Dualisme Gelombang Partikel (KELOMPOK 3)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FISIKA

DUALISME GELOMBANG PARTIKEL

KELOMPOK 3 (XII IPA 3)


1. ASYATI
2. DWI PRAWIRADIJAYA
3. FANDHITA EKA PRASATIA
4. GUSENDA MAGISTRA
5. IHFA AULIA
6. M. BENI AL - AZIS
7. RISMAWANTI NURFATIMAH

SMA NEGERI 1 PANDEGLANG


Jln. Raya Serang KM. 3 Cigadung Pandeglang, Banten
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Dualisme Gelombang Partikel. Shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi akhir
zaman yakni Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-quran dan
sunnah untuk keselamatan umat di dunia. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah
ini.
Kami pun menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan - kekurangan dalam penulisan
makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pandeglang, 27 Agustus 2016

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................................. 1
D. Manfaat .......................................................................................................................... 1

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dualisme Gelombang Partikel ..................................................................... 2
B. Radiasi Benda Hitam ..................................................................................................... 2
a. Energi Radiasi .......................................................................................................... 2
b. Hukum Pergeseran Wien ......................................................................................... 3
c. Teori Klasik dan Teori Planck ................................................................................. 3
C. Efek Fotolistrik .............................................................................................................. 4
D. Efek Compton ................................................................................................................ 5
E. Teori de Broglie ............................................................................................................. 6

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 7
B. Saran .................................................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latarbelakang

Pada awal abad ke- 20 Albert Einstein dan Max Planck ilmuwan yang telah mempelopori
teori kuantum yang menjelasakan sifat sifat partikel dari gelombang. Setelah itu
bermunculan ilmuan lain seperti pada tahun 1923 A.H. Compton menemukan bahwa cahaya
memiliki sifat kembar sebagai gelombang dan sebagai partikel. Penemuan ini menyebabkan
De Broglie berpikir sebagaimana cahaya bersifat gelombang dan partikel, maka partikel pun
dapat bersifat gelombang. Canggung-nya para ilmuan terhadap hipotesis De Broglie karena
gagasan nya tidak berdasarkan eksperimental tidak seperti teori kuantum yang mempunyai
fakta fakta empiris. Akan tetapi setelah 3 tahun kemudian, Hipotsis De Broglie terbukti
kebenaranya oleh dua ahli fisika Amerika Serikat yaitu Clinton Davisson dan Lester Germer.
Dalam hipotesis-nya De Broglie menyatakan partikel-partikel seperti elektron, neutron
maupun proton mempunyai sifat dualisme yaitu partikel dan gelombang.

B. Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan dualisme gelombang partikel ?


b. Apa itu radiasi benda hitam, energi radiasi, hukum pergeseran wien, teori klasik & teori
planck, energi compton, efek fotolistrik, dan teori de broglie.

C. Tujuan

a. Mengetahui tentang dualisme gelombang partikel.


b. Mengetahui tentang radiasi benda hitam, energi radiasi, hukum pergeseran wien, teori
klasik & teori planck, energi compton, efek fotolistrik, dan teori de broglie.

D. Manfaat

a. Dengan pembuatan makalah ini, kita dapat mengetahui materi tentang dualisme
gelombang partikel.
b. Dengan pembuatan makalh ini kita dapat mengetahui tentang hal hal apa saja yang
dibahas di dalam materi dualisme gelombang partikel, seperti radiasi benda hitam, energi
radiasi, hukum pergeseran wien, teori klasik & teori planck, energi compton, efek
fotolistrik, dan teori de broglie.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dualisme Gelombang Partikel


