Makalah KKP Edit
Makalah KKP Edit
Makalah KKP Edit
(KKP)
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak yang diampu oleh:
Trimawati, S. Kep.,Ns.,M.Kep
Oleh:
Kelompok 7
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun pembaca. Sebelumnya
kami mohon maaf, apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan serta kami
memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini di waktu
yang akan datang.
Penyusun
Keperawatan Anak I | 2
Daftar Isi
Keperawatan Anak I | 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Balita merupakan kelompok yang rentanterhadap kesehatan dan gizi. Kurang
Energi Protein (KEP) adalah salah satu masalahgizi utama yang banyak dijumpai pada
balita di Indonesia. Dalam Repelita VI, pemerintah dan masyarakat berupaya
menurunkan prevalensi KEP dari 40% menjadi30%. Namun saat ini di Indonesia sedang
dilanda krisis ekonomi yang berdampak juga pada status gizi balita, dan diasumsi
kecenderungan kasus KEP berat/gizi buruk akan bertambah.
Penyakit yag disebabkan olehmalnutrisi sering terjadi di negara berkembang,
dimana angka kemiskinan masihtinggi. Gizi buruk marak terjadi di daerah di Afrika
dimana terjadinya masakekeringan yang berkepanjangan. Kwashiorkor, marasmus
danmarasmic kwashiorkor ialah penyakit-penyakit gizi buruk yang biasanya terjadi
padawaktu yang lama.
Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapatdiketahui dari pertambahan
berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun(baduta). Apabila pertambahan
berat badan sesuai dengan pertambahan umur menurut suatu standar organisasi kesehatan
dunia, dia bergizi baik. Kalau sedikitdibawah standar disebut bergizi kurang yang bersifat
kronis. Apabila jauh dibawahstandar dikatakan bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk
adalah salah satu bentuk kekurangan gizi tingkat berat atau akut (Pardede, J, 2006).
Untuk mengantisipasi masalah tersebut diperlukan kesiapan dan pemberdayaan
tenaga kesehatan dalam mencegah dan menanggulangi KEP berat/gizi buruk secara
terpadu ditiap jenjang administrasi, termasuk kesiapan sarana pelayanankesehatan seperti
Rumah Sakit Umum, Puskesmas perawatan, puskesmas, balai pengobatan (BP),
puskesmas pembantu, dan posyandu/PPG (Pusat Pemulihan Gizi).
Marasmus adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi makanansumber
energi (kalori), dapat terjadi bersama atau tanpa disertai defsiensi protein.Bila
kekurangan sumber kalori dan protein terjadi bersama dalam waktu yang cukuplama
maka anak dapat berlanjut ke dalam status marasmik kwashiorkor.
Keperawatan Anak I | 4
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat memberikan tindakan asuhan keperawatan pada anak dengan KKP
2. Tujuan Khusus
a. Dapat menjelaskan definisi dari KKP
b. Dapat menyebutkan etiologi dari KKP
c. Dapat menyebutkan manifestasi klinis dari KKP
d. Dapat menjelaskan patofisiologi dari KKP
e. Dapat menentukan diagnosa keperawatan.
f. Dapat memberikan asuhan keperawatan.
C. Manfaat
Menjadikan mahasiswa memiliki pemikiran kritis sehingga mampu menjadi
perawat professional yang berkualitas, mengerti dan memahami kebutuhan pasien serta
metode metode dalam penerapan proses keperawatan terhadap pasien.
Keperawatan Anak I | 5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Kekurangan kalori protein merupakan keadaan kurang gizi yang disebabakan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari hari atau disebabkan
oleh gangguan penyakit tertentu,sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi. KKp
sendiri dijumpai pada anak usia prasekolah. Penyakit kurang kalori dan protein ini pada
dasarnya terjadi karena defisiensi energi dan defisiensi protein disertai susunan hodangan
yang tidak seimbang.
KKP adalah konsumsi yang kurang dalam jangka waktu yang lama. Pada orang
dewasa, KKP timbul pada anggota keluarga rumahtangga miskin olek karena kelaparan
akibat gagal panen atau hilangnya mata pencaharian. Bentuk berat dari KKP di beberapa
daerah di Jawa pernah dikenal sebagai penyakit busung lapar atau HO (Honger Oedeem)
(Aritonang, 2008).
B. Klasifikasi
1. Marasmus
Marasmus ditandai oleh penciutan/pengurusan (wasting) otot generalisata dan
tidak adanya lemak subkitus. Anak marasmus tampak kakektis dan sangat kurus . dia
menederita wasting yang parah dan sering juga mengalami hambatan pertumbuhan
linier
Marasmus berasal dari kata Yunani yang berarti kurus-kering. Sebaliknya walau
asupan protein sangat kurang, tetapi si anak masih menerima asupan hidrat arang
(misalnya nasi ataupun sumber energi lainnya). Marasmus disebabkan karena kurang
kalori yang berlebihan, sehingga membuat cadangan makanan yang tersimpan dalam
tubuh terpaksa dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan yang sangat diperlukan
untuk kelangsungan hidup.
a. Etiologi
Keperawatan Anak I | 6
Gambaran klinik marasmus berasal dari masukan kalori yang tidak cukup
karena diet yang tidak cukup, karena kebiasaan makan yang tidak tepat seperti
mereka yang hubungan orang tua anak terganggu, atau karena kelainan
metabolik atau malformasi kongenital. Gangguan berat setiap sistem tubuh
dapat mengakibatkan malnutrisi.
