TB Pada Anak (Repaired)
TB Pada Anak (Repaired)
TB Pada Anak (Repaired)
MAKALAH
Disusun Oleh:
Deri Ruli Ediana ( 4002160148 )
Dian Hendrawati ( 4002160077 )
Gita Komara ( 4002160133 )
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan, semua itu
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis.
Makalah ini terwujud karena adanya pihak yang telah banyak membantu,
membimbing, serta memberi dorongan dan doa dalam menyelesikan makalah ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah banyak membantu dan memberi masukan pembuatan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya penanggulangan TB
telah dilaksanakan di banyak negara sejak tahun 1995.
1
tetapi apabila dilihat pada tingkat provinsi sampai fasilitas pelayanan
kesehatan menunjukkan variasi proporsi yang cukup lebar yaitu 1,8 15,9%.
Untuk menangani permasalahan TB anak telah diterbitkan berbagai panduan
tingkat global. TB pada anak saat ini merupakan salah satu komponen penting
dalam pengendalian TB, dengan pendekatan pada kelompok risiko tinggi,
salah satunya adalah anak mengingat TB merupakan salah satu penyebab
utama kematian pada anak dan bayi di negara endemis TB.
B. Tujuan
C. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan makalah ini terdiri dari 4 bab utama yang
terdiri dari bab pertama yaitu pendahuluan, bab kedua yaitu tinjuan teori
konsep penyakit TB pada anak, bab ketiga yaitu konsep asuhan keperawatan
Tb pada anak, bab keempat atau bab terakhir yaitu penutup.
Bab kedua yaitu tinjauan teori konsep penyakit Tb pada anak, konsep
penyakit ini membahas mengenai definisi, pathogenesis dan penularan,
diagnosis Tb pada anak, penanganan kasus TB pada anak, pemantauan dan
hasil pengobatan TB pada anak, tatalaksanan TB pada anak, dan upaya
pengendalian faktor resiko TB.
2
Bab ketiga yaitu konsep asuhan keperawatan TB pada anak, membahas
mengenai konsep asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, analisa data,
diagnosa, dan intervensi keperawatan.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
1. Berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron, lebar 0,2 0,6 mikron.
2. Bersifat tahan asam dalam perwanraan dengan metode Ziehl Neelsen,
berbentuk batang berwarna merah dalam pemeriksaan dibawah
mikroskop.
3. Memerlukan media khusus untuk biakan, antara lain Lowenstein
Jensen, Ogawa.
4. Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam
jangka waktu lama pada suhu antara 4C sampai minus 70C.
5. Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultra
violet. Paparan langsung terhada sinar ultra violet, sebagian besar
4
kuman akan mati dalam waktu beberapa menit. Dalam dahak pada
suhu antara 30-37C akan mati dalam waktu lebih kurang 1 minggu.
6. Kuman dapat bersifat dorman.
5
d. Lesu atau malaise 2 minggu
Gejala-gejala tersebut menetap walau sudah diberikan terapi yang adekuat.
3. Gejala klinis spesifik terkait organ
Gejala klinis pada organ yang terkena TB, tergantung jenis organ
yang terkena, misalnya kelenjar limfe, susunan saraf pusat (SSP), tulang,
dan kulit, adalah sebagai berikut:
a. Tuberkulosis kelenjar (terbanyak di daerah leher atau regio colli):
Pembesaran KGB multipel (>1 KGB), diameter 1 cm, konsistensi
kenyal, tidak nyeri, dan kadang saling melekat atau konfluens.
b. Tuberkulosis otak dan selaput otak:
1) Meningitis TB: Gejala-gejala meningitis dengan seringkali
disertai gejala akibat keterlibatan saraf-saraf otak yang terkena.
2) Tuberkuloma otak: Gejala-gejala adanya lesi desak ruang.
c. Tuberkulosis sistem skeletal:
1) Tulang belakang (spondilitis): Penonjolan tulang belakang
(gibbus).