Menurut asal kata, pengertian partikel dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu
unsur dasar benda atau bagian benda yang sangat kecil dan berdimensi. Partikel disebut materi
yang sangat kecil seperti butir pasir, elektron, atom atau molekul. Dualisme yaitu paham
bahwa dulu kehidupan ini ada dua prinsip yg saling bertentangan. Jadi dualisme partikel yaitu
dua paham yang berbeda mengenai suatu materi yaitu partikel dan gelombang. Dualisme
gelombang partikel menyatakan bahwa cahaya dan benda memperlihatkan sifat
gelombang dan partikel. Konsep utama dalam mekanika kuantum, dualitas menyatakan
kekurangan konsep mengenai "Partikel" dan "Gelombang" untuk menjelaskan bagaimana
perilaku objek kuantum.
Ide awal dualitas ini muncul pada tahun 1600-an terjadi perdebatan tentang
sifat cahaya dan benda, ketika teori cahaya yang saling bersaing yang diusulkan
oleh Christiaan Huygens dan Isaac Newton. Melalui hasil riset Albert Einstein, Louis de
Broglie dan kawan-kawan, sampai saat ini para ilmuwan telah menerima suatu Gagasan
mengenai Dualisme Gelombang Partikel bahwa seluruh objek memiliki sifat gelombang dan
partikel. Meskipun fenomena ini hanya dapat terdeteksi dalam skala kecil, seperti atom.
Dualitas gelombang partikel merupakan dasar-dasar teori mekanika kuantum yang erat
kaitanya dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan manusia.

B. Radiasi Benda Hitam

- redup tidak panas


- terang panas

Pada saat kita mendekatkan tangan pada lilin menyala dan lampu minyak yang sedang
menyala selama selang waktu tertentu, kita akan merasakan radiasi kalor yang dihasilkan oleh
lampu minyak lebih panas dibandingkan lilin, sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa
lampu minyak memiliki suhu yang lebih tinggi daripada lilin. Berdasarkan hal tersebut, dapat
disimpulkan bahwa makin tinggi suhu suatu benda, makin besar pula energi kalor yang di
pancarkannya.

a. Energi Radiasi

Joseph Stefan dan Ludwig Boltzmann telah melakukan pengukuran laju energi kalor
radiasi yang dipancarkan oleh permukaan suatu benda. Hasil yang diperoleh selanjutnya dike-

2
nal dengan sebagai hukum Stefan-Boltzmann yang berbunyi :

Energi yang di pancarkan oleh suatu permukaan benda dalam bentuk radiasi kalor per
satuan waktu sebanding dengan luas permukaan dan sebanding dengan pangkat empat
suhu mutlak permukaan itu.

Kalor yang dipancarkan tiap detik :



= = 4

Keterangan :
P = daya radiasi (W)
Q = energi kalor (J)
T = waktu (s)
= konstanta stefan boltzmann (5,67 X 10-8 W/m2K4)
e = emisivitas benda
A = luas permukaan benda (m2)
T = suhu mutlak permukaan benda (K)

Emisivitas e suatu benda menyatakan kemampuann benda untuk memancarkan radiasi


kalor dibandingkan dengan benda hitam sempurna. Benda hitam sempurna memiliki
emisivitas e = 1, yaitu benda yang dapat menyerap semua energi kalor yang datang dan dapat
memancarkan energi kalor dengan sempurna. Jadi, nilai emisivitas e adalah antara 0 dan 1 (0
e 1).
Benda sempurna merupakan suatu model idealisasi. Jadi, sebenarnya tidak ada sebuah
benda yang berperilaku sebagai benda hitam sempurna. Berdasarkan definisi benda hitam
sempurna kita dapat membuat model benda hitam yang menyerap hampir seluruh radiasi yang
mengenainya.

b. Hukum Pergeseran Wien

Wilhelm Wien, seorang ilmuwan fisika berkebangsaan Jerman menemukan suatu


hubungan empiris sederhana antara panjang gelombang yang dipancarkan untuk intensitas
maksimum (m) dengan suhu mutlak (T) sebuah benda yang dikenal sebagai hukum
pergeseran Wien.

m T = C = 2,898 x 10-13 m K

dengan C adalah konstanta pergeseran Wien. Intensitas terhadap panjang gelombang radiasi
suatu benda hitam sempurna untuk tiga keadaan suhu yang berbeda. Puncak puncak
spektrumnya akan bergeser ke arah m yang semakin besar dengan berkurangnya suhu. Salah
satu kegunaan hukum pergeseran Wien adalah untuk memperkirakan suhu Matahari.

c. Teori Klasik dan Teori Planck

Masalah besar yang menarik dan belum terpecahkan oleh para ilmuwan fisika di akhir
abad 19 adalah penjelasan ilmiah mengenai radiasi benda hitam dan pergeseran Wien. Ada
dua teori klasik yang mencoba menjelaskan spektrum radiasi benda hitam, yaitu teori Wien
dan teori Rayleigh-Jeans.
Teori Wien menyatakan hubungan antara radiasi dengan panjang geombang
menggunakan analogi antara radiasi dalam ruangan dan distribusi kelajuan molekul gas.
Secara matematika teori Wien dapat dituliskan sebagai berikut.


