Elektronika Daya
Elektronika Daya
Elektronika Daya
PENDAHULUAN
Peralatan Daya
Listrik Statik dan
Dinamik
Kontrol Analog
Kontrol Digital
Perangkat elektronika
dan Rangkaian
Gambar 1.1 Hubungan antara Elektronika daya pada daya listrik, elektronika, dan sistem
kontrol
Rangkaian Elektronika Daya dapat diklafikasi dalam 4 tipe secara umum
1. AC/DC Converter
a. AC/DC Converter ( Uncontroller Rectifier )
b. AC/DC Converter ( Controller Rectifier )
2. AC/AC Converters ( AC Voltage Controllers )
3. DC/DC Converters ( DC Chopper )
4. DC/AC Converters ( Inverter )
Sistem blok suatu elektronika daya dengan beban-beban ( Motor, Lampu, R,L,C ) dapat
dilihat pada gambar 1.2
AC
DC
AC DC
AC DC
AC
DC
Keterangan :
1. Beban Motor AC
2. Beban Motor DC
3. Beban RLC
4. Beban Lampu
Gambar 1.2 Sistem blok Elektronika Daya dengan beban Motor, Lampu, dan R,L,C
Tabel 1.1 BEBERAPA PEMANFAATAN ELEKTRONIKA DAYA
I. AC/DC CONVERTERS
Vs
D1
t
Rl
D2
Vs
Vs
T1
Rl t
T2
TRIAC
t
Rl
t
III. DC/DC CONVERTER (CHOPPER)
Vs
T1
DC SUPPLY t T t
Vs
Rl
D1
t T t
Q1 Q3
T/2 T t
Vs
R1
DC SUPPLY
T/2 T t
Q2
Vs
T/2 T
t
Sejak tahun 1970 beberapa tipe dari perangkat semikonduktor daya dibuat dan menjadi
sangat komersial dibagi dalam 4 tipe :
1. Dioda Daya
2. Thyristor
3. Power Bipolar Junction Transistor (BJT)
4. Power Mosfet
Thyristor dapat dibagi atas tipe-tipe
a. Forced commutated thyristor
b. Line commutated thyristor
c. Gate turn off thyristor
d. Reverse conducting thyristor
e. Static induction thyristor
f. Gate assisted turn off thyristor
g. Light activated silicon controlled rectifier
VOLTAGE/
SWITCHING ON VOLTAGE
TIPE CURRENT
TIME (MS) AND CURRENT
RATING
General reverse 3000 V / 3500 A - 1,6 V / 10KA
High speed 3000 V / 1000 A 25 2 V / 3000KA
DIODA
Schottky 400 / 60 A 0,23 0,58 V / 60 A
Switching Control
Signal Generator
AC
~ AC
~ DC
= DC
= AC
~ = = ~
~ = = ~
Motor AC Motor DC Motor DC Motor AC
INPUT OUTPUT
~
~
Input : Output :
Tegangan Vi Tegangan V0
Arus Ii Arus I0
Frekuensi Fi Frekuensi F0
Daya Pi Daya P0
Vs Vo Vs
Vo
Io
Io
t
KESIMPULAN
Sejak perangkat utama elektronika daya dibuat dengan teknologi yang sangat baik
terutama pengaruh dari penemuan dari perangkat konduktor daya. Maka sejak tahun 1970,
perangkat piranti seperti thyristor telah dipakai dengan sangat spesifik dan efektif pada
pemanfaatan terutama di industry yang berkaitan dengan elektronika daya.
Sesuai dengan penemuan tersebut, maka piranti perangkat utama dapat diklafikasi ke
dalam 4 tipe yaitu : 1) Dioda Daya, 2)Thyristor, 3)Power Bipolar Junction Transistor (BJT),
dan 4)MOSFET-Daya. Akibat perkembangan dengan pemanfaatan yang sangat efektif, maka
perangkat Thyristor diklafikasi ke dalam 7 tipe yaitu
1. Forced Commutated Thyristor
2. Line Commutated Thyristor
3. Gate Turn Off Thyristor (GTO)
4. Reverse Conducting Thyristor (RCT)
5. Static Induction Thyristor (SITH)
6. Gate Assisted Turn Off Thyristor (GATT)
7. Light Activated Silicon Controlled Rectifier (LASCR)
c) Transistor
d) MOSFET
2.3 KARAKTERISTIK KONTROL DARI PIRANTI DAYA
Piranti semikonduktor daya dapat di operasikan sebagai sakelardengan menggunakan
sinyal control pada terminal GATE dari THYRISTOR. Keluaran yang diinginkan diperoleh
dengan variasi-variasi waktu konduktion dari saklar-saklar tersebut, pada gambar berikut
memperlihatkan tegangan keluaran dan karakteristik control dari yang secara umum dipakai
pada perangkat-perangkat saklar daya.
Piranti-piranti saklar semikonduktor daya dapat diklafikasi sesuai dengan sebagai
berikut :
1. Uncontrolled Turn On and Off ( Contoh Dioda)
2. Controlled Turn On and Controlled Turn Off ( Contoh SCR)
3. Karakteristik Controlled Turn On and Off ( Contoh : BJT, MOSFET, GTO)
4. Continous Gate Sinyal Requirment (BJT, MOSFET)
5. Pulse Gate Requirement ( contoh : SCR, GTO )
6. Bipolar Voltage Withstanding Capability (SCR)
7. Unipolar Voltage Withstanding Capability (BJT, MOSFET, GTO)
8. Bidirectional Current Capability (RCT, TRIAC)
9. Unidirectional Current Capability ( Dioda, SCR, GTO, BJT, MOSFET)
Gambar 2.2.a
b. AC DC Controlled Converters
Gambar 2.2.b
2. AC AC Converter Single Phase
Gambar 2.3
3. DC DC Converters ( DC Chopper )
Gambar 2.4
4. DC AC Converter ( Inverter )
Gambar 2.5
Switching Control
Sicnal Generator
2.6 KESIMPULAN
Suatu teknologi untuk piranti semikonduktor daya dan membentuk rangkaian
terintegrasi, maka potensi untuk penggunaan elektronika daya menjadi sangat luas. Telah
banyak piranti semikonduktor daya yang komersial dengan baik. Konverter daya yang secara
umum terdiri atas 1) AC-DC Converters, 2) AC-AC Converters, 3)DC-DC Converters, 4)DC-
AC Converters. Rancangan dari rangkaian Elektronika Daya diharapkan dengan perencanaan
daya dan rangkaian control.
2.7 PERTANYAAN
1. Berikan penjelasan tentang Elektronika Daya
2. Berikan uraian tentang komponen elektronika daya
3. Berikan uraian tentang prinsip AC-DC Converter
4. Berikan uraian tentang prinsip AC-AC Converter
5. Berikan uraian tentang prinsip DC-DC Converter
6. Berikan uraian tentang prinsip DC-AC Converter
BAB III
KONVERTER AC DC
3.1 PENDAHULUAN
Piranti elektronika yang sangat luas pemakaiannya dalam system penyearah ( AC/DC
Converter ) adalah diode. Rangkaian perangkat diode secara umum dipakai di elektronika
daya untuk proses signal dalam mengkonversi system AC ke system DC. Konverter AC-DC
secara umum dikenal sebagai suatu penyearah (rectifier), dan penyearah diode menghasilkan
tegangan keluaran searah yang tepat dan ideal.