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi
karena diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang
hubungan dengan orangtua-anak terganggu,karena kelainan metabolik, atau
malformasi kongenital. (Nelson,2013).
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya marasmus, antara lain :
a) Pola makan Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat
dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake
makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan
mengandung protein/asam amino yang memadai. Diet yang kurang
energi juga dapat mengakibatkan terjadinya marasmus.
b) Kepadatan penduduk memperkirakan bahwa, marasmus terdapat dalam
jumlah yang banyak akibat suatu daerah terlalu padat penduduknya
dengan higiene yang buruk.
c) Faktor sosial Keadaan sosial yang tidak stabil, ataupun adanya
pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu dan sudah
berlansung turun-temurun dapat menjadi hal yang menyebabkan
terjadinya marasmus.
d) Factor pendidikan Kurang adanya pengetahuan tentang pentingnya gizi
dikalangan masyarakat yang pendidikannya relative rendah.
e) Faktor ekonomi Kemiskinan keluarga, penghasilan yang rendah yang
tidak dapat memenuhi kebutuhan dan ketidakmampuan dalam membeli
bahan makanan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak yang tidak
terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan
proteinnya.
f) Faktor infeksi dan penyakit lain Terdapat interaksi sinergis antara MEP
(Malnutrisi energi protein) dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat
memperburuk keadaan gizi. Infeksi berat dapat memperburuk keadaan
gizi melalui gangguan masukan dan meningginya kehilangan zat-zat
gizi esensial tubuh. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat
Keperawatan Anak I | 7
ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi. Marasmus
juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti sering diserang
diare, kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi,
gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan juga gangguan pada
saraf pusat.
b. Manifestasi Klinis
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan,disertai dengan
kehilangan menaikkan berat badan,disertai dengan kehilangan berat sampai
berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut
dan longgar karena tampak subkutan hilang.Karena lemak terakhir hilang dari
bantalan pengisap pipi,muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama
beberapa waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput.Abdomen daapat
kembung atau datar,dan gambaran usus dapat dengan mudah dilihat.Terjadi
anafi otot,dengan akibat hipotoni.
Gejala Gejala yang terjadi pada penderita marasmus adalah keadaan yang
terlihat mencolok seperti hilangnya lemak subkutan, terutama pada wajah.
Akibatnya ialah wajah si anak lonjong, berkeriput dan tampak lebih tua (old
man face). Gejala klinis marasmus terdiri dari :
a) Pertumbuhan dan perkembangan fisik terganggu, bahkan sampai berat
badan dibawah waktu lahir (berat badan < 60%).
b) Tampak sangat kurus (gambaran seperti kulit pembalut tulang).
c) Muka seperti orang tua (old man face).
d) Pucat, cengeng, lethargi, malaise dan apatis.
e) Rambut kusam, kadang-kadang pirang, kering, tipis dan mudah dicabut.
f) Kulit keriput, dingin, kering, mengendur, jaringan lemak subkutis
sangat sedikit sampai tidak ada, sehingga kulit kehilangan turgornya.
g) Jaringan otot hipotrofi dan hipotoni.
h) Perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas.
i) Ujung tangan dan kaki terasa dingin dan tampak sianosis.
j) Sering disertai penyakit infeksi, diare kronis atau konstipasi.
k) Pantat kosong, paha kosong.
l) Mata besar dan dalam, sinar mata sayu.
m) Feces lunak atau diare.
n) Tekanan darah lebih rendah dari usia sebayanya.
o) Frekuensi nafas berkurang.
p) Kadar Hb berkurang.
q) Disertai tanda-tanda kekurangan vitamin.
Perubahan biokimia yang ditemukan pada marasmus adalah :
Keperawatan Anak I | 8
a) Anemia ringan sampai berat.
b) Kadar albumin dan globulin serum rendah.
c) Kadar kolesterol serum yang rendah.
a) Primordial prevention
Pencegahan primordial disini yaitu memberikan peraturan yang
tegas kepada penderita marasmu untuk mencegah munculnya factor
resiko. Seperti memberikan pendidikan kepada para ibu-ibu yang
memiliki bayi, balita untuk di cukupkan asupan gizinya untuk
menghindari malnutrisi dalam hal ini marasmus.
b) Primary prevention
Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat
menghentikan kejadian penyakit atau gangguan sebelum penyakit
marasmus itu terjadi. Promosi kesehatan, pendidikan kesehatan, dan
perlindungan kesehatan adalah tiga aspek utama di dalam pencegahan
primer. Perubahan gaya hidup, penyuluhan kesehatan masyarakat,
skrining kesehatan, pendidikan kesehatan adalah di sekolah, kegiatan
kesehatan perawatan pranatal yang baik, pilihan perilaku hidup yang
baik, gizi yang cukup, kondisi keamanan dan kesehatan di rumah,
sekolah atau tempat kerja, semuanya termasuk dalam aktivitas
pencegahan primer. Langkah-langkah dan kegiatan pokok di dalam
kesehatan masyarakat seperti sanitasi, pengendalian infeksi, imunisasi,
pelindungan makanan, susu dan sumber air, pengamanan lingkungan
dan perlindungan terhadap bahaya dan kecelakaan kerja merupakan
pencegahan yang amat cukup. Hygiene perorangan (penderita
marasmus) dan langkah-langkah kesehatan masyarakat memiliki
dampak yang besar terhadap epidemi penyakit menular. Imunisasi,
pengendaian infeksi (misalnya cuci tangan), penyimpangan makanan
dalam lemari pendingin, pengumpulan sampah, pengelolaan limbah
padat dan cair, perlakuan dan perlindungan persediaan iar, dan sanitasi
umum telah menurunkan ancaman penyakit infeksius di masyarakat.
