Laporan Praktikum Caudectomi
Laporan Praktikum Caudectomi
Laporan Praktikum Caudectomi
Hari/tanggal
Waktu
Dosen
CAUDECTOMI
Oleh:
Kelompok 3
Anggia Nur Pratiwi
Visi Nur Sadiah
Ghena Lulu Eleza
Reza Mahlefi
Efandri Zahra
Muammar Khodafi
B04130010
B04120033
B04130022
B04130044
B04120162
B04130007
Operator
Asisten Operator
Asisten Anesthesi
Asisten Dokumentasi
Asisten PE
Asisten Kebersihan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekor pada anjing memiliki fungsi untuk menjaga keseimbangan pada
waktu anjing berlari kencang. Tampilan ekor yang tegak atau melingkar
kesamping merupakan suatu masalah yang paling sering terjadi dan menjadi
keluhan dari pemilik anjing dikarenakan anjing yang berpenampilan dengan
ekor tegak atau melingkar dianggap kurang sempurna. Menurut Wardana
(2002) Ekor anjing yang tegak atau melingkar dapat mengganggu anjing pada
saat berburu di hutan atau belukar, sebab ekor tersebut sering menyangkut
pada batang kayu dan ranting atau belukar yang dapat menimbulkan rasa
sakit.
Caudectomy atau docking merupakan suatu tindakan bedah pemotongan
ekor dengan tujuan lebih kearah kosmetika atau kencantikan penampilan dari
hewan. Tindakan ini dapat dilakukan untuk beberapa kasus pada ekor seperti
neoplasia, luka terbuka, ulcus coccigealis, paralisis ekor dan lain sebagainya.
Caudectomy pada anak anjing umumnya dilakukan sebelum mata anak anjing
terbuka yaitu 24 jam pasca partus agar pemotongan ekor dapat dilakukan
dengan mudah. Apabila tindakan ini tidak dilakukan sebelum mata terbuka
maka sebaiknya ditunggu hingga hewan berusia 3 bulan sehingga dapat
dilakukan operasi yang lebih radikal (Septimus, 2013).
Sekarang ini, beberapa pendapat menyatakan ketidaksetujuannya
terhadap tindakan caudectomy yang hanya bertujuan sebatas estetika
sehingga caudectomy lebih disarankan untuk tujuan terapi penyakit sekaligus
estetika. Menurut Fossum (2002) Pemotongan harus dilakukan dekat anus
jika pada ujung ekor terjadi pengeluaran darah secara kronik akibat dari
berulang kali mengalami luka goresan/luka lecet atau trauma. Pemotongan di
dekat pangkal dianjurkan untuk ekor yang membengkok dan untuk ekor yang
melipat akibat dari pyoderma dan fistula perianal.
1.2Tujuan
Praktikum bertujuan untuk melatih mahasiswa melakukan tindakan bedah
pemotongan ekor serta mengetahui prosedur melakukan caudectomi
sehingga dapat digunakan sebagai salah satu prosedur untuk menangani
kasus pada ekor.
BAB 2
MATERI DAN METODE
2.1 Alat dan Bahan
Hewan coba yang digunakan pada operasi ini adalah anjing jantan
adapun alat-alat yang digunakan pada saat preoperasi adalah stetoskop,
termometer, penlight, spoid, alat cukur, dan kapas sedangkan bahan yang
disiapkan adalah atropin sulfat, xylazin 2%, ketamin 10%, alkohol 70%, peru
balsem. Selanjutnya alat-alat yang digunakan saat operasi adalah alat bedah
minor, meliputi empat buah towel clamp, satu buah scalpel dan balde, dua
buah dressing thumb tissue forceps, dua buah rat tooth thumb tissue forceps,
satu buah mayo scissor straight sharps, mayo scissor straight sharp-blunt,
dan mayo scissor straight blunts, serta satu buah mayo scissor curved, empat
straight hemostat forceps, empat rat tooth curved hemostat forceps, dua rat
tooth straight hemostat forceps, satu buah olsen-hegar needle holder, tampon,
jarum berpenampang point needle dan cutting needle, benang cat gut chromic
dan silk, serta antibiotik.
