0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
24 tayangan30 halaman

TB Pada Anak (Repaired)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 30

ASUHAN KEPERAWATAN

TUBERKULOSIS (TB) PADA ANAK

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Disusun Oleh:
Deri Ruli Ediana ( 4002160148 )
Dian Hendrawati ( 4002160077 )
Gita Komara ( 4002160133 )

PROGRAM STUDI STRATA-1 KEPERAWATAN


STIKES DHARMA HUSADA
BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan, semua itu
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis.

Makalah ini terwujud karena adanya pihak yang telah banyak membantu,
membimbing, serta memberi dorongan dan doa dalam menyelesikan makalah ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah banyak membantu dan memberi masukan pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari


sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sekiranya dapat
penulis gunakan sebagai masukan untuk perbaikan makalah berikutnya.

Bandung, Mei 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Tujuan............................................................................................................ 2
C. Sistematika Penulisan .................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 4
TINJAUAN TEORI ................................................................................................ 4
A. Definisi .......................................................................................................... 4
B. Pathogenesis dan Penularan TB .................................................................... 4
C. Diagnosis TB Pada Anak .............................................................................. 5
D. Penanganan kasus TB Pada Anak ................................................................. 9
E. Pemantauan dan Hasil Pengobatan TB anak ............................................... 13
F. Tata laksana Pasien TB Anak yang Berobat Tidak Teratur......................... 13
G. Upaya Pengendalian Faktor Risiko TB ....................................................... 14
BAB III ................................................................................................................. 18
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN .............................................................. 18
A. Pengkajian ................................................................................................... 18
B. Diagnosa Keperawatan ................................................................................ 22
C. Intervensi Keperawatan ............................................................................... 22
BAB IV ................................................................................................................. 26
PENUTUP............................................................................................................. 26
A. Kesimpulan ................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya penanggulangan TB
telah dilaksanakan di banyak negara sejak tahun 1995.

Menurut laporan WHO tahun 2015, ditingkat global diperkirakan 9,6


juta kasus TB baru dengan 3,2 juta kasus diantaranya adalah perempuan.
Dengan 1,5 juta kematian karena TB dimana 480.000 kasus adalah
perempuan. Dari kasus TB tersebut ditemukan 1,1 juta (12%) HIV positif
dengan kematian 320.000 orang (140.000 orang adalah perempuan) dan
480.000 TB Resistan Obat (TB-RO) dengan kematian 190.000 orang. Dari 9,6
juta kasus TB baru, diperkirakan 1 juta kasus TB Anak (di bawah usia 15
tahun) dan 140.000 kematian/tahun.

Jumlah kasus TB di Indonesia menurut Laporan WHO tahun 2015,


diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk)
dengan 100.000 kematian pertahun (41 per 100.000 penduduk). Diperkirakan
63.000 kasus TB dengan HIV positif (25 per 100.000 penduduk). Angka
Notifikasi Kasus (Case Notification Rate/CNR) dari semua kasus, dilaporkan
sebanyak 129 per 100.000 penduduk. Jumlah seluruh kasus 324.539 kasus,
diantaranya 314.965 adalah kasus baru. Secara nasional perkiraan prevalensi
HIV diantara pasien TB diperkirakan sebesar 6,2%. Jumlah kasus TB-RO
diperkirakan sebanyak 6700 kasus yang berasal dari 1,9% kasus TB- RO dari
kasus baru TB dan ada 12% kasus TB-RO dari TB dengan pengobatan ulang.

Tuberkulosis (TB) pada anak merupakan masalah khusus yang berbeda


dengan TB pada orang dewasa. Perkembangan penyakit TB pada anak saat ini
sangat pesat. Sekurang-kurangnya 500.000 anak di dunia menderita TB setiap
tahun. Di Indonesia proporsi kasus TB Anak di antara semua kasus TB yang
ternotifikasi dalam program TB berada dalam batas normal yaitu 8-11 %,

1
tetapi apabila dilihat pada tingkat provinsi sampai fasilitas pelayanan
kesehatan menunjukkan variasi proporsi yang cukup lebar yaitu 1,8 15,9%.
Untuk menangani permasalahan TB anak telah diterbitkan berbagai panduan
tingkat global. TB pada anak saat ini merupakan salah satu komponen penting
dalam pengendalian TB, dengan pendekatan pada kelompok risiko tinggi,
salah satunya adalah anak mengingat TB merupakan salah satu penyebab
utama kematian pada anak dan bayi di negara endemis TB.

Penatalaksanaan kasus TB pada anak merupakan upaya komprehensif,


yang menggabungkan aspek klinis, program serta upaya kesehatan
masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan adanya Asuhan
Keperawatan TB Anak.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami konsep penyakit TB pada anak.


2. Untuk mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan TB pada
anak.

C. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan makalah ini terdiri dari 4 bab utama yang
terdiri dari bab pertama yaitu pendahuluan, bab kedua yaitu tinjuan teori
konsep penyakit TB pada anak, bab ketiga yaitu konsep asuhan keperawatan
Tb pada anak, bab keempat atau bab terakhir yaitu penutup.

Bab pertama yaitu pendahuluan, terdiri dari latar belakang. Kemudian


yang kedua yaitu tujuan penulisan, tujuan penulisan membahas mengenai
untuk apa penulis membuat makalah ini.