Penyakit kronis, gaya hidup, dan perilaku manusia saat ini merupakan
Keperawatan Anak I | 9
faktor kontribusi utama penyebab kematian di Amerika Serikat dan
negara industri negara lain.masalah kesehatan mental dan emosi, serta
masalah kesehatan lingkungan. Langkah-langkah pencegahan di tingkat
dasar saat ini harus diorientasi pada pengaturan perilaku dan gaya hidup
serta mengubah pola pendapatan ekonomi untuk mencegah terejadinya
busung lapar dan mal nutrisi/marasmus. Aktivitas dasar kesehatan
masyarakat seperti promosi dan pencegahan tidak boleh diabaikan,
dilalaikan, atau dikurangi. Jika kegiatan tersebut tidak dipertahankan
pada tingkat yang tinggi, penyakit menular dapat kembali menjadi
penyebab utama penderitaan, penyakit, dan kematian. Dengan tetap
memelihara kegiatan kesehatan masyarakat, upaya di tingkat
pencegahan primer harus di fokuskan pada perubahan perilaku individu
dan perlindungan lingkungan. Dengan demikian, di masa mendatang,
fokus terhadap pengobatan dan perawatan kesehatan yang di berikan
dokter akan berkurang dan harus digantikan dengan upaya pencegahan
primer termasuk dukungan ekonomi yang cukup untuk kegiatan dan
program pencegahan.
c) Secondary prevention
Pada tahap pencegahan ini, penderita marasmu mestinya di berikan
perhatian lebih untuk mempertahankan tubuh dan stamina serta
imunitasnya. Sehingga penderita dapat bertahan sampai kepada tahap
pemulihan.
d) Tertiary prevention
Sedangkan pada tahap ini, pencegahan dilakukan untuk mencegah
jangan sampai bayi atau balita yang menderita penyakit marasmus
mengalami cacat dan bertambah parahnya penyakit serta kematian.
Pencegahan ini dapat berupa menjaga sanitasi lingkungan serta sanitasi
makan untuk menghindari resiko munculnya penyakit lain.
Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan
dengan baik bila penyebab diketahui.Usaha-usaha tersebut memerlukan
sarana dan prasarana kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan
dan penyuluhan gizi.
Keperawatan Anak I | 10
1) Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan
sumber energi yang paling baik untuk bayi.
2) Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi
pada umur 6 tahun ke atas.
3) Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan
lingkungan dan kebersihan perorangan.
4) Pemberian imunisasi.
5) Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah
kehamilan terlalu kerap.
6) Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang
adekuat merupakan usaha pencegahan jangka panjang.
7) Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di
daerah yang endemis kurang gizi, dengan cara penimbangan
berat badan tiap bulan.
d. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pada penderita marasmus adalah pemberian diet tinggi
kalori dan tinggi protein serta mencegah kekambuhan. Penderita marasmus
tanpa komplikasi dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan mengenai
pemberian makanan yang baik; sedangkan penderita yang mengalami
komplikasi serta dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu mendapat
perawatan di rumah sakit. Penatalaksanaan penderita yang dirawat di RS dibagi
dalam beberapa tahap.
1) Tahap awal yaitu 24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu
tindakan untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengkoreksi keadaan
dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan intravena. Cairan yang
diberikan ialah larutan Darrow-Glucosa atau Ringer Lactat Dextrose
5%. Cairan diberikan sebanyak 200 ml/kg BB/hari. Mula-mula
diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama. Kemudian 140 ml
sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
2) Tahap kedua yaitu penyesuaian. Sebagian besar penderita tidak
memerlukan koreksi cairan dan elektrolit, sehingga dapat langsung
dimulai dengan penyesuaian terhadap pemberian makanan. Pada hari-
hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/kg
BB/hari atau rata-rata 50 kalori/kg BB/hari, dengan protein 1-1,5 g/kg
Keperawatan Anak I | 11
BB/hari. Jumlah ini dinaikkan secara berangsur-angsur tiap 1-2 hari
sehingga mencapai 150-175 kalori/kg BB/hari dengan protein 3-5 g/kg
BB/hari. Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet tinggi kalori
tinggi protein ini lebih kurang 7-10 hari. Cairan diberikan sebanyak 150
ml/kg BB/hari. Pemberian vitamin dan mineral yaitu vitamin A
diberikan sebanyak 200.000. i.u peroral atau 100.000 i.u im pada hari
pertama kemudian pada hari ke duadiberikan 200.000 i.u. oral. Vitamin
A diberikan tanpa melihat ada/tidaknya gejala defisiensi Vitamin A.
Mineral yang perlu ditambahkan ialah K, sebanyak 1-2 Meq/kg
BB/hari/IV atau dalam bentuk preparat oral 75-100 mg/kg BB/hari dan
Mg, berupa MgS04 50% 0,25 ml/kg BB/hari atau megnesium oral 30
mg/kg BB/hari. Dapat diberikan 1 ml vit Bc dan 1 ml vit. C im,
selanjutnya diberikan preparat oral atau dengan diet. Jenis makanan
yang memenuhi syarat untuk penderita malnutrisi berat ialah susu.