Suatu converter AC-DC dapat dianalisa dengan menginput tegangan arus yang
bersifat bolak-balik dan memiliki sifat gelombang berharmonik atau tidak berharmonik.
Sehingga keluaran gelombang searahnya dapat berupa gelombang searah yang berharmonik
atau tak berharmonik, seperti pada gambar 3.1
AC
DC
V2
V2
t t
V2 V2
t t
= 2 2
2 2 2
= = ( ) + 12 = 2 12
= cos
Harmonic Factor :
1/2 1/2
2 2 2
=( ) = [( ) 1]
2
Natural Commutation.
Bila tegangan input adalah AC, arus thyristor menjadi nol dan tegangan mundur
muncul lewat thyristor. Piranti secara otomatis menjadi off seharusnya terhadap sifat asli dari
tegangan sumber : ini disebut natural commutation atau Line Commutation
Forced Commutation
Dalam beberapa rangkaian thyristor, tegangan input adalah DC dan arus maju dari
thyristor ditekan kezoo dengan menambah rangkaian komutasi untuk mengoff kan thyristor,
Cara ini disebut forced commutation dan secara normal dipakai dalam DC-DC converter dan
DC-DC converter (Inverter). Ada beberapa klafikasi
1. Self Commuttation
2. Impluse Commutation
3. Resonant Pulse Commutation
4. Complementary Commutation
5. External Pulse
6. Load Side Commutation
7. Line Side Commutation
Vm
T1 Rl
2 t
Thyristor dengan natural commutation
T1 Vm
L
c
t
1
Vs 3 = + = + 1 + ( = 0)
() = (1 cos )
= 1
t sesudah = =
T1 Rl
Vs
t
T1
L
t
Tipe rangkaian dimana kapasitor voltage Vo
1
Bilamana T1 dinyalakan Arus mengalir dalam rangkaian [ + + ( = 0)] = 0
( = 0) = ( = 0) =0
() = sin
() = cos
Impulse Commutation
Vs
T1
T3
C
Dm
L t
T2
Vs
T1
C
Dm
t
T2
1
0 = 0 =
0
= =
Contoh Soal :
Rangkaian komutasi mempunyai kapasitansi = 20 , = 25, initial tegangan kapasitor
sama dengan tegangan input 0 = = 2001, Bila arus Im RA 50 = 200 A. Tentukan variasi
dari waktu tq
L
T1
T3
C
Dm
L
T2
T1
C
Dm
T2
= +
1 + ( = 0) = =
= 1
1
Initial condition ( = 0) =
dan ( = 0) = 1 = =
() = 0 sin 1 + cos 1
1
1
() = sin 1 + cos 1
dimana 1 = 1 bila ( = ) = 0
1
= 1 1 ( 0
1
C L1 V0 Im tq
20 F 25 H 200 V 50 A 29,0 s
20 F 25 H 200 V 100 A 23,7 s
20 F 25 H 200 V 200 A 16,3 s
3.3.3 RESONANT PULSE COMMUTATION
T1
T2
Dm
L
C
T3
()
:
t
Vs
= sin
pada saat ( = 1 ) = 0 cos 1 = 1 ( )
0
( = 1 ) = 1 = 0 cos 1
Contoh :
Rangkaian komutasi pulsa resonant C = 30 F, L = 4 H, Initial tegangan kapasitor V0 = 200
V, Hitung waktu pembukaan tq bila arus dalam Im --- a) 250 A, b) 50 A
250 4
a) Im = 250 A 1 = 4 30 1 (200 30) = 5,192
1
= = 91.287,1 rad/det
1 = 0,474
1
1 = 200 cos(0,474) = 177,95 dari persamaan =
30
= 177,95 = 21,35
200
b) Im = 50 A
50 4
1 = 4 30 1 ( ) = 1,0095
200 30
1
= = 9.287,1 rad/det
1 = 0,0914
1
1 = 200 cos(0,0914) = 199,16 dari persamaan =
30
= 199,16 = 119,5
250
R1 R2
T1 T2
Vc
Vs
1
3 = + ( = 0) +
Bila ( = 0) = 0 =
2
() =
() = (1 2 )
( = ) = 0 = (2)
D1
VS
Vm
2 t
Vl
Vm
2 t
i
2 t
VD
2 t
-Vm
I. Analisis
a. Diketahui : Beban R, f = 1/T
= 2, = sin
b. Ditanyakan
1. Efisiensi =
2. Form Factor = FF
3. Ripple Factor = RF
4. Transform Utilitation Factor = TUF
5. Peak Invers Voltage = PIV
II. Rencana
1 1
= () = 02 sin
= (cos ( 1) = = 0,318
2
= = 0,318 = 1/ = 2
1 1/2
= [ 0 2 ()]
0,5
2. Form Factor = = = 0,318 = 1,57 = 157 %
4.1 PENDAHULUAN
Suatu switch thyristor dihubungkan antara sumber AC dengan beban yang mengalir
dapat dikontrol dengan berbagai nilai tegangan rms-nya yang digunakan ke beban.Tipe
rangkaian daya ini dikenal sebagai AC Voltage Controllers.Pemakaian AC Voltage
Controllers kebanyakan digunakan pada industrial heating,load transformer tap
charging,light control,speed control of polyphase,induction motor and AC magnet control.
Ada 2 tipe control secara umum dipakai yaitu :
1. ON-OFF Control
2. PHASE ANGEL Control
AC Voltage Control diklarifikasikan kedalam 2 tipe yaitu :
1. Single phase controllers
2. Three phase controllers
Kedua tipe ini masing-masing dibagi atas :
a. Unidirectional atau Half wave control
b. Bidirectional atau Full Wave Control
n = Switch On
m = Switch Off
=
2(+) 0 sin .()
.
= (+) = (4.4)
Contoh 4.1 :
Suatu AC Voltage Controller beban R= 10 Ohm, tegangan input rms 120V 60Hz, dengan
m=75 dan n=25 cyclus. Hitunglah :
a. Tegangan Output rms
b. Daya output
c. Power factor
d. Arus rms
e. Peak thyristor maximum current dan rms current
Jawab :
Diketahui :
Vs = 120V, f=60Hz
R = 10 ohm
m= 75 cyclus; n= 25 cyclus
Ditanyakan :
a. Vo (rms) = ..?
b. Po = ..?
c. PF = ..?
d. Io = ..?
e. Im,IR = ..?
Penyelesaian :
= 2.120 = 169,7
25 25
= + = 25+75 = 100 = 0,25
Maka :
a. () =
= 1200,25 = 60
() 60
() = = 10 = 6
b. = 2 . = 62 . 10 = 360
c. = , = . = 1206 = 720
360
= 720 = 0,5
= = 0,25 = 0,5
d. () = 6
= (+) =
2 2
(16,97)0,25
= = 4,24
2
Persamaan matematis :
= sin
(4.6)
= 2 sin
Delay angel T1 --- t=
1 2 1/2
=( [ (1 2). d() + (1 2). ()])
2
(4.7)
1 2 1/2
= [2 (2 + )]
3
(4.8)
2
= ( 1)
2
Contoh 4.2 :
Single phase AC Voltage controller R=10 Ohm, tegangan input Vs=120V,60Hz,delay angle
T1 =/2.Hitunglah :
a. Vo(rms) = .?
b. PF input = .?
c. Vdc (Average) = .?
d. Idc = .?
