Dasar Teori Lichens
Dasar Teori Lichens
Dasar Teori Lichens
LAPORAN MIKROBIOLOGI
Disusun oleh:
JURUSAN BIOLOGI
S1 BIOLOGI
Februari 2017
A. Topik : Pengamatan lichens
B. Waktu Pelaksanaan : Selasa, 21 Februari 2017
C. Tujuan :
Lichenes atau lumut kerak biasanya dianggap sebagai kelompok khusus, walaupun
pada dasarnya merupakan suatu asosiasi simbiosis yang swasembada antara cendawan
mikobion(mycobiont) dengan ganggang fikobion(phycobiont) (Tjitrosono,1983).
Lichen sekilas setipe dengan tumbuhan lumut. Tapi jika diperhatikan dengan seksama
maka lichen merupakan suatu bentuk life form yang unik (khas). Lichen merupakan suatu
komposisi organisme yaitu jamur dan alga atau cyanobakteri. Dua jenis organisme ini hidup
saling berhubungan yang dinamakan simbiosis, alga menyediakan energi melalui proses
fotosintesis dan jamur menyediakan tempat perlindungan bagi alga (Kett , Dong,
Andrachuck, & Craig, 2005)
Lichen merupakan suatu organisme hasil asosiasi simbiosis antara jamur dan algae
dalam bentuk simbiosis mutualistik dan helotisme yang dapat membentuk kesatuan morfologi
yang berbeda dengan spesies lain pada komponen komponenya. Algae memiliki klorofi l
untuk melakukan fotosintesis sedangkan fungi mengambil air dan mineral lainnya dari
lingkungan. Sedangkan helotisme maksudnya pada awalnya menguntungkan tapi selanjutnya
fungi bersifat parasit pada alga dikarenakan hanya fungi yang memiliki alat
perkembangbiakan berupa badan buah/thalus (Muzayyinah, 2005)
1) Thalus Crustose lichen - Lumut kerak yang memiliki thallus yang berukuran
kecil,datar, tipis, dan selalu melekat pada permukaan batu, kulit pohon, atau tanah. Jenis ini
susah untuk mencabutnya tanpa merusak substratnya. Permukaan thalus biasanyaterbagi
menjadi areal areal yang agak heksagonal yang disebut areole (Pratiwi, 2006). Contoh :
Graphis scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau pleopsidium.
Habitat Lichenes
Lichenes hidup sebagai epifit pada pohon-pohonan, tetapi dapat juga di atas tanah
terutama di daerah ini areal dengan luas ribuan kilometer persegi yang tertutup oleh lichenes.
Baik di atas cadas maupun pada batu, tidak terikat pada tingginya tempat di atas permukaan
air laut, lichenes dapat ditemukan dari tepi pantai sampai di atas gunugn-gunung yang tinggi.
Tumbuhan ini tergolong dalam tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam pembentukan
tanah. Beberapa jenis dapat masuk pada bagian pinggir batu-batu, oleh karena itu disebut
bersifat endolitik (Tjitrosoepomo,1981).
Lichenes dapat tumbuh pada kayu yang membusuk serta dapat bertahan dalam
keadaan panas, dingin, dan kering yang luar biasa(Tjitrosono,1983).
Lichenes tidak memerlukan syarat-syarat hidup yang tinggi, Lichenes dapat hidup
pada tanah yang kekurangan air dalam jangka waktu yang lama. Karena panas yang terik,
lichenes yang hidup pada batu-batu dapat menjadi kering, tetapi tidak mati, dan jika
kemudian turun hujan, lichenes dapat hidup kembali. Pertumbuhan talusnya sangat lambat,
dalam satu jarang lebih dari 1cm. Tubuh buah baru terbentuk setelah mengadakan
pertumbuhan vegetatif bertahun-tahun(Tjitrosoepomo,1981).
Anatomi lichens
Lichen merupakan simbiosis antara dua jenis organisme. Organisme tersebut yaitu
fungi (mikrobion) dan alga (cyanobacteria, protobion). Protobion menghasilkan makanan dari
fungsi dari proses fotosintesis dan fungi juga melindungi alga dengan menyisakan air dan
menyediakan nutrisi mineral (Sujetoviene, 2010). Simbiosis yang terjadi mengakibatkan
kedua komponen tersebut saling tergantung satu sama lain. Lumut kerak dapat mengabsorbsi
air dari hujan, aliran permukaan dan embun(GC, Catalano I, & A, 2011) (Pratiwi, 2006).
1) lapisan yang paling atas disebut sebagai lapisan hifa fungi. Lapisan ini tidak
memiliki ruang antar sel jika ada biasanya diisi dengan gelatin. Pada beberapa jenis lumut
kerak yang bergelatin, kulit atas juga kekurangan satu atau beberapa sel tipis. Namun,
permukaan tersebut tertutupi oleh epidermis.