Dalam pemilihan jenis makanan perlu diperhatikan berat badan
penderita. Dianjurkan untuk memakai pedoman BB kurang dari 7 kg
diberikan makanan untuk bayi dengan makanan utama ialah susu
formula atau susu yang dimodifikasi, secara bertahap ditambahkan
makanan lumat dan makanan lunak. Penderita dengan BB di atas 7 kg
diberikan makanan untuk anakdi atas 1 tahun, dalam bentuk makanan
cair kemudian makanan lunak dan makanan padat.Antibiotik perlu
diberikan, karena penderita marasmus sering disertai infeksi. Pilihan
obat yang dipakai ialah procain penicillin atau gabungan penicilin dan
streptomycin.Hal-hal yang lain perlu diperhatikan :
a) Kemungkinan hipoglikemi dilakukan pemeriksaan
dengan dextrostix. Bila kadar guladarah kurang dari 40%
diberikan terapi 1-2 ml glukose 40%/kg BB/IV
b) Hipotermi. Diatasi dengan penggunaan selimut atau tidur
dengan ibunya. Dapat diberikan botol panas atau pemberian
makanan sering tiap 2 jam. Pemantauan penderita dapat
dilakukan dengan cara penimbangan berat badan, pengukuran
tinggi badan serta tebal lemak subkutan. Pada minggu-minggu
Keperawatan Anak I | 12
pertama sering belum dijumpai pertambahan berat badan.
Setelah tercapai penyesuaian barulah dijumpai pertambahan
berat badan. Penderita boleh dipulangkan bila terjadi kenaikan
sampai kira-kira 90% BB normal menurut umurnya, bila nafsu
makannya telah kembali dan penyakit infeksi telah teratasi.
Penderita yang telah kembali nafsu makannya dibiasakan untuk
mendapat makanan biasa seperti yang dimakan sehari-hari.
Kebutuhan kalori menjadi normal kembali karena tubuh telah
menyesuaikan diri lagi. Sementara itu kepada orang tua
diberikan penyuluhan tentang pemberian makanan, terutama
mengenai pemilihan bahan makanan, pengolahannya, yang
sesuai dengan daya belinya. Mengingat sulitnya merawat
penderita dengan malnutrisi, maka usaha pencegahan perlu
lebih ditingkatkan.
2. Kwashiorkor
Kwarshiorkor disebabkan oleh insufisiensi asupan protein yang bernilai biologis
adekuat, dan sering berkaitan dengan defisiensi asupan energi.
Kwashiorkor adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein
baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Kekurangan protein dalam makanan
akan mengakibatkan kekurangan asam amino essensial dalam serum yang diperlukan
Keperawatan Anak I | 13
untuk sintesis dan metabolisme terutama sebagai pertumbuhan dan perbaikan sel,
makin berkurangnya asam amino dalam serum menyebabkan berkurangnya produksi
albumin oleh hati. Kulit akan tempak bersisik dan kering karena depigmentasi. Anak
dapat mengalami gangguan pada mata karena kekurangan vitamin A. Kekurangan
mineral khususnya besi, kalsium dan seng. Edema yang terjadi karena
hipoproteinnernia yang mana cairan akan berpindah dari intraveskular kompartemen
ke rongga insterstisial yang kemudian menimbulkan ascites. Gangguan
gastrointestinal seperti adanya perlemakan pada hati dan atropi pada sel acini
pankreas. Anak penderita kwashiorkor kelihatan gemuk, tetapi tidak sehat, mukanya
gemuk seperti bulan, kakinya bengkak karena edema ( berisi cairan ), lekukan bekas
tinggal jika jari kita ditekankan padanya. Anak itu kelihatan muram dan berdiam diri
dalam gendongan ibu, tetapi cengeng dan tidak ingin bermain main.
a. Etiologi
Penyebab utama dari kwasiorkor adalah makanan yang sedikit
mengandung protein ( terutama protein hewani ), kebiasaan makan sayur
sayuran yang mengandung karbohidrat, juga bisa dengan beberapa faktor :
1) Pola makan protein(dan asam amino)adalah zat yang sangat
dibutuhkan aank untuk tumbuh dan berkembang.Meskipun intake
makanan mengandung kalori yang cukup,tidak semua makanan
mengandung protein/asam amino yang memadai.Bayi yang masih
menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan
ibunya,namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein dari sumber-
sumber lain(susu,telur,keju,tahu,dan lain-lain)sangatlah dibutuhkan.
