Klasifikasi Virus DNA

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

KLASIFIKASI VIRUS

DNA
KELOMPOK 11
PUJI RAHMANIA
(12340031)
PUTRI AMALIA
(12340032)
RENI KURNIA
PUTRI

POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
T.A 2014/2015
KLASIFIKASI VIRUS DNA
1

Surfei Virus yang Mengandung DNA


A. Parvovirus
Virus yang sangat kecil dengan
ukuran partikel sekitar 20 nm. Virus
ini mengandung DNA untai-tunggal
dan

mempunyai

simetri

kubik,

dengan 32 kapsomer. Parvovirus


tidak mempunyai selubung. Replikasi hanya terjadi pada sel
yang aktif membelah; perakitan
kapsid terjadi didalam inti sel yang
terinfeksi. Banyak parvovirus bereplikasi secara otonom,
satelit

yang

berikatan

dengan

adenovirus

bersifat

tetapi virus
cacat,

yaitu

membutuhkan adanya adenovirus atau herpesvirus sebagai pembantu.


Beberapa infeksi parvovirus terjadi pada manusia.
B. Papovavirus
Virus berukuran kecil (45-55 nm),
tahan panas. Virus bersifat resisten terhadap
eter, mengandung DNA lingkar untai-ganda
dan mempunyai simetri kubik dengan 72 kapsomer.
Papovavirus manusia yang dikenal adalah virus papiloma (kutil)
dan viru yang diisolasi dari jaringan otak penderita
leukoensefalopati

multifokal

progresif (Virus JC) atau dari urin penerima cangkok ginjal


yang berfungsi imunnya tertekan (Virus BK). Pada hewan, terdapat
papiloma, polioma, dan virus yang bervakuola. Virus-virus ini mempunyai
siklus pertumbuhan yang lambat, merangsang sintesis DNA sel, dan
bereplikasi di dalam inti. Papovavirus menimbulkan infeksi laten dan
kronis pada inang alaminya, dan semua dapat menginduksi tumor pada
beberapa spasies hewan.
C. Adenovirus

Virus berukuran menengah (70-90 nm) yang


mengandung DNA untai-ganda dan
mempunyai simetri kubik dengan 252
kapsomer. Virus ini tidak mempunyai
selubung. Sekurang-kurangnya ada 41 jenis yang
menginfeksi manusia, terutama pada
selaput lendir, dan beberapa jenis dapat
menetap pada jaringan limfoid. Beberapa adenovirus menyebabkan
penyakit pernapasan akut, faringitis, konjungtivitis, dan gastroenteritis.
Beberapa adenovirus manusia dapat menginduksi tumor pada bayi hamster
yang baru lahir. Ada banyak serotipe yang menginfeksi hewan.
D. Herpesvirus
Virus berukuran menengah yang mengandung
DNA

untai-ganda.

Nukleokapsid-nya

berdiameter 100 nm, mempunyai simetri


kubik

dan

162

kapsomer.

Nuklekapsid

dikelilingi oleh selubung yang mengandung


lemak

(berdiameter 150-200 nm). Infeksi laten dapat


berlangsung selama masa hidup inang,
biasanya dalam sel ganglia atau limfoblastoid.

Herpesvirus manusia antara lain herpes simpleks jenis 1 dan 2 (lesi oral
dan genital), virus varisela-zoster (herpes zoster dan cacar air),
sitomegalovirus, dan virus Epstein-Barr (mononukleosis infeksiosa dan
berkaitan dengan neoplasma pada manusia), dan herpesvirus 6 dan 7
(limfotropik T). Herpesvirus lain terdapat pada banyak hewan.

E. Poxvirus
Virus besar yang berbentuk bata atau ovoid (230 x 400 nm) yang
mengandung DNA untai-ganda, dengan selubung yang mengandung
lemak. Poxvirus mengandung beberapa enzim dalam virionnya, termasuk

polimerasi RNA yang bergantung DNA


(DNA-dependent
polymerase),

RNA
dan

seluruhnya

bereplikasi di dalam sitoplasma sel.


Semua

poxvirus

cenderungmenyababkan

lesi

kulit.

Sebagian bersifat patogen bagi manusia


(cacar, vaksinia, moluskum kontagiosum); lainnya yang patogen bagi
hewan juga dapat menginfeksi manusia, misalnya cacar sapi, cacar
monyet.
F. Hepadnavirus
Virus kecil (42 nm) yang mengandung molekul-molekul DNA lingkar
yang sebagian

beruntai

ganda.

mengandung
untuk

Virion

juga

polimerase

DNA

menjadikan molekul-molekul tersebut


sepenuhnya

beruntai-ganda.

Virus

mengandung inti nukleokapsid dan


selubung

yang

mengandung lemak. Komponen permukaannya

secara khusus dihasilkan secara berlebihan selama replikasi virus, yang


terjadi didalam hati. Hepadnavirus menyebabkan hepatitis akut dan kronis;
infeksi yang menetap meningkatkan resiko terjadinya kanker hati.
Diketahui ada tiga jenis virus yang menginfeksi mamalia (manusia,
woodchucks, dan bajing tanah) dan satu jenis yang menginfeksi itik.

PARVOVIRUS
STRUKTUR DAN KOMPOSISI

Partikel tak berselubung,


ikosahedral, berdiameter
18-26

nm.

mengandung

Virion
dua

selubung

protein

yang

disandi

oleh

suatu

rangkaian

DNA lazim.

Protein VPI minor (83


kDa) identik dalam urutan
protein VP2 mayor (58 kDa) kecuali bahwa VP1 mengandung tambahan 227
residu. Genom merupakan DNA untai tunggal 5,6 kb yang linear. Suatu virus
otonom, H1, mengandung 5176 basa, sementara suatu parvovirus cacat , AAV2,

mengandung

4675

basa.

Parvovirus

otonom

biasanya

hanya

mengenkapsidasi (melingkungi nukleokapsid virus dalam selubung protein)


untaian DNA pelengkap terhadap mRNA virus; virus cacat cenderung
mengenkapsidasi untaian DNA dari kedua polaritas menjadi virion yang
terpisah dengan frekuensi yang sama.
KLASIFIKASI
Genus Parvovirus mempu untuk bereplikasi secara
otonom dalam sel yang membelah diri dengan cepat.
Parvovirus manusia B19 termasuk dalam genus ini,
demikian juga virus panlekopenia felinum dan
parvovirus kaninum, keduanya merupakan patogen
serius dari penyakit hewan. Genus Dependovirus
memiliki anggota yang cacat dan bergantung pada
virus penolong (biasanya adenovirus) untuk replikasi.
Virus berhubungan adeno manusia tidak dikaitkan
dengan suatu penyakit.