Jawab:
Diketahui :
Vs = 120 V, f=60Hz
R = 10 Ohm
= /2
Dintanyakan :
a. Vo(Rms) = .?
b. PF input = .?
c. Vdc (Average) = .?
d. Idc (Avarage) = .?
Penyelesaian :
3
a. 0 () = 1204
= 103,92
b. PF-
0 () 103,92
0 () = = = 10,392
10
Load power,
0 = 02 . = (10,392)2 . 10 = 1079,94
= . 0 = 12010,392 = 1247,04
1079,94
= 0 = 1247,04 = 0,866
2
c. Vdc = 120 = 27
27
d. Idc = = = 2,7
10
Catatan :
Tanda negative berarti arus input selama setengah siklus positif kurang dibandingkan
arus masukan selama setengah siklus negative. Jika ada sebuah masukan trafo, inti trafo dapat
terjadi saturasi. Pada prakteknya control unidirectional ini tidak dapat digunakan.
(4.10)
1 2 1/2
= [ ( + 2
)]
(4.11)
VA = Vs.Is
= 2 .
(4.12)
2
= ( + 1)
2
(4.13)
Arus rms thyristor,
1 1/2
= (22 [ 2 2 2 . ()])
1/2
2 2
= [42 (1 2 ). ()]
(4.14)
1 sin 2 1/2
= [ ( + )]
2 2
Contoh 4.3 :
Sebuah single phase full wave AC Voltage Controller dengan beban resitif R=10 Ohm,
tegangan input rms 120 V 60 Hz, delay angel T1,T2 1, 2, =/2. Hitungla :
Jawab :
Diketahui :
Vs = 120Volt, F=60Hz
R = 10Ohm
= /2
Ditanyakan :
a. Vo (rms) = ..?
b. PF = ..?
c. IA = ..?
d. IR = ..?
Penyelesaian :
a. Rms output Voltage,
120
() = = 84,85
2
2120
= = 5,7
2.10
1 sin 2 1/2
= [ ( + )]
2 2
120
= 210 = 6
Persamaan matematis :
Vs= VL + VR
= + . 1 () = 2 (4.15)
2
1 = . ( ) + 1 / (4.16)
(4.18)
2
1 = [( ) ( ). ( )() ] (4.19)
Sudut ,Saat 1 ke zero dan T1 ke off,didapat 1 ( = ) = 0,( ). ( )()
Dimana =extending angel
2 1/2
0 () = (2 [ 22 sin2 . ()])
1/4
4 2
= ( 4 [ (1 cos 2). ()])
(4.20)
1 2 1/4
= [ ( + )]
2
(4.21)
1 2 1/2
= [ ( + ]
2 2
0 () = (2 + 2 ) = 2.
(4.22)
(4.23)
Catatan :
1. = 0, sin( ) = sin( ) = 0; = =
2. < <
BAB V
KONVERTER DC/DC (Chopper)
5.1 PENDAHULUAN
Pada banyak aplikasi industry, diperlukan untuk mengubah sumber tegangan dc
tetap menjadi sumber tegangan dc yang bersifat variable. DC Chopper mengubah secara
lansung dari dc ke dc dan biasanya hal ini biasa disebut disebut converter dc ke dc.Chopper
dapat disebut sebagai dc, sama dengan trafo ac dengan mengsuplai tegangan yang variable
secara terus menerus. Seperti trafo, chopper dapat digunakan untuk menaikkan dan
menurunkan sumber tegangan dc.
DC Chopper merupakan rangkaian yang mengkonversi input DC yang tidak
dikontrol ke output DC yang dikontrol dengan tingkat tegangan yang diinginkan.Ada dua
macam cara pengolahan daya : tipe linier dan tipe peralihan(Switching).Tergantung dari jenis
aplikasinya, masing-masing tipe memiliki kelebihan dan kekurangan.
Namun dalam perkembangannya, tipe peralihan Nampak semakin terlihat
kepopulerannya terutama karena kelebihannya dalam mengubah daya secara jauh ebih efisien
dan pemakaian komponen ukurannya lebih kecil. Pengubah daya DC-DC (DC-DC
Converter) tipe peralihan dikenal juga dengan sebutan DC Chopper.
DC Chopper dimamfaatkan terutama untuk penyediaan tegangan keluaran DC
yang bervariasi besarannya sesuai dengan permintaan pada beban. Daya masukan dari proses
DC-DC tersebut adalah berasal dari sumber daya DC yang biasanya memiliki tegangan
masukan yang tetap.
Pada dasarnya, penghasilan tegangan keluaran DC yang ingin dicapai adalah
dengan cara pengaturan lamanya waktu penghubungan antara sisi keluaran dan sisi masukan
pada rangkaian yang sama.Komponen yang digunakan untuk menjalankan fungsi
penghubung tersebut tidak lain adalah swith (Solid State electronic switch) seperti misalnya
Thyristor,MOSFET,IGBT,GTO.
Chopper secara luas digunakan untuk mengkontrol perputaran motor traksi pada
automobile elektrik, mobil trolley,kapal pengangkut, truk forklift dan lain-lain. Chopper
menghasilkan putaran yang baik, efisiensi yang tinggi dan respons dinamik yang tepat.
Selain itu dapat pula digunakan untuk pengereman regenerative pada motor-motor
DC untuk mengembalikan energy pada sumber, dan hal ini menghasilkan adanya
penghematan energy transportasi dengan adanya penghentian yang sering dilakukan. Chopper
digunakan pada regulator tegangan dc dan juga digunakan pada penghubung dengan
inductor,untuk membangkitkan sumber arus dc,terutama untuk pembalik arus.
Secara umum ada dua fungsi pengoperasian dari DC Chopper yaitu penaikan
tegangan (step-up)dimana tegangan keluaran yang dihasilkan lebih tinggi dari tegangan
masukan, dan penurunan tegangan(step-down) dimana tegangan keluaran lebih rendah dari
tegangan masukan.
1 1 1
= 0 = = = (5.1)
= = / (5.2)
Dengan T adalah periode chopping, k=t1/T adalah duty cycle chopper, dan f adalah
frekuensi chopping. Nilai rms tegangan keluaran ditentukan dari :
1 1/2
0 () = ( [0 2 . ]) (5.3)
1 1 2 2
= 0 2 . = 0 . = (5.4)
Gambar 5.1 Chopper Step-down dengan beban resistif
Dengan mengasumsikan bahwa tidak ada rugi-rugi pada chopper maka daya
masukan pada chopper sama dengan daya yang diberikan dengan, resistansi masukan efektif
yang dilihat dari sumber adalah :
1 = = / =
(5.5)
Duty cycle k dapat divariasikan dari 0 sampai 1 dengan bervariasi menurut t1, T
dan f. Maka tegangan keluaran V0 dapat divariasikan dari 0 sampai Vs dengan mengatur k,
dan aliran daya dapat diatur melalui :
1. Operasi pada frekuensi konstan.
Frekuensi chopping f(atau periode chopping T) dijaga tetap dan waktu on t1
divariasikan. Lebar pulsa bervariasi dan control jenis ini dikenal dengan nama control pulse-
width-modulation(PWM).