2) Faktor sosial.Hidup dinegara dengan tingkat kepadatan penduduk yang
tinggi,keadaan sosial dan politik tidak stabil ataupun adanya pantangan
untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah berlangsung turun-
turun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
3) Faktor ekonomi.Kemiskinan keluarga/pengahasilan yang rendah yang
tidak dapat memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi
anak tidak terpenuhi,saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi
kebutuhan proteinnya.
b. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dari kwasiorkor adalah sebagai berikut:
Keperawatan Anak I | 14
1) Muka sembab
2) Lethargi
3) Edema
4) Jarinagn otot mengecil
5) Jaringan subkutan tipis dan lembut
6) Warna rambut pirang atau seperti rambut jagung
7) Kulit kering dan bersisik
8) Alopecia
9) Anorexsia
10) Gagal dalam tumbuh kembang
11) Tampak anemia
c. Pencegahan
Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang berisi
jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya baik. Karena kwasiorkor tidak hanya
mengalami perjalanan serius dan sering mematikan tetapi sering menimbulakan
pengaruh dikemudian hari yang permanen dan merusak pada anak yang sembuh dan
keturunannya, petunjuk diet dan distribusi makanan yang cukup sangat segera
dibutuhkan di daerah edemik. Gambar penderita kwarsiorkor
3. Gabungan Kwarsiorkor-Marasmus
Bentuk gabungan kedua malnutrisi protein-energi ditandai dengan
gambaran klinik kedeua jenis malnutrisi. Keadaan ini dapat terjadi pada
malnutrisinkronik saat jaringan subkutis, massa otot, dan simpanan lemak
mengjilang. Gambaran utama adalah edema kwaesiorkor,dengan atau tanpa lesi
kulit, dan kakaeksia marasmus.
Marasmus,kwarsiorkor, dan marasmus-kwarsiorkor sering terjadi pada
negara belum berkembang. Dengan sering dipengaruhi oleh makanan lokal dan
infeksi, dengan demikian,dijumpai perbedaan penampakan dari satu daerah ke
daerah lain. Pada anak dengan gangguan medis serius lain,masalah malnutrisi
primer lebih jarang daripada malnutrisi sekunder.
Keperawatan Anak I | 15
Marasmik-kwashiorkor merupakan satu kondisi terjadinya defisiensi, baik
kalori, maupun protein. Ciri-cirinya adalah dengan penyusutan jaringan yang
hebat, hilangnya lemak subkutan dan dehidrasi.
a. Etiologi
Ada dua penyebab yaitu malnutrisi primer dan malnutrisi sekunder.
1) Malnutrisi primer adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh
asupan protein maupun energi yang tidak adekuat.
2) Malnutrisi sekunder adalah malnutrisi yang terjadikarena kebutuhan
yang meningkat,menurunnya absorbsi dan peningkatan kehilangan
protein maupun energi dari tubuh.
b. Manifestasi Klinik
1) Perubahan cairan tubuh, lemak, mineral dan protein
2) Pertumbuhan terhenti
3) Berat badan turun
4) Cairan tubuh meningkat
5) Sistem hemotopatik
6) Mukosa usus
7) Selasiner
8) Hati
9) Otak
10) Oedema
11) Apatis
c. Pencegahan
Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang berisi
jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya baik. Karena kwasiorkor tidak
hanya mengalami perjalanan serius dan sering mematikan tetapi sering
menimbulakan pengaruh dikemudian hari yang permanen dan merusak pada
anak yang sembuh dan keturunannya, petunjuk diet dan distribusi makanan
yang cukup sangat segera dibutuhkan di daerah edemik. Gambar marasmus-
kwarsiorkor
Keperawatan Anak I | 16
C. Pemeriksaan diagnostic:
1. Data Laboratorium
Penurunan kadar albumin serum merupakan perubahan yg paling
khas.Ketonuria sering ada pada stadium awal kekurangan makan tetapi seringkali
menghilang pada stadium akhir.Harga glokuse darah rendah,tetapi kurva toleransi
glukose dapat bertipe diabetik.Ekresi hidroksiprolin urin yg berhubungan dengan
kreatinin dapat turun.Angka asam amino esensial,dan dapat turun relatif terhadap
angka asam amino non-esensial,dan dapat menambah aminoasiduria.Defisiensi
kalium dan magnesium sering ada.Kadar kolesterol serum rendah,tetapi kadar ini
kembali ke normal sesudah beberapa hari pengobatan.Angka
amilase,esterase,kolinesterase,tansminase,lipase dan alkalin fosfatase serum
turun.Ada penurunan aktivitas enzim prankeas dan santhin oksidase,tetapi angka
ini kembali normal segera sesudah mulai pengobatan.Anemia dapat
normositik,mikrositik,atau makrositik.Tanda-tanda defisiensi vitamin dan mineral
biasanya jelas.Pertumbuhan tulang biasanya terlambat.Sekresi hormon
pertumbuhan mungkin bertambah.
2. Pemeriksaan Radiologik
Pada pemeriksaan radiologik tulang memperlihatkan osteoporosis ringan.
D. Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,protein,
atau keduanya tidak tercukupi oleh diet.(Arisman,2004:92) Dalam keadaan kekurangan
makanan makanan, tubuh berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi
kebutuhan pokok atau energi, kemampuan tubuh untuk mempergunakan
Keperawatan Anak I | 17
karbohidrat,protein merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan
kehidupan, karbohidrat(glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan
bakar, sayangnya kebutuhan tubuh untuk memepertahankan karbohidrat sangat sedikit,
sehingga setelah 25 jam sudah terjadi kekurangan.
Akibat katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilakan
asam amino yang akan segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa
lemak di pecah menjadi asam lemak,gliserol,dan ketan bodies. Otot dapat
memepergunakan asam lemak dan keton bodies,sebagai sumber energi kalau kekurangan
makanan ini berjalan menahun.
E. Penatalaksanaan
1. Pemberian makanan tinggi energi dan tinggi protein
2. Energi 150 kkal/kgBB, protein 3 5 g/kgBB diberikan bertahap.
3. Tambahan KCL 75 100 mg/kgBB/hari dibagi dalam tiga dosis, MgSO4 50%
sebanyak 0,25 ml/kgBB/hari secara IM.