PAPOVAVIRUS
SIFAT UMUM

Kapsid

papovaviride

yang

tersusun dalam kubus simetris


tidak mempunyai selubung.
Virion berukuran garis tengah
antara

45-55

nm.

Virus

memperbanyak diri dalam inti


sel yang terinfeksi. Famili ini
memiliki dua generasi yaitu
virus papillo dan virus polyoma. DNA virus yang diekstraksi dari virus-virus
papiloma dan polyoma mempunyai daya infektif dan juga mempunyai
kemampuan untuk merangsang terjadinya tumor.

INFEKSI PAPOVIRUS
A. VIRUS POLYOMA
Virus

polyoma
tersebar diantara hewan tikus akibat pencemaran dengan tinja dan urin.
Virus ini menimbulkan transformasi pada primary hamster embryo cells,
baby hamster kipney cells (BHK 21) dan 3T3 cells yang berasal dari tikus.
Meskipun demikian virus ini tidak pernah didapatkan dari sel-sel yang
mengalami transformasi dengan imunofluorescent antibody technique
selalu akan dapat diketahui adanya tumor antigen (T antigen) dalam inti
dan transplantation antigen yang terdapat dalam selaput sitoplasma. Virus
polyoma akan mengaglutinasi sel darah merah marmot dan spesies lainnya
pada suhu 40 C dengan pengikatan reseptor yang peka pada
neuraminidase.
6

B. SIMIAN VACUOLATING VIRUS (VIRUS SV 40)


Virus SV 40 yang didapatkan dari hasil biakan pada kultur sel ginjal kera
resus

dan

kera

cynomolbus

ini

menimbulkan
perubahan

patologik

pada sel-sel tersebut.


Tetapi pada sel ginjal
kera hijau Afrika, virus
ini menimbulkan CPE (cythopatic effect), dengan membentuk vakuol
terutama dieskitar selaput inti. Virus SV 40 ini memiliki kemampuan untuk
merangsang terjadinya tumor pada bayi hamster dan juga mengadakan
trasformasi sel-sel yang berasal dari manusia, hamster dan kera.
Kelompok virus polyoma kadang-kadang didapatkan pada
penderita yang mengalami transplantasi ginjal atau dari sel glia janin
manusia. Meskipun virus polyoma ini tersebar luas pada populasi manusia,
tetapi kemampuan untuk menimbvulkan penyakit pada manusia belum
jelas benar.

C. VIRUS PAPILLOMA
Dalam kelompok virus papilloma ini termasuk rabbit papilloma virus,
human virus, human warts
virus

dan virus papillomatosis pada sapi,


anjing,

kuda,

dan

hamster.

Rabbit

papilloma virus dapat diserap oleh sel


darah merah tetapi tidak menimbulkan
aglutinasi terhadapnya. Human
warts virus dihubungkan dengan
terjadinya
laringeal pada manusia.

papillomata

genital

dan

ADENOVIRUS
STRUKTUR DAN KOMPOSISI
Adenovirus berdiameter 70-90 nm dan
memperlihatkan
Kapsid

terdiri

simetri
atas

252

ikosahedral.
kapsomer.

Adenovirus tidak mempunyai selubung


dan mengandung 13% DNA dan 87%
protein.

Diperkirakan

partikel

mempunyai berat molekul 175 x 10. Di


antara virus-virus ikosahedral, adenovirus
bersifat unik karena memiliki struktur
yang disebut serabut, yang mencuat
dari ke 12 puncak, atau dasar pentona . Kapsid lainnya terdiri atas 240 kapsomer
heksona. Heksona, pentona, dan serabut merupakan antigen-antigen adenovirus
yang penting dalam klasifikasi virus dan diagnosis penyakit.
Adenovirus mempunyai DNA (BM 20-30 x 10) linear dan beruntai ganda.
Kandungan guanin plus sitosin terendah (48-49%) terdapat pada adenovirus
kelompok A (tipe 12, 18, dan 31), yaitu tipe yang bersifat onkogen kuat, dan pada
tipe lain dapat berkisar sampai 61%. Kandungan ini digunakan sebagai salah satu
kriteria dalam pengelompokan isolat yang berasal dari manusia. DNA virus
mengandung suatu protein yang di sandi oleh virus, yang terikat secara kovalen
pada masing-masing ujung 5 dari genom linear. DNA dapat di isolasi dalam
bentuk yang infeksius. Infektivitas relatif DNA tersebut dapat berkurang paling
sedikit 100 kali apabila protein terminal dihilangkan dengan proteolitis.
Keseluruhan urutan DNA dari genom adenovirus tipe 2 (=35.000 pasangan basa)
telah diketahui.
Karakterisasi molekuler DNA virus dari 41 serotipe adenovirus manusia
menunjukkan bahwa adenovirus dapat dibagi menjadi 7 kelompok berdasarkan
homologi genom. DNA memadat di dalam inti virion dalam susunan yang

menyerupai 12 bola besar yang saling berdesakan. Suatu protein yang di sandikan
oleh virus, yaitu polipeptida VII, berperan dalam membentuk struktur inti .
ntigen utama adenovirus, ukuran, dan posisi strukturalnya dalam virion
diperlihatkan pada tabel 32-2. Tiga protein struktural, yang diproduksi dalam
jumlah besar, merupakan antigen terlarut yang disebut alfa, beta, dan
gama. Heksona-heksona yang membentuk sebagian besar kapsomer mempunyai
kelompok antigen reaktif (alfa). Semua adenovirus manusia memperlihatkan
antigenitas heksona serupa. Antigen ini terdapat dalam suspensi virus yang
mendapat perlakuan panas atau formalin untuk menonaktifkan infektivitas.
Pentona terdapat pada ke 12 puncak segi tiga kapsid dan mempunyai serabut yang
mencuat dari puncak tersebut. Dasar pentona membawa aktivitas serupa-toksin
yang menyebabkan timbulnya efek sitopatik yang cepat dan pelepasan sel dari
permukaan tempat tumbuhnya. Kelompok antigen reaktif lain (beta) diwakili oleh
basa pentona. Serabut mempunyai antigen tipe khusus (gama) yang penting dalam
menentukan serotipe. Serabut berhubungan dengan aktivitas hemaglutinasi.
Karena hemaglutinin bersifat khusus, uji HI biasanya digunakan untuk
menentukan tipe isolat.
KLASIFIKASI
Adenovirus ditemukan pada banyak spasies dan dikelompokkan dalam dua
genus; adenovirus yang menginfeksi burung (aviadenovirus) dan adenovirus yang
menginfeksi mamalia (mastadenovirus). Semua adenovirus mamalia memiliki
antigen serupa yang

