Bab Vi. Manajemen Penetasan Telur Dan Pemeliharaan Larva

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 11

MATA DIKLAT 4

MANAJEMEN PENETASAN TELUR DAN


PEMELIHARAAN LARVA

OLEH :
DARDIANI
INTAN RAHIMA SARY

EDITOR :
MAMAN SUDRAJAT

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN
PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
PERTANIAN
2010

i
DAFTAR ISI

Hal

A. Pendahuluan ............................................................................. 1
B. Tujuan Pembelajaran ................................................................ 1
C. Materi Pembelajaran ................................................................. 1
1. Identifikasi Kebutuhan Penetasan Telur dan
Pemeliharaan Larva ............................................................. 1
2. Alur Kegiatan Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva .... 4
3. Pemeliharaan Telur dan Larva ............................................. 4
a. Penyesuaian kondisi suhu .............................................. 5
b. Penyediaan oksigen terlarut ........................................... 5
c. Pencegahan serangan penyakit pada telur .................... 6
d. Pengelolaan kualitas air larva ......................................... 7
e. Pemberian pakan larva................................................... 7
4. Pengecekan Kegiatan Penetasan Telur dan
Pemeliharaan Larva ............................................................. 8
D. Tugas ........................................................................................ 9
E. Evaluasi Formatif (on line atau biasa) ....................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

i
A. Pendahuluan

Penetasan telur merupakan salah satu kegiatan pembenihan yang


bertujuan untuk mendapatkan larva. Keberhasilan penetasan telur dan
pemeliharaan larva akan sangat menentukan keberhasilan kegiatan
pembenihan ikan. Hal ini disebabkan karena larva merupakan salah
satu stadia paling kritis dalam siklus hidup ikan. Beberapa faktor yang
menyebabkan pemeliharaan larva memiliki tingkat kesulitan yang
paling tinggi dalam pembenihan ikan antara lain adalah: (1) larva
memiliki tubuh dan bukaan mulut yang kecil, sehingga dalam
pemberian pakan dan pengelolaan lingkungannya relatif sulit; (2) larva
membutuhkan pakan alami, sementara itu kegiatan kultur pakan alami
juga mengalami tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Oleh karena itu,
perlu diperhatikan faktor faktor yang mendukung dalam keberhasilan
pemeliharaan larva, seperti padat penebaran pemeliharaan larva,
pengelolaan kualitas air dan pemberian pakan yang benar.

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari bahan ajar ini diharapkan Anda mampu


mengelola penetasan telur dan pemeliharaan larva dengan tingkat
sintasan 70%.

C. Materi Pembelajaran

1. Identifikasi Kebutuhan Penetasan Telur dan Pemeliharaan


Larva

Beberapa hal penting yang harus diidentifikasi dalam kegiatan


penetasan telur dan pemeliharaan larva adalah :
a) Penyesuaian kondisi suhu air media penetasan telur, mulai dari
pengukuran kondisi suhu awal sampai dengan pengkondisian

1
penyesuaian suhu yang dibutuhkan. Pemilihan metode
pengkondisian penyesuaian suhu yang akan digunakan dan
jenis peralatan yang diperlukan disesuaikan dengan kondisi dan
kemampuan.
b) Penyediaan oksigen terlarut pada air media penetasan telur,
mulai dari pengukuran oksigen terlarut awal sampai penyediaan
oksigen terlarut yang sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan cara
penyediaan oksigen terlarut yang akan digunakan dan jenis
peralatan yang diperlukan disesuaikan dengan kondisi dan
kemampuan.
c) Pencegahan kelebihan amoniak terlarut dalam air media
penetasan telur akibat dari proses pembusukan cangkang telur
dan telur yang tidak menetas. Pemilihan cara penanganannya
dan jenis peralatan yang dibutuhkan disesuaikan dengan
kondisi, kemampuan, dan keamanan.
d) Pengelolaan kualitas air saat pemeliharaan larva, baik suhu,
oksigen terlarut, maupun amoniak. Mulai dari pengukuran
parameter kualitas air sampai dengan pengendaliaanya,
disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan, dan keamanan.
e) Pemberian pakan larva awal, meliputi : kapan larva bisa mulai
diberi makan, jenis dan bentuk pakan apa yang cocok untuk
diberikan, dosis dan frekuensi pemberian pakannya.

2
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva

WAKTU
No. Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1. Pengukuran suhu awal
2. Pengkondisian suhu
3. Pengukuran oksigen awal
4. Penyediaan oksigen
5. Pengukuran amoniak
6. Pengendalian amoniak
7. Penyiphonan
8. Penggantian/ pengisian air
9. Pemberian pakan 1
10. Pemberian pakan 2
11. Pemberian pakan 3
12. Pemberian pakan 4
Keterangan :
Pakan 1 : Emulsi kuning telur
Pakan 2 : Artemia sp.
Pakan 3 : Daphnia sp.
Pakan 4 : Tubifex sp.