2) lapisan alga, berada di bawah lapisan korteks atas yang terdiri atas lapisan gonidial.
Lapisan ini merupakan jalinan hifa fungi yang bercampur dengan alga. Berdasarkan
penyebaran lapisan alga pada thalusnya, lumut kerak telah diklasifi kasi menjadi dua kategori
yaitu homoiomerus dan heteromerous. Homoiomerus, sel alga tersebar merata pada jaringan
longgar hifa fungi sedangkan pada heteromerous sel sel alga terbatas pada lapisan atas
thalus(Pratiwi, 2006)(GC, Catalano I, & A, 2011).
3) Medulla, merupakan lapisan yang terdiri atas hifa longgar. Lapisan ini akan
memberikan kekuatan dan penghubung antara lapisan bawah dan atas atau bagian luar dan
dalam thalus. Lapisan ini menyerupai lapisan parenkim bunga karang seperti jaringan daun.
Pembagian atau pemisahan antara lapisan alga dan lapisan medulla tidak selalu terjadi secara
sempurna. Pada lapisan ini hanya sedikit terdapat sel sel alga, pada uumumnya lapisan ini
relatif tebal dan tidak berwarna atau transparan;
4) Korteks bawah, lapisan korteks bawah ini menyerupai lapisan korteks atas. Di
lapisan ini terbentuk rhizoid yang berkembang masuk ke substrat. Jika tidak ada rhizoid,
maka fungsinya akan digantikan dengan hifa hifa fungi yang merupakan perpanjangan hifa
dari lapisan medulla (Pratiwi, 2006).
Klasifikasi Lichenes
1. Krustose(seperti kerak)
Gb.1 Graphis scipta (Campbell, 2005)
2. Foliose(seperti daun)
3. Fruktitos(seperti semak)
Gb.3 Ramalina stenospora (Campbell. 2005)
2. Lichenes dengan talus berbentuk semak-semak. Pada golongan ini hanya pangkal
talus yang melekat sedang ujungnya bebas bercabang-cabang seperti batang pada
Cormophyta.
1. Alat :
a. Mikroskop
b. Kaca benda
c. Kaca penutup
d. Pipet
e. Silet
2. Bahan :
a. Lichen
b. Air
F. Cara Kerja
2-3 tetes air diteteskan diatas sediaan tersebut, kemudian ditutup dengan
kaca penutup
G. Data Pengamatan
1
2
(sumber :
3 Suryati,
2015)
Perbesaran : 10x10
Keterangan :
1. Korteks atas
2. Lapisan alga
3. Medula
4. Korteks bawah
5. Lapisan yang menempel pada substrat
H. Analisis Data
Dalam pengamatan lichenes ini dilakukan dengan pengirisan secara melintang pada
lumut kerak(lichenes) yang basah. Setelah didapatkan irisan yang sesuai maka dilakukanlah
pengamatan menggunkan mikroskop. Pada pengamatan lichenes (lumut kerak) ini terlihat
adanya empat lapisan yang mana lapisan pertama bagian atas merupakan korteks atas yang
terlihat susunannya tipis hanya beberapa lapis dan lapisan ini tampak kalau pada bagian ini
tidak memiliki ruang antar sel atau dapat dikatakan rapat. Korteks ini merupakan hifa fungi
yang membungkus lapisan alga dengan rapat dengan hifa melekat erat pada alga. Lapisan
yang kedua adalah lapisan alga yang letaknya berada dibawah korteks atas dan dicirikan pula
dengan warnanya yang hijau. Sel-sel alga ini tersebar secara merata dibawah korteks dan
terdiri dari beberapa lapis sel. Lapisan dibawah alga adalah lapisan medula yang terdiri dari
kumpulan hifa yang longgar dengan ketebalan lapisan ini relatif tebal dan tidak berwarna atau
transparan. Dibawah medula terdapat lapisan korteks yang merupakan kumpulan hifa fungi
seperti halnya korteks atas dengan struktur hifanya yang sangat padat/rapat. Pada korteks
bawah ini terlihat bentukan seperti sebuah akar dengan bentukan ini memiliki fungsi untuk
melekat pada substrat.
I. Pembahasan
Pada praktikum kali ini lichen diamati morfologinya menggunakan alat indera berupa
indra penglihatan untuk menentukan warna dan bentuk, kemudian indra peraba
untuk menentukan teksturnya. Sedangkan untuk mengamati struktur anatominya dilakukan
dengan membuat preparat lichen kemudian diamati di bawah mikroskop cahaya.
Lichenes yang digunakan dalam praktikum ini berasal dari pohon jarak kintir
(Jathropa multifida). Warna dari lichen yang diamati adalah abu-abu kehijauan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Beaching dan Hill (2007) yang menyatakan bahwa pada umumnya lichen
yang menempel pada pohon berwarna hijau keabu-abuan, kuning, hijau, hijau biru, oranye,
kuning cerah, coklat dan bahkan hitam.
