Bab Vi. Manajemen Penetasan Telur Dan Pemeliharaan Larva
Bab Vi. Manajemen Penetasan Telur Dan Pemeliharaan Larva
Bab Vi. Manajemen Penetasan Telur Dan Pemeliharaan Larva
OLEH :
DARDIANI
INTAN RAHIMA SARY
EDITOR :
MAMAN SUDRAJAT
i
DAFTAR ISI
Hal
A. Pendahuluan ............................................................................. 1
B. Tujuan Pembelajaran ................................................................ 1
C. Materi Pembelajaran ................................................................. 1
1. Identifikasi Kebutuhan Penetasan Telur dan
Pemeliharaan Larva ............................................................. 1
2. Alur Kegiatan Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva .... 4
3. Pemeliharaan Telur dan Larva ............................................. 4
a. Penyesuaian kondisi suhu .............................................. 5
b. Penyediaan oksigen terlarut ........................................... 5
c. Pencegahan serangan penyakit pada telur .................... 6
d. Pengelolaan kualitas air larva ......................................... 7
e. Pemberian pakan larva................................................... 7
4. Pengecekan Kegiatan Penetasan Telur dan
Pemeliharaan Larva ............................................................. 8
D. Tugas ........................................................................................ 9
E. Evaluasi Formatif (on line atau biasa) ....................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
i
A. Pendahuluan
B. Tujuan Pembelajaran
C. Materi Pembelajaran
1
penyesuaian suhu yang dibutuhkan. Pemilihan metode
pengkondisian penyesuaian suhu yang akan digunakan dan
jenis peralatan yang diperlukan disesuaikan dengan kondisi dan
kemampuan.
b) Penyediaan oksigen terlarut pada air media penetasan telur,
mulai dari pengukuran oksigen terlarut awal sampai penyediaan
oksigen terlarut yang sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan cara
penyediaan oksigen terlarut yang akan digunakan dan jenis
peralatan yang diperlukan disesuaikan dengan kondisi dan
kemampuan.
c) Pencegahan kelebihan amoniak terlarut dalam air media
penetasan telur akibat dari proses pembusukan cangkang telur
dan telur yang tidak menetas. Pemilihan cara penanganannya
dan jenis peralatan yang dibutuhkan disesuaikan dengan
kondisi, kemampuan, dan keamanan.
d) Pengelolaan kualitas air saat pemeliharaan larva, baik suhu,
oksigen terlarut, maupun amoniak. Mulai dari pengukuran
parameter kualitas air sampai dengan pengendaliaanya,
disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan, dan keamanan.
e) Pemberian pakan larva awal, meliputi : kapan larva bisa mulai
diberi makan, jenis dan bentuk pakan apa yang cocok untuk
diberikan, dosis dan frekuensi pemberian pakannya.
2
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva
WAKTU
No. Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1. Pengukuran suhu awal
2. Pengkondisian suhu
3. Pengukuran oksigen awal
4. Penyediaan oksigen
5. Pengukuran amoniak
6. Pengendalian amoniak
7. Penyiphonan
8. Penggantian/ pengisian air
9. Pemberian pakan 1
10. Pemberian pakan 2
11. Pemberian pakan 3
12. Pemberian pakan 4
Keterangan :
Pakan 1 : Emulsi kuning telur
Pakan 2 : Artemia sp.
Pakan 3 : Daphnia sp.
Pakan 4 : Tubifex sp.
3
2. Alur Kegiatan Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva
Alur Kegiatan
Hasil proses
Telur pemijahan secara
buatan
Penyesuaian kondisi
Menyiapkan media penetasan telur suhu
dan pemeliharaan larva Penyediaan oksigen
terlarut
Penyiponan
cangkang telur
Penetasan telur
Penyiponan telur
yang tidak dibuahi
Pengelolaan kualitas
Pemeliharaan larva air
Pemberian pakan
Hasil kegiatan
Larva sehat dengan
penetasan telur dan
SR 70%
pemeliharaan larva
Induk ikan lele yang telah memijah akan mengeluarkan telurnya pada
keesokan harinya. Stadia telur merupakan output dari aktivitas
pemijahan ikan, dimana pada saat menetas berubah menjadi stadia
larva. Telur ikan lele bersifat melekat (adesif) kuat pada substrat,
karena telur ikan lele tersebut memiliki lapisan pelekat pada dinding
cangkangnya dan akan menjadi aktif ketika terjadi kontak dengan air,
4
sehingga dapat menjadi rusak/koyak ketika dicoba untuk dicabut.
Kekuatan pelekatan tersebut akan menjadi berkurang sejalan dengan
perkembangan telur (embriogenesis) hingga menetas. Oleh karena
itu, untuk mengurangi faktor kerusakan/kegagalan telur dalam proses
penetasan, induk ikan lele yang telah memijah diangkat dan
dimasukkan ke dalam wadah pemeliharaan induk kembali.
Telur telur ikan lele yang telah terbuahi ditandai dengan warna telur
kuning cerah kecoklatan, sedangkan telur telur yang tidak terbuahi
berwarna putih pucat atau putih susu. Lama waktu perkembangan
hingga telur menetas menjadi larva tergantung pada jenis ikan dan
suhu. Pada ikan lele, membutuhkan waktu 18 24 jam dari saat
pemijahan.
5
beberapa cara, yaitu (1) memberikan aerasi dengan bantuan
aerator; (2) menciptakan arus laminar dalam media penetasan
telur; (3) mendekatkan telur kepermukaan air, karena kandungan
oksigen paling tinggi berada dibagian paling dekat dengan
permukaan air. Selain oksigen, untuk keperluan perkembangan,
diperlukan energy yang berasal dari kuning telur (yolk sac) dan
kemudian butir minyak (oil globule). Oleh karena itu, kuning telur
terus menyusut sejalan dengan perkembangan embrio. Energi
yang terdapat dalam kuning telur berpindah ke organ tubuh
embrio.
6
pemeliharaan larva, maka dilakukan pergantian air sebanyak
dari volume wadah. Pergantian air dimaksudkan untuk
mengembalikan kondisi air menjadi baik, sehingga layak dijadikan
sebagai media pemeliharaan larva.
7
juga bergerak sehingga mudah dideteksi dan dimangsa oleh larva,
mudah dicerna dan mengandung nutrisi yang tinggi.
Salah satu contoh pakan yang diberikan pada saat larva ikan lele
tersebut berumur 4 hari adalah emulsi kuning telur. Pada saat lele
berumur 6 hari, maka dapat diberikan pakan berupa Daphnia sp
(kutu air), Tubifex sp (cacing sutra) atau Artemia sp. Pakan tersebut
diberikan secara adlibitum dengan frekuensi 5 kali dalam sehari
dan agar tidak mengotori air pemeliharaan, maka diusahakan tidak
ada pakan yang tersisa. Berikut ini adalah contoh jadwal pemberian
pakan larva lele secara overlapping
Tabel 2. Jadwal Pemberian Pakan Larva Lele
Umur larva pada hari ke-
No Jenis Pakan
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 Emulsi
kuning telur
2 Artemia sp
3 Daphnia sp
4 Tubifex sp
8
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya
dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Jakarta.
Effendi, Mohamad Ichsan MI, Prof, DR, M.Sc. 1997. Biologi Perikanan.
Yayasan Pusaka Nusatama. Jakarta.
Gufron, H. Kordi dan Andi Baso Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air
dalam Budidaya Perairan. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Lesmana. D.S, 2001. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar
Swadaya. Jakarta.