2. Operasi Pada frekuensi yang variable
Frekuensi chopping f bervariasi. Pada waktu on t1 atau pada waktu off t2 dijaga tetap. Ini
disebut modulasi frekuensi.Frekuensi divariasikan untuk batasan yang lebar untuk
mendapatkan batasan tegangan keluaran yang penug.Kontrol jenis ini membangkitkan
harmonisa pada frekuensi yang tidak bias ditentukan sehingga akan sangat sulit untuk
merancang filter.
Contoh 5.1 :
Chopper dc gambar diatas (Gambar 5.1), dengan nilai tahanan R=10 Ohm, dan Vs=220V,
Voltage drop 2V,Frekuensi chopping f=1 kHz, duty cycle 50%. Hitung :
a. Tegangan output rata-rata
b. Tegangan rms output
c. Efesiensi
d. Tahanan input efektif
e. Harga rms dari komponen fundamental dari teganga harmonic keluaran
Jawab :
Diketahui :
R= 10 Ohm, Vs=220 V, Voltage drop=Vch 2 V, frekuensi chopping
F= 1 kHz, Duty Cycle=k=50%=0,5
Dintanyakan :
a. V0 = .?
b. V0(rms) = .?
c. N = .?
d. Ri = .?
e. V0(t) = .?
Penyelesaian :
a. 0 = = (0,5). (220 2) = 109
b. 0 () = = (0,5). (220 2) = 154,15
c. Daya Keluaran :
1/2
1 2 ( )
0 = 0 . = 0 . =
2202
= 0,5 = 2376,2
10
Daya masukkan :
1 ( ) ()
1 = 0 . = 0 . =
(220).(2202)
= 0,5 = 2398
10
2376,2
= 0 = 100% = 99,09 %
1 2398
10
d. = = (.)
= = 0,5 = 20 =
2
e. 0 () = + .
=1 sin 2 cos 2 + . =1(1
cos 2) sin 2
= 1,
1 () = [sin 2 2 + (1 cos 2) sin ]
2202
= [sin(2. 1000)] = 140,06 sin(6283,2)
140,06
= = 99,04
2
1
0 = + = (1 + 1 ) = 1 (5.8)
2 2
Bila sebuah kapasitor CL dihubungkan dengan beban seperti terlihat pada garis putus-
putus pada gambar 5.3, Tegangan keluaran akan tetap dan V0 akan menjadi nilai rata-rata Va.
Instantaneous bahwa tegangan yang melalui beban dapat dinaikkan dengan memvariasikan
duty cycle, k dan tegangan keluaran minimum adalah Vs bila k=0.
Namun demikian chopper tidak dapat On terus- menerus shingga k=1. Untuk nilai k
yang cenderung menuju satu, tegangan keluaran menjadi sangat besar dan sangat sensitive
untuk mengubah nilai k, seperti terlihat pada gambar 5.3(a).
Prinsip ini dapat diaplikasikan untuk memindahkan energy dari satu sumber tegangan
ke lainnya seperti terlihat pada gambar 5.3(a). Rangkaian ekivalen untuk mode-mode operasi
ditunjukkan pada gmabar 3.11(c). Arus inductor untuk mode I diberikan sebagai berikut.
1
= (5.9)
1 () = + 1 (5.10)
Gambar 5.3 susunan gelombang arus
Dimana i1 adalah arus mula untuk mode 1. Selama mode 1, arus harus menungkat dan
kondisi yang penting adalah,
>0 > 0
2
= + (5.11)
2 () = + 2 (5.12)
Dengan I2 adalah arus mula untuk mode 2. Untuk system yang stabil, arus harus turun
dan kondisi yang memenuhi adalah;
2
< 0 <
Bila kondisi ini tidak memenuhi, arus inductor akan tetap naik dan akan menjadi tidak
stabil. Maka, kondisi untuk pemindahan daya yang terkontrol adalah :
0 < <
Persamaan (5.12) menyatakan bahwa sumber tegangan Vs, Harus lebih kecil dari
tegangan E agar transfer daya dari sumber yang tetap (atau Variable) ketegangan DC tetap
bias dilakukan, pada pengereman elektris motor-motor dc, dengan motor-motor bekerja
sebagai generator dc, tegangan terminalnya akan jatuh bila kecepatan mesin berkurang.
Chopper dapat memindahkan daya kesumber dc tetap atau rheostat.
Bila chopper di-on-kan, energy akan dipindahkan dari sumber Vs ke inductor L. dan
bila chopper di-off-kan sejumlah energy yang tersimpan pada inductor akan dipindahkan ke
baterai E.
Yang paling diharapkan untuk rancangan ragkaian komtasi adalah mendapat sesuatu
yang memuaskan waktu turn-off untuk mensaklar thyristor utama ke-off. Analisis-analisis
dari bentuk persamaan untuk chopper klasik, memperlihatkan bahwa waktu turn-off
tergantung pada tegangan kapasitor komutasi Vc.
Tidak ada aturan yang tetap untuk merancang rangkaian chopper dan berbagai
rancangan dengan tipe rangkaian yang terpakai. Perancangan memiliki batasan-batasan luas
dari pilihan dan nilai komponen Lm, C. komponen dipengaruhi oleh tegangan puncak dan
tegangan yang diizinkan. Batas-batas tegangan dan arus komponen Lm,C dan piranti
memberikan batasan maksimum.
(5.13)
Komponen fundamental (n=1), arus harmonis yang dibangkitkan chopper pada bagian
masukan diberikan,
() = sin 2. cos 2 + (1 2)2 (5.14)
Frekuensi chopping yang tinggi mengurangi jumlah elemen filter masukan. Namun
frekuensi harmonis yang dibangkitkan oleh chopper pada sumber line juga meningkat, hal ini
dapat menyebabkan masalah interfensi terhadap sinyal control dan komunikasi.
Jawab :
Diketahui :
Vs = 220 V
Im = 440 A
Ioff = 25
Vo(min) = 0,05 x 220 = 11 V
L = 4
Ditanyakan :
a. LmC = ?
b. Fchopping = ?
c. Rating Komponen = ?
Penyelesaian :
a. Waktu turn-off adalah :
. .
= = ( + ) = +
Atau
. 2 . 2 22 .
( ) = 2 + ( ) =
Atau Lm = 34,96
Misalkan nilai Lm = 35 dan arus balik
= 3530 = 101,8,
30
= 380 (440) = 25,9
30
= 220 (440) = 15
= 25,9 + 15 = 40,9.
Frekuensi chopping dapat ditentukan melalui kondisi tegangan minimum sebagai
berikut :
|| = [(220110,8) + (0,540,9)(380 + 220)106 ] = 317
Gambar 5.8 bentuk gelombang contoh 5.2
6.1 PENDAHULUAN
Konverter DC/AC dikenal sebagai INVERTER. Fungsi suatu inverter adalah merubah
tegangan input DC ketegangan output AC yang simetris dengan besar frekuensi tertentu.
Tegangan keluaran dapat berbentuk tetap atau variable dan pada frekuensi tetap ataupun
variable.