Bab kedua yaitu tinjauan teori konsep penyakit Tb pada anak, konsep
penyakit ini membahas mengenai definisi, pathogenesis dan penularan,
diagnosis Tb pada anak, penanganan kasus TB pada anak, pemantauan dan
hasil pengobatan TB pada anak, tatalaksanan TB pada anak, dan upaya
pengendalian faktor resiko TB.

2
Bab ketiga yaitu konsep asuhan keperawatan TB pada anak, membahas
mengenai konsep asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, analisa data,
diagnosa, dan intervensi keperawatan.

Bab keempat yaitu penutup. Penutup berisi tentang kesimpulan akhir


dari pembahasan yang sudah dibuat. Penulisan kesimpulan singkat dan jelas,
tidak panjang seperti pembahasan. Kesimpulan biasanya berisi fakta,
pendapat, alasan pendukung mengenai tanggapan suatu objek. Bisa dikatakan
bahwa kesimpulan merupakan pendapat akhir dari suatu uraian berupa
informasi.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.67 tahun 2016 yang dimaksud


dengan: 1. Tuberkulosis yang selanjutnya disingkat TB adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang dapat
menyerang paru dan organ lainnya.

B. Pathogenesis dan Penularan TB

Kuman Penyebab TB Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular


yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa
spesies Mycobacterium, antara lain: M.tuberculosis, M.africanum, M. bovis,
M. Leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).
Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis yang
bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT
(Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu
penegakan diagnosis dan pengobatan TB.

Secara umum sifat kuman Mycobacterium tuberculosis antara lain


adalah sebagai berikut:

1. Berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron, lebar 0,2 0,6 mikron.
2. Bersifat tahan asam dalam perwanraan dengan metode Ziehl Neelsen,
berbentuk batang berwarna merah dalam pemeriksaan dibawah
mikroskop.
3. Memerlukan media khusus untuk biakan, antara lain Lowenstein
Jensen, Ogawa.
4. Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam
jangka waktu lama pada suhu antara 4C sampai minus 70C.
5. Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultra
violet. Paparan langsung terhada sinar ultra violet, sebagian besar

4
kuman akan mati dalam waktu beberapa menit. Dalam dahak pada
suhu antara 30-37C akan mati dalam waktu lebih kurang 1 minggu.
6. Kuman dapat bersifat dorman.

C. Diagnosis TB Pada Anak

1. Penemuan Pasien TB Anak


Pasien TB anak dapat ditemukan dengan cara melakukan pemeriksaan
pada :
a. Anak yang kontak erat dengan pasien TB menular.
Yang dimaksud dengan kontak erat adalah anak yang tinggal
serumah atau sering bertemu dengan pasien TB menular. Pasien TB
menular adalah terutama pasien TB yang hasil pemeriksaan
sputumnya BTA positif dan umumnya terjadi pada pasien TB
dewasa. Pemeriksaan kontak erat ini akan diuraikan secara lebih
rinci dalam pembahasan pada bab profilaksis TB pada anak.
b. Anak yang mempunyai tanda dan gejala klinis yang sesuai dengan
TB anak.
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi sistemik dan organ yang
paling sering terkena adalah paru. Gejala klinis penyakit ini dapat
berupa gejala sistemik/umum atau sesuai organ terkait. Perlu
ditekankan bahwa gejala klinis TB pada anak tidak khas, karena
gejala serupa juga dapat disebabkan oleh berbagai penyakit selain
TB
2. Tanda dan gejala klinis
Gejala klinis berupa gejala sistemik/umum atau sesuai organ terkait.
Gejala klinis TB pada anak tidak khas, karena gejala serupa juga dapat
disebabkan oleh berbagai penyakit selain TB. Gejala khas TB sebagai
berikut:
a. Batuk 2 minggu
b. Demam 2 minggu
c. BB turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya

5
d. Lesu atau malaise 2 minggu
Gejala-gejala tersebut menetap walau sudah diberikan terapi yang adekuat.
3. Gejala klinis spesifik terkait organ
Gejala klinis pada organ yang terkena TB, tergantung jenis organ
yang terkena, misalnya kelenjar limfe, susunan saraf pusat (SSP), tulang,
dan kulit, adalah sebagai berikut:
a. Tuberkulosis kelenjar (terbanyak di daerah leher atau regio colli):
Pembesaran KGB multipel (>1 KGB), diameter 1 cm, konsistensi
kenyal, tidak nyeri, dan kadang saling melekat atau konfluens.
b. Tuberkulosis otak dan selaput otak:
1) Meningitis TB: Gejala-gejala meningitis dengan seringkali
disertai gejala akibat keterlibatan saraf-saraf otak yang terkena.
2) Tuberkuloma otak: Gejala-gejala adanya lesi desak ruang.
c. Tuberkulosis sistem skeletal:
1) Tulang belakang (spondilitis): Penonjolan tulang belakang
(gibbus).
2) Tulang panggul (koksitis): Pincang, gangguan berjalan, atau
tanda peradangan di daerah panggul.
3) Tulang lutut (gonitis): Pincang dan/atau bengkak pada lutut
tanpa sebab yang jelas.
4) Tulang kaki dan tangan (spina ventosa/daktilitis).
d. Skrofuloderma: Ditandai adanya ulkus disertai dengan jembatan kulit
antar tepi ulkus (skin bridge).
e. Tuberkulosis mata:
1) Konjungtivitis fliktenularis (conjunctivitis phlyctenularis).
2) Tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi).
f. Tuberkulosis organ-organ lainnya, misalnya peritonitis TB, TB
ginjal dicurigai bila ditemukan gejala gangguan pada organ-organ
tersebut tanpa sebab yang jelas dan disertai kecurigaan adanya
infeksi TB

6
Bagan 1. Alur Diagnosis TB pada anak :

Anak dengan satu atau lebih gejala TB: Batuk 2 minggu Demam 2 minggu BB
turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya Malaise 2 minggu Gejala-gejala
tersebut menetap walau sudah diberikan terapi yang adekuat.