dapat dideteksi dengan fiksasi komplemen. Sedikitnya

terdapat 41 tipe antigenik yang telah diisolasi dari manusia dan banyak tipe lain
juga berhasil diisolasi dari berbagai hewan.
Adenovirus manusia dibagi dalam enam kelompok (A-F) berdasarkan sifat
fisika, kimia, dan biologi. Adenovirus dari suatu kelompok yang mempunyai
serabut dengan panjang tertentu, mempunyai homologi DNA yang tinggi (>90%,
dibandingkan dengan <20% pada anggota kelompok lain), dan menunjukkan
kemampuan yang sama untuk menggumpalkan sel darah merah kera atau tikus.
Anggota dari suatu kelompok adenovirus mempunyai kandungan guanin-plussitosin pada DNA yang mirip satu sama lain dan mempunyai potensi yang sama

untuk menghasilkan tumor pada hewan pengerat yang baru lahir. Yang penting,
virus

dalam

kelompok

yang

sama

cenderung

mempunyai

penyebaran

epidemiologi dan hubungan penyakit yang serupa.

HERPESVIRUS
Dalam

famili

herpesvirus

terdapat beberapa patogen


manusia

yang

penting.

sangat

Herpesvirus

memperlihatkan
keanekargaman
secara

klinik.

penyakit
Beberapa

memiliki kisaran sel inang


yang

sempit.

Sifat

herpesvirus yang penting


adalah kemampuannya menyebabkan infeksi yang bertahan
seumur hidup dalam inangnya dan mengalami pengaktifan
kembali secara berkala. Seringnya

pengaktifan kembali pada

pasien yang fungsi imunnya tertekan menyebabkan komplikasi


kesehatan yang berbahaya. Anehnya, infeksi yang diaktifkan
kembali secara
disebabkan

oleh

klinik

dapat berbeda

infeksi

utamanya.

dari penyakit
Herpesvirus

yang

memiliki

sejumlah besar gen, yang telah dibuktikan bersifat peka


terhadap kemoterapi antivirus.
Terdapat enam herpesvirus yang sering menginfeksi
manusia: virus hepes simpleks 1 dan 2, virus variesela-zoster,
sitomegalovirus,

virus

Epstein-Barr,

10

herpesvirus

manusia.

Terdapat

hampir

100

virus

dari

kelompok

herpes

yang

menginfeksi berbagai macam spesies hewan.


STRUKTUR DAN KOMPOSISI
Herpesvirus adalah virus yang besar. Anggota kelompok yang
berbeda memiliki ciri arsitektural yang sama tapi tidak dapat
dibedakan dengan mikroskop elektron. Semua herpesvirus
mempunyai inti DNA untai-ganda, dalam bentuk toroid, yang
dikelilingi oleh lapisan protein yang menunjukkan simetri
ikosahedral

dan

mempunyai

162

kapsomer.

Nukleokapsid

dikelilingi oleh suatu selubung dihasilkan oleh membran inti


dari sel yang terinfeksi dan mengandung glikoprotein virus
berbentuk paku dengan panjang kurang lebih 8 nm. Struktur
yang tidak berbentuk, kadang-kadang asimetrik di antara kapsid
dan

selubung

membentuk

tegument.

Bentuk

selubung

berukuran 120-200 nm; virion telanjang, 100nm.


Genom DNA untai-ganda (BM 95-105 x
berbentuk

linear.

Gambaran

yang

jelas

106 ;120-230 kbp)


mengenai

DNA

herpesvirus adalah penyusunan urutannya. Genom herpesvirus


memiliki terminal dan urutan berulang yang intern. Beberapa
anggota,

misalnya

virus

herpes

simpleks,

mengalami

penyusunan ulang genom, menghasilkan isomer genom yang


berbeda. Makna biologik dari penyusunan baru ini tidak
diketahui. Dapat terjadi penghilangan secara spontan, dan
partikel-partikel virus cacat sering tardapat antara herpesvirus.
Komposisi dasar DNA virus bervariasi dari 31% sampai 75%
(guanin-plus-sitosin). Ada homologi

DNA kecil di antara

herpesvirus yang berbeda, kecuali bagi herpes simpleks jenis 1


dan 2, yang memperlihatkan 50% homologi urutan. Perlakuan
dengan endonuklease restriksi secara khas menghasilkan pola
pemecahan yang berbeda untuk herpesvirus dan bahkan untuk
strain yang berbeda pada tiap jenis. Jejak jari strain ini
11

memungkinkan

jiplakan

epidemiologi

dari

strain

tertentu,

sementara dahulu, penyebarluasan virus herpes simpleks tidak


memungkinkan penyelidikan semacam itu.
Genom

herpesvirus

cukup

besar

untuk

menyandikan

sekurang-kurangnya 100 protein yang berdeda. Karena itu,


lebih dari 35 polipeptida terlibat dalam struktur partikel virus
tersebut;

beberapa

diantaranya

merupakan

bagian

dari

selubung virus. Beberapa enzim khusus-virus (polimerase DNA,


timidin kinase) disintesis dalam sel yang terinfeksi, tetapi
tampaknya tidak ada enzim yang masuk ke dalam partikelpartikel virus.
KLASIFIKASI
Sulit dilakukan klasifikasi terhadap banyak anggota famili
herpesvirus. Pembagian ke dalam subfamili didasarkan pada
sifat-sifat biologik virus. Alfaherpesvirus adalah virus sitolitik
yang tumbuh dengan cepat dan cenderung mengakibatkan
infeksi laten dalam neuron; virus herpes simpleks dan variselazoster adalah anggotanya. Betaherpesvirus tumbuh lambat dan
bersifat sitomegalik (pembesaran masif sel yang terinfeksi) dan
menjadi

laten

dalam

kelenjar

sekretorik

dan

ginjal;

sitomegalovirus, contohnya virus Epstein-Barr, menginfeksi dan


menjadi laten dalam sel limfoid. Herpesvirus manusia yang
paling

baru,

disebut

herpesvirus

manusia,

sulit

untuk

diklasifikasikan. Secara sifat-sifat biologik, virus ini harus


diklasifikasikanak herpesvirus sebagai gemaherpesvirus, karena
virus ini menginfeksi limfosit. Namun, analisa molekuler dari
genomnya memperkirakan bahwa virus tersebut serumpun
dengan betaherpesvirus.
Banyak

herpesvirus

menginfeksi

hewan,

tercatat

yang

terbanyak adalah virus B dan herpesvirus saimiri, aotus, dan

12

aletes monyet; herpesvirus marmoset; virus pseudorabies babi;


dan virus rinotrakeitis bovin sapi yang menular.
Ada sedikit hubungan antigenik di antara anggota kelompok
herpevirus. Hanya virus herpes simpleks tipe 1 dan 2 yang
sama-sama mempunyai jumlah antigen biasa yang bermakna.
Tidaklah mengherankan, karena kira-kira 50% homologi antara
dua genom virus tersebut. Herpesvirus manusia 6 dan 7
memperlihatkan beberapa epitop yang bereaksi silang.