4. Mencegah dan mengatasi hiploglikemi
5. Mencegah dan mengatasi hipotermi
6. Mencegah dan mengatasi dehidrasi
7. Koreksi gangguan elektrolit
8. Mencegah dan mengatasi infeksi
9. Mulai pemberian makan
10. Koreksi kekurangan zat gizi mikro
11. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar
12. Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang
13. Mempersiapkan untuk tindak lanjut rumah
F. Komplikasi
1. Defisiensi vitamin A (xerophtalmia)
Vitamin A berfungsi pada penglihatan (membantu regenerasi visual purple
bila mata terkena cahaya). Jika tidak segera teratasi ini akan berlanjut menjadi
keratomalasia (menjadi buta).
Keperawatan Anak I | 18
4. Defisiensi vitamin B6
Vitamin B6 yang berperan dalam fungsi saraf.
5. Defisiensi Vitamin B12
Vitamin B12 Dianggap sebagai faktor anti anemia dalam faktor ekstrinsik.
Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia pernisiosa.
6. Defisit Asam Folat
Asam Float Menyebabkan timbulnya anemia makrositik, megaloblastik,
granulositopenia, trombositopenia.
7. Defisiensi Vitamin C
Vitamin C Menyebabkan skorbut (scurvy), mengganggu integrasi dinding
kapiler. Vitamin C diperlukan untuk pembentukan jaringan kolagen oleh fibroblas
karena merupakan bagian dalam pembentukan zat intersel, pada proses
pematangan eritrosit, pembentukan tulang dan dentin.
8. Defisiensi Mineral
Mineral seperti Kalsium, Fosfor, Magnesium, Besi, Yodium Kekurangan
yodium dapat menyebabkan gondok (goiter) yang dapat merugikan tumbuh
kembang anak.
9. Tuberkulosis paru dan bronkopneumonia.
Menganggu jalan nafas anak terseebut
10. Noma sebagai komplikasi pada KEP berat Noma atau stomatitis merupakan
pembusukan mukosa mulut yang bersifat progresif sehingga dapat menembus
pipi, bibir dan dagu. Noma terjadi bila daya tahan tubuh sedang menurun. Bau
busuk yang khas merupakan tanda khas pada gejala ini.
Keperawatan Anak I | 19
G. Pathway
Otot-otot melemah&menciut
Resiko keterlambatan
perkembangan
Keperawatan Anak I | 20
BAB III
KONSEP ASKEP
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama,alamat,jenis kelamin, alamat dst
2. Keluhan utama
Kwashiorkor : biasanya anak mengalami bengkak pada kaki dan tangan, kondisi
lemah, tidak mau makan, dan BB menurun.
Marasmus : biasanya anak menjadi rewel, tidak mau makan,badan kelihatan kurus
3. Riwayat kesehatan :
a. Riwayat penyakit sekarang
1. Kapan keluhan mulai dirasakan?
2. Kejadian sudah berapa lama?
3. Apakah ada penurunan BB?
4. Bagaimana nafsu makan pasien?
5. Bagaimana pola makannya?
6. Apakah pernah menderita pengobatan,dimana,oleh siapa,kapan,jenis obatnya?
b. Riwayat penyakit terdahulu
1. Apakah dulu pasien dulu pernah menderita penyakit seperti sekarang?
c. Riwayat Penyakit keluarga
1. Apakah anggota keluarga pasien pernah menderita penyakit yang
berhubungan dengan kekurangan gizi atau kurang protein?
B. PENGKAJIAN FISIK
1. Inspeksi
a. Penampilan umum pasien menunjukkan status nutrisi atau gizi pasien
b. Pada kwashiorkor apakah ada edema,ramut rontok, BB menurun, muka seperti
bulan.
c. Pada marasmus badan kurus,atrofi otot,rambut kemerahan dan kusam,tampak
sianosis,perut mebuncit.
2. Palpasi
a. Pada marasmus terdapat tugor kulit yang jelek
b. pada kwashiorkor terdapat pembesaran hati.
c.
C. PEMERIKSAN DIAGNOSTIK
1. Data laboratorium:
a. Feses urine,darah lemgkap
b. Pemeriksaan albumin,kolesteron
Keperawatan Anak I | 21
c. Kadar asam amino essensial dalam plasma relatif lebih rendah dari asam amino
non essiensial
d. Hitung leukosit,trombosit
e. Hitung glukosa darah
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang asupan makanan ( Domain 2: Nutrisi, kelas 1, makan. Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh. 00002, hal: 177. Nanda 2015-2017)
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
( Domain2: Nutrisi, kelas 5, Hidrasi. Kekurangan volume cairan.00027, hal: 193.
Nanda 2015-2017)
3. Resiko infeksi berhubungan dengan malnutrisi (Domain 11:
Keamanan/Perlindungan, kelas 1, infeksi. Resiko infeksi.00004,hal: 405. Nanda
2015-2017)
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan turgor kulit (Domain
11: Keamanan atau perlindungan, kelas 2 cedera fisik. Kerusakan integritas kulit.