Suatu inverter memiliki prinsip dasar yaitu mengkonversi system arus searah ke
system arus bolak-balik. Prinsip kerja inverter seperti pada gambar 6.1(a) dimana terdiri dari
2 choppers. Bila hanya transistor Q1 menyala ON pada saat waktu T0/2 maka tegangan
instantenaous yang lewat dibeban Vo adalah Vs/2. Bila transistor Q2 menyala ON pada saat
waktu T0/2 maka nilai Vs/2 akan lewat beban. Maka rangkaian logikanya dapat dirancang
sesuai dengan Q1 dan Q2 tidak boleh dinyalakan ON bersamaan waktu. Seperti pada gambar
dengan beban R.
1/2
2 /2 2
= [ 0 . ] = (6.1)
4 2
2
=
=1,3,5,.. sin (6.2)
Dimana = 2f0
2
Untuk n = 1 1 = = 0,45 (6.3)
2
= (6.4)
1
1 1/2
= ( 2
=1,2,3.. ) (6.5)
1
1/2
1 2
= [
=1,2,3.. ( 2 ) ] (6.6)
1
= faktor didistorsi ke -n
12
Contoh 6.1 :
Sebuah inverter setengah jembatan (half-bridge) satu fasa seperti Gambar 6.1 mempunyai
beban resitif R = 2.4 dan tegangan input dc Vs = 48 volt, hitunglah :
Jawab :
Diketahui : R = 2.4
Vs = 48 V
Ditanyakan :
a. V1 = ..?
b. P0 = ..?
c. Ip = ? Dan ID = ? Setiap transistor.
d. VB = ?
e. THD = .?
f. DF = ..?
g. Faktor harmonic dan factor distorsi pada harmonic order paling rendah, V3 = ?
Penyelesaian :
Karena setiap transistor membagi arus 50 % selama siklus konduksi, maka arus rata-
rata tiap transistor ID = 0.5 x 10 = 5 A
d. Arus balik puncak transistor VB = 2 x V0 = 2 x 24 = 48 V
e. Dari persamaan (6.5)
1/2
1
= ( 2 )
1
=1,2,3..
Dengan,
1/2
1/2
( 2 ) = (2 1 2 ) = 0.2176
=1,2,3..
0.2176
= = 48.34 %
0,45
f. Dari persamaan (6.6)
1/2
1 2
=
1
[=1,2,3.. ( 2 ) ]
Dimana,
1/2 1/2
2 3 2 5 2 7 2
[ ( 2) ] = [( ) + ( ) + ( ) + ] = 0.01712
3 5 7
=1,2,3..
0.01712
= = 3.804%
0.45
g. Faktor harmonic dan factor distorsi pada harmonic order paling rendah, V3 = V1/3,
HF3 = 1/3 = 33,33 % dan DF3 = 1/27= 3.704%
Suatu inverter jembatan satu fasa seperti pada Gambar 6.2(a), terdiri dari 4 chopper.
Bila Q1 dan Q2 ON bersamaan, Vs muncul lewat beban, bila Q3 dan Q4 ON bersamaan,
tegangan lewat beban di reverse sebesar Vs, perhatikan gelombangnya maka tegangan
output rms :
2 /2 1/2
() = [ 0 2 . ] = (6.7)
Bila D1 dan D2 konduksi, energy kembali kesumber dc dan dikenal sebagai feedback
diodes. Gambar 6.2(c) diperlihatkan bentuk gelombang dari arus beban untuk beban induktif.
4
=
=1,2,3.. sin (6.8)
4
1 = = 0,90 (6.9)
2
a. Rangkaian
b. Bentuk Tegangan
c. Bentuk Gelombang
Contoh 6.2 :
Ulangi contoh soal 6.1, untuk sebuah inverter jembatan penuh (full-bridge) satu fasa seperti
Gambar 6.2 (a).
Jawab :
Diketahui :
R = 2.4
Vs = 48 V
Ditanyakan :
a. V1 = ?
b. Po = ?
c. Ip = .? Dan ID = .? Setiap transistor
d. VB = ?
e. THD = .?
f. DF = .?
g. Factor harmonic dan factor distorsi pada harmonic order paling rendah, V3
= .?
Penyelesaian :
Karena setiap transistor membagi arus 50 % selama siklus konduksi, maka arus rata-
rata tiap transistor ID = 0.5 x 20 = 10 A
Dengan,
2 1/2 1/2
(
=3,5,7.. ) = ( 2 1 2 ) = 0.4352
0.4352
= = 48.34 %
0.9
Dimana,
2 1/2 2 2 2 1/2
[
=1,2,3.. (2 ) ] = [( 33 ) + ( 55 ) + ( 77 ) + ] = 0.03424
0.03424 0.03424
= = 3.804 %
0.9
g. Factor harmonic dan factor distorsi pada harmonic order paling rendah adalah
harmonic ke-3, V3 = V1/3, HF3 = 1/3 = 33,33 % dan DF3 = 1/27 = 3.704 %
Catatan :
Tegangan puncak balik transistor dan kualitas tegangan untuk inverter half-bridge dan full-
bridge sama. Namun demikian untuk inverter full-bridge dengan beban resitif, daya
outputnya empat kali lebih besar dan komponen fundamental dua kali lebih dari inverter half-
bridge.
Inverter tiga fasa umumnya dipakai untuk penggunaan daya tinggi. Inverter satu fasa penuh
atau setengah dapat dihubungkan parallel seperti Gambar 6.3.
Mode 1 ( 0 t /3 ) :
Req = R + R/2 = 3R/2 (6.10)
2
1 = = (6.11)
3
1
= = = (6.12)
2 3
2
= 1 = (6.13)
3
Mode 2 ( /3 t 2/3 )
Req = R + R/2 = 3R/2 (6.14)
2
2 = = (6.15)
3
1
= = (6.16)
2 3
2
= 2 = (6.17)
3
Mode 3 ( 2/3 t )
Req = R + R/2 = 3R/2 (6.18)
2
2 = = (6.19)
3
3
= = = (6.20)
2 3
2
= 3 = (6.21)
3
4
=
=1,3,5.. cos sin ( + 6 ) (6.22)
6
4
=
=1,3,5.. cos sin ( 2 ) (6.23)
6
4 7
=
=1,3,5.. cos sin ( ) (6.24)
6 6
Kita perhatikan persamaan (6.22), (6.23), (6.24) pada harmonic kelipatan 3 ( n = 3, 9, 15)
diperoleh tegangan line-line sama dengan nol, tegangan line-line rms, diperoleh :
2 2/3 2 1/2 2
(6.25)
=[ . ( )] = =0.8165
2 0 3
Untuk n = 1 nilai rms komponen fundamental dari persamaan (6.22) sebagai berikut :
4 cos 300
1 = = 0.7797 (6.26)
2
2
= = = 0.4714 (6.27)
3 3
Gambar 6.3 Inverter tiga fasa yang dibentuk dari tiga inverter satu fasa
Gambar 6.4 Inverter Jembatan Tiga fasa
Gambar 6.5 Rangkaian ekuivalen hubungan wye
Contoh :
Suatu inverter tiga fasa seperti Gambar 6.4 mempunyai beban resistif yang terhubung bintang
(wye), R = 10 , frekuensi inverter 60 Hz dan tegangan input dc Vs = 220 V, a) uraikan
tegangan instantinous line to line, Vab (t) dan hitunglah b) tegangan line rms VL, c) tegangan
phasa rms, d) tegangan line rms pada frekuensi fundamental, e) tegangan phasa rms pada
frekuensi fundamental, f) total distorsi harmonic, g) factor distorsi, h) Faktor harmonic dan
factor distorsi pada harmonic order paling rendah, i) daya beban, P 0, j) arus rata-rata
transistor dan arus rms transistor.
Jawab :
Diketahui :
R = 10
Vs = 220 V
f0 = 60 Hz
= 2. x 60 = 337 rad/s
Ditanyakan :
Penyelesaian :
Vab (t) = 242.58 sin (377t + 30o) 48.52 sin (377t + 30o)
()
Tegangan phasa adalah () = dengan sudut delay 30o , sehingga arus
3
VL1 = 0.7797 Vs
1/2
2 1/2
( ) = ( 2 1 2 ) = 0.2423
=5,7,11
0.24236
= = 31.08 %
0.7797
1/2 1/2
2 5 2 7 2 11 2
g. [=5,7,11 (2 ) ] = [( 5 ) + ( 7 ) + ( 11 ) + ] = 0.00668
0.00668
= = 3.857 %
0.7797
h. Faktor harmonic dan factor distorsi pada harmonic order paling rendah adalah
harmonic ke 5, sehingga VL5 = VL1 / 5, HF5 = 1/5 = 20% dan DF5 = 1/125 = 0.8%
i. Untuk beban yang terhubung wye arus saluran sama dengan arus phasa dan arus line
ID = 14.67/3 = 4.89 A
10.37
k. = = = 7.33
2 2
Ada beragam teknik untuk variasi keluaran inverter, namun secara umum teknik yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Pada Single Pulse Widht Modulation hanya ada satu pulsa persetengah siklus dan
lebar pulsa divariasi untuk mengontrol keluaran inverter. Gambar 6.6 diperhatikan bentuk
gelombang sinyal gerbang dan tegangan keluaran dari inverter jembatan penuh satu fasa.
Sinyal-sinyal gerbang secara umum dibandingkan antara sinyal referensi (bentuk rectangular)
pada amplitude Ar, dengan sinyal pembawa (bentuk triangular) pada amplitude Ac,
Perbandingan antara AR dan AC adalah variable control yang dikenal sebagai indeks modulasi
(modulation index/M).
= (6.28)
2 (+)/2 1/2
= [2 ()/2 2 . ()] = (6.29)
4
() =
=1,3,5.. sin sin (6.30)
2
Gambar 6.6 Single Pulse Widht Modulation
= (6.31)
2
Dengan fc adalah frekuensi carier / pembawa, fo adalah frekuensi output dan N adalah jumlah
pulsa per setengah siklus.
Variasi indeks modulasi M dari 0 sampai 1, variasi lebar pulsa dari 0 sampai /p dan
tegangan keluaran dari 0 sampai Vs. Bentuk tegangan keluaran dari Single Pulse Widht
Modulation ditunjukkan pada Gambar 6.7(b)
Jika adalah lebar setiap pulsa, maka tegangan-tegangan keluaran :
1/2
2 ( +)/2
2
= [2 . ()] = (6.32)
( )/2
() =
=1,3,5( cos + sin ) (6.33)
Dengan koefisien,
4
= =1 sin cos( + /2) (6.34)
2
4
= =1 sin sin( + /2) (6.35)
2
Tipe modulasi ini umumnya digunakan pada aplikasi industry dan dikenal dengan
singkatan SPWM. Kelebihan tipe ini disbanding dengan Multiple Pulse Widht Modulation
adalah factor distorsi dan harmonic order rendah tereduksi secara signifikan. Bentuk
gelombangnya ditunjukkan pada gambar 6.8.
Gambar 6.8 sinusiodal pulse width modulation
Tegangan keluaran dapat divariasikan dari 0 sampai Vs dengan variasi indeks modulasi M
dari 0 sampai 1. Seperti persamaan (6.33) dikembangkan, sehingga tegangan keluaran rms,
1/2
= (=1 ) (6.36)
() =
=1,3,5( cos + sin ) (6.37)
Dengan koefisien,
4
= =1 [sin( + ) sin ] (6.38)
4
= =1 [cos cos ( + )] (6.39)
6.6.4 Modified Sinusioadal Pulse Width Modulation
Tipe modulasi ini dikenal sebagai MSPWM dan bentuk gelombang ditunjukkan pada
gambar 6.9. Tipe ini modifikasi dari karakteristik gelombang sinus dengan teknik SPWM
yang mana gelombang carrier diaplikasikan 60o selama interval stengah siklus. ( contoh 0 ke
60o dan 120o ke 180o). Jumlah pulsa q pada periode 60o secara normal berhubungan dengan
ratio frekuensi, pada inverter tiga fasa dirumuskan :
= 6 + 3 (6.40)
180o 360o
180o 360o
180o 360o
t
o
360
180o
180o
t
360o
= (6.41)
2
=
=1,3,5 sin (6.42)
2
=
=1,3,5 sin ( ) (6.43)
2
= 0 0 =
=1,3,5 [sin sin ( )] (6.44)
4
=
=1,3,5 sin cos ( /2) (6.45)
2
4
1 = sin 2 (6.46)
2
Persamaan (6.46) mengindikasikan bahwa tegangan keluaran dapat divariasikan
dengan mengatur sudut delay . Tipe pengendalian ini secara khusus digunakan untuk
aplikasi daya tinggi dengan sejumlah transistor atau thyristor besar disusun paralel.
BAB VII
MULTI KONVERTER AC-DC
7.1 PENDAHULUAN
Multi converter merupakan gabungan dari converter AC-DC, converter AC-AC,
Konverter DC-DC, dan koverter DC-AC yang memiliki fungsi sebagai sumber AC dan
sumber DC. Dalam hal pemakaian sangat tergantung setiap beban, apakah bersifat beban DC
Multi-konverter adalah salah satu bagian penggunaan elektronika-Daya yang
berhubungan dengan penggunaan piranti-piranti converter, terutama dalam pemamfaatan
dalam industry dengan kapasitas yang luas. Pada gamabar berikut gambar 7.1 adalah pola
system gambaran tentang ruang lingkup pemamfaatan Multi-Konverter pada beban tertentu,
terutama pada beban Industri.
