Laporan Pengenalan Jamur Makroskopis Dan Mikroskopis
Laporan Pengenalan Jamur Makroskopis Dan Mikroskopis
JEJAK SPORA
Nama : Safia
NIM : B1J014042
Kelompok :2
Rombongan : III
Asisten : Safira Oki Safitri
Diinkubasi 1 x 24 jam
Diamati sporanya
A. Pembahasan
Praktikum Kali ini menggunakan preparat beberapa spesies jamur Makroskopis
dan jamur Mikroskopis antara lain :
1. Jamur Tiram (P. ostreatus)
Klasifikasi P. ostreatus menurut Alexopoulus et al. (1996), adalah :
Kingdom : Fungi
Fil lum : Basidiomycota
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Agaricales
Famili : Tricholomataceae
Genus : Pleurotus
Spesies : Pleurotus ostreatus
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan jamur pangan
kedua yang paling banyak dibudidayakan di dunia setelah Agaricus bisporus.
Jamur ini memiliki nilai ekonomis dan ekologi serta dapat dijadikan sebagai
obat. P. ostreatus memiliki waktu tumbuh paling pendek jika dibandingkan
dengan jamur lain. Jamur tiram atau oystermushroom mempunyai bentuk
tudung agak membulat, lonjong, dan melengkung seperti cangkang tiram.
Jamur tiram putih merupakan salah satu jenis jamur kayu dari famili
Agaricaceae yang relatif mudah dibudidayakan karena daya adaptasinya yang
cukup baik terhadap lingkungan. Budidaya jamur tiram merupakan alternatif
terbaik untuk produksi jamur dibandingkan dengan jamur lain. Jamur tiram
mengandung protein, karbohidrat, mineral (kalsium, fosfor, dan besi), dan
vitamin (thiamin, riboflavin, dan niasin) dalam jumlah yang tinggi. P.
Ostreatus mengandung protein sebesar 27%, lemak 1,6%, karbohidrat 58%,
serat 11,5%, abu 9,3% dan kalori 265 kkal (Ayunin et al., 2016).
Pleurotus sp. mengandung -(1,3)- dan -(1,6)-glucan yang memiliki
peran penting karena sifatnya yang dapat dijadikan sebagai obat. Jamur tiram
juga memiliki aktifitas hipoglisemik, antitrombotik, antitumor, antiinflamasi,
dan antimikroba, mampu mengatur sistem imun, menurunkan tekanan darah
dan kolesterol. Tubuh buah dan miselium jamur mengandung senyawa
dengan tingkat aktivitas antimikroba yang tinggi. Jamur tiram kaya akan
sumber antibiotik alami, dimana glucan dinding sel diketahui memiliki sifat
pengatur imun, dan banyak metabolit sekunder yang mampu melawan
bakteri, fungi (jamur), dan virus, oleh sebab itu, jamur tiram putih memiliki
peran penting dalam memenuhi kebutuhan gizi dan obat bagi masyarakat
(Ayunin et al., 2016)..
2. Jamur Pelapuk Kayu (Trametes versicolor)
Klasifikasi menurut Alexopoulus et al. (1996), adalah :
Kingdom : Fungi
Phylum : Basidiomycota
Class : Hymenomycetes
Ordo : Agaricales
Family : Agaricaceae
Genus : Trametes
Spesies : T. versicolor
T. versicolor adalah white rot fungi yang mampu mendegradasi dan /
atau mineralisasi berbagai polutan yang tahan terhadap mikroorganisme lain,
seperti pewarna, polychlorobiphenyls (PCB), hidrokarbon aromatik polisiklik
(PAH), pestisida, pentachlorophenols dan endokrin. T. versicolor mengobati
mengobati vinasse, untuk aplikasi industri perlu mengevaluasi kinerja
degradasi vinasse bioreaktor. Borras et al., dalam Espana-Gamboa, et al.
