdiri dari: menyerbuk
silang
cmetode seleksi yang digunakan dalam perakitan varietas
ini: pedigree
d Metode yang digunakan adalah selfing dari DR 17
eSkema pemuliaan :

549.
550.
551.
552.
553.
554.
555.
556.
557.
558.
559.
560.
561.
562.
563.
564.

18.
7

19. Waktu

dan

tempat

566.

21. Tempat : Puri Indah, Desa Cikeruh, Kecamatan

dilaksanakanny
a

565.

17.
20. Waktu : 2014
Jatinangor, Sumedang

kegiatan

22.

pemuliaan
23. Nama pemulia,

8 |
146

kewarganegara

25. Kewarganegaraan : Indonesia

an, dan alamat

26. Alamat

27.
9

28. Penyusun
deskripsi

24. Nama pemulia

: Dedi Ruswandi

: Puri Indah, Jatinangor B 7 No. 15,

Sumedang
29. Leli Azizah S. B, Sabriza P, dan Edyson Sembiring

567.

568.

LAMPIRAN

569.
570.
571.
572.
573. 574.
1

Tana

man

575.

Tipe tumbuh : Tegak

576.

Kebiasaan tumbuh : Perdu

577.

Tipe lingkungan tumbuh : Lahan

darat

583. 584.
2

Batan

590. 591.

Daun

598. 599.
4

147 |

Bung

578.

Tinggi tanaman: 175 cm

579.

Percabangan: Tidak bercabang

580.

Kerapatan kanopi : sedang

581.

Kerebahan: Tahan rebah

582.
585.

Umur tanaman : 83 hst


Bentuk batang: Silinder

586.

Warna batang: Hijau

587.

Diameter batang : 7 cm

588.

Panjang batang : 155 cm

589.
592.

Jumlah ruas buku : 9 buah


Panjang daun : 68 cm

593.

Lebar daun : 9,5 cm

594.

Bentuk daun: Sejajar

595.

Warna daun: Hijau

596.

Jumlah daun per tanaman: 10

597.
600.

Warna antosianin : hijau


Tipe malai: primer - sekunder

601.

Ukuran bunga jantan : 24 cm

602.

Panjang tangkai bunga : 33 cm

603.

Warna mahkota : putih

604.

Kerapatan Bulir malai :5 (sedang)

605.

Jumlah bunga pertanaman : bunga

betina 2, bunga jantan 1

608. 609.

Buah

606.

Warna kelopak : hijau

607.
610.

Warna putik : hijau


Bentuk buah : mutiara

611.

Ukuran buah :28 cm

613. 614.

Biji

612.
615.

Warna buah muda : hijau


Warna biji : kuning

6
616. 617.

Sifat-

618.

sifat khusus
619.
620.
621.
622.
623.
624.
625.
626.
627.
628.
629.
630.
631.
632.
633.
634.
635.
636.
637.
638.
639.

148 |

640.
641.
642.
643.
644.
645.
646.

149 |

LAMPIRAN

150 |

39.
1
42.

40. Nama

Genus,

Spesies

dan

Author(s)
43. Nama Umum
46. Nama/Nomor

3
48.

Aksesi
49. Nama varietas

53.
6

47. M5SR 17.2.3

647.

d Nama pertama: M5SR 17.2.3


eNama kedua : M5SR 17.2.3 UNPAD
f Nama ketiga : M5SR JTN
atau
52. Hasil 1x mutasi dari varietas DR 17 dengan

44. Jagung
647.

2
45.

50.

41. Zea, Zea mays L.

51. Silsilah
asal Usul
54. Metode
Pemuliaan

647.
647.
647.
647.

menggunakan sinar gamma 200 Gy kemudian di

647.

selfing sebanyak 5x.


f proses perakitan varietas terdiri dari: mutasi dan
persilangan sendiri
g sistem perbanyakan dari spesies terdiri dari: menyerbuk
silang
h metode seleksi yang digunakan dalam perakitan
varietas ini: pedigree
i Metode yang digunakan adalah selfing dari DR 17
j Skema pemuliaan:

647.
647.
647.
647.
647.
647.
647.
647.
647.
647.
647.
647.
647.
647.
647.
647.

56.
7

57. Waktu

dan

tempat

647.
647.

pemuliaan
61. Nama pemulia,

647.

kewarganegara
151
|
an, dan alamat

65.

Jatinangor, Sumedang

647.

kegiatan

647.

59. Tempat : Puri Indah, Desa Cikeruh, Kecamatan

dilaksanakanny

60.

647.