Pemeriksaan Mikroskopik/Tes Cepat Dahak

Positif Negatif Tidak diperiksa

Ada akses foto rontgentoraks Tidak Ada akses foto rontgentoraks


dan/atau ujituberkulin*) dan ujituberkulin*)

Sistem Skoring

Skor 6 Skor < 6

Ujituberkulin Ujituberkulin (-)


TB Anak (+) dan/atau dantidak ada
Terkonfirmasi ada kontak TB kontak TB paru
Bakteriologis paru ** **

Ada kontak Tidak Ada/Tidak


TB anak jelas kontak TB
TB Paru **
Klinis Paru **

Terapi OAT ***


Observasi gejala selama 2 minggu, bila
persisten rujuk untuk evaluasi

Keterangan :

*) Dapat dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan sputum

7
**) Kontak TB Paru Dewasa dan Kontak TB Paru Anak terkonfirmasi
bakteriologis

***) Evaluasi respon pengobatan. Jika tidak merespon baik dengan pengobatan
adekuat, evaluasi ulang diagnosis TB dan adanya komorbiditas atau rujuk.

Tabel 1. Sistem Skoring Anak

Parameter 0 1 2 3 Total
Kontak TB Tidak - Laporan BTA(+)
jelas keluarga,
BTA (-)/
BTA tidak
jelas/ tidak
tahu
Uji tuberculin Negatif - - Positif (10
(Mantoux) mm atau 5
mm pada
Imuno
kompromais)
Berat Badan/ - BB/TB<90% Klinis gizi -
Keadaan Gizi atau buruk atau
BB/U<80% BB/TB<70%
atau
BB/U<60%
Demam yang - 2 minggu - -
tidak diketahui
Penyebabnya
Batuk kronik - 3 minggu - -
Pembesaran - - 1 cm, lebih - -
kelenjar dari 1
limfekolli, KGB,tidak
aksila, nyeri
Inguinal
Pembengkakan - Ada - -
tulang/sendi pembengkakan
panggul, lutut,
falang
Foto toraks Normal/ Gambaran - -
kelainan sugestif
tidak jelas (mendukung)
TB
Skor Total

8
Penjelasan:

1. Pemeriksaan bakteriologis (mikroskopis atau tes cepat TB) tetap


merupakan pemeriksaan utama untuk konfirmasi diagnosis TB pada anak.
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk memperoleh contoh uji dahak, di
antaranya induksi sputum. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan 2 kali, dan
dinyatakan positif jika satu contoh uji diperiksa memberikan hasil positif.
2. Observasi persistensi gejala selama 2 minggu dilakukan jika anak
bergejala namun tidak ditemukan cukup bukti adanya penyakit TB. Jika
gejala menetap, maka anak dirujuk untuk pemeriksaan lebih lengkap. Pada
kondisi tertentu di mana rujukan tidak memungkinkan, dapat dilakukan
penilaian klinis untuk menentukan diagnosis TB anak.
3. Berkontak dengan pasien TB paru dewasa adalah kontak serumah ataupun
kontak erat, misalnya di sekolah, pengasuh, tempat bermain, dan
sebagainya.
4. Pada anak yang pada evaluasi bulan ke-2 tidak menunjukkan perbaikan
klinis sebaiknya diperiksa lebih lanjut adanya kemungkinan faktor
penyebab lain misalnya kesalahan diagnosis, adanya penyakit penyerta,
gizi buruk, TB resistan obat maupun masalah dengan kepatuhan berobat
dari pasien. Apabila fasilitas tidak memungkinkan, pasien dirujuk ke RS.
Yang dimaksud dengan perbaikan klinis adalah perbaikan gejala awal
yang ditemukan pada anak tersebut pada saat diagnosis.

D. Penanganan kasus TB Pada Anak

Paduan OAT Kategori Anak diberikan dalam bentuk paket berupa obat
Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari
kombinasi 3 dan 2 jenis obat dalam satu tablet (2HRZ/4HR 3).

Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas


dalam satu paket untuk satu pasien.

9
Tabel 2. OAT yang dipakai dan dosisnya

Dosis harian Dosis maksimal


Nama Obat Efek samping
(mg/kgBB/ hari) (mg /hari)
Isoniazid (H) 10 (7-15) 300 Hepatitis, neuritis perifer,
hipersensitivitis
Rifampisin (R) 15 (10-20) 600 Gastrointestinal, reaksi
kulit, hepatitis,
trombositopenia,
peningkatan enzim hati,
cairan tubuh berwarna
oranye kemerahan
Pirazinamid 35 (30-40) - Toksisitas hepar, artralgia,
(Z) gastrointestinal
Etambutol (E) 20 (1525) - Neuritis optik, ketajaman
mata berkurang, buta
warna merah hijau,
hipersensitivitas,
gastrointestinal

Anak umumnya memiliki jumlah kuman yang lebih sedikit


(pausibasiler) sehingga rekomendasi pemberian 4 macam OAT pada fase
intensif hanya diberikan kepada anak dengan BTA positif, TB berat dan TB
tipe dewasa. Terapi TB pada anak dengan BTA negatif menggunakan paduan
INH, Rifampisin, dan Pirazinamid pada fase inisial 2 bulan pertama kemudian
diikuti oleh Rifampisin dan INH pada 4 bulan fase lanjutan.