(2017), mengembangkan suatu proses secara terus menerus untuk
menurunkan Gris Lanaset G (pewarna tekstil nyata) dan penelitiannya telah
berpengalaman dalam mendegradasi jenis lain dari polutan, seperti endokrin,
obat-obatan, air limbah perkotaan dan air limbah rumah sakit menggunakan
T. versicolor dalam bentuk pelet di tempat tidur bioreaktor fluidized (Espana-
Gamboa, et al., 2017).
3. Jamur Kuping (A. auricula)
Klasifikasi menurut Alexopoulus et al. (1996), adalah :
Kingdom : Fungi
Fillum : Basidiomycota
Kelas : Agarimycetes
Ordo : Auriculariales
Famili : Auriculariaceae
Genus : Auricularia
Spesies : A. Auricula
Tubuh buah kenyal atau seperti gelatin jika dalam keadaan segar dan
menjadi keras seperti tulang jika kering, berbentuk mangkuk atau kadang-
kadang seperti kuping yang berasal dari titik pusat perlekatan, tipis
bergading, dan kenyal. Permukaan luar steril, sering kali berurat, berbulu
sangat kecil atau berambut, cokelat muda sampai cokelat, menjadi kehitaman
jika mengering. Permukaan dalam fertil, licin sampai agak berkerut,
bergelatin jika basah, berwarna kuning cokelat, cokelat keabu-abuan, cokelat,
ungu, dan menjadi hitam jika kering. Spora putih; spora berada di permukaan
dan biasanya pada permukaan bagian bawah, berukuran 12-8 x 4-8 mikron,
berbentuk sosis, licin. Basidium mempunyai sekat melintang sebanyak tiga
buah (Hendritomo, 2010).
Jamur lebih banyak dijual dalam bentuk kering dan harus direndam
dalam air sebelum dimasak. Jamur yang telah dimasak mempunyai tekstur
garing dan tidak mempunyai rasa. Jamur kuping hitam juga sering digunakan
sebagai bahan obat tradisional karena diketahui mempunyai sifat
antikoagulan (Hendritomo, 2010).
4. Jamur Kancing (A. bisporus)
Klasifikasi menurut Alexopoulus et al. (1996), adalah :
Kingdom : Fungi
Phylum : Basidiomycota
Class : Homobasidiomycetes
Ordo : Agaricales
Family : Agaricaceae
Genus : Agaricus
Spesies : A. Bisporus
Jamur kancing atau champignon adalah jamur pangan yang berbentuk
hampir bulat seperti kancing berwarna putih bersih, krem, atau coklat muda.
Jamur kancing merupakan jamur yang paling banyak dibudidayakan di dunia.
Penamaan dalam bahasa Inggris disebut sebagai table mushroom, white
mushroom, common mushroom atau cultivated mushroom. Jamur kancing
dipanen sewaktu masih berdiameter 2-4 cm. Tubuh buah dewasa dengan
payung yang sudah mekar mempunyai diameter sampai 20 cm. Sayangnya,
jamur ini masih sulit dibudidayakan, karena hanya bisa hidup di daerah
bersuhu rendah berkisar 17 derajat - 20 derajat celcius. Jamur ini banyak
dicari karena selain tekstur dan rasanya yang lezat, juga berkhasiat
mengurangi resiko Penyumbatan pembuluh darah akibat kolesterol, juga
sebagai bahan baku kosmetik. Pasarnya selain untuk konsumsi dalam negeri,
juga untuk ekspor (Hendritomo, 2010).
5. Jamur Ling-Zhi (G. lucidum)
Klasifikasi menurut Alexopoulus et al. (1996), adalah :
Kingdom : Fungi
Phylum : Basidiomycota
Class : Agargeomycetes
Ordo : Polyporales
Family : Ganodermataceae
Genus : Ganoderma
Spesies : G. Lucidum
Bentuknya seperti sinduk atau alat untuk mengambil sayur. Jenis
jamur ini memiliki tangkai yang menancap ke dalam media atau substrat
dengan ukuran panjang antara 3-10 cm. Di ujung tangkai terdapat tubuh buah
berbentuk seperti setengah lingkaran yang melebar dengan garis tengah antara
10-20 cm. Tubuh buah mula-mula berwarna kekuning-kuningan saat masih
muda, yaitu pada umur 1-2 bulan, kemudian berubah menjadi merah atau
cokelat tua. Tubuh buah inilah yang kemudian dipanen untuk dijadikan bahan
baku pembuat obat-obatan, termasuk jamur (Hendritomo, 2010).