55.
58. Waktu : 2014

66. Penyusun
deskripsi

62. Nama pemulia

: Dedi Ruswandi

63. Kewarganegaraan : Indonesia


64. Alamat

: Puri Indah, Jatinangor B 7 No. 15,

Sumedang
67. Leli Azizah S. B, Sabriza P, dan Edyson Sembiring

647.

647.
648.
649.
650.
651.
652.
653.
654.
655.
656.
657.
658.
659.
660.
661.
662.
663.
664.
665.
666.
667.
668.
669.
670.
671.
672.
673.
674.
675.
676.
152 |

677.
77.

78. Tanaman

79. Tipe tumbuh : Tegak


80. Kebiasaan tumbuh : Perdu

678.
LAMPIRAN

81. Tipe lingkungan tumbuh : Lahan darat

680.

82. Tinggi tanaman: 196 cm

681.

83. Percabangan: Tidak bercabang

682.

84. Kerapatan kanopi : sedang

87.

88. Batang

684.

86. Umur tanaman : 83 hst


89. Bentuk batang: Silinder

685.

90. Warna batang: Hijau


92. Panjang batang : 169 cm
93. Jumlah ruas buku : 10 buah
96. Panjang daun : 89 cm

95. Daun

97. Lebar daun : 8 cm


98. Lingkar daun : 15,5 cm
99. Bentuk daun: Sejajar

103. 104.
4

Bung

Buah

153 |

688.
689.
690.
691.
692.
693.
694.

101.

Jumlah daun per tanaman: 10

102.
105.

Warna antosianin : hijau


Tipe malai: primer - sekunder

106.

Ukuran bunga jantan : 26 cm

698.

107.

Panjang tangkai bunga : 31,5 cm

699.

108.

Warna mahkota : putih

700.

109.

Kerapatan Bulir malai :5 (sedang)

701.

110.

Jumlah bunga pertanaman : bunga

702.

695.
696.
697.

703.

111.

Warna kelopak : hijau

704.

112.
115.

Warna putik : hijau


Bentuk buah : mutiara

705.

116.

Ukuran buah :26 cm


Warna buah muda : hijau
Warna biji : kuning
-

118. 119.

Biji

6
121. 122.

Sifat-

123.

sifat khusus

687.

Warna daun: Hijau

117.
120.

686.

100.

betina 2, bunga jantan 1

113. 114.

683.

85. Kerebahan: Tahan rebah

91. Diameter batang : 7,9 cm

94.

679.

706.

707.
708.
709.
710.
711.
712.
713.
714.

PENUTUP

715.
716.
717.
718.

Upaya

peningkatan kulitas maupun kuantitas tanaman jagung terus dilakukan seiring dengan
bertambahnya permintaan jagung serta belum terpenuhinya kebutuhan jagung nasional.
Varietas-varietas unggul baru masih perlu ditingkatkan didukung dengan program
pemuliaan yang sesuai dalam perakitan varietas unggul baru.
719.
720.
721.
722.
723.
724.
725.
726.
727.
728.
729.
730.
731.
732.
154 |

733.
734.
735.
736.
737.
738.
739.
740.
741.
742.
743.
744.
745.
746.
747.

748.
NCIS
749.
750.
155 |

BU

751.
752.
753.
754.
755.
756.
757.
758.
759.
760.
761.
762.
763.
764.
765.
766.
767.
768.
769.
770.
771.
772.

LATAR BELAKANG

773.
774.
775.
776.
777.
778.
779.
156 |

780.

Masyarakat atau petani pada umumnya melakukan budidaya secara intensif

karena pada keadaan ini petani umumnya mempunyai luasan lahan yang terbatas. Usaha
budidaya pertaniannya dilakukan dalam usaha pemenuhan kebutuhan keluarganya. Dengan latar
belakang pendidikan petani yang terbatas sedangkan ia harus bertanggung jawab dalam
pemenuhan kebutuhan pangan keluarganya, maka pola tanam dalam budidaya ini relative lamban
perkembangannya. Petani mengubah system sedikit demi sedikit dengan perhitungan resiko yang
sekecil mungkin. Keinginan mengikuti perkembangan pertanian dalam upaya meningkatkan
hasil tetap terpikirkan tetapi upaya untuk pemenuhan kebutuhan pangan keluarganya adalah hal
yang utama.
781.

Tumpangsari (intercropping) merupakan pola yang dapat meningkatkan

macam dan jumlah produksi persatuan luas persatuan waktu, dapat mengurangi resiko
kegagalan panen, meningkatkan produktivitas penggunaan tanah, waktu dan sumberdaya
yang tersedia selama satu musim tanam, menghasilkan total out put dalam arti nilai
ekonomis yang tinggi.
782.

Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman

pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan
tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis tanaman
yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga pada beberapa jenis
tanaman yang umurnya berbeda-beda.
783.

Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik perlu diperhatikan

beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh di antaranya ketersediaan air, kesuburan
tanah, sinar matahari dan hama penyakit.
784.

Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsari dan saat penanaman sebaiknya

disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan. Hal ini dimaksudkan agar
diperoleh pertumbuhan dan produksi secara optimal.
785.

Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal ini dimaksudkan untuk menghindari

persiangan (penyerapan hara dan air) pada satu petak lahan antar tanaman. Pada pola tanam
tumpangsari sebaiknya dipilih dan dikombinasikan antara tanaman yang mempunyai perakaran
relatif dalam dan tanaman yang mempunyai perakaran relatif dangkal.
786.
157 |

787.
788.
789.
790.

Sebaran sinar matahari penting, hal ini bertujuan untuk menghindari persiangan

antar tanaman yang ditumpangsarikan dalam hal mendapatkan sinar matahari, perlu diperhatikan
tinggi dan luas antar tajuk tanaman yang ditumpangsarikan. Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman
yang ditumpangsarikan akan berpengaruh terhadap penerimaan cahaya matahari, lebih lanjut
akan mempengaruhi hasil sintesa (glukosa) dan muara terakhir akan berpengaruh terhadap hasil
secara keseluruhan.
791.

Antisipasi adanya hama penyakit tidak lain adalah untuk mengurangi resiko

serangan hama maupun penyakit pada pola tanam tumpangsari. Sebaiknya ditanam tanamtanaman yang mempunyai hama maupun penyakit berbeda, atau tidak menjadi inang dari hama
maupun penyakit tanaman lain yang ditumpangsarikan.
792.

Sistem tanam tumpangsari mempunyai banyak keuntungan yang tidak dimiliki

pada pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola tumpangsari antara lain: 1) akan
terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan

lahan maupun penyerapan sinar

matahari), 2) populasi tanaman dapat diatur sesuai yang dikehendaki, 3) dalam satu areal
diperoleh produksi lebih dari satu komoditas, 4) tetap mempunyai peluang mendapatkan hasil
manakala satu jenis
793.

tanaman yang diusahakan gagal dan 5) kombinasi beberapa jenis tanaman dapat

menciptakan beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas biologis sehingga


dapat menekan serangan hama dan penyakit serta mempertahankan kelestarian sumber
daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah. Manfaat buncis yaitu peningkatan produksi
buncis mempunyai arti penting dalam menunjang peningkatan gizi masyarakat, sekaligus
berdaya guna bagi usaha mempertahankan kesuburan dan produktivitas tanah. Kacang
buncis merupakan salah satu sumber protein nabati yang murah dan mudah
dikembangkan. Kacan gjogo/kacang merah yang dikonsumsi bijinya, mengandung
protein 21-27%, sehingga menu makanan yang terdiri atas campuran nasi dan kacang
jogo (90%+10%) merupakan komposisi makanan yang mencukupi karbohidrat dan
protein tubuh.
158 |

794.
795.
796.
797.
798.
799.
800.
801.
802.
803.
804.
805.
806.
807.
808.
809.
810.
811.
812.
813.
814.
815.
816.
817.
818.
819.
820.
821.
822.
823.
159 |

824.
825.
826.

HASIL
PENGAMATAN
827.
828.
829.
830.

DESKRIPSI BUNCIS VARIETAS

831.

ACM 04

832.
833.

Asal : lokal/ UD. Agro Citra Mandiri Blitar

834.

Silsilah : seleksi galur BC 04

835.

Golongan varietas : bersari bebas

836.

Bentuk penampang batang : bulat

837.

Diameter batang : 5,7 7,8 mm

838.

Warna batang : hijau

839.

Warna daun : hijau tua

840.

Bentuk daun : bangun belah ketupat

841.

Ukuran daun : panjang 6,4 8,1 cm, lebar 5,9 6,8 cm

842.

Bentuk bunga : seperti kupu-kupu

843.

Warna kelopak bunga : hijau

844.

Warna mahkota bunga : putih

845.

Warna kepala putik : hijau muda keputihan

846.

Warna benangsari : kuning muda

847.

Umur mulai berbunga : 30 32 hari setelah tanam

848.

Umur mulai panen : 39 41 hari setelah tanam

849.