00046, hal: 425. Nanda 2015-2017)
5. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan nutrisi tidak adekuat
(Domain 13: pertumbuhan atau perkembangan, kelas 2 pertumbuhan. Resiko
keterlambatan perkembangan.00112, hal: 479. Nanda 2015-2017)
Keperawatan Anak I | 22
di tingkatkan pada skala makanan yang dimiliki
4) pasien
100903 03
Asupan lemak (di Tentukan apa yang
pertahankan di skala 2 di menjadi preferensi
tingkatkan pada skala 4) makanan bagi pasien
100904 06
Asupan karbohidrat Tentukan jumlah kalori
(dipertahankan di skala 2 dan jenis nutrisi yang di
di tingkatkan pada skala butuhkan untuk
4) memenuhi persyaratan
100906 gizi
Asupan mineral (di 07
pertahankan di skala 2 di Berikan pilihan makanan
tingkatkan pada skala 4) sambil menawarkan
2. Status Nutrisi (1004) bimbingan terhadap
100401 pilihan [makanan] yang
Asupan gizi lebih sehat, jika
(dipertahankan di skala 2 diperlukan.
di tingkatkan pada skala 14
4) Pastikan makanan
100402 disajikan dengan cara
Asupan makanan yang menarik dan pada
( dipertahankan pada suhu yang paling cocok
skala 2 di tingkatkan pada untuk konsumsi secara
skala 4) optimal
100408 15
Asupan cairan Anjurkan keluarga untuk
( dipertahankan pada membawa makanan
skala 2 di tingkatkan pada favorit pasien sementara
skala 4) [pasien] berada dirumah
100403 sakit atau fasilitas
Energy ( dipertahankan perawatan, yang sesuai.
pada skala 2 di tingkatkan 19
pada skala 4) Anjurkan pasien terkait
dengan kebutuhan
makanan tertentu
berdasarkan
perkembangan atau usia
(misalnya, peningkatan
kalsium, protein, cairan,
dan kalori untuk wanita
menyusui, peningkatan
asupan serat unruk
mencegah konstipasi pada
orang dewasa yang lebih
Keperawatan Anak I | 23
tua)
20
Tawarkan makanan ringan
yang padat gizi
22
Monitor kalori dan asupan
makanan
24
Anjurkan pasien untuk
memantau kalori dan
intake makanan
(misalnya, buku harian
makanan)
26
Bantu pasien untuk
mengakses program-
program gizi komunitas
(misalnya, perempuan,
bayi, dan anak, kupon
makanan, dari makanan
yang diantar ke rumah)
27
Berikan arahan, bila
diperlukan
2 Kekurangan volume Setelah diberikan tindakan 2G-2080
cairan berhubungan keperawatan selama 3x24 jam (Domain 2 Fisiologis: Kompleks,
dengan kehilangan diharapkan dengan KH: managemen elektrolit dan asam
cairan aktif ( Domain2: 1. Keseimbangan Cairan (0601) basa, managemen
Nutrisi, kelas 5, Hidrasi. 060107 elektrolit/cairan)
Kekurangan volume Keseimbangan intake 03
cairan.00027, hal: 193. output dalam 24 jam Pantau adanya tanda dan
Nanda 2015-2017) (dipertahankan di skala 2 gejala overhidrasi yang
di tingkatkan pada skala memburuk, atau dehidrasi
4) (misalnya, ronki basah di
060109 lapangan paru terdengar,
Berat badan stabil poliuria, atau oliguria,
(dipertahankan di skala 2 perubahan perilaku,
di tingkatkan pada skala kejang, saliva berbusa dan
4) kental, mata cekung atau
060116 edema, napas dangkal dan
Turgor kulit cepat.
(dipertahankan di skala 2 04
di tingkatkan pada skala Dapatkan specimen
4) laboratorium untuk
060118 pemantauan perubahan
Keperawatan Anak I | 24
Serum elektrolit cairan atau elektrolit
(dipertahankan di skala 2 (misalnya, hematocrit,
di tingkatkan pada skala BUN, protein, natrium,
4) dan kadar kalium) yang
060115 sesuai.
Kehausan (dipertahankan 17
di skala 2 di tingkatkan Monitor hasil
pada skala 4) laboratorium yang relevan
060123 dengan retensi cairan
Kram otot (dipertahankan (misalnya peningkatan
di skala 2 di tingkatkan berat jenis, peningkatan
pada skala 4) BUN, penurunan
060124 hematokrit, dan
Pusing (dipertahankan di peningkatan kadar
skala 2 di tingkatkan pada osmolalitas urin)
skala 4) 20
Pantau adanya tanda dan
gejala retensi cairan
22
Batasi cairan yang sesuai
3 Resiko infeksi Setelah diberikan tindakan 4V-6540
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam (Domain 4 Keamanan ,
malnutrisi (Domain 11: diharapkan dengan KH: managemen risiko, control
Keamanan/Perlindungan, 1. Kontrol resiko (1902) infeksi)
kelas 1, infeksi. Resiko 190219 01
infeksi.00004,hal: 405. Mencari informasi Alokasikan kesesuaian
Nanda 2015-2017) tentang resiko kesehatan ruas ruang perpasien,
(dipertahankan di skala 2 seperti yang di
di tingkatkan pada skala indikasikan oleh pedoman
4) Pusat Pengadilan dan
190220 Pencegahan Penyakit
Mengidentifikasi faktor (Centers for Disease
resiko (dipertahankan di Control and Prevention
skala 2 di tingkatkan pada atau CDC)
skala 4) 02
190201 Bersihkan lingkungan
Mengenali faktor resiko dengan baik setelah
individu (dipertahankan digunakan untuk setiap
di skala 2 di tingkatkan pasien
pada skala 4) 03
190221 Ganti peralatan perawatan
Mengenali kemampuan perpasien sesuai protocol
untuk merubah perilaku institusi
(dipertahankan di skala 2 07
di tingkatkan pada skala Batasi jumlah pengunjung
Keperawatan Anak I | 25
4) 13
190202 Lakukan tindakan-
Memonitor faktor resiko tindakan pencegahan yang
di lingkungan bersifat universal
(dipertahankan di skala 2 14
di tingkatkan pada skala Pakai sarung tangan
4) sebagaimana dianjurkan
190203 oleh kebijakan
Memonitor faktor resiko pencegahan universal atau
individu (dipertahankan Unniversal Precautions.