3
2. Alur Kegiatan Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva

Alur Kegiatan

Hasil proses
Telur pemijahan secara
buatan

Penyesuaian kondisi
Menyiapkan media penetasan telur suhu
dan pemeliharaan larva Penyediaan oksigen
terlarut

Penyiponan
cangkang telur
Penetasan telur
Penyiponan telur
yang tidak dibuahi

Pengelolaan kualitas
Pemeliharaan larva air
Pemberian pakan

Hasil kegiatan
Larva sehat dengan
penetasan telur dan
SR 70%
pemeliharaan larva

3. Pemeliharaan Telur dan Larva

Induk ikan lele yang telah memijah akan mengeluarkan telurnya pada
keesokan harinya. Stadia telur merupakan output dari aktivitas
pemijahan ikan, dimana pada saat menetas berubah menjadi stadia
larva. Telur ikan lele bersifat melekat (adesif) kuat pada substrat,
karena telur ikan lele tersebut memiliki lapisan pelekat pada dinding
cangkangnya dan akan menjadi aktif ketika terjadi kontak dengan air,

4
sehingga dapat menjadi rusak/koyak ketika dicoba untuk dicabut.
Kekuatan pelekatan tersebut akan menjadi berkurang sejalan dengan
perkembangan telur (embriogenesis) hingga menetas. Oleh karena
itu, untuk mengurangi faktor kerusakan/kegagalan telur dalam proses
penetasan, induk ikan lele yang telah memijah diangkat dan
dimasukkan ke dalam wadah pemeliharaan induk kembali.

Telur telur ikan lele yang telah terbuahi ditandai dengan warna telur
kuning cerah kecoklatan, sedangkan telur telur yang tidak terbuahi
berwarna putih pucat atau putih susu. Lama waktu perkembangan
hingga telur menetas menjadi larva tergantung pada jenis ikan dan
suhu. Pada ikan lele, membutuhkan waktu 18 24 jam dari saat
pemijahan.

a. Penyesuaian kondisi suhu


Selain oksigen, faktor kualitas air yang sangat berpengaruh
terhadap perkembangan penetasan telur adalah suhu. Sampai
batas tertentu, semakin tinggi suhu air media penetasan telur maka
waktu penetasan menjadi semakin singkat. Akan tetapi, telur
menghendaki suhu tertentu (suhu optimal) yang memberikan
efisiensi pemanfaatan kuning telur yang maksimal, sehingga ketika
telur menetas diperoleh larva yang berukuran lebih besar dengan
kelengkapan organ yang lebih baik dan dengan kondisi kuning
telur yang masih besar. Pada ikan lele, suhu optimum yang baik
untuk penetasan telur adalah sekitar 29 31o C.

b. Penyediaan oksigen terlarut


Selama proses penetasannya, telur telur tersebut membutuhkan
suplai oksigen yang cukup. Oksigen tersebut masuk ke dalam telur
secara difusi melalui lapisan permukaan cangkang telur.
Kebutuhan oksigen optimum untuk kegiatan penetasan telur ikan
lele adalah > 5 mg/L. Oksigen tersebut dapat diperoleh melalui

5
beberapa cara, yaitu (1) memberikan aerasi dengan bantuan
aerator; (2) menciptakan arus laminar dalam media penetasan
telur; (3) mendekatkan telur kepermukaan air, karena kandungan
oksigen paling tinggi berada dibagian paling dekat dengan
permukaan air. Selain oksigen, untuk keperluan perkembangan,
diperlukan energy yang berasal dari kuning telur (yolk sac) dan
kemudian butir minyak (oil globule). Oleh karena itu, kuning telur
terus menyusut sejalan dengan perkembangan embrio. Energi
yang terdapat dalam kuning telur berpindah ke organ tubuh
embrio.

c. Pencegahan serangan penyakit pada telur


Telur telur ikan lele akan menetas dalam waktu 18 24 jam
setelah pemijahan terjadi. Embrio terus berkembang dan
membesar sehingga rongga telur menjadi sesak olehnya dan
bahkan tidak sanggup lagi mewadahinya, maka dengan kekuatan
pukulan dari dalam oleh pangkal sirip ekor, cangkang telur pecah
dan embrio lepas dari kungkungan menjadi larva. Pada saat itu
telur menetas menjadi larva. Untuk memperlancar proses
penetasan, air sebagai media penetasan telur diusahakan
terbebas dari mikroorganisme melalui beberapa upaya, yaitu (1)
mengendapkan air untuk media penetasan telur selama 3 7 hari
sebelum digunakan; (2) menambahkan zat antijamur seperti
methylen blue, kedalam media penetasan; (3) menyaring dan
menyinari air yang akan digunakan untuk penetasan dengan
menggunakan sinar ultraviolet (UV); (4) menggunakan air yang
bersumber dari mata air atau sumur.