Tabel 3. Paduan OAT pada anak

Fase Intensif Fase Lanjutan


Kategori Diagnostik
2HRZ 4HR
TB Paru BTA negatif

TB Kelenjar

Efusi pleura TB
2HRZE 4HR
TB Paru BTA positif

10
TB paru dengan kerusakan
luas

TB ekstraparu (selain TB
Meningitis dan TB
Tulang/sendi)
2HRZE 10 HR
TB Tulang/sendi

TB Millier

TB Meningitis

Kortikosteroid diberikan pada kondisi :

1. TB Meningitis
2. Sumbatan jalan napas akibat TB kelenjar (endobronkhial TB)
3. Perikarditis TB
4. TB milier dengan gangguan napas yang berat
5. Efusi pleura
6. TB abdomen dengan asites.

Obat yang sering digunakan adalah prednison dengan dosis


2mg/kg/hari, sampai 4 mg/kg/hari pada kasus sakit berat, dengan dosis
maksimal 60mg/hari selama 4 minggu. Tappering-off dilakukan secara
bertahap setelah 2 minggu pemberian kecuali pada TB meningitis pemberian
selama 4 minggu sebelum tappering-off .

Kombinasi dosis tetap OAT KDT (FDC=Fixed Dose Combination)


Untuk mempermudah pemberian OAT sehingga meningkatkan keteraturan
minum obat, paduan OAT disediakan dalam bentuk paket KDT/ FDC. Satu
paket dibuat untuk satu pasien untuk satu masa pengobatan. Paket KDT untuk
anak berisi obat fase intensif, yaitu rifampisin (R) 75mg, INH (H) 50 mg, dan
pirazinamid (Z) 150 mg, serta obat fase lanjutan, yaitu R 75 mg dan H 50 mg
dalam satu paket. Dosis yang dianjurkan dapat dilihat pada tabel berikut.

11
Tabel 4. Dosis kombinasi pada TB anak

Berat badan (kg) 2 bulan RHZ (75/50/150) 4 bulan (RH (75/50)

1 tablet 1 tablet
57
2 tablet 2 tablet
8 11
3 tablet 3 tablet
12 16
4 tablet 4 tablet
17 22
5 tablet 5 tablet
23 30
OAT dewasa
>30

Keterangan:

R: Rifampisin; H: Isoniasid; Z: Pirazinamid

1. Bayi di bawah 5 kg pemberian OAT secara terpisah, tidak dalam


bentuk kombinasi dosis tetap, dan sebaiknya dirujuk ke RS.
2. Apabila ada kenaikan BB maka dosis/jumlah tablet yang diberikan,
menyesuaikan berat badan saat itu.
3. Untuk anak obesitas, dosis KDT menggunakan Berat Badan ideal
(sesuai umur).
4. OAT KDT harus diberikan secara utuh (tidak boleh dibelah, dan tidak
boleh digerus).
5. Obat dapat diberikan dengan cara ditelan utuh, dikunyah/dikulum
(chewable), atau dimasukkan air dalam sendok (dispersable).
6. Obat diberikan pada saat perut kosong, atau paling cepat 1 jam setelah
makan.
7. Bila INH dikombinasi dengan Rifampisin, dosis INH tidak boleh
melebihi 10 mg/kgBB/hari.
8. Apabila OAT lepas diberikan dalam bentuk puyer, maka semua obat
tidak boleh digerus bersama dan dicampur dalam satu puyer.

12
E. Pemantauan dan Hasil Pengobatan TB anak

1. Tahap awal pasien TB anak kontrol tiap minggu, untuk melihat


kepatuhan, toleransi dan kemungkinan adanya efek samping obat dan
tahap lanjutan pasien kontrol tiap bulan.
2. Setelah diberi OAT selama 2 bulan, respon pengobatan pasien harus
dievaluasi.
3. Respon pengobatan dikatakan baik apabila gejala klinis yang terdapat
pada awal diagnosis berkurang misalnya nafsu makan meningkat, berat
badan meningkat, demam menghilang, dan batuk berkurang. Apabila
respon pengobatan baik maka pemberian OAT dilanjutkan sampai
dengan 6 bulan. Sedangkan apabila respon pengobatan kurang atau tidak
baik maka pengobatan TB tetap dilanjutkan tetapi pasien harus dirujuk
ke sarana yang lebih lengkap.
4. Tes uji Tuberkulin hanya digunakan untuk diagnosis, bukan untuk
menilai hasil pengobatan.
5. Setelah pemberian obat selama 6 bulan, OAT dapat dihentikan dengan
melakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan foto rontgen dada.
6. Pada pasien TB anak yang pada awal pengobatan hasil pemeriksaan
dahaknya BTA positif, pemantauan pengobatan dilakukan dengan
melakukan pemeriksaan dahak ulang sesuai dengan alur pemantauan
pengobatan pasien.