2) Tulang panggul (koksitis): Pincang, gangguan berjalan, atau
tanda peradangan di daerah panggul.
3) Tulang lutut (gonitis): Pincang dan/atau bengkak pada lutut
tanpa sebab yang jelas.
4) Tulang kaki dan tangan (spina ventosa/daktilitis).
d. Skrofuloderma: Ditandai adanya ulkus disertai dengan jembatan kulit
antar tepi ulkus (skin bridge).
e. Tuberkulosis mata:
1) Konjungtivitis fliktenularis (conjunctivitis phlyctenularis).
2) Tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi).
f. Tuberkulosis organ-organ lainnya, misalnya peritonitis TB, TB
ginjal dicurigai bila ditemukan gejala gangguan pada organ-organ
tersebut tanpa sebab yang jelas dan disertai kecurigaan adanya
infeksi TB
6
Bagan 1. Alur Diagnosis TB pada anak :
Anak dengan satu atau lebih gejala TB: Batuk 2 minggu Demam 2 minggu BB
turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya Malaise 2 minggu Gejala-gejala
tersebut menetap walau sudah diberikan terapi yang adekuat.
Sistem Skoring
Keterangan :
7
**) Kontak TB Paru Dewasa dan Kontak TB Paru Anak terkonfirmasi
bakteriologis
***) Evaluasi respon pengobatan. Jika tidak merespon baik dengan pengobatan
adekuat, evaluasi ulang diagnosis TB dan adanya komorbiditas atau rujuk.
Parameter 0 1 2 3 Total
Kontak TB Tidak - Laporan BTA(+)
jelas keluarga,
BTA (-)/
BTA tidak
jelas/ tidak
tahu
Uji tuberculin Negatif - - Positif (10
(Mantoux) mm atau 5
mm pada
Imuno
kompromais)
Berat Badan/ - BB/TB<90% Klinis gizi -
Keadaan Gizi atau buruk atau
BB/U<80% BB/TB<70%
atau
BB/U<60%
Demam yang - 2 minggu - -
tidak diketahui
Penyebabnya
Batuk kronik - 3 minggu - -
Pembesaran - - 1 cm, lebih - -
kelenjar dari 1
limfekolli, KGB,tidak
aksila, nyeri
Inguinal
Pembengkakan - Ada - -
tulang/sendi pembengkakan
panggul, lutut,
falang
Foto toraks Normal/ Gambaran - -
kelainan sugestif
tidak jelas (mendukung)
TB
Skor Total
8
Penjelasan:
Paduan OAT Kategori Anak diberikan dalam bentuk paket berupa obat
Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari
kombinasi 3 dan 2 jenis obat dalam satu tablet (2HRZ/4HR 3).
9
Tabel 2. OAT yang dipakai dan dosisnya
TB Kelenjar
Efusi pleura TB
2HRZE 4HR
TB Paru BTA positif
10
TB paru dengan kerusakan
luas
TB ekstraparu (selain TB
Meningitis dan TB
Tulang/sendi)
2HRZE 10 HR
TB Tulang/sendi
TB Millier
TB Meningitis
1. TB Meningitis
2. Sumbatan jalan napas akibat TB kelenjar (endobronkhial TB)
3. Perikarditis TB
4. TB milier dengan gangguan napas yang berat
5. Efusi pleura
6. TB abdomen dengan asites.
11
Tabel 4. Dosis kombinasi pada TB anak
1 tablet 1 tablet
57
2 tablet 2 tablet
8 11
3 tablet 3 tablet
12 16
4 tablet 4 tablet
17 22
5 tablet 5 tablet
23 30
OAT dewasa
>30
Keterangan:
12
E. Pemantauan dan Hasil Pengobatan TB anak
13
3. Pasien dengan pengobatan yang tidak teratur akan meningkatkan risiko
terjadinya TB-RO.
14
institusi pendidikan berasrama, dan tempat lain yang teridentifikasi
berisiko.
b. Penemuan aktif dan masif di masyarakat (daerah terpencil, belum
ada program, padat penduduk).
5. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
Mencegah penularan TB pada semua orang yang terlibat dalam
pemberian pelayanan pada pasien TB harus menjadi perhatian utama.
Semua fasyankes yang memberi layanan TB harus menerapkan PPI TB
untuk memastikan berlangsungnya deteksi segera, tindakan pencegahan
dan pengobatan seseorang yang dicurigai atau dipastikan menderita TB.
Upaya tersebut berupa Penanggulangan infeksi dengan 4 pilar yaitu:
a. Pengendalian secara Manajerial Komitmen, kepemimipinan dan
dukungan manajemen yang efektif berupa penguatan dari upaya
manajerial bagi program PPI TB yang meliputi:
1) Membuat kebijakan pelaksanaan PPI TB.
2) Membuat Standar Prosedur Operasional (SPO) mengenai alur
pasien untuk semua pasien batuk, alur pelaporan dan
surveilans.
3) Membuat perencanaan program PPI TB secara komprehensif.
4) Memastikan desain dan persyaratan bangunan serta
pemeliharaannya sesuai PPI TB.
5) Menyediakan sumber daya untuk terlaksananya program PPI
TB, yaitu tenaga, anggaran, sarana dan prasarana yang
dibutuhkan.
6) Monitoring dan Evaluasi.
7) Melakukan kajian di unit terkait penularan TB.
8) Melaksanakan promosi pelibatan masyarakat dan organisasi
masyarakat terkait PPI TB.
b. Pengendalian secara administratif
Pengendalian secara administratif adalah upaya yang dilakukan
untuk mencegah/mengurangi pajanan kuman M. tuberkulosis
kepada petugas kesehatan, pasien, pengunjung dan lingkungan
15
sekitarnya dengan menyediakan, menyebar luaskan dan memantau
pelaksanaan prosedur baku serta alur pelayanan.
Upaya ini mencakup:
1) Strategi Temukan pasien secepatnya, Pisahkan secara aman,
Obati secara tepat.(Tempo)
2) Penyuluhan pasien mengenai etika batuk.
3) Penyediaan tisu dan masker bedah, tempat pembuangan tisu,
masker bedah serta pembuangan dahak yang benar.
4) Pemasangan poster, spanduk dan bahan untuk KIE.
5) Skrining bagi petugas yang merawat pasien TB.
c. Pengendalian lingkungan fasyankes Pengendalian lingkungan
fasyankes adalah upaya peningkatan dan pengaturan aliran
udara/ventilasi dengan menggunakan teknologi sederhana untuk
mencegah penyebaran kuman dan mengurangi/menurunkan kadar
percikan dahak di udara. Upaya Penanggulangan dilakukan dengan
menyalurkan percikan dahakkearah tertentu (directional airflow)
dan atau ditambah dengan radiasi ultraviolet sebagai germisida.
Sistem ventilasi ada3 jenis, yaitu:
1) Ventilasi Alamiah.
2) Ventilasi Mekanik.
3) Ventilasi campuran.
d. Pemanfaatan Alat Pelindung Diri
Penggunaan alat pelindung diri pernafasan olehpetugas kesehatan
di tempat pelayanan sangat penting untuk menurunkan risiko
terpajan, sebab kadar percik renik tidak dapat dihilangkan dengan
upaya administratif dan lingkungan. Alat pelindung diri pernafasan
disebut dengan respirator partikulat atau disebut dengan respirator.
Respirator partikulat untuk pelayanan kesehatan N95 atau FFP2
(health care particular respirator), merupakan masker khusus
dengan efisiensi tinggi untuk melindungi seseorang dari partikel
berukuran <5 mikron yang dibawa melalui udara. Sebelum
16
memakai respirator ini, petugas kesehatan perlu melakukan fit tes
untuk mengetahui ukuran yang cocok.
PPI TB pada kondisi/situasi khusus adalah pelaksanaan
Penanggulangan infeksi pada rutan/lapas, rumah penampungan
sementara, barak-barak militer, tempat-tempat pengungsi, asrama
dan sebagainya. Misalnya di rutan/lapas skrining TB harus
dilakukan pada saat Warga Binaan Pemasyarakatan baru, dan
kontak sekamar.
17
BAB III
A. Pengkajian
1. Identitas
Identitas anak termasuk nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin,
agama.
Identitas Orangtua / wali termasuk nama, umur, pendidikan, pekerjaan,
alamat, agama.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan Utama
Keluhan yang menyebabkan klien dibawa ke tempat pelayanan
kesehatan.
b. Keluhan Saat Pengkajian
Keluhan yang dirasakan klien saat dikaji oleh perawat.
c. Keluhan Lain Yang dirasakan
Keluhan lain yang dirasakan klien selain keluhan utama.
3. Riwayat Kehamilan
a. Pre Natal
Riwayat kesehatan yang dirasakan ibu saat kehamilan, misalnya
kurang gizi, terserang infeksi saat kehamilan, ibu hamil minum
alkohol, ibu hamil minum obat-obatan tertentu.
b. Intra Natal
Riwayat kesehatan klien saat proses persalinan, antara lain proses
persalinan yang lama, bayi menghisap air ketuban, terjepit di jalan
lahir.
c. Post Natal
Riwayat kesehatan klien setelah dilahirkan, seperti kurang nutrisi,
menderit penyakit infeksi, hiperbilirubin, asfiksia.
4. Riwayat Kesehatan Yang lalu
a. Penyakit Saat masih kecil
18
Kaji penyakit pa saja yang pernah diderita klien saat masih kecil.Kaji
apakah klien pernah punya riwayat batuk lama, benjolan di leher,
kaji apakah pernah berobat untuk penyakitnya tersebut.
b. Riwayat dirawat di RS
Kaji apakah klien pernah dirawat di RS sebelumnya. Jika pernah,
penyakitnya apa dan hasilnya bagaimana, apakah sembuh atau makin
parah.
c. Riwayat Pemakaian obat-obatan
Kaji apakah kien pernah minum obat-obatan tertentu sebelumnya.
Apakah beli sendiri atau dengan resep dokter, apakah diminum
sampai habis atau tidak.
d. Riwayat alergi
Kaji riwayat alergi klien.Apakah klien alergi terhadap makanan
tertentu atau obat-obatan tertentu. Catat reaksi alergi nya.
e. Riwayat imunisasi
Tanyakan riwayat imunisasi klien, terutama imunisasi dasar yang
harus diberikan seperti BCG, Hepatitis B, DPT, Polio, Campak.Kaji
juga apakah pemberiannya tepat waktu atau tidak.Kalau tidak tepat
waktu, kaji alasannya.
f. Riwayat Keluarga
Kaji apakah di keluarga ada yang pernah menderita penyakit infeksi,
atau tb.
5. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan tb paru, biasanya tinggl di daerh yang kurang
ventilasi udara, lembab, dan lingkungan yang kepadatan nya sangat
rapat
b. Pola nutrisi
Klien dengan tb paru biasanya mengeluh mual, tidak nafsu makan
c. Pola eliminasi
Biasanya tidak ada keluhan dalam pola eliminasi
d. Pola aktifitas dan latihan
19
Dalam tahap yang lanjut, dengan adanya keluhan batuk lama dan
sesak akan mempengaruhi aktifitas klien
e. Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya batuk lama dan sesak pasti akan mengganggu tidur
dan istirahat klien. Dan terkadang klien menjadi rewel
f. Pola hubungan dan peran
Klien dengan tb kemungkinan akan mengalami perasaan terisolasi
karena penyakit yang menular
g. Pola sensori dan kognitif
Biasanya tidak ada gangguan terhadap indera pengecap, pembau,
penglihatan, pendengaran, perabaan.
h. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya klien rewel
i. Pola reproduksi dan seksual
Klien anak-anak biasanya tidak terdapat keluhan
j. Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama akan menyebabkan
anak bosan dan merasa stress atau tidak nyaman. Dan kemungkinan
putus obat sangat tinggi
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada anak yang sudah mengerti tentang keyakinan, biasanya dengan
adanya batuk lama dan sesak maka akan berpengaruh pada proses
ibadahnya
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Pasien anak dengan TB didapatkan keadaan lemah, kurus, tidak
bergairah
b. Tanda-tanda vital
Suhu biasanya meningkat karena adanya infeksi, respirasi cepat, nadi
cepat.
c. Antropometri
Ukur tinggi badan, berat badan , lingkar kepala anak
20
d. Sistem pernafasan
Terdapat batuk, terkadang terdapat sputum dan berdarah, pernafasan
abnormal yang cepat dan dangkal (takipnoe), adanya tarikan dinding
paru, retraksi intercostal, suara fremitus meningkat, perkusi redup,
suara nafas bronkial, bisa terdapat ronchi.
e. Sistem kardiovaskuler
Terdapat irama nadi yang lebih cepat dari biasanya, sianosis.
f. Sistem gastrointestinal
Terdapat penurunan nafsu makan, mual, berat badan menurun, nyeri
tekan di daerah epigastrium, atau bahkan terdapat diare
berkepanjangan dikarenakan penyakit penyerta pada tb.
g. Sistem integument
Kulit teraba dingin, turgor kulit menurun, terdapat sianosis, keringat
dingin pada malam hari.Terkadang ada pembesaran kelenjar di axila,
servikal, inguinal. Jika sudah dites mantoux maka akan terjadi
indurasi (bagian bawah kulit yang teraba mengeras)
h. Sistem musculoskeletal
Apakah terdapat kelemahan dan nyeri otot, dikarenakan aktifitas
yang terbatas karena sesak. Pada tahap penyakit lanjut terdapat
pembengkakan tulang/ sendi panggul, lutut.
i. Sistem neurologis
Kesadaran biasanya composmentis, kecuali ada penyakit penyerta
maka kesadaran bisa menurun, terjadi kaku kuduk, kejang
j. Sistem indera
Biasanya tidak ada kelainan
7. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
Pemeriksaan ini untuk menguji tingkat perkembangan anak yang berusia
di bawah 6 tahun atau 72 bulan, dengan menggunakan SDIDTK atau
Denver. Dilakukan jika anak dalam kondisi yang kooperatif dan tidak
dalam kondisi sesak.
21
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
22
memudahkan klien untuk
bernafas
f.
Gangguan Tujuan: tidak terjadi a. Monitor kecepatan, irama,
pertukaran gas gangguan pertukaran gas kedalaman, dan kesulitan
berhubungan Kriteria hasil: sesak bernafas
dengan berkurang, saturasi O2 Rasional : untuk mengetahui
kerusakan dalam batas normal, tidak status pernafasan klien dan
membran terjadi kelelahan tindakan selanjutnya
alveolus-kapiler b. Kaji pergerakan dada,
ketidaksimetrisan, penggunaan
otot bantu pernafasan, retraksi
pada interkosta
Rasional: memperlihatkan
tingkat keparahan penyakit
c. Kaji suara nafas tambahan
Rasional : memperlihatkan
adanya infeksi paru yang meluas
d. Monitor saturasi O2
Rsional : memperlihatkan status
pemenuhan O2 pada paru dan
untuk memudahkan u tindakan
selanjutnya
e. Monitor kesimetrisan ekspansi
paru
Rasional : untuk
memperlihatkan tingkat infeksi
paru
f. Kaji kelelahan, kecemasan,
rewel, kekurangan udara pada
klien
Rasional: memperlihatkan
tingkat kekurangan O2 pada
klien
g. Berikan bantuan terapi nafas
jika diperlukan
Rasional : untuk
memaksimalkan masukan O2 ke
paru
Hipertermi Tujuan : setelah dilakukan a. Berikan penjelasan kepada
berhubungan tindakan keperawatan klien keluarga tentang penyakit tb,
dengan proses tidak demam dalam waktu perjalanan penyakit, cara
inflamasi akibat 3x24 jam penularan dan cara
kuman tb Dengan kriteria hasil: pengobatannya
demam berkurang atau Rasional: untuk memberikan
hilang, gambaran penyakit yang sejelas-
jelasnya kepada keluarga
sehingga keluarga dapat
memutuskan penanganan yang
terbaik dan dapat memutus
rantai penularan penyakit tb
b. Identifikasi anggota keluarga
23
yang beresiko terhadap penyakit
tb dan berikan penjelasan
tentang cara
pencegahan/profilaksis
Rasional: Untuk meminimalkan
resiko penularan dan deteksi
dini adanya kasus tb dari
keluarga serta profilaksis dini
untuk mencegah penularan
c. Jika klien batuk efektif,
anjurkan untuk menampung
dahak atau tidak membuang
dahak di sembarang tempat
Rasional: untuk meminimalkan
resiko penularan
d. Berikan penjelasan kepada
keluarga tentang pentingnya
menggunakan masker
Rasional: Untuk mencegah
terpapar infeksi dan
meminimalkan resiko penularan
lewat udara
e. Monitor temperature tiap 6 jam
Rasional: untuk mengetahui
siklus kenaikan atau penurunan
suhu tubuh klien sehingga
memudahkan untuk tindakan
selanjutnya
f. Kolaborasi pemberian terapi anti
piretik
Rasional : untuk mempercepat
penurunan suhu tubuh
g. Kolaborasi pemberian obat tb,
terapi OAT
Rasional: terapi OAT untuk
mematikan kuman tb sehingga
menghambat inflamasi sehingga
terjadi penurunan suhu tubuh
h.
Resiko deficit Tujuan : klien tidak a. Observasi dan ukur berat badan
nutrisi mengalami kekurangan klien setiap hari
berhubungan nutrisi Rasional: untuk mengetahui
dengan Kriteria hasil : mual status nutrisi klien
penurunan nafsu berkurang, nafsu makan b. Jelaskan pada keluarga tentang
makan dan mual bertambah, klien penyebab mual
menghabiskan porsi Rasional: dukungan dari
makannya keluarga dapat meningkatkan
keberhasilan tindakan
c. Berikan porsi makanan sedikit
tapi sering
Rasional: untuk mencegah
muntah dan memberikan
kesempatan lambung untuk
24
mencerna makanan, porsi sering
untuk memaksimalkan asupan
d. Sajikan makanan yang
menambah selera makan, seperti
disajikan dengan bentuk yang
unik
Rasional: anak-anak tertarik
pada sesuatu yang unik atau
lucu, sehingga akan menambah
dorongan untuk memakannya
e. Berikan menu makanan yang
disukai klien yang sesuai dengan
tahap pertumbuhannya
Rasional: menu yang disukai
akan menambah dorongan klien
untuk memakan makanannya
f. Berikan makanan tinggi protein
tinggi kalori
Rasional: memenuhi kebutuhan
kalori dan protein guna
mencegah dan mengurangi
keruskan jaringan tubuh atau
untuk menambah berat badan
mencpai normal
g. Berikan motivasi pada klien
untuk menghabiskan
makanannya
Rasional: dukungan dri kelurg
dan lingkungan dapat
menambah motivasi klien
h. Jelaskan pada keluarga susunan
menu makanan saat dirumah dan
cara pengolahannya
Rasional: memberikan informasi
tentang menu makanan yang
dianjurkan sehingga dapat
dilanjutkan di rumah
i. Kolaborasi pemberian anti
emetic
Rasional : mempercepat
mengatasi mual
25
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Batuk 2 minggu
b. Demam 2 minggu
c. BB turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya
d. Lesu atau malaise 2 minggu.
Paduan OAT Kategori Anak diberikan dalam bentuk paket berupa obat
Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari
kombinasi 3 dan 2 jenis obat dalam satu tablet (2HRZ/4HR 3).
26
DAFTAR PUSTAKA
Pusdatin, 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta: Kemenkes RI.
iii