INFEKSI HERPESVIRUS PADA MANUSIA


A. VIRUS HERPES SIMPLEKS

13

Virus

herpes

simpleks

tersebar

secara sangat luas


pada

populasi

manusia. Virus ini


terlihat

pada

banyak

inang,

dapat

bereplikasi

pada banyak jenis sel dan menginfeksi bermacam-macam


hewan. Virus ini tumbuh secara cepat dan sangat sitolitik.
Virus

herpes

penyakit,

simpleks

mulai

menyebabkan

dari

serangkaian

gingivostomatitis

sampai

keratokonjungtivits, ensefalitis, penyakit kelamin, dan


infeksi pada bayi baru lahir. Virus herpes simpleks
menimbulkan infeksi laten pada sel-sel saraf; sering
terjadi kekambuhan.
Sifat-sifat Virus
Terdapat dua virus herpes simpleks yang berbeda:
tipe 1 dan tipe 2 (HSV-1, HSV-2). Genom-genomnya mirip
dalam pengaturan dan tampilan susunan substansi yang
homolog. Namun, virus-virus ini dapat dibedakan dengan
anilisis enzim restriksi DNA virus. Kedua virus saling
bereaksi-silang secara serologik, tetapi keunikan protein
terlihat pada tiap tipe. Virus-virus ini berbeda dalam cara
penularan; HSV-1 menyebar melalui kontak, biasanya
melibatkan air liur yang terinfeksi, sedangkan HSV-2
ditularkan secara seksual atau dari infeksi kelamin ibu ke
anaknya yang baru lahir. Hal ini memberi gambaran klinik
yang berbeda pada infeksi manusia.
Siklus pertumbuhan HSV berlangsung dengan cepat,
memakan waktu 8-16 jam sampai selesai. Gen alfa (dini-

14

segera)

segera

ditranskripsikan

timbul
pada

setelah

infeksi.

keadaan tidak

Gen-gen

adanya

ini

sintesis

protein virus dan merupakan permulaan replikasi. Gen


beta (dini) timbul kemudian; membutuhkan hasil gen alfa
fungsional untuk ekspresinya, yaitu kebanyakan berupa
enzim dan protein replikasi. Ekspresi gen beta bertepatan
dengan penurunan transkripsi gen alfa dan penghentian
sintesis protein sel inang yang irreversibel, dan dikatakan
sebagai kematian sel. Hasil-hasil gen gama (lambat) yang
kemudian

dihasilkan

dan

mencakup

sebagian

besar

protein struktural virus.


Sedikitnya telah dibuat delapan glikoprotein virus.
Satu (gD) adalah pemicu antibodi netralisasi yang paling
kuat. Glikoprotein C adalah protein terikat komplemen
(C3b),

dan

gE

adalah

suatu

reseptor

protein

yang

mengikat bagian Fc dari IgG. Glikoprotein G adalah tipespesifik dan memudahkan pembedaan antigenik antara
HSV-1 (gG-1) dan HSV-2 (gG-2).
Genom HSV besar (BM 100 juta) dan dapat
menyandi

sedikitnya

70

polipeptida;

fungsi

dari

kebanyakan proteinnya dalam replikasi atau sifat laten


tidak diketahui.

B. VIRUS VARISELA-ZOSTER
Varisela

(cacar

air)

adalah

penyakit

ringan,

sangat

menular, terutama pada anak-anak, yang ditandai secara


klinik dengan suatu erupsi vesikular pada kulit dan selaput
lendir. Penyakit dapat berlangsung berat pada orang
dewasa dan anak-anak yang fungsi imunnya terganggu.

15

Zoster
(shingles)
adalah

suatu

penyakit
sporadik,
banyak

yang
ditemui

pada

orang

dewasa

atau

orang-orang
dengan
gangguan
imunitas, yang ditandai oleh suatu ruam yang terbatas
penyebarannya pada kulit yang diinervasi oleh ganglion
sensorik tunggal. Lesinya mirip dengan yang terdapat
pada varisela.
Kedua penyakit itu disebabkan oleh virus yang sama.
Varisela adalah penyakit akut yang terjadi setelah kontak
pertama dengan virus, sementara zoster adalah respon
sebagian imun inang terhadap pengaktifan kembali virus
varisela yang terdapat dalam bentuk laten pada ganglia
sensorik.
Sifat-sifat Virus
Virus

varisela-zoster

secara

morfologik

serupa

dengan virus herpes simpleks. Virus ini memperbanyak


diri

dalam

biakan

menghasilkan

badan

jaringan
inklusi

embrionik
intranuklir

manusia
yang

dan
khas.

Perubahan sitopatik lebih fokal dan penyebarannya jauh


lebih lambat daripada yang diinduksi oleh HSV. Virus yang
menular tetap berkaitan-sel secara kuat, dan serangkaian
perkembangan lebih mudah dikerjakan melewati sel-sel

16

yang terinfeksi daripada cairan biakan jaringan. Virus ini


belum dikembangkan pada hewan percobaan.
Penyebab cacar air dan zoster adalah virus yang sama.
Virus yang diisolasi dari vesikel cacar air atau penderita
zoster memperlihatkan tidak adanya perbedaan yang
bermakna pada tingkat DNA.

C. SITOMEGALOVIRUS

Sitomegalovirus
adalah
herpesvirus yang
terdapat

di

mana-mana

dan

merupakan
penyebab umum
penyakit
manusia. Nama untuk penyakit inklusi sitomagelik klasik
berasal

dari

kecenderungan

sel-sel

yang

terinfeksi

sitomegalovirus membesar secara masif.


Penyakit
inklusi
sitomegalik
adalah

infeksi

menyeluruh pada bayi yang disebabkan oleh infeksi dalam


rahim atau setelah kelahiran dini dengan sitomegalovirus.
Setiap

tahun

penyakit

ini

menyebabkan

anomali

kongenital yang berat pada sekitar 3000-6000 bayi di AS.