Manfaat Ling Zhi untuk kesehatan dan kebugaran tubuh antara lain:
1. Memelihara dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap gangguan
penyakit.
2. Menjaga dan mempertahankan vitalitas tubuh sehingga tetap sehat dan
segar.
3. Meningkatkan dan memelihara metabolisme di dalam tubuh.
4. Memperkuat kerja jantung.
5. Mencegah sedini mungkin terjadinya proses kanker atau tumor akibat
senyawa karsinogen.
6. Fusarium sp.
Klasifikasi menurut Alexopoulus et al. (1996), adalah :
Kingdom : Fungi
Phylum : Deuteromycota
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Tuberculariaceae
Genus : Fusarium
Spesies : Fusarium sp.
Menyebabkan penyakit layu pada tomat, patogen akan menyerang
pembuluh xylem tanaman tomat sehingga tanaman kehilangan turgor dan
layu. Jika dibelah pembuluh di dalam berwarna coklat (Martoredjo &
Sebastian, 1989). Jamur mengadakan infeksi melalui akar, terutama melalui
luka-luka, atau melalui luka pada akar yang terjadi akibat munculnya akar
lateral. Jamur memakai bermacam-macam luka untuk jalan infeksinya,
misalnya luka karena pemindahan bibit. Jamur dapat menginfeksi buah,
sehingga terdapat kemungkinan bahwa jamur terbawa oleh biji. Jamur
tersebar setempat-setempat karena pengangkutan bibit, tanah yang terbawa
angin atau air oleh alat pertanian (Semangun, 1994). Jamur Fusarium
oxysporum, jamur ini merupakan patogen asal tanah yang penting secara
ekonomi, karena dapat menyebabkan busuk dan layu Fusarium pada akar,
batang dan kecambah pada lebih dari 100 jenis tanaman. Pengendalian
penyakit ini sulit dilakukan karena jamur dapat bertahan lama di tanag
sebagai saprofit (Yurnaliza, 2011).
Salah satu penyakit yang disebabkan oleh cendawan adalah penyakit
layu Fusarium yang disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum. Adanya
serangan cendawan ini menjadikan salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya penurunan produksi kacang hijau. Penyebaran cendawan Fusarium
sangat cepat dan dapat menyebar ke tanaman lain dengan cara menginfeksi
akar tanaman dengan menggunakan tabung kecambah atau
miselium. Akar tanaman dapat terinfeksi langsung melalui jaringan akar, atau
melalui akar lateral dan melalui luka-luka, yang kemudian menetap dan
berkembang di berkas pembuluh. Setelah memasuki akar tanaman, miselium
akan berkembang hingga mencapai jaringan korteks akar. Pada saat miselium
cendawan mencapai xylem, maka miselium ini akan berkembang hingga
menginfeksi pembuluh xylem. Miselium yang telah menginfeksi pembuluh
xylem, akan terbawa ke bagian lain tanaman sehingga mengganggu peredaran
nutrisi dan air pada tanaman yang menyebabkan tanaman menjadi layu
(Semangun, 2005 dalam Herawati , 2015).
7. Aspergillus sp.
Klasifikasi menurut Alexopoulus et al. (1996), adalah :
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Eurotiomycetes
Ordo : Eurotiales
Famili : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus sp.