Adapun Perlengkapan operator dan asisten operator adalah dua buah
penutup kepala, dua buah masker, dua buah sikat, dua buah handuk, dua
buah baju operasi, dan dua pasang sarung tangan. Alat dan bahan lain yang
harus disiapkan post operasi yaitu perban, plester, gurita, antibiotik, dan
perobalsem.
2.2 Persiapan Pre Operasi
1. Persiapan Ruang Operasi
Ruang operasi dibersihkan dari debu dan kotoran dengan sapu
kemudian disterilisasi dengan radiasi atau dengan desinfektan (alkohol
70%).
2. Persiapan Peralatan Operasi
Alat bedah minor disiapakan, meliputi empat buah towel clamp, satu
buah scalpel dan balde, dua buah dressing thumb tissue forceps, dua buah
rat tooth thumb tissue forceps, satu buah mayo scissor straight sharps,
mayo scissor straight sharp-blunt, dan mayo scissor straight blunts, serta
satu buah mayo scissor curved, empat straight hemostat forceps, empat
rat tooth curved hemostat forceps, dua rat tooth straight hemostat forceps,
satu buah olsen-hegar needle holder disterilisasi. Sterilisasi alat sangat
diperlukan agar alat-alat bersih dari kontaminan yaitu mikroba-mikroba,
dengan begitu organ pasien yang akan dibedah tidak terkontaminasi oleh
mikroba patogen.
Sebelum pensterilisasian, alat-alat direndam dalam larutan pencuci,
disikat dari ujung yang steril lalu dibilas dengan air megalir. Selanjutnya
ala-alat tersebut dikeringkan dengan handuk steril dan dimasukkan ke
wadah dengan urutan: needle holder, hemostat forceps, mayo scissors,
scalpel, rat tooth thumb tissue forceps, dan dressing thumb tissue forceps,
dan towel clamp.
Lalu kain pembungkus disiapkan dengan posisi memanjang kemudian
wadah disimpan di tengah kain. Sisi kain yang dekat dengan tubuh dilipat
sampai menutupi wadah lalu sisi yang jauh dari tubuh, selanjutnya sisi
kanan dan kiri dilipat ke arah wadah. Seteah itu kain lain disiapakan
dengan posisi diagonal, sisi kain dekat dengan tubuh dilipat menutupi
wadah, kemudian sisi kanan dan kiri dilipat bergantian dan sisi lainnya
yang jauh dari tubuh dilipat mendekati tubuh dan diselipkan agar
memudahkan saat membuka nantinya.
3. Persiapan Perlengkapan Operator dan Asisten
Perlengkapan yang dibutuhkan operator dan asisten operator, yaitu dua
buah penutup kepala, dua buah masker, duabuah sikat, dua buah handuk,
dua buah baju operasi, dan dua pasang sarung tangan. Hal yang harus
dilakukan selanjutnya adalah pensterilisasian perlengkapan operator dan
asisten agar operator dan asisten nantinya tidak mengkontaminasi pasien.
Pertama baju operasi dilipat sedemikian hingga bagian yang
bersinggungan dengan pasien berada di dalam. Duk juga dilipat
sedemikian hingga bagian yang bersinggungan langsung dengan
permukaan duk dilipat ke dalam. Selanjutnya disusun di atas kain
pembungkus dengan tehnik yang sama saat penyiapkan pensterilisasian
pada alat bedah. Pertama yang disusun dari bawah adalah sarung tangan
yang sudah dibungkus dengan kertas, baju, duk, masker lalu penutup
1.
2.
3.
4.
5.