Sitomegalovirus menimbulkan masalah kesehatan yang
penting karena frekuensi infeksi kongenitalnya tinggi.
Infeksi yang tak kentara sering terjadi selama masa kanakkanak dan remaja. Infeksi sitomegalovirus berat sering
ditemukan pada orang dewasa yang imunitasnya tertekan.
Sifat-sifat Virus
Sitomegalovirus

adalah

anggota

terbesar

herpesvirus manusia. Genom DNA nya (BM 150 x

17

dari
106 ,

240 kbp) bermakna lebih besar daripada HSV. Hanya


beberapa dari banyak protein tersandi oleh virus yang
telah dikarakterisasikan. Satu, glikoprotein permukaan
sel, bekerja sebagai reseptor Fc yang dapat mengikat
secara nonspesifik bagian Fc imunoglobulin. Hal i ni
mungkin

membantu

sel-sel

terinfeksi

menghindari

penghancuran imun melalui pengadaan lapisan pelindung


dari imunoglobulin inang yang tidak relevan.
Sebagian besar starin sitomegalovirus yang berbeda
secara genetik

bersirkulasi

dalam populasi manusia.

Strain-strain ini cukup berhubungan secara antigenik,


namun, karena itu perbedaan strain ini mungkin bukan
penentu yang penting pada penyakit manusia.
Sitomegalovirus adalah spesies yang sangat spesifik
dan sel spesifik-tipe. Semua usaha untuk menginfeksi
hewan dengan sitomegalovirus telah gagal. Terdapat
sejumlah

sitomegalovirus

hewan,

semuanya

spesies-

spesifik.
Sitomegalovirus manusia berkembang biak in vitro hanya
dalam firbroblas manusia, meskipun virus sering diisolasi
dari sel epitel inang. Virus dapat mengubah sel manusia
dan sel hamster dalam biakan, tetapi tidak diketahui
apakah virus ini onkopgenik in vivo.
Sitomegalovirus menghasilkan efek sitopatik yang
khas.

Bentuk

inklusi

sitoplasma

peinuklir

sebagai

tambahan terhadap inklusi khas intranuklir herpesvirus.


Terlihat sel berinti ganda. Kebanyakan sel yang terkena
menjadi sangat membesar. Sel sitomegalik terkait-inklusi
dapat

ditemukan

dalam

sampel

dari

individu

yang

terinfeksi.
Replikasi sitomegalovirus berjalan sangat lambat
dalam biakan sel, dengan cara kerja pertumbuhan yang

18

lebih lambat daripada virus HSV atau varisela-zoster.


Sangat sedikit virus menjadi bebas sel; infeksi menyebar
dari sel ke sel. Hal ini memerlukan waktu beberapa
minggu agar seluruh lapisan tunggal terkena. Banyak
dihasilkan partikel virus yang rusak.

D.VIRUS EPSTEIN-BARR

Virus Epstein-Barr (virus EB) adalah herpesvirus umum


yang
merupakan
virus

penyebab

infeksi
mononukleosis
akut dan faktor
pengembangan
karsinoma nasofaring, limfoma Burkitt, dan gangguan
limfoproliferatif lain pada orang-orang dengan defisiensi
imun.
Sifat-sifat Virus
Virus EB berbeda dari semua herpesvirus manusia
lainnya. Genom DNAnya mengandung kurang lebih 172
kbp dan memiliki kandungan guanin-plus-sitosin sebesar
59%.
Tidak terdapat sistem klasifikasi untuk isolat virus EB.
Namun, telah dideteksi banyak strain virus yang berbeda,
berdasarkan variasi struktur genom, ekpresi antigen, dan
sifat-sifat biologi. Sebagian besar isolat ditansformasi,
tetapi bebrapa tidak dapat membuat limfosit hidup terus.

E. HERPES VIRUS 6 MANUSIA

Herpesvirus 6 manusia limfotropik-T pertama kali

dikenali tahun 1986. Isolasi mula-mula dibuat dari biakan


sel mononuklir darah tepi dari pasien dengan gangguan
limfoproliferatif.

19

Sifat-sifat Virus
Ukuran DNA virus sekitar 160-170 kbp dan memliki
komposisi utama 43-44% (guanin-plus-sitosin). Rangkaian
genetik genom herpesvirus 6 manusia lebih menyerupai
sitomegalovirus manusia daripada yang terdapat pada
gamaherpesvirus limfotropik.
Sangat sedikit diketahui mengenai protein spesifikherpesvirus 6 manusia. Namun, herpesvirus 6 manusia
tampaknya tidak berhubungan secara antigenik dengan
herpesvirus manusia lain yang diketahui, kecuali terdapat
beberapa reaktivitas sialng terbatas dengan herpesvirus 7
manusia. Isolat herpesvirus 6 manusia tampak membelah
menjadi

dua,

saling

berkaitan

erat

tetapi

berbeda

kelompok antigenik.
Virus tumbuh dengan baik di sel mononuklir darah tepi,
terutama sel T yang tidak matang. Tipe sel lain juga
mendukung replikasi virus, termasuk sel B dan sel glial,
fibrobalstoid, dan asal megakariosit. Tidak diketahui sel
mana dalam tubuh yang terinfeksi secara laten.
F. HERPESVIRUS 7 MANUSIA
Herpesvirus 7 manusia limfotropik-T yang paling
baru, yang disebut herpesvirus 7 manusia, diisolasi
pertama kali tahun 1990 pada sel T teraktivasi dari
limfosit darah tepiseseorang yang sehat.
Herpesvirus 7 manusia secara imunologik berbeda
dengan herpesvirus

6 manusia, walaupun keduanya

memiliki homologi terbatas pada tingkat DNA. Terdapat


juga beberapa kemiripan genetik dengan sitomegalovirus.
Herpesvirus 7 manusia tampaknya merupakan virus
yang sering ditemukan, dengan kejadian infeksi terbanyak
pada anak-anak tetapi terjadi lebih lambat dibandingkan
dengan infeksi herpesvirus 6 manusia yang terjadi pada

20

usia masih sangat muda. Hubungan antara herpesvirus 7


manusia dengan penyakit masih perlu ditetapkan.

G. VIRUS B
Virus herpes B dari monyet Eropa sangat patogenik
untuk manusia. Kemampuan penularan virus kepada
manusia terbatas, tetapi infeksi yang telah terjadi ini
berhubungan

dengan

angka

kematian

yang

tinggi.