F. Tata laksana Pasien TB Anak yang Berobat Tidak Teratur

1. Ketidak patuhan minum OAT pada pasien TB merupakan penyebab


kegagalan pengobatan.
2. Jika anak tidak minum obat >2 minggu di tahap intensif atau > 2 bulan
di tahap lanjutan dan menunjukkan gejala TB, beri pengobatan kembali
mulai dari awal. Jika anak tidak minum obat < 2 minggu di tahap
intensif atau < 2 bulan di tahap lanjutan dan menunjukkan gejala TB,
lanjutkan sisa pengobatan sampai selesai.

13
3. Pasien dengan pengobatan yang tidak teratur akan meningkatkan risiko
terjadinya TB-RO.

G. Upaya Pengendalian Faktor Risiko TB

Pencegahan dan pengendalian risiko bertujuan mengurangi sampai


dengan mengeliminasi penularan dan kejadian sakit TB di masyarakat. Upaya
yang dilakukan adalah:

1. Pengendalian Kuman Penyebab TB


a. Mempertahankan cakupan pengobatan dan keberhasilan
pengobatan tetap tinggi.
b. Melakukan penatalaksanaan penyakit penyerta (komorbid TB)
yang mempermudah terjangkitnya TB, misalnya HIV, diabetes, dll.
2. Pengendalian Faktor Risiko Individu
a. Membudayakan PHBS atau Perilaku Hidup Bersih dan Sehat,
makan makanan bergizi, dan tidak merokok.
b. Membudayakan perilaku etika berbatuk dan cara membuang dahak
bagi pasien TB.
c. Meningkatkan daya tahan tubuh melalui perbaikan kualitas nutrisi
bagi populasi terdampak TB.
d. Pencegahan bagi populasi rentan.
1) Vaksinasi BCG bagi bayi baru lahir.
2) Pemberian profilaksis INH pada anak di bawah lima tahun.
3) Pemberian profilaksis INH pada ODHA selama 6 bulan dan
diulang setiap 3 tahun.
3. Pengendalian Faktor Lingkungan
a. Mengupayakan lingkungan sehat.
b. Melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan
lingkungannya sesuai persyaratan baku rumah sehat
4. Pengendalian Intervensi daerah berisiko penularan
a. Kelompok khusus maupun masyarakat umum yang berisiko tinggi
penularan TB (lapas/rutan, masyarakat pelabuhan, tempat kerja,

14
institusi pendidikan berasrama, dan tempat lain yang teridentifikasi
berisiko.
b. Penemuan aktif dan masif di masyarakat (daerah terpencil, belum
ada program, padat penduduk).
5. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
Mencegah penularan TB pada semua orang yang terlibat dalam
pemberian pelayanan pada pasien TB harus menjadi perhatian utama.
Semua fasyankes yang memberi layanan TB harus menerapkan PPI TB
untuk memastikan berlangsungnya deteksi segera, tindakan pencegahan
dan pengobatan seseorang yang dicurigai atau dipastikan menderita TB.
Upaya tersebut berupa Penanggulangan infeksi dengan 4 pilar yaitu:
a. Pengendalian secara Manajerial Komitmen, kepemimipinan dan
dukungan manajemen yang efektif berupa penguatan dari upaya
manajerial bagi program PPI TB yang meliputi:
1) Membuat kebijakan pelaksanaan PPI TB.
2) Membuat Standar Prosedur Operasional (SPO) mengenai alur
pasien untuk semua pasien batuk, alur pelaporan dan
surveilans.
3) Membuat perencanaan program PPI TB secara komprehensif.
4) Memastikan desain dan persyaratan bangunan serta
pemeliharaannya sesuai PPI TB.
5) Menyediakan sumber daya untuk terlaksananya program PPI
TB, yaitu tenaga, anggaran, sarana dan prasarana yang
dibutuhkan.
6) Monitoring dan Evaluasi.
7) Melakukan kajian di unit terkait penularan TB.
8) Melaksanakan promosi pelibatan masyarakat dan organisasi
masyarakat terkait PPI TB.
b. Pengendalian secara administratif
Pengendalian secara administratif adalah upaya yang dilakukan
untuk mencegah/mengurangi pajanan kuman M. tuberkulosis
kepada petugas kesehatan, pasien, pengunjung dan lingkungan