-Atropin sulfate
Dosis
: 0,025 mg/ kg BB
: 0,25 mg/ml
: 2,9 kg
: BB Anjing x Dosis
Konsentrasi
: 1,1 kg x 0,025 mg/ kg BB
0,25 mg/ml
: 0,11 ml
: 2 mg/ kg BB
: 2 % (20 mg/ml)
: BB Anjing x Dosis
Konsentrasi
: 1,1 kg x 2 mg/ kg BB
20 mg/ml
: 0,11 ml
Dosis ketamin
Kandungan ketamin
Volume diinjeksikan
: 10 mg/ kg BB
: 10 % (100 mg/ml)
: BB Anjing x Dosis
Konsentrasi
: 1,1 kg x 10 mg/ kg BB
100 mg/ml
: 0,11 ml
Dosis maintenance
Volume diinjeksikan
: Ketamine 5 mg/kg BB
: BB Anjing x Dosis
Kandungan
: 1,1 kg x 5 mg/ kg BB
100 mg/ml
: 0.055 ml
2.3 Operasi
Operasi dilakukan setelah hewan dalam keadaan teranastesi, kemudian
hewan diletakkan di atas meja operasi dengan posisi dorsal recumbency.
Untuk mempertahankan posisi tersebut keempat kaki hewan di fiksasi pada
meja operasi menggunakan tali. Setelah itu duk dipasang pada pasien dan
difiksir menggunakan towel clamp. Setelah hewan ditutupi dengan duk,
pangkal ekor diikat menggunakan karet gelang. Kemudian, tandai batas
antara os coccygea II dengan os coccygea III menggunakan syringe. Pada
persendiannya, kulit disayat berbentuk huruf V, sayatan sebaiknya dibuat di
tengah dorsal os coccygea III. Kemudian, otot-otot dipreparir dan dicari
pembuluh darah yang memvaskularisasi ekor, yaitu arteri dan vena
coccygealis lateral atau ventral. Pembuluh darah tersebut diikat
menggunakan cat gut. Selanjutnya, persendian antara os coccygea II dan
III disayat dan dipisahkan seluruhnya dengan bantuan artery clamp (untuk
ekor yang kecil). Penjahitan dilakukan terhadap otot dan kulit
menggunakan metode sederhana dengan benang Cut gut 3/0. Kemudian,
dioleskan yodium tinctuure 3% dan dibalut dengan kassa dan plester
xylazine merupakan kombinasi terbaik bagi kedua agen ini untuk menghasilkan
analgesia. Banyak hewan yang teranastesi secara baik dengan menggunakan
kombinasi ini. Anastesi dengan ketamin-xylazine memiliki efek lebih pendek jika
dibandingkan denga pemberian ketamin saja, tetapi kombinasi ini menghasilkan
relaksasi muskulus yang baik tanpa konfulsi. Emesis sering terjadi pasca
pemberian ketamin-xylazine, tetapi hal ini dapat diatasi dengan pemberian
atropin 10 menit sebelum pemberian ketamin-xylazine (Tilley 2000). Penggunaan
kombinasi xylazine-ketamin sebagai anestesi umum juga mempunyai banyak
keuntungan, antara lain : mudah dalam pemberian, ekonomis, induksinya cepat
begitu pula dengan pemulihannya, mempunyai pengaruh relaksasi yang baik dan
jarang menimbulkan komplikasi klinis (Yudaniayanti et al 2010). Pemberian
xylazine-ketamin diberikan dengan cara mencampur kedua obat tersebut ke
dalam sebuah spuit atau syringe lalu disuntikkan melalui rute intra muscular pada
m. semimembranosus.
Selama operasi berlangsung asisten PE (physical examination) harus
melakukan pemeriksaan fisik yang terdiri atas fekuensi detak jantung, frekuensi
nafas, suhu tubuh, keadaan mukosa, CRT, dan reflex pupil. Pemeriksaan fisik
atau pemeriksaan klinis merupakan sebuah proses dari seorang ahli medis
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil
pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan
fisik akan membantuk dalam penegakkan diagnosis dan perncanaan perawatan
pasien (Ismail 2009). Pemeriksaan fisik sangat penting dilakukan karena dengan
melihat hasil dari pemeriksaan PE selama operasi dapat diketahui kondisi tubuh
pasien. Selain itu dapat mengetahui apabila terjadi kondisi abnormalitas seperti
adanya hypothermia saat operasi sehingga asisten PE dapat memberikan sinar
inframerah atau air hangat yang dibungkus ke dalam kantong plastik yang
bertujuan untuk menaikkan suhu tubuh pasien. Pemeriksaan dilakukan setiap 15
menit selama operasi.