di skala 2 di tingkatkan 16
pada skala 4) Pakai sarung tangan steril
190205 dengan tepat
Menyesuaikan strategi 27
control resiko Dorong batuk dan
(dipertahankan di skala 2 bernafas dalam yang tepat
di tingkatkan pada skala 28
4) Tingkatkan intake nutrisi
190206 yang tepat
Berkomitemen akan 29
strategi control resiko Dorong intake cairan yang
(dipertahankan di skala 2 sesuai
di tingkatkan pada skala 30
4) Dorong untuk beristirahat
190207 32
Menjalankan strategi Berikan imunisasi yang
control resiko yang sudah sesuai
di tetapkan
34
(dipertahankan di skala 2
Ajarkan pasien dan
di tingkatkan pada skala
anggota keluarga
4)
mengenai bagaimana
190208
menghindari dari infeksi
Memodifikasi gaya hidup
untuk mengurangi resiko
(dipertahankan di skala 2
di tingkatkan pada skala
4)
2. Kontrol risiko: Proses infeksi
(1924)
192425
Mencari informasi terkait
control infeksi
(dipertahankan di skala 2
di tingkatkan pada skala
4)
Keperawatan Anak I | 26
192426
Mengidentifikasi faktor
risiko infeksi
(dipertahankan di skala 2
di tingkatkan pada skala
4)
192401
Mengenali faktor risiko
individu terkait infeksi
(dipertahankan di skala 2
di tingkatkan pada skala
4)
192402
Mengetahui konsekuensi
terkait infeksi
(dipertahankan di skala 2
di tingkatkan pada skala
4)
192405
Mengidentifikasi tanda
dan gejala infeksi
(dipertahankan di skala 2
di tingkatkan pada skala
4)
192409
Memonitor faktor
lingkungan yang
berhubungan dengan
risiko infeksi
(dipertahankan di skala 2
di tingkatkan pada skala
4)
192420
Memonitor perubahan
status kesehatan
(dipertahankan di skala 2
di tingkatkan pada skala
4)
192421
Melakukan tindakan
segera untuk mengurangi
resiko (dipertahankan di
skala 2 di tingkatkan pada
skala 4)
192424
Keperawatan Anak I | 27
Menggunakan fasilitas
kesehatan yang sesuai
dengan kebutuhan
(dipertahankan di skala 2
di tingkatkan pada skala
4)
Keperawatan Anak I | 28
(dipertahankan di skala 2 10
di tingkatkan pada skala Monitor infeksi, terutama
4) dari daerah edema.
Keperawatan Anak I | 29
010214 Intruksikan orang tua atau
Mulai menunjukkan pengasuh untuk hanya
tanda-tanda kecemasan memberi makanan yang
pada orang asing lembut atau sudah di
(dipertahankan di skala 2 hancurkan
di tingkatkan pada skala 07
4) Intruksikan orang tua atau
010215 pengasuh untuk
Menyamankan diri menyingkirkan benda-
(dipertahankan di skala 2 benda kecil dari
di tingkatkan pada skala jangkauan bayi
4)
Keperawatan Anak I | 30
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
KKP sering dijumpai pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun, dimana pada usia ini
tubuh memerlukan zat gizi tinggi, sehingga apabila kebutuhan zat gizi itu tidak tercapai
maka tubuh akan menggunakan cadangan zat makanan yang ada, dan lama-kelamaan
cadangan makanan itu akan habis dan akan menyebabkan kelainan pada jaringan, dan
proses selanjutnya dalam tubuh akan menyebabkan perubahan dan akhirnya akan
menimbulkan kelainan anatomi.
Pada penyakit marasmus kwashiorkor tidak hanya terjadi defisiensi kalori dan
protein, tetapi juga terjadi defisiensi multivitamin dan multinutrien. Dengan klasifikasi
dua yaitu marasmus dan kawashiorkor dengan kedua jenis ini dapat dibedakan bahwa
karhiorkor itu hany kekurangan protein sedangkan marasmus cenderung dengan kalori
dan protein. Penyebab utama dari kwasiorkor adalah makanan yang sedikit mengandung
protein ( terutama protein hewani ), kebiasaan makan sayur sayuran yang mengandung
karbohidrat. Dengan pemeriksaan diagnostik yaitu laboratorium seperti pengecekan asam
amina dan glukosa.
Keperawatan Anak I | 31
DAFTAR PUSTAKA
Anonim-1. Early Detection and Referral of Children with Malnutrition. British Medical Bulletin.
2008.
M. Bulechek, Gloria, dkk. 2016. Nursing Intervention Classification. Ed. 6. Indonesia: Elseveir.
Keperawatan Anak I | 32