Setelah semua telur menetas, maka untuk menghindari adanya


penyakit akibat pembusukan telur yang tidak menetas,
kakaban/substrat tempat pelekatan telur ikan lele diangkat dari
wadah penetasan dan untuk memperbaiki kualitas air

6
pemeliharaan larva, maka dilakukan pergantian air sebanyak
dari volume wadah. Pergantian air dimaksudkan untuk
mengembalikan kondisi air menjadi baik, sehingga layak dijadikan
sebagai media pemeliharaan larva.

d. Pengelolaan kualitas air larva


Larva yang telah menetas biasanya berwarna hijau dan berkumpul
didasar bak penetasan. Untuk menjaga kualitas air, maka
sebaiknya selama pemeliharaan dilakukan pergantian air setiap 2
hari sekali sebanyak 50 70 %. Pergantian air ini dimaksudkan
untuk membuang kotoran, seperti sisa cangkang telur atau telur
yang tidak menetas dan mati. Kotoran kotoran tersebut apabila
tidak dibuang akan mengendap dan membusuk di dasar perairan
yang menyebabkan timbulnya penyakit dan menyerang larva.
Pembuangan kotoran tersebut dilakukan secara hati hati agar
larva tidak stress atau tidak ikut terbuang bersama kotoran.

e. Pemberian pakan larva


Larva ikan lele hasil penetasan memiliki bobot minimal 0,05 gram
dan panjang tubuh 0,75 1 cm, serta belum memiliki bentuk
morfologi yang definitif (seperti induknya). Larva tersebut masih
membawa cadangan makanan dalam bentuk kuning telur dan butir
minyak. Cadangan makanan tersebut dimanfaatkan untuk proses
perkembangan organ tubuh, khususnya untuk keperluan
pemangsaan (feeding), seperti sirip, mulut, mata dan saluran
pencernaan. Kuning telur tersebut biasanya akan habis dalam
waktu 3 hari, sejalan dengan proses perkembangan organ tubuh
larva. Oleh karena itu, larva ikan lele baru akan diberi pakan
setelah umur 4 hari (saat cadangan makanan didalam tubuhnya
habis). Pakan yang diberikan berupa pakan yang memiliki ukuran
yang sesuai dengan bukaan mulut larva agar larva ikan lebih
mudah dalam mengkonsumsi pakan yang diberikan, pakan ikan

7
juga bergerak sehingga mudah dideteksi dan dimangsa oleh larva,
mudah dicerna dan mengandung nutrisi yang tinggi.

Salah satu contoh pakan yang diberikan pada saat larva ikan lele
tersebut berumur 4 hari adalah emulsi kuning telur. Pada saat lele
berumur 6 hari, maka dapat diberikan pakan berupa Daphnia sp
(kutu air), Tubifex sp (cacing sutra) atau Artemia sp. Pakan tersebut
diberikan secara adlibitum dengan frekuensi 5 kali dalam sehari
dan agar tidak mengotori air pemeliharaan, maka diusahakan tidak
ada pakan yang tersisa. Berikut ini adalah contoh jadwal pemberian
pakan larva lele secara overlapping
Tabel 2. Jadwal Pemberian Pakan Larva Lele
Umur larva pada hari ke-
No Jenis Pakan
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 Emulsi
kuning telur
2 Artemia sp
3 Daphnia sp
4 Tubifex sp

4. Pengecekan Kegiatan Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva


Kesesuaian
No. Kegiatan Keterangan
Ya Tidak
1. Pengukuran suhu
2. Pengkondisian suhu
3. Pengukuran oksigen
4. Penyediaan oksigen
5. Pengukuran amoniak
6. Pengendalian amoniak
7. Penyiphonan
8. Penggantian/pengisian air
9. Pemberian pakan 1
10. Pemberian pakan 2
11. Pemberian pakan 3
12. Pemberian pakan 4
Keterangan :
Pakan 1 : Emulsi kuning telur
Pakan 2 : Artemia sp.
Pakan 3 : Daphnia sp.
Pakan 4 : Tubifex sp.

8
DAFTAR PUSTAKA

. 2002. Fishery Science, The Unique Contributions of Early Life


Stages. Blackwell Science Ltd, USA.

Bachtiar, Yusuf. 2006. Panduan Lengkap Budidaya Lele Dumbo. Agro


Media Pustaka, Jakarta.

Eddy Afrianto dan Evi Liviawaty. Teknik Pembuatan Tambak Udang.


2001. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya
dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Jakarta.

Effendi, Mohamad Ichsan MI, Prof, DR, M.Sc. 1997. Biologi Perikanan.
Yayasan Pusaka Nusatama. Jakarta.

Effendi,I. 2004. Pengantar Akuakultur, Penebar Swadaya, Jakarta.

Gufron, H. Kordi dan Andi Baso Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air
dalam Budidaya Perairan. PT Rineka Cipta, Jakarta.

Jangkaru, Z. 1994. Pembesaran Ikan Air Tawar di Berbagai Lingkungan


Pemeliharaan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Lesmana. D.S, 2001. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Murhananto, Ir. 2002. Pembesaran Lele Dumbo di Pekarangan. Agro


Media Pustaka, Jakarta.

Najiyati, Sri. 2004. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Susanto Heru, 1996. Teknik Pemijahan Ikan Ekonomis. Penerbit Penebar


Swadaya, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai