Ukl-Upl Merakes-2 Final (Okt 2016)
Ukl-Upl Merakes-2 Final (Okt 2016)
Ukl-Upl Merakes-2 Final (Okt 2016)
Oktober 2016
Kata Pengantar
Daftar Isi
KATA PENGANTAR
Salah satu Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dari Satuan Kerja Khusus Kegiatan Hulu
Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) yaitu eni East Sepinggan Ltd berencana melakukan
pemboran eksplorasi sumur Merakes-2 di Blok East Sepinggan, Lepas Pantai Selat
Makassar, Provinsi Kalimantan Timur. Tujuan kegiatan pemboran ini adalah untuk
mencari potensi cadangan minyak dan gas bumi di Blok East Sepinggan dan untuk
menjaga cadangan energi pada masa yang akan datang.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup, kegiatan pemboran sumur eksplorasi tersebut tidak wajib dilengkapi
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), tetapi wajib melakukan kegiatan Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL).
Penyusunan dokumen ini telah mengacu pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 16 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup
(Lampiran IV Pedoman UKL dan UPL).
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
(UPL) merupakan bagian penting sebagai pedoman teknis pengelolaan dan pemantauan
lingkungan kegiatan Pemboran Eksplorasi Lepas Pantai Sumur Merakes-2.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, maka
setiap rekomendasi UKL dan UPL akan disertai dengan izin lingkungan yang dalamnya
terdapat izin-izin yang terkait dengan perlindungan lingkungan. Kami berharap informasi
yang terkandung dalam dokumen ini dapat diterima dan memadai untuk kebutuhan
operasional lapangan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung penyusunan
dokumen ini dan semoga dokumen ini dapat bermanfaat serta memenuhi harapan semua
pihak yang terkait dan berkepentingan.
LAMPIRAN ................................................................................................ L
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Gambar Halaman
Gambar 2.1. Pergeseran Lokasi Kegiatan Pemboran Eksplorasi Sumur Merakes-2 ....................... II-2
Gambar 2.2. Lokasi Kegiatan Pemboran Eksplorasi Sumur Merakes-2 ................................................ II-4
Gambar 2.3. Lokasi WKP Blok East Sepinggan dalam Tata Ruang Pulau Kalimantan ..................... II-5
Gambar 2.4. Peta Kawasan Sensitif Sekitar Blok East Sepinggan .............................................................. II-6
Gambar 2.5. Tipikal Semi-submersible Rig ........................................................................................................... II-7
Gambar 2.6. Offshore Supply Base di Balikpapan .............................................................................................. II-7
Gambar 2.7. Ilustrasi Proses Perforasi .................................................................................................................. II-15
Gambar 2.8. Skema Tipikal Uji Kandung Lapisan (Drill Stem Test/DST) ............................................... II-16
Gambar 2.9. Skema Sistem Sirkulasi Lumpur Pemboran .............................................................................. II-18
Gambar 2.10. Peta Mobilisasi Kapal Pemboran .................................................................................................... II-21
Gambar 2.11. Gambaran Situasi Perairan di Sekitar Lokasi Rencana Pemboran ................................. II-22
Gambar 3.1. Peta Lokasi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup ........................................ III-7
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Lampiran Halaman
1. Surat Pernyataan Kesanggupan Pelaksanaan UKL-UPL dan Surat Pernyataan
Kegiatan dalam Tahap Perencanaan .................................................................................................................... L-1
2. Spesifikasi Rig dan Kapal Pendukung (Chase Boat) ..................................................................................... L-2
3. Hasil Analisis LC50 Lumpur Pemboran ................................................................................................................ L-3
4. Material Safety Data Sheet (MSDS) Bahan Lumpur ...................................................................................... L-4
5. Skema Pemboran Sumur Merakes-2 ................................................................................................................... L-5
6. SNI Penutupan Sumur .................................................................................................................................................. L-6
7. Struktur Organisasi Kegiatan dan Emergency Response Plan (ERP) .................................................... L-7
8. Rona Lingkungan Hidup Awal di Perairan Selat Makassar ....................................................................... L-8
9. Rincian Tenaga Kerja yang Digunakan ............................................................................................................... L-9
10. Persetujuan PSC Blok East Sepinggan dan Izin Gudang Handak .......................................................... L-10
11. Berita Acara dan Notulensi ....................................................................................................................................... L-10
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
URAIAN KEGIATAN
BAB II
URAIAN KEGIATAN
2.1. Nama Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Jenis rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh eni East Sepinggan Ltd adalah
pemboran Sumur eksplorasi Merakes-2 yang berada di Blok East Sepinggan, Lepas Pantai
Selat Makassar, Provinsi Kalimantan Timur.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 03 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Tuang
Pulau Kalimantan, maka lokasi rencana kegiatan Blok East Sepinggan hanya
bersinggungan dengan Kawasan Andalan Laut yaitu Bontang, Tarakan, dan Nunukan.
Kawasan Andalan Laut ini adalah untuk aktivitas perikanan, pertambangan, dan
pariwisata. Lokasi titik pemboran sendiri berada di luar Kawasan Andalan Laut dan dapat
dinyatakan telah sesuai dengan tata ruang untuk kegiatan pertambangan minyak dan gas
yang merupakan sektor strategis.
Lokasi Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) dan lokasi pemboran sumur eksplorasi
Merakes-2 Blok East Sepinggan, Provinsi Kalimantan Timur disampaikan pada Gambar
2.2. Lokasi Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Blok East Sepinggan dalam RTRW Pulau
Kalimantan disampaikan pada Gambar 2.3.
Berdasarkan peta tersebut diketahui bahwa lokasi sumur eksplorasi Merakes-2 telah
sesuai dengan Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan yang merupakan Kawasan Andalan
Laut, yang salah satunya untuk kegiatan Pertambangan.
Lokasi Baru A B
+4 Km
Lokasi Lama
Gambar 2.3. Lokasi WKP Blok East Sepinggan dalam Tata Ruang Pulau Kalimantan
Pemboran Sumur Eksplorasi Merakes-2 II-5
Blok East Sepinggan, Lepas Pantai Selat Makassar, Provinsi Kalimantan Timur
Uraian Kegiatan
Gambar 2.5. Tipikal Semi-submersible Rig. Gambar 2.6. Offshore Supply Base di Balikpapan.
Total keseluruhan tenaga kerja adalah sekitar 188 orang. Perkiraan tenaga kerja Indonesia
(WNI) sekitar 60% (+112 orang), sedangkan perkiraan tenaga kerja asing (WNA) sekitar
40% (+76 orang). Tenaga-tenaga kerja yang berada di rig dan kapal penunjang maksimal
adalah 150 orang, sisanya bekerja di darat (shore base) yang merupakan tenaga kerja
kontraktor. Pengaturan jumlah tenaga kerja yang berada di lepas pantai (offshore)
dilakukan dengan mekanisme pergantian tenaga kerja setiap 2 minggu sekali untuk
pekerja nasional dan 4 minggu sekali untuk tenaga kerja asing. Spesifikasi dan jumlah
kebutuhan tenaga kerja secara detil disampaikan pada Lampiran 9.
Selain itu, kegiatan dan program pemberdayaan masyarakat (CSR), pada fase eksplorasi
perusahaan belum mendapatkan keuntungan bersih sama sekali. Dengan status sebagai
BUT (Badan Usaha Terbatas) dan KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama), maka
kontribusi perusahaan di bidang CSR atau program kemasyarakatan akan mengacu
kepada regulasi yang ada di industri Migas.
Pelaksanaan sosialisasi tergantung dari kondisi di lapangan yang pada dasarnya akan
melibatkan masyarakat terkait dengan lokasi rencana kegiatan atau masyarakat yang
terkena dampak. Masyarakat yang dilibatkan dalam sosialisasi antara lain: masyarakat
nelayan kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Balikpapan, sedangkan instansi setempat
yang dilibatkan adalah DKP dan BLH Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Balikpapan.
Materi sosialisasi antara lain: perkenalan perusahaan, letak konsesi (wilayah kerja),
kegiatan pemboran eksplorasi, jadwal kegiatan, kapal yang beroperasi, kemungkinan
timbulnya pengaruh kegiatan terhadap komponen lingkungan, serta perlunya perusahaan
mematuhi norma dan peraturan yang berlaku di wilayah setempat.
Potensi dampak yang diperkirakan akan muncul dari kegiatan sosialiasi, koordinasi, dan
perizinan ini adalah persepsi negatif masyarakat, jika kegiatan perizinan dan sosialisasi
tidak dilaksanakan dengan baik dan lancar. Persepsi negative juga bisa muncul akibat
pembayaran kompensasi dari alat tangkap yang tidak sesuai dengan kesepakatan dan
peraturan yang berlaku.
Sebelum kegiatan dimulai, eni East Sepinggan Ltd akan melakukan sosialisasi dan
koordinasi terkait dengan identifikasi alat tangkap nelayan dan juga membicarakan
prosedur/proses kompensasinya. Pemberian kompensasi harus jelas antara lain: jumlah
alat tangkapnya, pemiliknya, dan juga besaran ganti ruginya.
Mekanisme kompensasi menggunakan dasar:
1. Peraturan Daerah (Gubernur/Bupati) yang berlaku di daerah asal nelayan. Hal ini
dikarenakan lokasi pemboran berada di wilayah perairan di atas 12 mil laut yang
berada di luar kewenangan provinsi manapun.
2. Pendekatan, negosiasi dan musyawarah mufakat dengan pemilik alat tangkap jika tidak
ada peraturan daerah yang dimaksud, serta koordinasi dengan instansi terkait.
Selain itu, akan diinformasikan juga bahwa pada saat konstruksi akan dipasang buoy pada
lokasi rig pemboran sebagai tanda/peringatan bagi nelayan (area berbahaya / resticted
area). Jarak area berbahaya tersebut adalah pada radius sekitar 500 m sesuai dengan PP
No. 5 tahun 2010 tentang Kenavigasian. Hal ini sebagai salah satu tindakan pengamanan
terhadap gangguan operasi pemboran maupun keamanan bagi nelayan itu sendiri.
Untuk keamanan terhadap alur pelayaran nasional, eni East Sepinggan Ltd akan
berkoordinasi dengan instansi dan departemen terkait. Selain itu, eni juga akan mematuhi
semua rambu-rambu yang ditetapkan sesuaian peraturan yang berlaku.
Beberapa perizinan dan koordinasi dengan dinas/intansi terkait antara lain:
Izin marine and security clearance kepada SUSMAR (Staff Khusus Urusan Maritim)
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) yang berkaitan dengan
kegiatan kemaritiman terutama jalur mobilisasi dan demobilisasi. Selain itu, juga akan
berkoordinasi dengan Perhubungan Laut terkait Maklumat Pelayaran (Mapel) dan
Dishidros TNI AL terkait Berita Pelaut Indonesia/BPI.
Izin bahan peledak (pembelian, pengangkutan, penggunaan, pemilikan, penguasaan,
penyimpanan, pemusnahan). Pengurusan izin dan penanganan bahan peledak ini akan
berkoordinasi dengan SKK Migas pihak Kepolisian, dan TNI.
Koordinasi dengan Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Kantor
Syahbandar dan Otorita Pelabuhan (KSOP) Balikpapan dan Kantor Unit Penyelenggara
Pelabuhan (KUPP) Kuala Samboja dilakukan terkait dengan transportasi laut di
perairan sekitar lokasi pemboran.
Koordinasi dengan DKP (Dinas Kelautan dan Perikanan) Kabupaten Kutai Kartanegara
dan Provinsi Kalimantan Timur terkait dengan lokasi kegiatan penangkapan ikan.
Izin Lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik
Indonesia terutama pada tahap pra konstruksi.
Pada saat perforating gun telah berada tepat pada kedalaman reservoir yang akan diuji,
detonator akan diaktifkan, sehingga bahan peledak akan melubangi selubung dan
hidrokarbon dapat dialirkan. Jenis perforating gun dan jumlah bahan peledak yang
digunakan tergantung ketebalan reservoir yang ditemukan dari hasil pengeboran
eksplorasi. Ilustrasi proses perforasi disampaikan pada Gambar 2.7.
Pada uji kandung lapisan/DST, gas reservoir mengalir ke permukaan dengan rangkaian
pengujian yang dirancang secara khusus. Dalam pengujian tersebut, gas disalurkan
melalui perangkat pengujian sumur diarahkan dan dialirkan menuju peralatan pengukur
tekanan sebelum masuk ke choke manifold.
Pada choke manifold, gas akan mengalir melewati orifice dimana kapasitas alir gas dari
sumur dapat diatur dengan mengatur bukaan choke. Dari choke manifold gas dialirkan ke
pemanas dan kemudian menuju ke bejana separator test untuk memisahkan gas dan fluida
ikutan serta diukur kapasitas alirnya (flow rate).
Untuk meminimalkan dampak tehadap kualitas udara, pelaksanaan DST akan dilakukan
dengan peralatan yang dilengkapi teknologi baru yang akan menyemburkan fluida dan gas
melalui atomizer dengan kecepatan tinggi dan dalam bentuk aliran turbulen.
Unit pembakar (burner head) menggunakan unit pembakar berefisiensi tinggi.
Penggunaan pembakar tersebut disesuaikan dengan arah angin saat DST dilakukan agar
memiliki efisiensi yang tinggi. Parameter-parameter hasil pengetesan selama pengujian
sumur tersebut akan dicatat secara berkala.
Kegiatan pembakaran gas dari kegiatan DST tidak berlangsung secara terus menerus
selama 24 jam. Dampak terhadap penurunan kualitas udara pada dasarnya relatif kecil
yaitu emisi dan peningkatan suhu udara. Lokasi sumur pemboran berada pada laut lepas
dan laut dalam. Lokasi tersebut jauh dari daratan (pantai) dan juga sangat jauh dari
permukiman penduduk. Lokasi kegiatan pemboran sumur eksplorasi hanya terbatas pada
lokasi yang telah ditetapkan dan dilakukan hanya dalam waktu yang relatif tidak lama
(singkat). Oleh karena itu, emisi yang dihasilkan segera terdispersi, sehingga penyebaran
dampaknya tidak terlalu luas. Selain itu, pembakaran fluida pada uji DST menggunakan
sistem dengan efisiensi tinggi, sehingga semua fluida yang diperoleh dari kegiatan
pemboran akan terbakar dengan baik.
Potensi dampak yang diperkirakan akan muncul dari Uji Kandungan Lapisan (DST)
adalah penurunan kualitas air laut untuk parameter lapisan misnyak dan TSS yaitu dari
potensi ceceran minyak dari DST.
Gambaran pelaksanaan uji kandung lapisan/DST disampaikan pada Gambar 2.8.
Gambar 2.8. Skema Tipikal Uji Kandung Lapisan (Drill Stem Test/DST).
c. Penanganan Bahan Peledak
Bahan peledak digunakan dalam proses perforasi pada serangkaian uji kandung lapisan/
Drill Stem Test (DST) dan untuk PSV saat logging. Jenis bahan peledak yang digunakan saat
perforasi adalah Deep Penetration Charge (HMX) dengan jumlah sebanyak 900 buah
dengan asumsi ketebalan reservoir 150 FT menggunakan 6 SPF shot density.