Aspergillus sp. tumbuh secara cepat, menghasilkan hifa aerial dengan
panjang ciri struktur konidia yang khas, konidiofora panjang dengan vesikel
terminal yang fialidnya menghasilkan rantai konidia yang bertumbuh secara
basipetal. Kondisi iklim tropis sangat sesuai dengan pertumbuhan kapang
khususnya Aspergillus flavus atau Aspergillus parasiticus yaitu dua jenis
kapang yang memproduksi berbagai jenis aflatoksin. Aflatoksin dapat
mengakibatkan kerusakan hati, organ tubuh yang sangat penting dan juga
berperan dalam detotsikasi aflatoksin itu sendiri. Apabila aflatoksin
dikonsumsi dalam jumlah yang kecil tetapi terus menerus maka dapat
menyebabkan kanker hati. Kemampuan aflatoksin untuk menginduksi kanker
hati diduga karena aflatoksin dapat terikat oleh makro molekul dari jaringan
hati. Enzim yang berperan dalam perusakan aflatoksin dalam hati adalah
enzim dari jenis oksidoreduktase. Seperti telah dikemukakan sebelumnya,
berbagai jenis kapang dapat menimbulkan penyakit atau gangguan bagi
kesehatan manusia dan hewan ternak. Penyakit yang disebabkan oleh kapang
dapat dibedakan atas infeksi dan mikosis, alergi dan mikotoksikosis atau
intoksikasi (Syarief et al., 2003).
8. Puccinia graminis
Klasifikasi menurut Alexopoulus et al. (1996), adalah :
Kingdom : Fungi
Filum : Basidiomycota
Class : Pyrenomycetes
Ordo : Agaricales
Famili : Pucciniaceae
Genus : Puccinia
Spesies : P. graminis
Penyakit Karat pada tanaman kacang tanah disebabkan oleh cendawan
Puccinia arachidis. Gejala pada daun terdapat bercak-bercak coklat muda
sampai coklat (warna karat). Daun gugur sebelum waktunya. Menurut
Purnomo (2006), mutabilitas patogen atau kemudahan patogen mengalami
mutasi. Ketahanan vertikal agak tidak berarti terhadap patogen yang
mempunyai mutabilitas vertikal yang tinggi. Mutabilitas vertikal dapat terjadi
pada patogen tipe bunga tunggal maupun tipe bunga majemuk. Diantara
penyakit tipe bunga majemuk Puccinia graminis mempunyai mutabilitas
vertikal yang lebih rendah (Semangun, 1994).
9. Phytophthora infestans
Klasifikasi menurut Alexopoulus et al. (1996), adalah :
Kingdom : Fungi
Phylum : Oomycota
Class : Oomycetes
Ordo : Phytiales
Family : Phytiaceae
Genus : Phytophthora
Spesies : P. infestans
Memiliki karakter antara lain : Konidiofor keluar dari mulut kulit,
berkumpul 1-5, dengan percabangan simpodial, mempunyai bengkakan yang
khas. Konidium berbentuk buah peer, 22-32 x 16-24 m, berinti banyak 7-32.
Konidium berkecambah secara tidak langsung dengan membentuk hifa
(benang) baru, atau secara tidak langsung dengan membantuk spora kembara,
konidium dapat juga disebut sebagai sporangium atau zoosporangium.
Cendawan ini dapat membentuk oospora meskipun agak jarang. Cendawan
Phytophthora infestans menyebar melalui udara dan air (Semangun, 1994).
Jamur ini merupakan patogen tanaman terkenal yang menyebabkan
penyakit pada tanaman kentang, pertumbuhan Phytophthora infestans
Didukung adanya musim panceklik (Goss et al., 2014). Menurut Semangun
(1994), busuk daun kentang (late blight) yang sering juga disebut sebagai
hawar daun adalah penyakit yang terpenting pada tanaman kentang. Ciri
yang khas untuk mengenal sebagian besar Phycomycetes ialah miselliumnya
yang tidak bersekatsekat. Warna misellium putih, jika tua mungkin agak
coklat kekuningkuningan; kebanyakan sporangium berwarna kehitam
hitaman. Hifanya berkembang sempurna. Phytopthora memiliki sporangium
yang berbentuk bulat telur. Phytophthora infestans memproduksi spora
aseksual yang disebut sporangia.
10. Pyricularia sp.
Klasifikasi menurut Alexopoulus et al. (1996), adalah :
Kingdom : Fungi
Phylum : Amastigomycota
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Moniliaceae
Genus : Pyricularia
Spesies : Pyricularia sp.
Jamur ini dapat menyebabkan penyakit bercak daun pada jagung.
