0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
300 tayangan19 halaman

Paper Toksikologi Veteriner

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 19

Paper Toksikologi Veteriner

KERACUNAN PESTISIDA

Oleh:

RADHIATI KEMALA SARI

1202101010055

KELAS A

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2015
KERACUNAN PESTISIDA

Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan


hama. Beberapa jenis hama yang paling sering ditemukan adalah
serangga dan beberapa di antaranya sebagai vektor penyakit.
Penyakit-penyakit yang penularannya melalui vektor antara lain
malaria, onkosersiasis, filariasis, demam kuning, riketsia,
meningitis, tifus dan pes (Raini, 2007).

Gambar 1. Bahaya pestisida

Pestisida adalah bahan-bahan kimia yang digunakan untuk


membasmi serangga insetisida, tumbuh-tumbuhan herbisida,
jamur dan lumut fungisida, tikus besar dan kecil rodentisida,
kutu akarisida, bakteri bakterisida, burung avisida, cacing
gelang nematisida atau bahan lain yang digunakan untuk
membunuh binatang yang tidak dikehendaki, yang sengaja
ditambahkan kelingkungan (Wirasuta, 2006).

Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad


renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai
hama. Hama yang dimaksud di sini adalah sangat luas, yaitu
serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman
yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus,
kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran
mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap
merugikan (Biotis, 2014).

Penggunaan pestisida yang tidak tepat dapat memberikan akibat samping


keracunan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan penggunaan
pestisida antara lain tingkat pengetahuan, sikap atau perilaku pengguna pestisida,
penggunaan alat pelindung, serta kurangnya informasi yang berkaitan dengan
resiko penggunaan pestisida. Selain itu petani lebih banyak mendapat informasi
mengenai pestisida dari petugas pabrik pembuat pestisida dibanding petugas
kesehatan (Raini, 2007).
Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida
ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih
dititikberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada
dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali (Biotis, 2014).
Klasifikasi Pestisida:
a. Insektisida
Pestisida khususnya insektisida merupakan kelompok
pestisida yang terbesar dan terdiri atas beberapa sub kelompok
kimia yang berbeda, yaitu:
1. Organoklorin, merupakan insektisida chlorinated
hydrocarbon secara kimiawi tergolong insektisida yang
relatif stabil dan kurang reaktif, ditandai dengan dampak
residunya yang lama terurai di lingkungan. Salah satu
insektisida organoklorin yang terkenal adalah DDT.
Pestisida ini telah menimbulkan banyak perdebatan.
Kelompok organoklorin merupakan racun terhadap susunan
saraf baik pada serangga maupun mamalia. Keracunan
dapat bersifat akut atau kronis. Keracunan kronis bersifat
karsinogenik (kanker).
2. Organofosfat, insektisida ini merupakan ester asam fosfat
atau asam tiofosfat. Pestisida ini umumnya merupakan
racun pembasmi serangga yang paling toksik secara akut
terhadap binatang bertulang belakang seperti ikan, burung,
cicak dan mamalia. Pestisida ini mempunyai efek
memblokade penyaluran impuls saraf dengan cara
mengikat enzim asetilkolinesterase. Keracunan kronis
pestisida golongan organofosfat berpotensi karsinogenik.