Pelaksanaan perizinan penanganan bahan peledak mengacu kepada:
Pedoman Umum Pelaksanaan Operasi Seismik dan Pedoman Umum Pelaksanaan
Operasi Pemboran Nomor 0046/BPB0000/2008/S1 BPMigas.
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang
Pengawasan, Pengendalian, dan Pengamanan bahan Peledak Komersial.
Nota Kesepahaman antara BP Migas dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 0360/BP00000/2008/S0 dan No. Pol B/04/VI/2008 tentang Penyelenggaraan
Pengamanan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
Kegiatan perizinan yang akan diproses untuk penanganan bahan peledak antara lain:
Izin pembelian dan penggunaan bahan peledak.
Izin angkut bahan peledak.
Izin pemilikan, penguasaan, dan penyimpanan bahan peledak.
Izin gudang/container tempat penyimpanan (sementara) bahan peledak.
Izin pemusnahan bahan peledak.
Penanganan bahan peledak dilakukan bekerjasama dengan SKK Migas, pihak Kepolisian
dan TNI. Setiap pemakaian bahan peledak akan dilaporkan kepada Kepolisian. Tranportasi
bahan peledak dikawal oleh pihak Kepolisian baik lewat jalur air maupun jalur darat.
Penanganan bahan peledak yang mencakup pengendalian, pengamanan bahan peledak,
penyimpanan bahan peledak, tempat penyimpanan bahan peledak, dan pengangkutan
bahan peledak dilakukan sesuai standar yang berlaku, termasuk penanganan K3LL.
Lokasi penyimpanan dari bahan peledak adalah di Kontainer pada Rig Scarabeo-7 dan
akan disesuaikan dengan izin dari Migas (Lampiran 10).
Bahan peledak (handak) dari pemasok akan disimpan ditempat penyimpanan handak
sementara, selanjutnya diangkut ke lokasi pemboran menggunakan kapal (wareship).
Bahan peledak tersebut akan disimpan dalam tempat khusus di wareship yang telah
mendapat izin selama penggunaannya mulai dari kegiatan mobilisasi hingga demobilisasi.
Bahan peledak yang tidak digunakan akan dikirim kembali ke pemasok.
Potensi dampak yang diperkirakan akan muncul dari penggunaan bahan peledak adalah
adanya kecelakaan pada saat penyimpanan maupun pengangkutannya sehingga akan
terjadi ledakan dan kebakaran.
Kegiatan selanjutnya adalah pengamanan sumur setelah pemboran. Tindakan yang akan
dilakukan sebelum meninggalkan lokasi setelah pemboran dan pengujian sumur selesai
adalah seluruh kepala sumur, selubung (casing), tiang pancang, dan gangguan lain akan
dibersihkan sampai kedalaman sedikitnya 15 kaki di bawah mud line. Lokasi tersebut
harus bebas dari segala macam gangguan.
Berdasarkan uraian di atas, maka potensi dampak dari kegiatan penutupan sumur
dipastikan tidak ada karena dilakukan dengan prosedur yang telah ditetapkan, dilakukan
oleh tenaga kerja yang profesional, teknologi mutakhir, dan pengawasan intensif.
Jangkrik Field
36 km
( 19,06 nm)
Sumur Merakes-2
Jangkrik
rencana jalur
mobilisasi kapal
Arah Balikpapan
BAB III
DAMPAK LINGKUNGAN YANG TERJADI
BAB III
DAMPAK LINGKUNGAN
YANG AKAN TERJADI
Rencana kegiatan pemboran eksplorasi lepas pantai Sumur Merakes-2 yang berada di
Blok East Sepinggan, Lepas Pantai Selat Makassar, Provinsi Kalimantan Timur, akan
menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan pada tahap pra konstruksi,
konstruksi, operasi, dan pasca operasi.
Beberapa dampak komponen lingkungan pada tahap pra konstruksi, operasi, dan pasca
operasi sebagai berikut:
Dampak pada tahap pra konstruksi yaitu: persepsi masyarakat.
Dampak pada tahap konstruksi yaitu: gangguan terhadap aktivitas nelayan dan
pelayaran.
Dampak pada tahap operasi yaitu: penurunan kualitas air laut dan ledakan atau
kebakaran.
Potensi dampak pada tahap pasca operasi yaitu: gangguan terhadap aktivitas nelayan
dan pelayaran.
Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Institusi Institusi Institusi
Sumber Jenis Upaya Lokasi Periode Upaya Lokasi Periode Pelaksana Pengawas Pelaporan
Besaran Dampak
Dampak Dampak Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan
TAHAP KONSTRUKSI
Mobilisasi Kapal Gangguan Potensi besaran a. Melakukan Koordinasi dengan Ditjen a. Koordinasi Pada tahap a. Mendokumentasikan a. Lokasi Dilakukan satu eni East a. Kementerian a. Kementerian
dan Rig terhadap dampak yaitu Perhubungan Laut Kementerian akan dilakukan konstruksi kegiatan Koordinasi dengan dokumentasi kali setelah Sepinggan Lingkungan Lingkungan
Pemboran. Aktivitas masyarakat nelayan Perhubungan, Kantor Syahbandar di Kantor Ditjen sebelum Ditjen Perhubungan Laut koordinasi operasi Ltd. Hidup dan Hidup dan
Nelayan dan di Kecamatan dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Perhubungan kegiatan Kementerian Perhubungan, dilaksanakan di pemboran Kehutanan. Kehutanan.