Penyakit virus B pada manusia adalah bentuk akut,


biasanya mielitis yang merambat naik dan ensefalomielitis
yang faal.
Sifat-sifat Virus
Virus B adalah herpesvirus khas yang berasal dari
monyet Eropa. Virus B ini bersifat enzootik pada monyet
resus, sinomolgus, dan monyet makaka (gunus Macaca).
Virus ini sekarang disebut herpesvirus 1 serkopitesin,
menggantikan nama lama Herpesimiae. Seperti semua
herpesvirus, virus B membentuk infeksi laten pada inang
yang terinfeksi.
Ukuran DNA virus sekitar 162 kbp (BM 107 x

106 ),

dengan kandungan tinggi guanin-plus-sitosin (75%). Virus


B memiliki beberapa penentu antigenik yang sama dengan
virus

herpes

simpleks.

Virus

ini

relatif

stabil

pada

penyimpanan dengan suhu 4C atau pembekuan (-70C).


Virus ini tumbuh dengan baik pada biakan ginjal
monyet, ginjal kelinci, dan sel manusia seperti pada
embrio anak ayam. Siklus pertumbuhannya pendek; kadar
virus

ekstraseluler

maupun

intraseluler

mencapai

maksimal dalam 24 jam. Efek sitopatik yang diinduksi oleh


virus B mirip dengan yang ditimbulkan oleh virus herpes

21

simpleks. Sel menyatu kedalam sel raksasa berinti ganda,


dan membentuk inklusi dalam inti.

POXVIRIDAE

Poxvirus adalah virus yang terbesar dan paling kompleks.


Famili poxvirus meliputi suatu kelompok besar penyebab infeksi
yang morfologinya mirip dan memiliki antigen nukleoprotein
yang serupa. Dalam kelompok ini termasuk virus variola,

22

penyebab cacar suatu penyakit virus yang paling banyak


menyerang manusia sepanjang catatan sejarah sampai terbasmi
pada tahun 1977.
Golongan poxvirus merupakan virus binatang yang paling
kompleks yang dapat menyerang vertebrata.
SIFAT-SIFAT POXVIRUS
-

Virion : struktur kompleks oval an bentuk bata, panjang


400nm

diameter

230nm;

permukaan

luar

memperlihatkan lekukan; mempunyai inti dan bahan


-

lateral.
Komposisi : DNA (3%), protein (90%), lemak (5%).
Genom : DNA untai ganda, linear, BM 85-150 juta;
mempunyai lengkung terminal; mempunyai kandungan

guaninplus-sitosin (30-14%) kecuali parapoxvirus (63%).


Protein : virion mengandung lebih dari 100 polipeptida;
pada

inti

terdapat

banyak

enzim,

termasuk

sistem

transkripsi.
Selubung : selaput luar virion disintesis oleh virus;
beberapa pertikel mendapatkan selubung tambahan dari

sel (tidak diperlukan untuk menginfeksi).


Replikasi : Pabrik sitoplasma.
Karakter yang menonjol: Virus terbesar dan paling
kompleks, sangat resisten terhadap inaktivasi. Cacar
merupakan penyakit virus pertama yang dapat dibasmi
dari muka bumi.

Anggota poxvirus yang dapat menyerang manusia ialah


penyebab:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Variola major (mortalitas hingga 50%)


Variola minor (alastrim) (mortalitas kurang dari 1 %)
Vaccinia
Cacar sapi (cowpox)
Moluskum contagiosum
Paravaccinia (Pseudocowpox, milkers node)
Dematitis pustularis contagiosum (orf)

23

8. Komplikasi
(mortalitas
tinggi);

vaksinasi:
tinggi);

eczema

ensefalitis

vaccinia

pasca-vaksinasi

gangrenosa

vaccinatum

(mortalitas

(mortalitas

rendah);

autoinokulasi dan vaccinia generalisata (tidak letal).


Anggota poxvirus yang menyerang binatang peliharaan yang
secara ekonomik menimbulkan kerugian adalah penyebab:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Cacar sapi (cowpox)


Cacar domba (sheeppox)
Cacar babi (swinepox)
Cacar kera (monkeypox)
Cacar unggas (fowlpox)
Stomatitis pustularis bovin
Dermatitis pustularis kontagiosum

STRUKTUR DAN KOMPOSISI


Poxvirus cukup besar untuk dapat dilihat dengan mikroskop
cahaya sebagai pertikel yang tidak memiliki apa-apa. Dengan
mikroskop elektron, poxvirus terlihat berbentuk seperti bata
atau

partikel

mempunyai

elips
struktur

berukuran
yang

400

kompleks,

230

nm.

tidak

Poxvirus

mempunyai

konformasi ikosahedral atau simetri heliks seperti virus lain.


Bagian luar partikel mengandung lekukan. Terdapat selaput luar
lipoprotein, atau selubung, yang menutupi inti dan dua struktur
fungsi tak dikenal yang disebut badan lateral. Pada inti terdapat
genom virus yang besar dari DNA untai-ganda linear (BM 85150 x 106). DNA mengandung urutan berulang terminal yang
terbalik (inverted terminal repeats) dengan panjang yang
bervariasi, dan untai DNA dihubungkan pada ujung-ujungnya
oleh lingkar jepit (hairpin loop). DNA poxvirus kaya akan basa
adenin dan timin.
Komposisi

kimia

poxvirus

mirip

dengan

bakteri.

Virus

vaksinia sebagian besar terdiri atas protein (90%), lemak (5%),


dan DNA (3%). Lebih dari 100 polipeptida struktural telah

24

terdeteksi.

Beberapa

protein

mengalami

glikosilasi

atau

fosforilasi. Lemaknya berupa kolesterol dan fosfolipid.


Virion mengandung berbagai macam enzim, termasuk sistem
transkripsi yang dapat mensintesis poliadenilat, tutup (cap), dan
mRNA virus yang mengandung metil.
KLASIFIKASI
Poxvirus terbagi atas dua subfamili, berdasarkan rentang
inang vertebrata atau inang serangga. Poxvirus vertebrata
digolongkan menjadi enam genus, anggota dari genus yang
sama memperlihatkan morfologi dan rentang inang yang serupa,
disamping adanya beberapa kesamaan antigen.
Kebanyakan poxvirus yang dapat menyebabkan penyakit
pada manusia termasuk genus Orthopoxvirus dan Parapoxvirus,
ada juga beberapa genus yang sekarang ini belum digolongkan.
Ortopoxvirus mempunyai rentang inang yang luas, mencakup
beberapa vertebrata. Termasuk didalam kelompok ini adalah
virus ektromelia (cacar mencit), cacar kelinci, cacar sapi, vcacar
monyet, vaksinia, dan variola (cacar). Empat yang terakhir
dapat menginfeksi manusia. Dalam hal morfologi, virus vaksinia
hanya berbeda sedikit dari virus variola dan cacar sapi. Virus ini
merupakan prototipe poxvirus dalam hal struktur dan replikasi.
Cacar monyet dapat menginfeksi monyet dan manusia dan
secara klinik menyerupai cacar.
Beberapa poxvirus mempunyai rentang inang yang terbatas
dan hanya menginfeksi hewan pengerat (fibroma dan miksoma)
atau hanya menginfeksi burung. Lainnya terutama menginfeksi
biri-biri dan kambing (cacar biri-biri, cacar kambing) atau
ternak (misalnya nodus pemerah susu).
Parapoxvirus

berbeda

secara

morfologi.