I = 8( )5 e-bcl T
2
3
Persamaan tersebut hanya mampu menjelaskan radiasi benda hitam untuk panjang gelombang
yang pendek, tetapi gagal untuk panjang gelombong yang panjang.
Teori Rayleigh-Jeans menyatakan hubungan antara intensitas dan panjang gelombang
radiasi dengan menggunakan penurunan dari teori klasik murni, yang secara matematis dapat
dituliskan sebagai.

32
= ( )
3 2
Persamaan ini berhasil menjelaskan radiasi benda hitam untuk panjang gelombang yang
panjang, tetapi gagal untuk panjang gelombang yang pendek.
Akhirnya, penjelasan yang memuaskan datang dari Max Planck yang mengajukan
rumus empiris dan model teoretis yang ternyata sangan cocok dengan hasil pengamatan. Teori
Planck dapat dituliskan secara matematis sebagai berikut.

2 2 1
= ( 5 ) kBT
1

Max Planck menggunakan dasar teoretis untuk memperkuat rumus empirisnya dengan
membuat asumsi berikut.
1. Energi Radiasi yang dipancarkan oleh getaran molekul molekul benda bersifat diskret,
yang besarnya
=
dengan n adalah bilangan kuantum (n = 1, 2, 3, . . . .) dan f adalah frekuensi getaran
molekul, sedangkan h adalah konstanta Planck yang besarnya 6,626 x 10-34 J s.
2. Molekul molekul menyerap atau memancarkan energi radiasi dalam paket diskret yang
disebut kuantum atau foton. Energi radiasi terkuantitasi, di mana besar energi satu foton
sama dengan hf.

C. Efek Fotolistrik
Efek fotolistrik adalah peristiwa terlepasnya elektron-elektron dari permukaan logam
(disebut elektron foto) ketika logam tersebut disinari dengan cahaya. Efek fotolistrik ini
pertama kali diamati oleh Hertz pada tahun 1887 dan diselidiki secara detail oleh Hallwachs
dan Lenard pada tahun 1886-1900. Analisis yang paling tepat dikembangkan oleh Albert
Einstein pada tahun 1905 berdasarkan asumsi Max Planck dengan mengajukan pustulat bahwa
cahaya terdiri dari paket paket energi yang disebut kuanta atau foton .

Ano
da
Kato
da

Rangkaian ini memiliki sebuah tabung kaca hampa udara yang berisi pelat logam

4
K dan A. Pada saat tabung di tempatkan di ruang gelap ternyata jarum galvanometer G
menunjukan angka 0. Ini berarti tidak ada arus yang mengalir pada rangkaian. Ketika
cahaya menokromatis dengan frekuensi tertentu di arahkan ke pelat K, maka galvanometer
G mencatat adanya arus ini menunjukan bahwa telah terjadi aliran elektron yang melewati
ruang antara K dan A. Arus listrik ini karena adanya elektron - elektron yang keluar dari
pelat K menuju pelat A. Hubungan antara energi kinetik maksimum yang dapat dicapai
elektron foto dengan potensial henti Vo adalah :
1
mv2m= e Vo
2
Dengan e adalah muatan elektron (e =1,6 x 10-19 C )
Berikut beberapa kegagalan teori gelombang fotolistrik :
1. Besar energi maksium elektron foto tidak bergantung pada intensitas cahaya.
2. Setiap permukaan membutuhkan frekuensi minimum tertentu yang disebut frekuensi
ambang fo untuk dapat menghasilkan elektron foto.
3. Elektron elektron dapat terlepas dari permukaan logam hampir tampa selang waktu
(kurang dari 10-9 sekon ) setelah penyinaran.
4. Teori gelombang tidak dapat menjelaskan mengapa energi kinetik maksimum elektron
foto bertambah jika frekuensi cahaya di perbesar.

Menurut einstein, semua energi foton diberikan kepada elektron sehingga foton lenyap
karena elektron terikat oleh energi ikat tertentu dalam logam, maka di perlukan kerja
minimun yang disebut fungsi kerja atau energi ambang .

h = konstanta Plank = 6,6 x 10 -34 Js


W0 = fungsi kerja / energi ambang
D. Efek Compton

Pada tahun 1923. Seorang ilmuwan fisika berkebangsaan Amerika bernama Arthur
Holy Compton (1892-1962) mempelajari gejala tumbukan antara foton dan elektron.