Pelayaran. Samboja yang Balikpapan, Kantor Unit Laut berlangsung. Kantor KSOP Balikpapan, Ditjen selesai. b. BLHD Provinsi b. Ditjen Migas,
mempunyai kapal Penyelenggara Pelabuhan (KUPP) Kementerian Kantor KUPPKuala Perhubungan laut Kalimantan Kementerian
motor sekitar 1.309 Kuala Samboja, dan Dinas Kelautan Perhubungan, Samboja, dan DKP. Kementerian Timur. ESDM.
orang. Perikanan (DKP) perihal jalur Kantor KSOP Dokumentasi dalam bentuk Perhubungan,
c. BLHD c. BLHD Provinsi
Namun demikian, mobilisasi. Balikpapan, foto dan/atau laporan. Kantor KSOP Kabupaten Kalimantan
kapal motor yang b. Menggunakan kapal penunjang Kantor KUPP b. Mendokumentasikan Balikpapan, Kutai Timur.
dimiliki rata-rata < 10 (supply vessel) untuk melakukan Kuala Samboja, kelancaran mobilisasi rig Kantor KUPP Kartanegara. d. BLHD
GT sehingga rata-rata penarikan (towing) selama dan DKP. pemboran menuju titik Kuala Samboja,
dan DKP. d. DKP Kabupaten
beroperasi pada perjalanan rig pemboran. b. Lokasi pemboran. Dokumentasi Kabupaten Kutai
lokasi < 12 Mil Laut. c. Menggunakan kapal pandu untuk pengelolaan dalam bentuk foto dan/atau b. Lokasi Kutai Kartanegara.
melakukan clearance area dan rute juga dilakukan laporan. pemantauan Kartanegara. e. Dishub
kapal. pada jalur pada jalur
mobilisasi rig mobilisasi rig dan e. Dishub Kabupaten
d. Pada saat berpapasan dengan Kabupaten Kutai
dan kapal. kapal.
perahu nelayan, kecepatan kapal Kutai Kartanegara.
pengangkut alat, bahan dan tenaga Kartanegara.
kerja akan dikurangi untuk
meminimalisir gangguan terhadap
perahu nelayan.
TAHAP OPERASI
Uji kandungan Penurunan Besar dampak a. Akan digunakan alat pembakaran Rig pemboran Selama Pemantauan dilakukan dengan Pengambilan Dilakukan satu eni East a. Kementerian a. Kementerian
Lapisan (DST). Kualitas Air ceceran akan dengan efesiensi tinggi untuk sumur Eksplorasi kegiatan melakukan pengambilan sampel kualitas air kali setelah uji Sepinggan Lingkungan Lingkungan
Potensi ceceran Laut untuk diminimalisir dengan membakar cairan minyak dan gas Merakes-2. operasi sampel air laut, kemudian laut di area sekitar kandung Ltd. Hidup dan Hidup dan
minyak dari parameter: prosedur operasi saat uji kandung lapisan sehingga pemboran dianalisis di laboratorium untuk kegiatan pemboran. lapisan. Kehutanan. Kuhutanan.
DST. lapisan yang ditetapkan tidak ada dampak terhadap berlangsung. mengetahui kadar parameter b. Ditjen Migas, b. Ditjen Migas,
minyak dan termasuk Oil Spill lingkungan sekitar lokasi pemboran. kualitas air air laut. Kementerian Kementerian
TSS. Contingecy Plan b. Adanya sistem dan peralatan Hasil analisis tersebut ESDM. ESDM.
(OSCP). penanggulangan ceceran minyak dibandingkan dengan tolok c. BLHD Provinsi c. BLHD Provinsi
Berdasarkan hasil untuk mencegah dampak dari (KepMenLH No 51 tahun 2004), Kalimantan Kalimantan
modelling sebaran potensi ceceran minyak, termasuk dan dibandingkan pula dengan Timur. Timur.
TSS yang dilakukan Oil Spill Contingecy Plan (OSCP). kadar parameter kualitas air laut d. BLHD Daerah d. BLHD
di lokasi pengeboran sebelum kegiatan pemboran Kabupaten Kabupaten
Merakes-1, bahwa dilakukan. Kutai Kutai
radius sebaran masih Kartanegara. Kartanegara.
di bawah maksimum
mixing zone yang
dipersyaratkan (< 500
m).
Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Institusi Institusi Institusi
Sumber Jenis Upaya Lokasi Periode Upaya Lokasi Periode Pelaksana Pengawas Pelaporan
Besaran Dampak
Dampak Dampak Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan
Penanganan Ledakan atau Besar dampak dari a. Pengurusan perizinan berkaitan Lokasi Selama a. Pengecekan atau Lokasi pemantauan Dilakukan satu eni East a. Kementerian a. Kementerian
Bahan Peledak Kebakaran di ledakan atau dengan penggunaan bahan peledak pengelolaan kegiatan pengumpulan dokumentasi adalah di kantor eni kali setelah Sepinggan Lingkungan Lingkungan
sekitar lokasi kebakaran tergantung seperti: izin pembelian dan adalah di Instansi operasi perizinan yang berkaitan East Sepinggan Ltd tahap operasi Ltd. Hidup dan Hidup dan
penyimpanan dari jumlah bahan penggunaan bahan peledak, izin terkait seperti pemboran dengan penanganan bahan dan di tempat selesai. Kehutanan. Kuhutanan.
maupun peledak yang akan pengangkutan, izin pemilikan, izin pihak Kepolisian berlangsung. peledak. penyimpanan bahan b. Ditjen Migas, b. Ditjen Migas,
pengangkutan. ditangani sekitar 900 penyimpanan, izin gudang/container dan TNI. b. Pengumpulan dokumentasi peledak yaitu di Kementerian Kementerian
buah. tempat penyimpanan (sementara), Pengelolaan koordinasi dan kerjasama wareship (kontainer ESDM. ESDM.
Jenis bahan peledak dan izin pemusnahan. untuk tempat antara SKK Migas, Pihak di rig). c. BLHD Provinsi c. BLHD Provinsi
yang akan digunakan: b. Penanganan bahan peledak penyimpanan Kepolisian, dan TNI Kalimantan Kalimantan
Deep Penetration dilakukan bekerjasama dengan SKK adalah di berkaitan dengan Timur. Timur.
Charge. Migas, pihak Kepolisian dan TNI. wareship penanganan bahan peledak. d. BLHD Daerah d. BLHD
Setiap pemakaian bahan peledak (kontainer di rig). c. Pengecekan atau Kabupaten Kabupaten
akan dilaporkan kepada Kepolisian. pengumpulan dokumentasi Kutai Kutai
Tranportasi bahan peledak dikawal tentang tempat penyimpanan Kartanegara. Kartanegara.
oleh pihak Kepolisian baik lewat jalur bahan peledak.
air maupun jalur darat.
c. Bahan peledak akan disimpan dalam
tempat khusus di wareship yang
telah mendapat izin.
Pengelolaan Penurunan a. Perkiraan timbulan a. Menggunakan lumpur bor yang a. Sewage Selama tahap a. Toksisitas lumpur bor SOBM a. Pengambilan Dilakukan satu eni East a. Kementerian a. Kementerian
Limbah: lumpur Kualitas Air serbuk bor yang sesuai dengan rekomendasi dari Treatment operasi diuji dengan melakukan sampel serbuk kali setelah Sepinggan Lingkungan Lingkungan
bor, serbuk bor, Laut untuk dihasilkan 432,7 Ditjen Migas pada KepMen ESDM Plant (STP) di pemboran analisis LC50-96 jam. Nilai bor SOBM yang operasi Ltd. Hidup dan Hidup dan
dan limbah parameter m3 dan lumpur bor No. 45 Tahun 2006. atas rig berlangsung. batas LC50-96 jam limbah dibuang dan air pemboran Kehutanan. Kuhutanan.
domestik dari kekeruhan dan 1.880,6 m3. pemboran. lumpur adalah lebih besar laut dilakukan di selesai. b. Ditjen Migas, b. Ditjen Migas,
b. Serbuk bor dan lumpur bor WBM
aktivitas TSS. b. Prakiraan limbah b. Di atas rig atau sama dengan 30.000 lokasi Sumur Kementerian Kementerian
fase riserless akan ditempatkan di
pekerja. Izin Dumping cair domestik 188 pemboran. ppm spp (suspended Merakes-2 ESDM. ESDM.
lokasi pengeboran (sea bed).
akan diajukan orang (asumsi particulate phase). b. Pengumpulan
c. Pengelolaan serbuk bor SOBM akan c. BLHD Provinsi c. BLHD Provinsi
apabila waktu kebutuhan air 80 b. Apabila serbuk bor SOBM data volume Kalimantan Kalimantan
pengajuan L/org/hari, dan dilakukan 2 (dua) alternatif yaitu: dibuang di lokasi limbah padat Timur. Timur.
masih cukup 75% air menjadi 1) ditempatkan di lokasi pengeboran pengeboran dilakukan domestik organik, d. BLHD Daerah d. BLHD
sebelum limbah cair), maka (dumping) sesuai dengan izin pengambilan sampel serbuk anorganik di rig Kabupaten Kabupaten
kegiatan limbah cair dumping; bor untuk diketahui pemboran dan Kutai Kutai
dilaksanakan, domestik +11.280 2) diserahkan kepada pihak ketiga kandungan minyak. kapal penunjang Kartanegara. Kartanegara.
namun apabila L /hari. yang mempunyai izin untuk c. Pengambilan sampel air laut, (supply vessel).
tidak cukup c. Prakiraan limbah melakukan pengelolaan Limbah B3. kemudian dianalisis di
waktu, maka padat domestik laboratorium.Hasil analisis
serbuk bor d. Lumpur SOBM bekas pemboran
188 orang (asumsi akan disirkulasi untuk diolah atau laboratorium tersebut
SOBM akan limbah padat 0,4 kemudian dibandingkan
ditampung dan direkondisi untuk dipergunakan
kg/org/hari), maka dengan tolok ukur yang
dikirim ke kembali, tetapi jika tidak digunakan
limbah padat ditetapkan dan hasil analisis
pihak ketiga domestik +75,2 kembali akan dikirim ke pihak air laut sebelum kegiatan
berizin. kg/hari. pengelola (pihak ketiga) yang telah pemboran dilakukan.
mendapatkan izin dari KLHK.
Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Institusi Institusi Institusi
Sumber Jenis Upaya Lokasi Periode Upaya Lokasi Periode Pelaksana Pengawas Pelaporan
Besaran Dampak
Dampak Dampak Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan
e. Serbuk bor SOBM akan diproses d. Melakukan pendataan
dengan close loop (solid control terhadap volume limbah
system, dengan centrifuge dan padat organik dan anorganik
cutting dryer) kemudian akan yang dihasilkan selama
dikirimkan ke pihak ke-3 berizin atau pemboran.
perlakuan lain sesuai ketentuan.
f. Jika ada serbuk bor SOBM yang
akan dibuang ke laut, maka harus
berkadar minyak < 10%.
g. Pengangkutan limbah B3 dari rig
pemboran menuju Shorebase di
Balikpapan akan dilakukan sesuai
dengan timbulan limbah yang
dihasilkan. Kegiatan pengelolaan
limbah di rig sangat singkat
waktunya. Secara periodik limbah
akan dikirimkan ke shore base.
h. Limbah cair domestik yang dihasilkan
akan diolah terlebih dulu di Sewage
Treatment Plant (STP) yang terdapat
di atas rig pemboran.
i. Limbah padat yang bersifat
anorganik dan kaleng/metal akan
dipilah di atas rig pemboran untuk
kemudian dikirim ke Pelabuhan
Balikpapan.
j. Limbah padat organik sisa dapur
akan dicacah halus untuk kemudian
dibuang ke laut.
Pengelolaan Penurunan a. Limbah B3 padat a. Menampung limbah B3 untuk dikirim Di atas rig Selama Inventarisasi data log book a. Pengumpulan Pemantauan eni East a. Kementerian a. Kementerian
Limbah: limbah Kualitas Air (aki kering, tonner, ke perusahaan pengelola limbah B3 pemboran, di operasi tentang jumlah limbah B3 data volume dilakukan Sepinggan Lingkungan Lingkungan
B3. Laut, akibat catridge, filter, yang telah mendapatkan izin dari kapal penunjang pemboran selama kegiatan pemboran. limbah B3 di rig sekali setelah Ltd. Hidup dan Hidup dan
adanya limbah baterai bekas, KLHK. Prosedur pengelolaan akan (supply vessel). berlangsung. pemboran dan kegiatan Kehutanan. Kuhutanan.
mengacu pada PP 101 tahun 2014
B3. lampu bekas) tentang pengelolaan limbah B3. kapal penunjang pemboran b. Ditjen Migas, b. Ditjen Migas,
110 drum (supply vessel). selesai. Kementerian Kementerian
b. Kapal penunjang yang akan
b. Bahan mengangkut limbah B3 wajib b. Pengumpulan ESDM. ESDM.
terkontaminasi dilengkapi dengan izin transportasi data volume c. BLHD Provinsi c. BLHD Provinsi
lumpur bor: 0,36 untuk pengangkutan limbah B3. bahan kimia di rig Kalimantan Kalimantan
ton c. Pengangkutan limbah B3 oleh kapal pemboran dan Timur. Timur.
c. Pelumas bekas penunjang (supply vessel) dari rig kapal penunjang
menuju Shorebase Balikpapan d. BLHD Daerah d. BLHD
dan sisa bahan (supply vessel).
dilakukan setelah seluruh rangkaian Kabupaten Kabupaten
kimia: 25 drum kegiatan pemboran selesai Kutai Kutai
dilaksanakan atau sesuai kondisi Kartanegara. Kartanegara.
operasional.
Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Institusi Institusi Institusi
Sumber Jenis Upaya Lokasi Periode Upaya Lokasi Periode Pelaksana Pengawas Pelaporan
Besaran Dampak
Dampak Dampak Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pemantauan Pemantauan Pemantauan
TAHAP PASCA OPERASI
Demobilisasi Gangguan Potensi besaran a. Melakukan Koordinasi dengan Ditjen Koordinasi akan Koordinasi a. Mendokumentasikan Lokasi Dilakukan satu eni East a. BLHD Provinsi a. Kementerian
Rig dan Kapal. terhadap dampak yaitu Perhubungan Laut ementerian dilakukan di dilaksanalkan kegiatan Koordinasi dengan dokumentasi kali setelah Sepinggan Kalimantan Lingkungan
Aktivitas masyarakat nelayan Perhubungan, Kantor Syahbandar Ditjen sebelum Ditjen Perhubungan Laut koordinasi operasi Ltd. Timur. Hidup dan
Nelayan dan di Kecamatan dan Otorita Pelabuhan (KSOP) Perhubungan demobilisasi. Kementerian Perhubungan, dilaksanakan di pemboran b. BLHD Kehutanan.
Pelayaran. Samboja yang Balikpapan, Kantor Unit Laut Kantor KSOP Balikpapan, Ditjen selesai. Kabupaten b. Ditjen Migas,
mempunyai kapal Penyelenggara Pelabuhan (KUPP) Kementerian Kantor KUPP Kuala Perhubungan Laut Kutai Kementerian
motor sekitar 1.309 Kuala Samboja, dan Dinas Kelautan Perhubungan, Samboja, dan DKP. Kementerian Kartanegara. ESDM.
orang. Perikanan perihal jalur demobilisasi. Kantor KSOP Dokumentasi dalam bentuk Perhubungan,
c. DKP Kabupaten c. BLHD Provinsi
Namun demikian, b. Menggunakan kapal penunjang Balikpapan, foto dan/atau laporan. Kantor KSOP Kutai Kalimantan
kapal motor yang (supply vessel) untuk mengawal Kantor KUPP b. Mendokumentasikan Balikpapan, Kartanegara. Timur.
dimiliki rata-rata < 10 perjalanan kapal pemboran. Kuala Samboja, kelancaran demobilisasi rig Kantor KUPP
dan DKP. Kuala Samboja, d. Dishub d. BLHD
GT sehingga rata-rata pemboran menuju titik
dan DKP. Kabupaten Kabupaten
beroperasi pada Lokasi pemboran. Dokumentasi Kutai Kutai
lokasi < 12 Mil Laut pengelolaan dalam bentuk foto dan/atau Lokasi Kartanegara. Kartanegara.
pada jalur laporan. pemantauan pada
demobilisasi rig jalur demobilisasi
dan kapal. rig dan kapal.
PETA LOKASI
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Jangkrik Field
Sumur Merakes-2
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Persepsi Masyarakat
Gangguan Aktivitas Nelayan dan Pelayaran
Penurunan Kualitas Air Laut (Lokasi Dumping)
Ledakan/Kebakaran
PETA LOKASI
PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
Jangkrik Field
Sumur Merakes-2
Pemantauan Lingkungan Hidup
Persepsi Masyarakat
Gangguan Aktivitas Nelayan dan Pelayaran
Penurunan Kualitas Air Laut (Lokasi Dumping)
Ledakan/Kebakaran
BAB IV
IZIN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
BAB IV
IZIN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
Komitmen dari eni East Sepinggan adalah akan melakukan upaya pengelolaan lingkungan
hidup maupun upaya pemantauan lingkungan hidup yang diamanahkan dalam dokumen ini.
Komitmen tersebut dituangkan dalam surat pernyataan kesanggupan pelaksanaan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
Laporan pelaksanaan atau implementasi program pengelolaan dan pemantauan lingkungan
akan dibuat dan disampaikan oleh eni East Sepinggan dari setiap tahapan kegiatan
pemboran eksplorasi Sumur Merakes-2 yang berada di Blok East Sepinggan, lepas pantai
Selat Makassar, Provinsi Kalimantan Timur.
Selain itu, sebelum pelaksanaan rencana kegiatan pemboran, eni East Sepinggan akan
mengurus semua perizinan yang diperlukan terkait dengan rencana kegiatan pemboran
eksplorasi tersebut.
Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) yang akan diajukan dan
diproses yaitu Izin dumping limbah pemboran dari Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK).
Pengurusan perizinan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) ini sebagai
wujud kepedulian eni East Sepinggan Ltd untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup
dan juga mematuhi segala peraturan perundangan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
APHA, AWWA and WPCF, 1976. Standard Methods for The Examination of Water and
Wastewater. 14th Ed. APHA, Washington D.C.Canter, L.W., Hill, L.G. 1979.
Handbook of Variables for Environment Impact Assessment. Ann Arbor Science
Publ. Inc. 1.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Penerbit Kanisius, Jogjakarta. 258 hal.
Laevastu, Taivo. 1993. Marine Climate, Weather and Fisheries. The Effects of Weather and
Climate Changes on Fisheries and Ocean Resources. Fishing News Books. 205p.
McNelly, R.N., Nelmanis, V.P. and Dwyer, L. 1979. Water Quality Source Book, A Guide to
Water Quality Parameter. Inland Waters Directorate, Water Quality Branch.
Ottawa, Canada. 89 p.
Moore, JW. 1991. Inorganic Contaminants of Surface Water. Springer-Verlag. New York. 334
p.
SNI-13-6910-2002. Operasi Pemboran Darat dan Lepas Pantai yang Aman di Indonesia-
Pelaksanaan.
Schmidt, F.H. and J.H.A. Ferguson. 1997. Rainfall Type Board on Wet and Dry Period Rations
for Indonesia with Western New Guinea. Verhandelingen No. 42. Jawatan
Meteologi dan Geofisika, Jakarta.
UNESCO/WHO/UNEP. 1992. Water Quality Assessment. Edited by Chapman D. Chapman and
Hall Ltd. London 585 p.
Wyrtki, K., 1961. Physical Oceanography of the Souteast Asian Waters. Naga Report. Vol.2.
Scripps Ins. Of Oceanography, LaJolla, California.