Penyearah Penyearah
~ =
= ~
AC ke DC DC ke AC
Aliran Daya
DC - CHOPPER Regulator AC
= ~
= ~
DC ke DC AC ke AC
~ ~ = =
~ = = ~
~ = = ~
Motor AC Motor DC Motor DC Motor AC
Dengan Proses dan kombinasi dari converter dasar yang 4 tipe tersebut, bila
dikombinasi untuk siklus konversi daya listrik dan dengan untuk beban yang dibutuhkan
dapat dilihat pada sirkulasi koversi daya-listrik pada gambar 7.3
Keterangan :
1. Beban Motor AC
2. Beban Motor DC
3. Beban RLC
4. Beban Lampu
AC
DC
AC DC
AC DC
AC
DC
Gambar 7.3 Gambaran Umum Multi Konverter untuk siklus konversi daya listrik
Contoh 7.1
Suatu Konverter AC-AC dikonversi dengan converter AC-DC. Tegangan Input pada
converter AC-AC adalah = , dihubung dengan beban R pada converter AC-DC,
dimana R=10 Ohm. Hitunglah :
a. Tegangan output converter AC-AC
b. Tegangan Output Konverter AC-DC
c. Daya output
d. Gambar diagram gelombang
AC AC
~ ~ ~ R
~
AC
DC
I. Analisis :
a. Diketahui : R= 10 Ohm
Vs= 120v, 60Hz
M= 75 Cycle, n=25 cycles
b. Ditanyakan :
1.(Vo)rms
2.PF
3.Irms
II. Rencana : = (+) , = = +
= 2 , = , = /
= /
III. Penyelesaian:
a. Diposisi converter AC-AC
25
( ) = = = 120 = 60
+ 75 + 25
( ) 60
( ) = = = 6
10
b. = 2 = 62 10 = 360
Input Volt ampere = = = = 1206 = 720
360
= = 0,5()
720
BAB VIII
ELEKTRONIKA DAYA DALAM POWER SUPPLY
8.1 PENDAHULUAN
1. Power Supply DC
2. Power Supply AC
Berdasarkan jenis teknik konversi dan arah pengendalian daya, power supply DC
dibagi kedalam 3 (tiga) tipe yaitu :
= (1 + ) (8.1)
1
= = (8.2)
Dimana Np adalah jumlah belitan primer transformator, Np adalah jumlah belitan reset dan ar
adalah ratio belitan.
= 2 = 1 = . 1 = (8.3)
Rangkaian Half bridge converter ditunjukkan pada Gambar 8.1(d). Ketika transistor Q1 turned
on Vs/2 muncul lewat setengah di primer trafo, ketika Q2 turned on, tegangan balik Vs/2
lewat setengah diprimer trafo. Tegangan diprimer bergerak dari Vs/2 ke Vs/2
Rangkaian Full Bridge converter ditunjukkan pada Gambar 8.1(e). Ketika transistor
Q1 dan Q2 turned on, Vs lewat diprimer trafo, ketika transistor Q3 dan Q4 turned on,
transistotegangan balik primer sebesar Vs.
= /2
=
Tegangan output rata-rata adalah,
= 2 = 1 = . 1 = (8.5)
Jika variasi keluaran tegangan DC tidak luas, inverter pulsa resonant dapat digunakan.
Konfigurasi resonant DC power supply dapat dilihat pada gambar 8.2
a) Half-Bridge Inverter
b) Full-Bridge Inverter
Dalam beberapa aplikasi seperti charging dan discharging baterei, dapat digunakan
Bidirectional DC Power Supply seperti ditunjukkan pada Gambar 8.3. Arah aliran daya
ditentukan oleh nilai Vo, Vs, dan perbandingan belitan transformator ( a = Ns/Np). Untuk
aliran daya dari sumber ke beban, inverter dioperasikan dalam mode inversion, jika :
0 < (8.6)
Untuk aliran daya dari output ke input, inverter dioperasikan sebagai penyearah, jika :
0 < (8.7)
Sama halnya dengan power supply DC, power supply AC dibagi kedalam tiga tipe yaitu :
Ukuran trafo pada Gambar 8.4 dapat mereduksi frekuensi tinggi dari dc link separti
ditunjukkan pada Gambar 8.5
Konfigurasi resonant AC Power Supply dapat dilihat seperti pada Gambar 8.6
Konfigurasi Bidirectional AC power supply dapat dilihat seperti pada Gambar 8.7
Contoh 8.1 :
Tegangan rata-rata DC dari power supply push-pull seperti Gambar 8.1(c), Vo = 24 V, beban
resistif R = 1 , tegangan jatuh pada transistor Vt = 1.2 V dan tegangan jatuh pada diode Vd =
0.7 V, factor belitan trafo a = 0.25. Hitunglah :
Jawab :
Diketahui :
Vo = 24 V
R=1
Vt = 1.2 V
Vd = 0.7 V
a = 0.25
Ditanyakan :
Penyelesaian :
a. Io = Vo/R = 24/1 = 24 A
Po = Vo, Io = 24.(24) = 576 W
Tegangan sekunder,
V2 = Vo+ Vd = 24 + 0.7 = 24.7 V
Tegangan Primer,
V1 = V2/a = (24.7)/0.25 = 98.8 V
Tegangan input,
Vs = V1 + Vt = (98.8(1.2) = 100 V
Daya Input,
Pi = Vs. Is = 1.2 IA + 1.2 IA + Vd.Io + Po
Substitusi Ia = Is /2, diperoleh
Is (99.2 1.2) = (0.7 x 24) + 576
Is = (92.8) / (98) = 6.048 A
b. Pi = Vs . Is = 100 x 6.048 = 604 W sehingga
Efisiensi, = 576 / 604 = 95.3 %
c. IA = Is /2
d. Ip = Is = 6.048 A
e. = . = 0.5. (6.048) = 4.276
f. Voc = 2 Vs = 2 x 100 = 200 V
BAB IX
ELEKTRONIKA DAYA DALAM MOTOR LISTRIK DC
9.1 PENDAHULUAN
Motor DC memiliki karateristik variable dan dipakai secara intensif untuk penggerak
kecepatan variable. Motor DC dapat memberikan torka star tinggi dan sangat mngkin
diperoleh control kecepatan dalam skala luas.metode control kecepatan secara normal lebih
sederhana dan lebih murah dibandingkan dengan penggerak AC. Industry modern dengan
kombinasi AC/DC, DC/AC converter akan didapatkan tegangan tepat.
Penggerak DC dapat diklarifikasian sebagai berikut :
1. Penggerak DC satu fasa (Single-pahase dc droves)
2. Pengaruh DC chopper (chopper dc drives)
3. Penggerak dc tiga fasa(single three phase drives
Dimana :
= Kecepatan motor (rad/s)
B = Koefisien gesek (N.m/rad/s)
Kv = Konstanta tegangan (V/A-rad/s)
La = Induktansi jangkar (H)
Lf = Induktansi medan (H)
Ra = Tahanan jangkar ()
Rf = Tahanan medan ()
TL = Torka beban (N.m)
If = Arus medan (A)
Ia = arus jangkar (A)
eg = Tegangan emf balik (V)
Kecepatan motor,
= = (9.10)
/
Oleh karena itu, sesuai dengan persamaan (9.10), maka kecepatan motor ditentukan
berdasarkan.
1. Mengatur tegangan armature, Va dikenal sebagai control tegangan
2. Mengatur arus medan, If dikenal sebagai control medan.
3. Mengatur torka yang terhubung dengan ,
Ketiga cara control diatas disebut sebagai control dasar. Dalam prakteknya untuk kecepatan
yang lebih kecil kecepatan dasar, arus jangkar dan arus medan diusahakan tetap.
Untuk motor DC tipe seri rangkaian ekuivalen seperti gambar 9.3(a) dan karateristiknya
seperti pada gambar 9.3(b).