Pembedahan diawali dengan dilakukannya pencarian terhadap os
coccygea II dan III, setelah ditemukan diberi penanda dengan jarum. Sebelum
penyayatan, pangkal ekor diikat dengan menggunakan karet gelang. Hal ini
dimaksudkan untuk membantu menghambat aliran darah ke daerah ekor. Pada
caudectomy, terdapat dua pilihan bentuk penyayatan pada kulit, yaitu bentuk V
dan lurus melingkari ekor. Pada praktikum kali ini, praktikan menggunakan model
sayatan membentu huruf V. Kemudian, os coccygea III dipreparir dari otot yang
mengelilinginya, dipreparir di bagian dorsal dan ventral. Setelah di preparir,
praktikan mencari pembuluh darah yang memvaskularisasi ekor, kemudian
setelah di temukan pembuluh darahnya lalu dilakukan ligasi di 3 titik yaitu di
kanan, kiri, dan bawah. Setelah selesai meligasi pembuluh darah, lalu dilakukan
pemotongan ekor di persendian os coccygea III. Setelah pemotongan ekor
selesai, lalu di jahit dengan menggunakan tipe jahitan simple suture dengan
menggunakan benang cat gut 3/0. Selama post operasi, tempat yang akan
dibedah harus diamati dari adanya bengkak, cairan, peradangan dan sakit.
Penyembuhan setelah dilakukan caudectomy ditandai dengan tidak adanya
ketegangan kulit yang berlebihan dan tidak terjadi trauma. Bagian ekor yang
dipotong harus dijaga dengan pembalutan atau jika diperlukan dipasang alat
untuk merestrain anjing agar tidak menjilati atau menggigiti bekas operasi.
urinasi, dan defekasi. Mukosa tubuh pun tampak kembali membaik jika
dibandingkan saat operasi, dimana mukosa anjing yang dilihat dari mukosa mulut
dan gusi tampak sangat pucat. Hal tersebut sekaligus menunjukkan perawatan
post-operasi yang dilakukan berkesinambungan dengan kondisi anjing yang
semakin membaik. Berikut data Pemeriksaan fisik selama operasi dapat dilihat
pada tabel 1.
15
30
45
60
38,3
38
38,6
38,8
120
112
116
120
28
24
40
40
Rose
Rose
Rose
Rose
Ada
Ada
Ada
Ada
< 3 detik
< 3 detik
< 3 detik
< 3 detik
30
45
60
Waktu (menit)
Frekuensi Jantung
Frekuensi Nafas
20
10
0
15
30
45
60
Waktu (menit)
Frekuensi Nafas
Suhu tubuh
38
37.5
15
30
45
Waktu (menit)
Suhu
60
H+1
P
37,3
H+2
S
37,9
H+3
H+4
37,7
37,8
37,6
37,8
37,9
37,8
112
116
112
116
120
128
124
128
Frekuensi
Nafas (per
menit)
24
22
24
24
24
22
24
24
Urinasi
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Defekasi
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Ya
Makan
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Minum
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
S1
P2
S2
P3
S3
P4
S4
Waktu (pagi/sore)
Frekuensi jantung
Frekuensi nafas
24.5
24
23.5
23
22.5
22
21.5
21
P1
S1
P2
S2
P3
S3
P4
Waktu (pagi/sore)
frekuensi nafas
Hasil pemeriksaan fisik pada frekuensi detak jantung mengalami kondisi yang
naik turun tetapi masih dalam batas normal. Hal ini disebabkan tubuh pasien
masih belom mampu mengembalikan frekuensi jantungnya kembali normal.
Setelah H+2 sampai H+4 frekuensi jantung kembali membaik lalu normal
kembali.