Gejala dapat ditunjukkan dari bercak coklat tua mengering. Bercak daun
mempunyai tepi yang jelas, bergelang, berwarna coklat muda kekuningan,
agak basah, lalu mengering menjadi berwarna coklat keputihan dan berbintik
hitam. Serangan parah penyakit ini menyebabkan kenatian pada tanaman
(Semangun, 1994).
Para ahli mikologi dapat menggunakan spora atau lebih tepatnya jejak
spora yang dapat membantunya untuk mengidentifikasi ribuan spesies jamur
yang memiliki tudung. Jejak spora adalah kumpulan spora dalam jumlah
besar. Hal ini bisa diperoleh dengan meletakkan tudung dengan himenium
menghadap ke bawah pada selembar kertas putih atau sepotong kaca. Setelah
beberapa jam, terkadang tidak sampai esok harinya, lapisan spora akan
terkumpul. Jadi terbentuknya spora tidak lebih dari satu hari. Warna spora
terbagi ke dalam 4 atau 5 tipe umum, yaitu: putih, merah muda, kuning tanah
dan ungu kehitaman, namun kelompok terakhir dapat dibedakan lagi menjadi
ungu dan hitam. Warna spora kadang-kadang dapat dilihat secara visual
dengan melihat lamela pada jamur dewasa, tetapi kadang-kadang warna dari
lamela menyembunyikan warna sporanya (Sunawiria, 1986).
Reproduksi aseksual dilakukan dengan pembentukan konidi. Askus-
askus dapat terbentuk dalam suatu badan buah yang disebut askokarp. Sebuah
askokarp, atau askoma (jamak: ascomata), adalah badan berbuah (sporokarp)
dari sebuah jamur. Terdiri dari hifa yang terjalin sangat erat dan mungkin
berisi jutaan ascus. Askokarps paling sering berbentuk mangkuk. Askokarp
diklasifikasikan sesuai dengan penempatan. Apabila askokarp tumbuh di atas
tanah disebut epigeous, sementara apabila tumbuh di bawah tanah disebut
hypogeous. Ada empat macam tipe askokarp, yaitu (Syarief et al., 2003) :
a) Apotesium
Tipe ini juga disebut diskokarp. Askokarp seperti cawan atau
mangkok yang terbuka, kadang hanya satu tubuh buah atau
membentuk koloni. Askus-askus dibentuk di atas (apo) dasar tubuh
buah. Tipe ini banyak di temukan pada fungi Ascomycetes. Contoh :
Morachella sp., Helvella sp. dan Gyromitra sp.
b) Peritesium
Tipe ini juga disebut pirenokarp. Askokarp seperti periuk,
boto, latau berbentuk seperti termos berleher sempit atau laboratorium
beaker, dengan mulut termos (atau bagian atas ketel) yang membuka
ke arah udara dan menonjol sedikit dari ascocarp. Baris kamar-kamar
permukaan sehingga askokarp permukaan tubuh menonjol, masing-
masing dengan lubang (mengarah ke kamar) di tengah. Lubang ini
dikenal sebagai ostiole, yang merupakan tempat keluarnya spora.
Dinding tubuh buah seolah-olah di tepi (perifer) askus-askus. Tipe ini
memiliki pori-pori kecil dan spora dilepaskan satu demi satu ketika
masak (berbeda dengan apothecia yang dilepaskan bersama-sama).
Tipe ini ditemukan misalnya pada Xylaria sp., Nectria sp., dsb.
c) Kleistotesium
Askokarp seperti bola, askus-askus tertutup (Kleistos) oleh
dinding tubuh buah. dalam hal ini ascocarp bulat dengan hymenium
tertutup, sehingga spora tidak secara otomatis terbentuk, dan jamur
dengan cleistothecia harus cara lain untuk untuk menyebarkan spora
mereka. Cleistothecia banyak ditemukan di jamur yang memiliki
ruang kecil yang tersedia untuk ascocarps mereka, seperti
pada Arthroderma sp. dan Tuber melanosporum.
d) Tidak mempunyai Askokarp (Askostroma)
Tipe ini banyak ditemukan pada jamur-jamur mikroskopis.