Gambar 2. Pengikatan kolinesterase dengan pestisida


organofosfat
3. Karbamat, kelompok ini merupakan ester asam N-
metilkarbamat. Bekerja menghambat asetilkolinesterase.
Tetapi pengaruhnya terhadap enzim tersebut tidak
berlangsung lama, karena prosesnya cepat (reversibel).
Kalau timbul gejala, gejala itu tidak bertahan lama dan
cepat kembali normal. Pada umumnya, pestisida kelompok
ini dapat bertahan dalam tubuh antara 1 sampai 24 jam
sehingga cepat diekskresikan.
4. Piretroid dan yang berasal dari tanaman lainnya. Piretroid
berasal dari piretrum diperoleh dari bunga Chrysanthemum
cinerariaefolium. Insektisida tanaman lain adalah nikotin
yang sangat toksik secara akut dan bekerja pada susunan
saraf. Piretrum mempunyai toksisitas rendah pada manusia
tetapi dapat menimbulkan alergi pada orang yang peka.
Gambar 3. Jenis insektisida atraktan
b. Herbisida
Ada beberapa jenis herbisida yang toksisitasnya pada
hewan belum diketahui dengan pasti.
1. Senyawa klorofenoksi, misalnya 2,4-D (2,4 asam
diklorofenoksiasetat) dan 2,4,5-T (2,4,5-asam
triklorofenoksi asetat). Senyawa-senyawa ini bekerja pada
tumbuhan sebagai hormon pertumbuhan. Toksisitasnya
pada hewan relatif rendah. Tetapi klorakne, mempunyai
efek toksik pada manusia disebabkan oleh pencemar
2,3,7,8-tetraklorobenzo-p-dioksin.
2. Herbisida biperidil, misalnya parakuat dan dikuat, telah
dipergunakan secara luas. Toksisitas zat ini dilakukan lewat
pembentukan radikal bebas. Toksisitas parakuat ditandai
oleh efek paru-paru melalui paparan inhalasi dan oral.
Keracunan kronis pestisida parakuat dan dikuat bersifat
karsinogenik.
3. Herbisida lainnya seperti dinitro-o-kresol (DNOC), amitrol
(aminotriazol), karbamat profam dan kloroprofam dan Iain-
lain.
Gambar 4. Herbisida amitrol
c. Fungisida
1. Senyawa merkuri, misalnya metil dan etil merkuri
merupakan fungisida yang sangat efektif dan telah
dipergunakan secara luas untuk mengawetkan butir padi-
padian. Beberapa kecelakaan tragis akibat penggunaan
pestisida ini, menyebabkan banyak kematian dan
kerusakan neurologi menetap, sehingga kini tidak
digunakan lagi.
2. Senyawa dikarboksimida antara lain dimetil-tiokarbamat
(ferbam, tiram dan
ziram) dan etilenbisditiokar (maneb, nabamdan zineb).
Toksisitas akut senyawa ini relatif rendah. karena itu zat ini
dipergunakan secara luas dalam pertanian tapi ada
kemungkinan berpotensi karsinogenik.
3. Derivat ftalimida misalnya kaptan dan folpet, mempunyai
toksisitas akut dan kronis yang sangat rendah namun
berpotensi karsinogenik dan teratogenik.
4. Senyawa aromatik misalnya pentaklorofenol (PCP), sebagai
bahan pengawet kayu. Pentakloronitrobenzen (PCNB)
dipergunakan sebagai fungisida dalam mengolah tanah.
Secara akut zat ini tidak begitu tosik dibandingkan PCP,
tetapi dapat bersifat karsinogenik.
Gambar 5. Fungisida komersil
5. Fungisida lain adalah senyawa Nheterosiklik tertentu
misalnya benomil dan
tiabendazol. Toksisitas bahan kimia ini sangat rendah
sehingga dipergunakan secara luas dalam pertanian.
Heksaklorobenzen dipergunakan sebagai zat pengolah
benih.

Gambar 6. Jenis fungisida yang biasa digunakan


d. Rodentisida
1. Warfarin adalah suatu antikoagulan yang bekerja sebagai
anti metabolit vitamin K, dengan demikian menghambat
pembentukan protrombin. Bahan kimia ini telah
dipergunakan secara luas karena toksisitasnya rendah.
2. Tiourea misalnya ANTU (a-naftiltiourea) sangat toksik pada
tikus tetapi tidak begitu toksik bagi manusia.
3. Natrium fluoroasetat dan fluoroasetamida, bersifat sangat
toksik karena itu kedua zat ini hanya boleh digunakan oleh
orang-orang tertentu yang mendapat izin. Kedua toksikan
ini bekerja menghambat siklus asam sitrat.
4. Rodentisida lainnya mencakup produk tumbuhan misalnya
alkaloid striknin, perangsang susunan syaraf pusat kuat,
squill merah, yang mengandung glikosida skilaren A dan B.
Glikosida ini mempunyai efek kardiotonik dan emesis
sentral karena itu zat ini secara relatif tidak beracun bagi
sebagian besar mamalia tetapi sangat beracun bagi tikus.
Rodentisida anorganik antara lain seng fosfid, talium sulfat,
arsen trioksida dan unsur fosfor.