15
sekitarnya dengan menyediakan, menyebar luaskan dan memantau
pelaksanaan prosedur baku serta alur pelayanan.
Upaya ini mencakup:
1) Strategi Temukan pasien secepatnya, Pisahkan secara aman,
Obati secara tepat.(Tempo)
2) Penyuluhan pasien mengenai etika batuk.
3) Penyediaan tisu dan masker bedah, tempat pembuangan tisu,
masker bedah serta pembuangan dahak yang benar.
4) Pemasangan poster, spanduk dan bahan untuk KIE.
5) Skrining bagi petugas yang merawat pasien TB.
c. Pengendalian lingkungan fasyankes Pengendalian lingkungan
fasyankes adalah upaya peningkatan dan pengaturan aliran
udara/ventilasi dengan menggunakan teknologi sederhana untuk
mencegah penyebaran kuman dan mengurangi/menurunkan kadar
percikan dahak di udara. Upaya Penanggulangan dilakukan dengan
menyalurkan percikan dahakkearah tertentu (directional airflow)
dan atau ditambah dengan radiasi ultraviolet sebagai germisida.
Sistem ventilasi ada3 jenis, yaitu:
1) Ventilasi Alamiah.
2) Ventilasi Mekanik.
3) Ventilasi campuran.
d. Pemanfaatan Alat Pelindung Diri
Penggunaan alat pelindung diri pernafasan olehpetugas kesehatan
di tempat pelayanan sangat penting untuk menurunkan risiko
terpajan, sebab kadar percik renik tidak dapat dihilangkan dengan
upaya administratif dan lingkungan. Alat pelindung diri pernafasan
disebut dengan respirator partikulat atau disebut dengan respirator.
Respirator partikulat untuk pelayanan kesehatan N95 atau FFP2
(health care particular respirator), merupakan masker khusus
dengan efisiensi tinggi untuk melindungi seseorang dari partikel
berukuran <5 mikron yang dibawa melalui udara. Sebelum

16
memakai respirator ini, petugas kesehatan perlu melakukan fit tes
untuk mengetahui ukuran yang cocok.
PPI TB pada kondisi/situasi khusus adalah pelaksanaan
Penanggulangan infeksi pada rutan/lapas, rumah penampungan
sementara, barak-barak militer, tempat-tempat pengungsi, asrama
dan sebagainya. Misalnya di rutan/lapas skrining TB harus
dilakukan pada saat Warga Binaan Pemasyarakatan baru, dan
kontak sekamar.

17
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas
Identitas anak termasuk nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin,
agama.
Identitas Orangtua / wali termasuk nama, umur, pendidikan, pekerjaan,
alamat, agama.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan Utama
Keluhan yang menyebabkan klien dibawa ke tempat pelayanan
kesehatan.
b. Keluhan Saat Pengkajian
Keluhan yang dirasakan klien saat dikaji oleh perawat.
c. Keluhan Lain Yang dirasakan
Keluhan lain yang dirasakan klien selain keluhan utama.
3. Riwayat Kehamilan
a. Pre Natal
Riwayat kesehatan yang dirasakan ibu saat kehamilan, misalnya
kurang gizi, terserang infeksi saat kehamilan, ibu hamil minum
alkohol, ibu hamil minum obat-obatan tertentu.
b. Intra Natal
Riwayat kesehatan klien saat proses persalinan, antara lain proses
persalinan yang lama, bayi menghisap air ketuban, terjepit di jalan
lahir.
c. Post Natal
Riwayat kesehatan klien setelah dilahirkan, seperti kurang nutrisi,
menderit penyakit infeksi, hiperbilirubin, asfiksia.
4. Riwayat Kesehatan Yang lalu
a. Penyakit Saat masih kecil

18
Kaji penyakit pa saja yang pernah diderita klien saat masih kecil.Kaji
apakah klien pernah punya riwayat batuk lama, benjolan di leher,
kaji apakah pernah berobat untuk penyakitnya tersebut.
b. Riwayat dirawat di RS
Kaji apakah klien pernah dirawat di RS sebelumnya. Jika pernah,
penyakitnya apa dan hasilnya bagaimana, apakah sembuh atau makin
parah.
c. Riwayat Pemakaian obat-obatan
Kaji apakah kien pernah minum obat-obatan tertentu sebelumnya.
Apakah beli sendiri atau dengan resep dokter, apakah diminum
sampai habis atau tidak.
d. Riwayat alergi
Kaji riwayat alergi klien.Apakah klien alergi terhadap makanan
tertentu atau obat-obatan tertentu. Catat reaksi alergi nya.
e. Riwayat imunisasi
Tanyakan riwayat imunisasi klien, terutama imunisasi dasar yang
harus diberikan seperti BCG, Hepatitis B, DPT, Polio, Campak.Kaji
juga apakah pemberiannya tepat waktu atau tidak.Kalau tidak tepat
waktu, kaji alasannya.
f. Riwayat Keluarga
Kaji apakah di keluarga ada yang pernah menderita penyakit infeksi,
atau tb.
5. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan tb paru, biasanya tinggl di daerh yang kurang
ventilasi udara, lembab, dan lingkungan yang kepadatan nya sangat
rapat
b. Pola nutrisi
Klien dengan tb paru biasanya mengeluh mual, tidak nafsu makan
c. Pola eliminasi
Biasanya tidak ada keluhan dalam pola eliminasi
d. Pola aktifitas dan latihan

19
Dalam tahap yang lanjut, dengan adanya keluhan batuk lama dan
sesak akan mempengaruhi aktifitas klien
e. Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya batuk lama dan sesak pasti akan mengganggu tidur
dan istirahat klien. Dan terkadang klien menjadi rewel
f. Pola hubungan dan peran
Klien dengan tb kemungkinan akan mengalami perasaan terisolasi
karena penyakit yang menular
g. Pola sensori dan kognitif
Biasanya tidak ada gangguan terhadap indera pengecap, pembau,
penglihatan, pendengaran, perabaan.
h. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya klien rewel
i. Pola reproduksi dan seksual
Klien anak-anak biasanya tidak terdapat keluhan
j. Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama akan menyebabkan
anak bosan dan merasa stress atau tidak nyaman. Dan kemungkinan
putus obat sangat tinggi
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada anak yang sudah mengerti tentang keyakinan, biasanya dengan
adanya batuk lama dan sesak maka akan berpengaruh pada proses
ibadahnya
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Pasien anak dengan TB didapatkan keadaan lemah, kurus, tidak
bergairah
b. Tanda-tanda vital
Suhu biasanya meningkat karena adanya infeksi, respirasi cepat, nadi
cepat.
c. Antropometri
Ukur tinggi badan, berat badan , lingkar kepala anak