Dibandingkan

dengan ortopoxvirus, parapoxvirus merupakan partikel yang


agak kecil (260 x 160 nm), dan permukaannya memperlihatkan

25

pola saling silang. Genomnya lebih kecil (BM 85 x 10 6) dan


mempunyai kandungan guanin-plus-sitosin yang lebih tinggi
(63%) dibandingkan ortopoxvirus (BM 110-140 x 10 6; guaninplus-sitosin 30-40%).
Semua poxvirus vertebrata mempunyai antigen nukleoprotein
yang mirip pada inti bagian dalam. Ada reaktivitas-silang
serologi di antara virus-virus pada genus yang sama tetapi
rektivitas antar genus sangat terbatas. Akibatnya, imunisasi
dengan virus vaksinia tidak mampu memberikan perlindungan
terhadap penyakit-penyakit yang disebabkan oleh parapoxvirus
atau poxvirus yang tak bergolongan.

INFEKSI POXVIRUS
A. PENYAKIT CACAR (variola; smallpox)
Variola

major

penyakit

(suatu
karantina)

merupakan penyakit menular


yang

akut

dengan

keterlibatan sistemik yang


hebat dengan erupsi kulit
yang

terjadi

melalui

tingkatan makula, papula,


vesikula dan pustula selama masa 5-10 hari. Bentuk variola ringan ialah
variola minor atau alastrim. Virus vaniccia merupakan sejenis poxvirus
yang dilemahkan (attenuated) dan dipakai sebagai virus hidup untuk
vaksinasi.
Melihat tingginya mortalitas variola major dibagi atas:
1. Variola discreta (mortalitas 5%)
2. Variola confluens (mortalitas 45%)
3. Variola pustulosa hemoragik (mortalitas 80%)
4. Purpura variolosa (mortalitas 100%)
5. Variola sine eruptione/sine exanthemate (kasus ringan)
B. INFEKSI CACAR MONYET (Monkeypox)

26

Virus cacar monyet adalah salah satu spesies dari


Orthopoxvirus. Penyakit ini berupa suatu zoonosis langka
yang hanya dideteksi di daerah terpencil di hutan tropis,
terutama di Zaire. Penyakit ini mungkin diperoleh melalui
kontak langsung dengan hewan liar yang dibunuh untuk
dimakan dan diambil kulitnya. Inang sumber utamanya
tidak diketahui tetapi mungkin hewan pengerat.
Gejala kliniknya mirip dengan cacar yang lazim dan bentuk
modifikasi cacar. Pembesaran ruam yang terjadi pada beberapa pasien
merupakan masalah diagnostik yang mengamburkannya dengan cacar air.
Limpadenopati berat terjadi pada kebanyakan penderita; ciri ini tidak
terlihat pada cacar atau cacar air. Komplikasi sering terjadi dan sering pula
berbahaya. Komplikasi ini biasanya berupa gangguan paru-paru dan
infeksi bakteri sekunder.
C. INFEKSI CACAR SAPI (Cowpox)
Virus cacar sapi adalah

spesies

lain

dari

Orthopoxvirus. Penyakit ternak ini lebih ringan dibanding penyakit


cacar pada hewan lain, lesi terbatas pasa puting susu dan ambing. Infeksi
pada manusia terjadi melalui kontak langsung selama pemerahan, dan lesi
pada pemerah susu biasanya terbatas pada tangan. Lesi lokal berhubungan
dengan demam dan limfadenitis.
Virus cacar sapi dapat dibedakan dengan virus vaksinia oleh lesi
hemoragik berwarna merah tua yang ditimbulkan oleh virus cacar sapi
pada selaput karioalantois embrio ayam.
27

Sumber alami cacar sapi tampaknya adalah hewan pengerat; baik


ternak maupun manusia hanya merupakan inang yang kebetulan tertular.
Cacar sapi tidak lagi bersifat enzootik pada ternak, meskipun
kadang-kadang muncul kasus pada sapi dan orang yang berhubungan
dengannya. Cacar sapi pada kucing bersifat sporadis, dan penularannya
mungkin melalui hewan pengerat liat kecil. Kasus pada manusia (dengan
lesi kulit hemoragik, demam, dan lesu) mungkin terjadi tanpa kontak
dengan hewan yang diketahui atau mungkin tidak terdiagnosis.
D. INFEKSI VIRUS ORF
Virus

orf

merupakan

spesies

Parapoxvirus. Virus
ini

menyebabkan

penyakit pada biribiri

dan

kambing

dan

banyak

ditemukan
seluruh

dunia.

Penyakit

ini

juga

disebut

di

dermatitis

pustular menular atau lecet mulut (sore mouth).


Virus orf ditularkan pada manusia melalui kontak langsung dengan
hewan yang terinfeksi. Penyakit ini merupakan penyakit di tempat kerja
bagi peternak biri-biri. Infeksi pada manusia biasanya terlihat sebagai lesi
tunggal pada jari, tangan, atau lengan bawah tetapi juga dapat muncul pada
muka dan leher. Infeksi ini jarang bersifat merata. Penyembuhan memakan
waktu beberapa minggu.
E. MOSLUKUM KONTAGIOSUM
Moslukum kontagiosun adalah suatu tumor epidermis
jinak

yang

hanya

terdapat

pada

manusia.

Virus

penyebabnya merupakan anggota dari kelompok poxvirus


yang tak digolongkan. Virus ini belum dapat ditularkan pada hewan
an belum dapat ditumbuhkan pada biakan jaringan. Virus ini telah
dipelajari pada manusia dengan mikroskop elektron. Virus murni
berbentuk lonjong atau berbentuk batu-bata dan berukuran 230 x 330 nm;
28

virus

ini

menyerupai

vaksinia. Antibodi pada


virus ini tidak bereaksi
silang dengan poxvirus
lainnya.
Lesi penyakit ini
berupa

tumor

kecil,

merah muda, mirip kutil


yang terdapat pada muka, lengan, punggung, dan pinggul. Lesi jarang
ditemukan pada telapak tangan, telapak kaki, atau selaput lendir. Penyakit
ini terdapat di seluruh dunia, dalam bentuk sporadis maupun epidemi dan
lebih sering terjadi pada anak-anak dibanding pada orang dewasa.
Penyakit ini ditularkan melalui kontak langsung dan kontak tidak langsung
(misalnya oleh pemotong rambut, pengguna handuk secara bersama-sama,
kolam renang).