Gambar 7. Jenis rodentisida


e. Fumigan
Sesuai namanya, kelompok pestisida ini mencakup
beberapa gas, cairan yang mudah menguap dan zat padat yang
melepaskan berbagai gas lewat reaksi kimia. Dalam bentuk gas,
zat-zat ini dapat menembus tanah untuk mengendalikan
serangga-serangga, hewan pengerat dan nematoda tanah.
Banyak fumigan misalnya akrilomtril, kloropikrm dan etilen
bromida adalah zat kimia reaktif dan dipergunakan secara luas
dalam industri kimia. Beberapa fumigan bersifat karsinogenik
seperti etilen bromida, 1,3-dikloropropen (Raini, 2007).
Gambar 8. Fumigan komersil

Kimia Pestisida:

Pestisida tersusun dan unsur kimia yang jumlahnya tidak


kurang dari 105 unsur. Namun yang sering digunakan sebagai
unsur pestisida adalah 21 unsur. Unsur atau atom yang lebih
sering dipakai adalah carbon, hydrogen, oxigen, nitrogen,
phosphor, chlorine dan sulfur. Sedangkan yang berasal dari
logam atau semi logam adalah ferum, cuprum, mercury, zinc dan
arsenic.

1. Sifat pestisida

Setiap pestisida mempunyai sifat yang berbeda. Sifat


pestisida yang sering ditemukan adalah daya, toksisitas, rumus
empiris, rumus bangun, formulasi, berat molekul dan titik didih.

2. Tata Nama Pestisida

Pengetahuan pestisida juga meliputi struktur dan cara


pemberian nama atau dikenal dengan tata nama.

3. Cara Kerja Pestisida


Pestisida kontak, berarti mempunyai daya bunuh
setelah tubuh jasad terkena sasaran.
Pestisida fumigan, berarti mempunyai daya bunuh
setelah jasad sasaran terkena uap atau gas.
Pestisida sistemik, berarti dapat ditranslokasikan ke
berbagai bagian tanaman melalui jaringan. Hama
akan mati kalau mengisap cairan tanaman.
Pestisida lambung, berarti mempunyai daya bunuh
setelah jasad sasaran memakan pestisida (Biotis,
2014).

Jalan Masuk Pestisida:

Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit


(dermal), pernafasan (inhalasi) atau mulut (oral). Pestisida akan
segera diabsorpsi jika kontak melalui kulit atau mata. Absorpsi ini
akan terus berlangsung selama pestisida masih ada pada kulit.
Kecepatan absorpsi berbeda pada tiap bagian tubuh.
Perpindahan residu pestisida dan suatu bagian tubuh ke bagian
lain sangat mudah. Jika hal ini terjadi maka akan menambah
potensi keracunan. Residu dapat pindah dari tangan ke dahi yang
berkeringat atau daerah genital. Pada daerah ini kecepatan
absorpsi sangat tinggi sehingga dapat lebih berbahaya dari pada
tertelan. Paparan melalui oral dapat berakibat serius, luka berat
atau bahkan kematian jika tertelan. Pestisida dapat tertelan
karena kecelakaan, kelalaian atau dengan sengaja (Raini, 2007).

Keracunan dan Toksisitas Pestisida:

Keracunan pestisida terjadi bila ada bahan pestisida yang


mengenai dan/atau masuk ke dalam tubuh dalam jumlah
tertentu. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
keracunan pestisida antara lain:

a. Dosis.
Dosis pestisida berpengaruh langsung terhadap bahaya
keracunan pestisida, karena untuk penyemprotan petani
hendaknya memperhatikan
takaran atau dosis yang tertera pada label. Dosis atau
takaran yang melebihi aturan akan membahayakan
penyemprot itu sendiri.
b. Toksisitas senyawa pestisida.
Kesanggupan pestisida untuk membunuh sasarannya.

Gambar 9. Kematian gajah karena pestisida perkebunan

Gejala dan Tanda Keracunan Pestisida:

N Jenis Gejala dan Tanda Keterangan


o. Pestisida
1 Insektisida:
Organoklorin Mual, muntah, gelisah, Tidak ada antidot
pusing, lemah, rasa geli langsung untuk
atau menusuk pada kulit, mengatasi
kejang otot, hilang keracunan. Obat
koordinasi, tidak sadar. yang diberikan
hanya mengurangi
gejala seperti anti
konvulsi dan
Organofosfat pernafasan
dan karbamat Lelah, sakit kepala, buatan.
pusing, hilang selera Gejala keracunan
makan, mual, kejang karbamat cepat
perut, diare, penglihatan muncul
kabur, keluar: air mata, namun cepat
keringat, air liur berlebih, hilang jika
tremor, pupil mengecil, dibandingkan
denyut jantung lambat, dengan
kejang otot (kedutan), organofosfat.
tidak sanggup berjalan, Antidot: atropin
rasa tidak nyaman atau pralidoksim.
dan sesak, buang air
Piretroid besar dan kecil tidak
sintetik terkontrol, inkontinensi,
tidak sadar dan kejang-
kejang.
Iritasi kulit: pedih, rasa
terbakar, gata-gatal, rasa Jarang terjadi
geli, mati rasa, keracunan, karena
Piretroid inkoordinasi, tremor, kecepatan
derivat salivasi, muntah, diare, absorpsi melalui
tanaman:piret iritasi pada pendengaran kulit rendah dan
rum dan dan perasa. piretroid cepat
piretrin hilang.
Alergi, iritasi kulit dan Pada umumnya
asma. efek muncul 1-2
jam setelah
paparan dan
hilang dalam 24
Insektisida jam. Piretrin lebih
anorganik ringan dari pada
Asam borat piretrum tapi
&borat bersifat iritasi
Iritasi kulit: kulit pada orang yang
Insektisida kemerahan, peka.
mikroba: pengelupasan. Gatal-
Bacillus gatal pada kaki, bokong
thuringiensis dan kemaluan.
DEET Iritasi saluran pernafasan
repellent dan sesak nafas.
Radang saluran
pencernaan.

Iritasi kulit, kulit


kemerahan, melepuh
hingga nyeri, iritasi mata,
pusing, perubahan emosi.
2 Herbisida Iritasi pada kulit, mata,
saluran pencemaan.
Herbisida Pertumbuhan abnormal Akumulasi selama
biperidil pada : paru, lensa dan 24-72 jam,
perakut kornea, mukosa hidung, menimbulkan
kerusakan paru-paru, kematian.
ginjal, hati dan otak.
Dikuat Gangguan lensa mata Lebih ringan dari
dan dinding saluran usus, pada parakuat.
gelisah, mengurangi
sensitivitas terhadap
Dikuat atau rangsangan. Dosis tinggi.
parakuat Iritasi pada membran
mukosa mulut,
kerongkongan dan perut,
muntah, iritasi kulit dan
rasa terbakar, mimisan,
Klorfenoksi radang pada mulut dan Kontak dalam
herbisida saluran pernafasan jangka lama akan
atas. menghilangkan
Iritasi tingkat sedang pigmen kulit.
pada kulit dan membran Dalam tubuh
mukosa, rasa terbakar hanya tinggal
pada hidung, sinus dan dalam waktu
Herbisida dada, batuk, pusing. singkat.
arsenik: Arsan Iritasi perut, muntah,
dan motar perut dan dada, sakit, Oral
diare, pusing, bingung, Keracunan berat:
bizar, tidak sadar. Bau bawang putih
Pertumbuhan berlebih pada pemafasan
pada epidermis, dan feses.
pengelupasan kulit, Gejala mulai
produksi cairan berlebih muncul 1-3 jam
pada muka, kelopak mata sejak paparan.
dan pergelangan kaki, Kematian terjadi
garis putih pada kuku, setelah 1-3 hari
kehilangan kuku, rambut kemudian
rontok, bercak merah biasanya akibat
pada membran mukosa. kegagalan
Kerusakan saluran sistem sirkulasi.
pencernaan: radang
mulut dan kerongkongan,
perut rasa nyeri terbakar,
haus, muntah, diare
berdarah.
Kerusakan sistem saraf
pusat: pusing, sakit
kepala, lemah, kejang
otot, suhu tubuh turun,
lamban, mengigau,
koma, kejang-kejang
Kerusakan hati: kulit
kuning
Kerusakan darah:
pengurangan set darah
merah, putih
dan platelet darah.
3 Fungisida Iritasi pada membran Dermal, inhalasi,
Pengawet mukosa oral.
kayu Iritasi kulit hingga Oral.
Kreosot (coal dermatitis, Iritasi mata Dermal.
tar) dan saluran pemafasan,
kerusakan hati parah.
Sakit kepala, pusing,
mual, muntah, timbul
bercak biru kehitaman-
hijau kecoklatan pada Dermal.
Pentaklorofen kulit. Oral.
ol Iritasi kulit, mata dan
saluran pemafasan
menimbulkan rasa kaku
pada hidung,
tenggorokan
gatal, keluar air mata,
berjerawat.
Demam, sakit kepala,
mual, berkeringat
banyak, hilangnya
koordinasi, kejang-
kejang, demam tinggi,
kejang otot dan tremor, Berdampak pada
sulit bernafas, konstriksi sistem saraf
Arsenik dada, nyeri perut dan pusat, paru-paru,
muntah, gelisah, eksitasi jantung dan hati.
dan bingung, Gejala muncul 1-
haus hebat, kolaps. beberapa jam
Mual, sakit kepala, diare, setelah
nyeri perut, pusing, paparan. Kematian
kejang terjadi setelah 1-3
otot, mengigau, kejang- hari
kejang setelah paparan
(tergantung
dosis).
4 Rodentisida:
Kumarin Kronis: sakit kepala
menetap, sakit perut,
salivasi, demam iritasi
saluran pemafasan atas.
Perdarahan pada hidung,
gusi, kencing berdarah,
feses berlendir, timbul
bercak biru kehitaman-
Indadion hijau kecoklatan pd kulit.
Kerusakan saraf, jantung
dan sistem sirkulasi,
hemoragi, kematian pada
hewan. Pada manusia
Seng sulfat belum ada dampak yang
dilaporkan.
Diare, nyeri perut, mual,
muntah, sesak,
tereksitasi,
rasa dingin, hilang
kesadaran, edema paru,
Strikhnin iritasi hebat, kerusakan
paru-paru, hati, ginjal
dan sistem saraf pusat,
koma kematian.
Kerusakan sistem saraf
dalam 20-30 menit:
kejang-kejang
hebat, kesulitan
pemafasan, meninggal.
5 Fumigan Sakit kepala, pusing.
mual, muntah.
Sulfur florida Depresi, sempoyongan,
gagap, mual, muntah,
nyeri lambung, gelisah,
mati rasa, kedutan,
kejang-kejang, nyeri dan
rasa dingin di kulit,
Fosfin kelumpuhan pernafasan.
Rasa dingin, nyeri dada,
diare, muntah, batuk,
dada sesak, sukar
bernafas, lemas, haus
dan gelisah, nyeri
lambung, hilangnya
koordinasi, kulit kebiruan,
nyeri tungkai, perbesaran
pupil, timbul cairan pada
paru-paru, pingsan,
kejang-kejang, koma dan
Halokarbon kematian.
Kulit kemarahan,
melepuh dan pecah-
pecah menimbulkan kulit
kasar dan luka.
Nyeri perut, lemah,
gagap, bingung, tremor,
kejangkejang
seperti epilepsi.

Penanganan Keracunan Pestisida:

Setiap orang yang pekerjaannya sering berhubungan


dengan pestisida seperti petani, gejala dan tanda keracunan
pestisida dengan baik. Tindakan pencegahan lebih baik dilakukan
untuk menghindari keracunan. Setiap orang yang berhubungan
dengan pestisida harus memperhatikan hal-hal berikut:

1. Kenali gejala dan tanda keracunan pestisida dan


pestisida yang sering digunakan.
2. Jika diduga keracunan, korban segera dibawa ke rumah
sakit atau dokter terdekat.
3. Identifikasi pestisida yang memapari korban, berikan
informasi ini pada rumah sakit atau dokter yang merawat.
4. Bawa label kemasan pestisida tersebut. Pada label tertulis
informasi pertolongan pertama penanganan korban.
5. Tindakan darurat dapat dilakukan sampai pertolongan
datang atau korban dibawa ke rumah sakit (Raini, 2007).

DAFTAR PUSTAKA

Biotis. 2014. Apa itu Pestisida?.


http://www.biotis.co.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=82:apa-itu-
pastisida&catid=14:berita. Diakses tanggal 13 Mei 2015.
Raini, M. 2007. Toksikologi Perstisida dan Penanganan
Akibat Keracunan Pestisida. Jurnal Biomedis dan
Farmasi. Vol. 17, No. 3. Puslitbang.
Wirasuta, I M. A. G. 2006. Bahan Ajar Toksikologi Umum. Hal.
89-91. Bali: Universitas Udayana press.

Anda mungkin juga menyukai