Tidak ada bentuk nyata dari adanya akskokarp, namun tetap dapat
melakukan repsroduksi. Seperti pada Neorospora crassa.
Puccinia graminis memiliki 4 siklus hidup yakni (Semangun, 1994) :
a. Picnia
Spora jamur masid berada di luar epidermis belum menyentuh
sel epidermis.
b. Aecia
Basidiospora seksual dihasilkan dengan menginfeksi inang.
Spermogonium adalah struktur reproduksi yang dihasilkan pada
permukaan atas daun barberry. Spermogonium menghasilkan
Spermatia bersel tunggal dan hifa reseptif. Kontak hifa Spermatia
menerima dan bergabung membentuk dikaryon. Dikaryon
menghasilkan struktur reproduksi aseksual, aecium, di bawah daun
inang.
c. Uredia
Esiospora dikaryotic menginfeksi gandum. miselium
Dikaryotic pada gandum menghasilkan struktur reproduksi yang
disebut uredinium, yang menghasilkan aseksual, urediniospora
dikaryotic yang dapat menginfeksi ulang gandum.
d. Telia
Akhirnya, dikaryon pada gandum menghasilkan struktur
reproduksi disebut Telia. Teliospora diproduksi secara aseksual dan
struktur over wintering dikaryotic. Pada musim semi, inti dalam
teliospora (karyogami), menghasilkan basidium, menjalani meosis,
dan menghasilkan basidiospora yang menginfeksi inang.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Ayunin, A. Q., Nawfa, R., & Purnomo, A. S. 2016. Pengaruh Tongkol Jagung
sebagai Media Pertumbuhan Alternatif Jamur Tiram Putih(Pleurotus ostreatus)
terhadap Aktivitas Antimikroba. Jurnal SAINS DAN SENI ITS. 5(1) : 2337.
Alexopoulus, C. J., Blackwell, M., & Mims, C.W., 1996. Introductory
Mycology.New York: 4th Ed. Johon Wiley & Sons, Inc.
Campbell, .N. A., Reece, J. B., Urry, L. S., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky,
P. V., & Jacckson, R. B. 2008. Biologi : Edisi kedelapan, Jilid 2. Jakarta :
Erlangga.
Chang, S. T. & Miles, P. H., 1989. Edible Mushroom and The Cultivation. Florida:
CRC Press Boca Ratoon.
Espana-Gamboa, E, Vicent, T., Font, X., Dominguez-Maldonado, J., Canto-Canche,
B., & Alzate-Gaviria, L. 2017. Pretreatment of vinasse from the sugar refinery
industry under non-sterile conditions by Trametes versicolor in a fluidized bed
bioreactor and its effect when coupled to an UASB reactor. Journal Biological
Engineering. 11(2017) : 2.
Gunawan, A.W., 2005. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Goss, E. M., Javier F. Tabimab., David .E. L. Cookec ., Silvia, R.,William, E. F,
Gregory A. F.,Valerie J. F., Martha, C., & Niklaus J. 2014. Grnwald. The
Irish Potato Famine Pathogen Phytophthora Infestans Originated In Central
Mexico Rather Than the Andes. PNAS. 111 (24) : 8791 8796.
Hendritomo, H. I., 2010. Biologi Jamur Pangan. Jakarta: Pusat Pengkajian dan
Penerapan Teknologi Bio Industri.
Herawati, D., Djauhari, S., & Cholil, A. 2015. Eksplorasi Jamur Endofit Pada Daun
Kacang Hijau (Phaseolus radiotus L.) Dan Uji Antagonis Terhadap Jamur
Fusarium oxysporum. Jurnal HPT. 3(3) : 97.
Suparti, Kartika, A. A., & Ernawati, D. 2016. Pengaruh Penambahan Leri dan
Enceng Gondok, Klaras, Serta Kardus Terhadap Produktivitas Jamur Merang
(Volvariella volvacea) pada Media Baglog. Bioeksperimen. 2(2) : 130.