F. INFEKSI POXVIRUS TUMOR TANAPOX & MONYET


YABA
Tanapox adalah suatu infeksi kulit yang cukup sering terjadi di
beberapa bagian Afrika, terutama di Kenya dan Zaire. Virus ini diduga
disebarkan dari hewan yang terinfeksi kepada manusia melalui arthropoda
yang terkontaminasi. Inang alaminya kemungkinan adalah monyet.
Secara morfologi virus-virus ini mirip dengan ortopoxvirus. Virus
hanya tumbuh pada biakan sel monyet dan sel manusia, dengan efek
sitopatik. Virus-virus ini tidak dapat tumbuh pada selaput korioalantois
telur yang berembrio.
Tanapox diawali dengan masa demam 3-4 hari dan dapat disertai
sakit kepala yang berat dan kelesuhan. Biasanya hanya terdapat satu atau
dua lesi kulit; tak pernah terjadi pustulasi. Penyembuhan dapat
membutuhkan waktu 4-7 minggu.
Poxvirus tumor monyet Yaba menyebabkan histiositoma jinak 5-20
hari setelah pemberian secara subkutan dan intramuskuler pada monyet.
Tumor mengecil setelah sekitar 5 minggu. Pemberian virus secara
29

intravena menyebabkan timbulnya histiositoma multiple pada paru-paru,


jantung, dan otot rangka. Perubahan neoplastik yang sesungguhnya tidak
terjadi. Virus dapat diisolasi dengan mudah dari jaringan tumor, dan iklusi
khas ditemukan pada sel tumor. Berbagai jenis spesies monyet dan
manusia bersifat rentan terhadap efek proliferatif seluler yang disebabkan
virus, tetapi hewan percobaan lainnya bersifat kebal. Meskipun pemelihara
hewan dapat terinfeksi, di afrika belum ditemukan infeksi virus Yaba
secara alami pada manusia.

HEPADNAVIRUS
HBV (Hepatitis B Virus), penyebaba
hepatitis

serum,

sebagai

hepadna

menimbulkan
khususnya

diklasifikasikan
virus.

infeksi
pada

mereka

HBV
kronik,
yang

terinfeksi ketika bayi; ini adalah


faktor utama dalam perkembangan
penyakit hati dan karsinoma hepatoseluler pada orang-orang tersebut.
STRUKTUR DAN KOMPOSISI
Mikroskopi elektron serum reaktif HbsAg menampilkan 3 bentuk morfologi.
Kebanyakan merupakan partikel membulat dengan diameter 22 nm. Partikel kecil
ini dibentuk oleh HbsAg sebagai bentuk tubuler atau filamen, yang memiliki

30

diameter sama tetapi mungkin 200 nm lebih panjang dan merupakan hasil dari
produksi berlebihan HbsAg. Yang lebih besar, virion bulat ukuran 42 nm
(sebenarnya sebagai partikel Dane) terlihat agak jarang. Permukaan luar, atau
selubung, mengandung HbsAg dan mengelilingi inti nukleokapsid dalam yang
berukuran 27 dan mengandung HbcAg. Panjang daerah untai tunggal genom DNA
seluler yang bermacam-macam menghasilkan partikel yang heterogen secara
genetik dengan kisaran berat jenis yang luas.
Genom virus sebagian terdiri dari DNA sirkuler untai ganda dengan berat
molekul kurang lebih 2 x 106, panjangnya 3200 bp. Isolat HBV yang berbeda
memiliki 90 98 % homologi urutan nukleotida yang sama. Panjang DNA
seluruhnya dikurangi untai merupakan pelengkap untuk semua HBV mRNAs;
untai positif bermacam-macam dan panjangnya antara 50-80% unit.
Terdapat empat kerangka baca terbuka yang menyanding 7 polipeptida. Hal ini
mencakup protein stuktural dari permukaan virion dan inti, transaktivaktor
traskripsional kecil (X), dan protein polimerase (P) besar yang meliputi
polimerase DNA, transkriptase balik dan aktivitas RNAase H. gen S mempunyai
3 krangka kodon awal dan menyandi HbsAg mayor, seperti juga polipeptida yang
mengandung tambahan pre S2 atau pre S1 dan urutan pre S2. Gen C mempunyai 2
krangka kodon awal dan menyanding HbcAg ditambah protein Hbe, yang
diproses menjadi HbeAg yang larut.
Stabilitas HbsAg tidak selalu sama dengan stabilitas penyebab infeksi.
Namun, keduanya stabil pada suhu -20 C selama lebih dari 20 tahun dan tahan
terhadap pembekuan serta pencairan berulang-ulang. Virus juga tahan pada
pemanasan 37 C selama 60 menit dan tetap hidup setelah dikeringkan dan
disimpan pada suhu 25 C selama paling sedikit 1 minggu. HBV (tetapi bukan
HbsAg) peka terhadap suhu tinggi (100 C selama 1 menit) atau terhadap masa
inkubasi yang lebih lam (60 C selama 10 jam) bergantung pada jumlah virus
yang terdapat didalam contoh. HbsAg stabil pada PH 2,4 selam 6 jam, tetapi
infektifitas HBV akan menghilang. Natrium Hipoklorit 0,5% (misalnya Klor
pemutih 1:10) dapat merusak antigenitas dalam waktu 3 menit pada konsentrasi
protein yang redah, tetapi bahan serum yang tidak diencerkan membutuhkan
konsentrasi yang lebih tinggi (5%). HbsAg didalam plasma atau produk darah

31

lainnya tidak dapat dirusak oleh penyinaran ultra ungu,dan infektivitas virus juga
tahan terdadap penyinaran tersebut. HBV menyebar secara tidak merata selama
vaksionasi etanol Cohn dari plasma. Sebagian besar virus tertahan dalam fraksi I
(fibrinogen, faktor VIII) atau III (kompleks protrombin), sedanfgkan HbsAg
dipindahkan ke fraksi II (globulin gamma) dan IV (protein plasma).

DAFTAR PUSTAKA
Jawetz, melnick, &Adelberg.1996.Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:EGC.
Soedarno.1988.Dasar-Dasar Virologi Kedokteran.Jakarta:EGC.
Staf pengajar FKUI.1994.Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta.
BINARUPA AKSARA.
www.google.com

32

Anda mungkin juga menyukai