Bentuk polong : lurus panjang agak silindris

850.

Ukuran polong : panjang 16,30 16,92 cm, diameter 0,97 0,99 cm

851.

Warna polong muda : hijau muda keputihan

160 |

852.

Warna polong tua : kuning muda

853.

Tekstur polong muda : halus tidak berserat

854.

Rasa polong muda : agak manis tidak langu

855.

Bentuk biji : bangun ginjal

856.

Warna biji : kuning agak coklat muda (pink)

857.

Jumlah biji per polong : 5 8 biji

858.

Berat 1.000 biji : 145,67 146,90 g

859.

Bentuk hilum : elips

860.

Berat per polong : 7,62 8,47 g

861.

Jumlah polong per tanaman : 58 67 polong

862.

Berat polong per tanaman : 488 584 g

863.

Daya simpan polong pada suhu kamar : 3 4 hari setelah panen

864.

Hasil polong per hektar : 27,26 28,11 ton

865.

Populasi per hektar : 29.000 30.000 tanaman

866.

Kebutuhan benih per hektar : 18 20 kg

867.

Penciri utama : warna biji kuning agak coklat muda (pink)

868.

Keunggulan varietas : produksi tinggi, umur genjah

869.

Wilayah adaptasi : beradaptasi dengan baik di dataran rendah dengan

870.

ketinggian 160 240 m dpl

871.

Pemohon : UD. Agro Citra Mandiri Blitar

872.

Pemulia : Saipul Muarib

873.

Peneliti : Wiwik Hendriyanto, Iswidodo

874.
875.
876.
877.
878.
879.
880.
881.
161 |

882.
883.
884.
885.
886.
887.
888.
889.
890.
891.

Pengamatan Buncis

892.

Layout Lapangan baris 17 dan 18

893.
894.
895.
896.
897.
898.
899.
900.
901.
902.
903.
904.
905.
906.
907.
908.
909.
910.
911.
162 |

Baris 17

Baris 18

912.
913.
914.
915.
916.
917.
918.
919.
920.
921.
922.
923.
924.

HASIL
PENGAMATAN
925.
926.
927.
928.
929.

Keterangan: Keseluruhan tanaman : 20 tanaman buncis

930.

Setiap angka mewakili 2 tanaman

931.

Tanaman yang tidak diamati : 5 tanaman

932.
933.

Hasil panen

934.

Table 5. Data pengamatan hasil panen buncis pada tanggal 13 dan

21 Mei 2014
935.

936.

Tanggal

terseleksi
939.

panen
163 |

Polong
940.

937.
ong tidak terseleksi
941.
942.

Pol

943.
13

Mei

2014
948.
21

Mei

2014
953.
Total
958.

Banyak

Bobot

Banyak polong

Bobot (gram)

944.

945.

946.

947.

121

260

52

77

949.

950.

951.

952.

70

148

31

47

954.

955.

956.

957.

191

408

83

124

polong

(gram)

959.

Table 6. Data kriteria biji buncis yang telah dipanen

960.

Biji terseleksi

961.

Biji

tidak

962.

963.

terseleksi
964.

Bobot keseluruhan
966.

Bobot 100 biji


967.

Bobot keseluruhan
968.

Bobot 100 biji


969.

469,54 gram
970.

20,67 gram

60 gram

20 gram

971.

Rata-rata biji per polong = 7-8 biji

972.

Rata-rata bobot/polong = 2 gram

973.

Rata-rata bobot/biji = 0,21 gram

974.

164 |

965.

975.
976.

PENUTUP

977.
978.
979.
980.

Indonesia

merupakan negara yang kaya akan plasma nutfah. Salah satu plasma nutfah yang ada
yaitu komoditas hortikultura. Buncis merupakan salah satu komoditas hortikultura yang
perlu dikembangkan dan perlu dikaji lebih jauh agar mampu menghasilkan varietas yang
unggul dan mampu memenuhi kebutuhan pasar.
981.
982.
983.
984.
985.
986.
987.
988.
989.
990.
991.
992.
993.
994.
995.
996.
997.
998.
999.
165 |

1000.
1001.
1002.
1003.
1004.

166 |

1005.
1006.
1007.

Pengertian Logo :
Logo ini artinya benih unggul padjadjaran dapat dipercaya

serta optimis untuk lingkungan dan kehidupan Indonesia bahkan bumi sekali pun
167 |

untuk menjadi yang lebih baik dan menciptakan produktivitas yang terbaik dalam
hal ini produktivitas tanaman pangan serta hortikultura.

168 |

Anda mungkin juga menyukai