20
d. Sistem pernafasan
Terdapat batuk, terkadang terdapat sputum dan berdarah, pernafasan
abnormal yang cepat dan dangkal (takipnoe), adanya tarikan dinding
paru, retraksi intercostal, suara fremitus meningkat, perkusi redup,
suara nafas bronkial, bisa terdapat ronchi.
e. Sistem kardiovaskuler
Terdapat irama nadi yang lebih cepat dari biasanya, sianosis.
f. Sistem gastrointestinal
Terdapat penurunan nafsu makan, mual, berat badan menurun, nyeri
tekan di daerah epigastrium, atau bahkan terdapat diare
berkepanjangan dikarenakan penyakit penyerta pada tb.
g. Sistem integument
Kulit teraba dingin, turgor kulit menurun, terdapat sianosis, keringat
dingin pada malam hari.Terkadang ada pembesaran kelenjar di axila,
servikal, inguinal. Jika sudah dites mantoux maka akan terjadi
indurasi (bagian bawah kulit yang teraba mengeras)
h. Sistem musculoskeletal
Apakah terdapat kelemahan dan nyeri otot, dikarenakan aktifitas
yang terbatas karena sesak. Pada tahap penyakit lanjut terdapat
pembengkakan tulang/ sendi panggul, lutut.
i. Sistem neurologis
Kesadaran biasanya composmentis, kecuali ada penyakit penyerta
maka kesadaran bisa menurun, terjadi kaku kuduk, kejang
j. Sistem indera
Biasanya tidak ada kelainan
7. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
Pemeriksaan ini untuk menguji tingkat perkembangan anak yang berusia
di bawah 6 tahun atau 72 bulan, dengan menggunakan SDIDTK atau
Denver. Dilakukan jika anak dalam kondisi yang kooperatif dan tidak
dalam kondisi sesak.

21
B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang kemungkinan muncul dalam kasus tb anak ini


adalah:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran
alveolus-kapiler
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi akibat kuman tb
4. Resiko deficit nutrisi berhubungan dengan penurunan nafsu makan dan
mual

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Bersihan jalan Tujuan : setelah dilakukan a. Kaji fungsi nafas: bunyi nafas,
nafas tidak tindakan keperawatan jalan kecepatan, kedalaman dan otot-
efektif nafas kembali efektif dalam otot bantu nafas
berhubungan waktu 3x24 jam, Rasional: untuk mengetahui
dengan Dengan kriteria hasil: status pernafasan klien dan
akumulasi sekret secret berkurang sampai untuk memudahkan tindakan
hilang, nafas dalam batas selanjutnya
normal 40-60x/m b. Kaji kemampuan klien untuk
batuk efektif
Rasional: untuk mengetahui
kemampuan klien dalam
mengeluarkan secret dan untuk
memudahkan tindakan
selanjutnya
c. Berikan posisi semifowler atau
posisi lain yang membantu klien
untuk mengurangi sesak
Rasional: untuk memudahkan
klien mendapatkan oksigen yng
maksimal sehingga mengurangi
sesak
d. Bersihkan secret dari mulut
Rasional: secret yang
menumpuk akan dikeluarkan
sehingga memaksimalkan
oksigen yang masuk ke dalam
paru sehingga memudahkan
klien untuk bernafas
e. Berikan oksigen lembab
Rasional: oksigen kanul dapat
menambah volume O2 yang
masuk ke paru sehingga

22
memudahkan klien untuk
bernafas
f.
Gangguan Tujuan: tidak terjadi a. Monitor kecepatan, irama,
pertukaran gas gangguan pertukaran gas kedalaman, dan kesulitan
berhubungan Kriteria hasil: sesak bernafas
dengan berkurang, saturasi O2 Rasional : untuk mengetahui
kerusakan dalam batas normal, tidak status pernafasan klien dan
membran terjadi kelelahan tindakan selanjutnya
alveolus-kapiler b. Kaji pergerakan dada,
ketidaksimetrisan, penggunaan
otot bantu pernafasan, retraksi
pada interkosta
Rasional: memperlihatkan
tingkat keparahan penyakit
c. Kaji suara nafas tambahan
Rasional : memperlihatkan
adanya infeksi paru yang meluas
d. Monitor saturasi O2
Rsional : memperlihatkan status
pemenuhan O2 pada paru dan
untuk memudahkan u tindakan
selanjutnya
e. Monitor kesimetrisan ekspansi
paru
Rasional : untuk
memperlihatkan tingkat infeksi
paru
f. Kaji kelelahan, kecemasan,
rewel, kekurangan udara pada
klien
Rasional: memperlihatkan
tingkat kekurangan O2 pada
klien
g. Berikan bantuan terapi nafas
jika diperlukan
Rasional : untuk
memaksimalkan masukan O2 ke
paru
Hipertermi Tujuan : setelah dilakukan a. Berikan penjelasan kepada
berhubungan tindakan keperawatan klien keluarga tentang penyakit tb,
dengan proses tidak demam dalam waktu perjalanan penyakit, cara
inflamasi akibat 3x24 jam penularan dan cara
kuman tb Dengan kriteria hasil: pengobatannya
demam berkurang atau Rasional: untuk memberikan
hilang, gambaran penyakit yang sejelas-
jelasnya kepada keluarga
sehingga keluarga dapat
memutuskan penanganan yang
terbaik dan dapat memutus
rantai penularan penyakit tb
b. Identifikasi anggota keluarga

23
yang beresiko terhadap penyakit
tb dan berikan penjelasan
tentang cara
pencegahan/profilaksis
Rasional: Untuk meminimalkan
resiko penularan dan deteksi
dini adanya kasus tb dari
keluarga serta profilaksis dini
untuk mencegah penularan
c. Jika klien batuk efektif,
anjurkan untuk menampung
dahak atau tidak membuang
dahak di sembarang tempat
Rasional: untuk meminimalkan
resiko penularan
d. Berikan penjelasan kepada
keluarga tentang pentingnya
menggunakan masker
Rasional: Untuk mencegah
terpapar infeksi dan
meminimalkan resiko penularan
lewat udara
e. Monitor temperature tiap 6 jam
Rasional: untuk mengetahui
siklus kenaikan atau penurunan
suhu tubuh klien sehingga
memudahkan untuk tindakan
selanjutnya
f. Kolaborasi pemberian terapi anti
piretik
Rasional : untuk mempercepat
penurunan suhu tubuh
g. Kolaborasi pemberian obat tb,
terapi OAT
Rasional: terapi OAT untuk
mematikan kuman tb sehingga
menghambat inflamasi sehingga
terjadi penurunan suhu tubuh
h.
Resiko deficit Tujuan : klien tidak a. Observasi dan ukur berat badan
nutrisi mengalami kekurangan klien setiap hari
berhubungan nutrisi Rasional: untuk mengetahui
dengan Kriteria hasil : mual status nutrisi klien
penurunan nafsu berkurang, nafsu makan b. Jelaskan pada keluarga tentang
makan dan mual bertambah, klien penyebab mual
menghabiskan porsi Rasional: dukungan dari
makannya keluarga dapat meningkatkan
keberhasilan tindakan
c. Berikan porsi makanan sedikit
tapi sering
Rasional: untuk mencegah
muntah dan memberikan
kesempatan lambung untuk

24
mencerna makanan, porsi sering
untuk memaksimalkan asupan
d. Sajikan makanan yang
menambah selera makan, seperti
disajikan dengan bentuk yang
unik
Rasional: anak-anak tertarik
pada sesuatu yang unik atau
lucu, sehingga akan menambah
dorongan untuk memakannya
e. Berikan menu makanan yang
disukai klien yang sesuai dengan
tahap pertumbuhannya
Rasional: menu yang disukai
akan menambah dorongan klien
untuk memakan makanannya
f. Berikan makanan tinggi protein
tinggi kalori
Rasional: memenuhi kebutuhan
kalori dan protein guna
mencegah dan mengurangi
keruskan jaringan tubuh atau
untuk menambah berat badan
mencpai normal
g. Berikan motivasi pada klien
untuk menghabiskan
makanannya
Rasional: dukungan dri kelurg
dan lingkungan dapat
menambah motivasi klien
h. Jelaskan pada keluarga susunan
menu makanan saat dirumah dan
cara pengolahannya
Rasional: memberikan informasi
tentang menu makanan yang
dianjurkan sehingga dapat
dilanjutkan di rumah
i. Kolaborasi pemberian anti
emetic
Rasional : mempercepat
mengatasi mual

25
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.67 tahun 2016 yang dimaksud


dengan: 1. Tuberkulosis yang selanjutnya disingkat TB adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang dapat
menyerang paru dan organ lainnya.

Gejala khas TB sebagai berikut:

a. Batuk 2 minggu
b. Demam 2 minggu
c. BB turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya
d. Lesu atau malaise 2 minggu.

Paduan OAT Kategori Anak diberikan dalam bentuk paket berupa obat
Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari
kombinasi 3 dan 2 jenis obat dalam satu tablet (2HRZ/4HR 3).

Upaya yang dilakukan adalah:

a. Pengendalian Kuman Penyebab TB.


b. Pengendalian Faktor Risiko Individu.
c. Pengendalian Faktor Lingkungan.
d. Pengendalian Intervensi daerah berisiko penularan.
e. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).

Asuhan keperawatan penyakit tuberkulosis dalam proses keperawatan


terdiri atas pengkajian keperawatan yang berisi riwayat keperawatan, faktor
yang berhubungan, pengkajian fisik, pemeriksaan labolatorium atau
diagnostik lainnya. Kemudian melakukan diagnosis dan intervensi sesuai
dengan kebutuhan pasien

26
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016. Permenkes RI No.67 Tahun


2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Kemenkes RI.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pencegahan Dan


Pengendalian Penyakit, 2016. Petunjuk Teknis Manajemen Dan Tatalaksana
TB Anak. Jakarta: Kemenkes RI.

Pusdatin, 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta: Kemenkes RI.

World Health Organization, 2016. Global Tuberkulosis Report. Switzerland:


WHO

iii

Anda mungkin juga menyukai