Grafik 5. Grafik frekuensi nafas tubuh anjing post operasi
Hasil pemeriksaan frekuensi nafas, grafik menunjukkan frekuensi napas
yang naik turun, tetapi perubahan frekuensi nafas dari hari ke hari tidak terlalu
signifikan perubahannya. Dapat disimpulkan frekuensi nafas pasien post operasi
tidak terlalu mengalami kondisi yang berarti.
S4
Suhu 37.4
37.2
37
P1
S1
P2
S2
P3
S3
P4
Waktu (pagi/sore)
Suhu
4.1 Simpulan
Operasi caudectomi yang dilakukan kali ini dapat dikatakan berhasil
karena operasi dilakukan sesuai dengan prosedur sehingga hewan yang
dioperasi tidak menunjukkan gejala abnormal seperti, terjadi pembusukan pada
ekor hewan. Operasi caudectomi memiliki efek dari berbagai aspek sehingga
harus dipertimbangkan apabila ingin melalukan operasi ini
4.2 Saran
Ketelitian pada saat pencarian os coccigea II dan III perlu diperhatikan
karena merupakan titik orientasi pada oeprasi ini, serta perlu berhati-hati dalam
pemotongan, pastikan pembuluh darah yang memvaskularisasi terligasi
sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Barker, A. J., and H. A. Barker. 1988. Dog Breeds. Bison Book Hongkong.Becker
M. 2014. What is normal dog temperature, heart rate, and respiration?.
[Internet].
[diunduh
2014
Mei
17].
Tersedia
pada:
http://www.vetstreet.com/dr-marty-becker/what-is-normal-dog-temperatureheart-rate-and-respiration?.
Brander, G.C. and Pugh, D.M. 1991. Veterinary Applied Pharmacology and
Therapeutics 4thedition. The English Language Book Society and Bailleri
Tyndall. London
S4
Fossum TW. 2002. Small Animal Surgery, ed 2nd Mosby. St. Lois London.
Philandelphia sydney. Toronto.
Ismail Gunawan. 2009. Sehat Tanpa Obat dengan Tusuk Jaram Ala Indonesia.
Jakarta (id) : Grasindo
Kumar, A. 1997. Veterinary Surgical Techniques.New Delhi (in) : Vikal Publishing
House PVT LTD
Sardjana, I Komang Wirasa dan Kusumawati, D. 2004. Anastesi Veteriner Jilid 1.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Sari yudaniayanti, Maulana Erfan, Maruf Anwar, Maulana Erfan. 2010. Profil
Penggunaan Kombinasi Ketamin-Xylazine dan Ketamin-Midazolam
Sebagai Anestesi Umum Terhadap Gambaran Fisiologis Tubuh pada kelinci
Jantan. Veterinaria Medika. Vol. 3, No. 1, Februari 2010.
Sisson, Septimus. 2013. The Anatomy Of The Domestic Animal. W B Saunders
London.
Tilley. L. P. And smith. F. W. K. 2000. The 5-minute veterinary consult, canine and
feline. Lipincoot williams and wilkins. volume 2, fifth edition. WB Saunders
London.
Wardana W. 2003. Bedah Salon: Meluruskan Ekor pada Anjing Berburu. Jvet Vol
4(2) 2003.
Widodo S, Sajuthi D, Choliq C, Wijaya A, Wulansari R, Lelana RPA. 2010.
Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor (ID): IPB Pr.
Lampiran 1
Hasil dokumentasi pelaksanaan operasi
Keterangan
Lampiran 2
Pemeriksaan Fisik
Nama
: Jack
Ras/Bangsa
: Domestic
Jenis kelamin
: Jantan
Umur
: < 3 bulan
Warna rambut
: Hitam
Berat badan
: 1,1 kg
Tanda khusus
:-
Keadaan Umum
Perawatan
Habitus/sikap
: tenang
Temperamen
: tenang
Gizi
: baik
Status Present
Suhu tubuh
: 37,3oC
Frek. Jantung
: 136
(kali/menit)
Frek. Napas
: 24
(kali/menit)
CRT
:<3
(detik)
Reflkes Pupil
: baik
Sclera
: baik
Mukosa
: rose
Turgor kulit
Refleks digit
: baik