Lichen yang diamati memiliki bentuk menyerupai kerak sehingga digolongkan
dalam bentuk Crustose. Lichen jenis Crustose memiliki thallus yang berukuran kecil, datar,
tipis dan selalu melekat ke permukaan batu, kulit pohon, atau di tanah. Jenis ini susah
untuk mencabutnya tanpa merusak substratnya (Campbell, 2005). Muzzayinah (2005) juga
menjelaskan bahwa Crustose lichen memiliki tubuh seperti cruste (seperti lapisan kulit) yang
menempel pada kulit pohon atau batu.
Menurut Ronoprawiro (1989) lumut kerak merupakan tumbuhan rendah yang
temasuk dalam divisi Thallophyta yang merupakan tumbuhan komposit dan perpaduan
fisiologik dari dua makhluk, yakni antara fungi dan alga. Dua organisme tersebut hidup
berasosiasi satu sama lain,sehingga muncul sebagai satu organisme. Penyusun komponen
fungi disebut mycobiont yang pada umumnya berasal dari kelas Ascomycetes dan dua atau
tiga genus termasuk kelas Basidiomycetes, sedangkan penyusun komponen alga disebut
phycobiont, berasal dari divisi alga biru-hijau (Chyanophyceae) atau alga hijau (Chlorophyta)
Pandey dan Trivendi (1977).
Tubuh lichen yang disebut dengan thallus dan memiliki warna mulai dari putih,
keabuan, coklat bahkan hitam. Bagian tubuh lichen yang memanjang disebut dengan hifa.
Hifa merupakan organ vegetatif dari thallus atau miselium yang biasanya tidak didapatkan
pada fungi yang bukan lichen (Yurnaliza, 2002).
Berdasarkan hasil pengamatan irisan melintang perbesaran 400 x di bawah mikroskop
cahaya diketahui bahwa struktur anatomi lichen terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama
adalah bagian terluar yang melappisi lichen, bagian kedua adalah bagian di bawahnya yang
nampak lebih rapat susunannya dan bagian ketiga yang terlihat tidak rapat susunannya. Hal
ini dijelaskan oleh Yurnaliza (2002) bahwa secara garis besar susunan anatomi lumut kerak
dibedakan menjadi tiga lapisan, antara lain: (1) lapisan luar (korteks), lapisan yang tersusun
atas sel-sel jamur yang rappat dan kuat, menjaga agar lumut kerak tetap tumbuh; (2) lapisan
gonidium, merupakan lapisan yang mengandung ganggang dan menghasilkan makanan
dengan berfotosintesis; dan (3) lapisan empulur, lapisan yang tidak raat berfungsi untuk
menyimpan cadangan air dan tempat terjadinya perkembangbiakan.
J. Kesimpulan
K. Daftar Rujukan
Aptr oot, A., Diaz, J. A., Brcenas-Pea, A., Cceres, M. E., Fernando, L., & DalForno, M.
(2014). Rapid assessment of the diversity of vehiculicolous lichens on a thirty year
old Ford Bronco Truck in Central Puerto Rico. Fungi, 22-27
Beaching, S. Q. dan Hill, R. 2007. Guide to Twelve Common & Conspicuous Lichens of
Georgias Piedmont. Georgia: University of Georgia Atlanta (UGA).
Campbell. 2005. Biology Seventh Edition. San Fransisco: Pearson Education, Inc., Publishing
as Benjamin Cummings, 1301 samsome St. CA 94111.
Kett , A., Dong, S., Andrachuck, H., & Craig, B. (2005). Learning with Lichens : Using
Epiphytic Lichens as Bioindicators of Air Pollution. United States: Brook
University.
Misra, A., R.P. Agrawal. 1978. Lichenes (A Premiliminary Text). New York-Bombay-
Calcuta: Oxford and IBH Pulishing Co.
Pandey, S.N & Trivendi, P.S. 1977. A Text Book of Botany (Algae, Fungi, Bacteria,
Hycoplasma, Viruses, Lichens and Elementary Plant Pathology), Volume I.
Pratiwi, M. E. (2006). Kajian Lumut Kerak Sebagai Bioindikator Kualitas Udara - Studi
Kasus : Kawasan Industri Pulo Gadung, Arboretum Cibubur dan Tegakan Mahoni
Cikabayan. Bogor: IPB Press.
Ronoprawiro, S. 1989. Gulma Lumut dan Lumut Kerak terhadap Pertumbuhan dan Hasil Teh
(Camellia sinensis.L). Disertasi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Yurnaliza. 2002. Lichens (Karakteristik, Klasifikasi dan Kegunaan). Medan: USU Digital
Library