Berdasarkan kesetaraan massa dan energi E = mc2 dan besarnya energi tiap foton E= dapat

diperoleh persamaan momentum sebuah foton, yaitu :

5
Setelah terjadi tumbukan antara foton dengan elektron, maka foton kehilangan
energinya sebesar E = hff hfi sehingga panjang gelombang setelah bertumbukan akan
bertambah besar( f > i). Apabila adalah sudut penyimpangan arah foton bertumbukan
terhadap arah mula-mula, maka berdasarkan hukum kekekalan momentum, Hubungan
antara f dan i memenuhi persamaan :

Dengan :
f = panjang gelombang foton sebelum tumbukan (m)
i = panjang gelombang foton sesudah tumbukan (m)
h = konstanta planck (h = 6,625 X 10-34 J s)
m = massa elektron (me = 9,1 X 10-31 kg) atau massa partikel penghambur.
c = kecepatan cahaya (c = 3 X 108 m/s)
= sudut hamburan (derajat atau radian)

E. Teori de Broglie
Cahaya memiliki sifat gelombang yang dapat diamati dalam peristiwa interferensi dan
difraksi cahaya serta memiliki sifat partikel yang dapat diamati dalam peristiwa efek fotolistrik
dan efek Compton. Sifat partikel dinyatakan oleh besaran momentum (p) dan sifat gelombang
dinyatakan dengan besaran panjang gelombang ().
Seorang ilmuwan fisika berkebangsaan prancis bernama Louis De Broglie
mengemukakan teori yang menyatakan bahwa partikel (seperti elektron ) yang bergerak ada
kemungkinan memiliki sifat gelombang dengan panjang gelombang tertentu. Partikel yang
bergerak dengan kecepatan v memiliki momentum p = mv sehingga pertikel akan memiliki
panjang gelombang de Broglie sebesar :

Keterangan :
h = konstanta Plank = 6,626 x 10 34 Js
m = massa partikel (kg)
v = kecepatan gerak partikel (m/s)
Panjang gelombang de Broglie ini dapat di buktikan melalui pola difraksi elektron dari
percobaan yang di lakukan oleh C.J.Davisson dan L.H.Germer pada tahun 1927.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Prinsip tentang Dualisme Partikel menyatakan bahwa cahaya dan benda
memperlihatkan sifat gelombang dan partikel. Teori fisika klasik yang menganggap bahwa
cahaya sebagai gelombang tidak dapat menerangkan spektrum radiasi benda hitam. Lalu Max
Planck dapat menjelaskan dengan adanya fenomena efek fotolistrik. Perkembangan terus
berlanjut A. H. Compton menyatakan cahaya memiliki sifat kembar sebagai gelombang dan
sebagai partikel. Penemuan ini menyebabkan de Broglie berpikir sebagaimana cahaya bersifat
gelombang dan partikel, maka partikel pun dapat bersifat gelombang. Teori dari de Broglie
menjadi variabel khusus lahirnya prinsip Dualisme Partikel .
Louis de Broglie, menjelaskan bahwa cahaya dapat berada dalam suasana tertentu
yang terdiri dari partikel-partikel, kemungkinan berbentuk partikel pada suatu waktu Partikel
yang bergerak memiliki sifat gelombang. Fakta yang mendukung teori ini adalah petir dan
kilat. Kilat akan lebih dulu terjadi daripada petir. Kilat menunjukan sifat gelombang berbentuk
cahaya, sedangkan petir menunjukan sifat pertikel berbentuk suara. Hipotesis de Broglie
dibuktikan oleh C. Davidson an LH Giermer (Amerika Serikat) dan GP Thomas (Inggris).

B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat, kami sadari makalah ini banyak kekurangan maka
dari itu kami butuhkan saran maupun kritik yang membangun agar kami bisa belajar lagi
dan membuat makalah yang lebih baik.

7
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Djoko. 2009 . Fisika Untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Supiyanto. 2007 . Fisika Untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta : Penerbit Phibeta.

iii

Anda mungkin juga menyukai