Persamaan matematis berdasarkan rangkaian motor DC tipe seri tersebut sebagai berikut :
= (9.11)
= . + = . + (9.12)
= . + + (9.13)
Dimana :
= Tegangan Jangkar rata-rata
= Tegangan Medan rata-rata
= Tegangan puncak dari sumber AC
Gambar 9.5 Single-Phase Half-Wave-Converter Drives
(9.20)
Jika converter 2 beroperasi pada sudut delay 2 , maka :
2
= cos 2 Untuk 0 2
(9.21)
Dimana 2 = 1 dan
2
= cos Untuk 0
(9.22)
BAB X
ELEKTRONIKA DAYA DALAM MOTOR LISTRIK AC
10.1 PENDAHULUAN
Motor AC memiliki keuntungan :
Ringan (20%-40%) dibandingkan dengan motor DC
Murah
Perawatan/Maintenance rendah
Pengaturan kecepatan motor AC dapat dilakukan dengan :
1. Kontrol frekuensi
2. Control tegangan
3. Control arus
Converter daya, inverter dan control tegangan AC dapat mengontrol :
Frekuensi
Tegangan
Arus
Ada 2 (dua) tipe penggerak AC yaitu :
1. Motor penggerak induksi
2. Motor penggerak Sinkron
= ( )[( ) ] (10.4)
= ( )
= 2 ( )
dimana,
Nr = Jumlah belitan rotor/fasa
t = Kecepatan sudut rotor
= Posisi relative rotor
Er = Tegangan rms induksi rotor
Bila ada slip,
= + + (10.5)
Daya Celah,
= 3. 2 . (10.9)
Daya terbentuk,
= = 32 . (1 ) (10.10)
Daya Input,
= 3 = + + (10.11)
Daya ouput,
0 = (10.12)
Efisiensi,
= = (10.13)
1 + +
Bila ( + ) , ,
(1)
= = (10.14)
Arus rotor,
= [( 2 2 1/2
(10.17)
+ /) +( + ) ]
Saat star = 0 = 1,
32 2
= 2 2 1/2
(10.19)
2 [( + /) +( + ) ]
= 0,
= 2 1/2 (10.20)
[ +( + )2 ]
Jika S = Sm maka,
32
= (10.21)
2 [ + +( + )2 ]
3 2
= 2 (10.24)
2 [ +( + )2 ]
= (10.25)
+
32
= = 2 (10.26)
( + )
Dan,
2 2 ( + )
2
= 2 +( = 2 +1 (10.28)
+ )2
Kecepatan dan torsi dari motor induksi dapat dirubah oleh salah satu metode berikut :
1. Pengaturan tegangan stator
2. Pengaturan tegangan rotor
3. Pengaturan frekuensi
4. Pengaturan frekuensi dan tegangan stator
5. Pengaturan arus stator
6. Pengaturan tegangan, arus dan frekuensi
10.2.2 Pengaturan Tegangan Stator
Persamaan (10.18) mengintimidasikan bahwa torsi proporsional dengan kuadrat
tegangan stator dan penurunan kecepatan. Bila tegangan terminal adalah penurunan bVs
maka persamaan (10.18) dikembangkan menjadi,
32 ( )2
= 2 2
dimana b I
2 [( + / )+( + ) ]
= =
= (10.31)
Karateristik kecepatan-torsi ditunjukkan seperti pada gambar 10.7 untuk variasi nilai , torsi
maksimum pada kecepatan dasar,
32
= 2 (10.35)
( + )
Slip maksimumnnya,
= ( + (10.37)
)
1
= (10.38)
2
2 = (10.39)
Dari persamaan (10.38 dan 10.39) disimpulkan torsi maksimum proporsional dengan kuadrat
frekuensi
Gambar 10.7 Karakteristik Kecepatan-Torsi Dengan Pengaturan Frekuensi
Torsi menjadi,
3 2 2 ( )
= 2 ( 2 2
(10.41)
+ ) +[( )( + )]
Gambar 10.9 adalah rangkaian pengatur tegangan dan frekuensi yang mungkin dapat
disusun dari fixed dan PWM inverter, variable dc dan inverter, variable dc dual converter dan
inverter.
Torsi,
3 ( )2
= 2 [( 2 2
(10.44)
+ /) ( + + ) ]
Torsi, Td
Gambar 11.2 Mode switching A untuk memutar rotor searah dengan jarum jam dan
step perputaran sebesar 90o.
Tabel 11.1 Mode Switching A untuk memutar jarum jam dan step perputaran sebesar
90o.
Terminal
STEP
T1 T2 T3 T4
1 + -
2 + +
3 - +
4 -
5 + -
Tabel 11.2 Mode switching A untuk mendapatkan putaran rotor berlawanan dengan
arah putaran jarum jam
Terminal
STEP
T1 T2 T3 T4
1 + -
2 - +
3 - +
4 + -
5 + -
Dengan mode switching A rotor akan berputar dengan step perputaran sebesar 90o.
Perpindahan tegangan positif dan negative dari satu terminal ke terminal lainnya
untuk menghasilkan putaran rotor yang searah dengan jarum jam.(lihat table 11.1)
Untuk mendapatkan arah putaran yang berlawanan dengan arah putaran jarum jam
dengan mode switching A ini, maka tegangan positif dan negative dari catu daya
harus dipindahkan dari satu terminal ke terminal lain seperti yang ditunjukkan dalam
table 11.2
b. Mode Switching B
Pada mode switching B step perputaran rotor yang dihasilkan adalah 90o,seperti
halnya pada mode switching A
Dalam gambar 11.3 dan table 11.3 ditunjukkan mode switching B dengan 2 kutub
stator dieksitasi secara bersamaan dan menghasilkan putaran rotor searah dengan
jarum jam dengan step perputaran sebesar 90o.
c. Mode Switching C
Mode switching C merupakan gabungan dari mode switching A dan mode switching
B yang dapat menghasilkan step perputaran rotor sebesar 45o.
Tabel 11.4 Mode switching C. satu step sama dengan putaran rotor sebesar 45o dan
arah putaran searah dengan arah putaran jarum jam.
Terminal
STEP
T1 T2 T3 T4
1 + -
2 + + -
3 + -
4 - + + -
5 - +
6 - - + +
7 - +
8 + - - +
9 + -
Gambar 11.4 Mode switching C Satu step sama dengan putaran rotor sebesar 45o dan
arah putaran searah dengan arah putaran jarum jam.
Terminal
STEP
T1 T2 T3 T4
1 -
2 - -
3 -
4 - -
5 -
6 - -
7 -
8 - -
Gambar 11.8 Karakteristik dari torsi perlawanan sebagai fungsi dari posisi pergerakan rotor,
karena dipaksa berputar oleh suatu torsi dari luar.
11.4 PRESTASI (PERFORMANCE)
a. Dalam kondisi static
Apabila rotor berada pada suatu posisi keseimbangan untuk suatu kondisi eksitasi
yang tertentu, kemudian rotor dipaksa berputar dengan memberi torsi dari luar, maka
dari dalam motor sendiri akan timbul perlawanan untuk mempertahankan posisi
keseimbangan rotornya. Tosi perlawanan dari dalam tersebut dinamakan restoring
torque.
Besarnya torsi perlawanan tersebut bervariasi secara sinusoidal terhadap besarnya
sudut perputaran. Torsi perlawanan akan berharga maksimum bila sudut
perputarannya 90o, baik dalam arah putaran jarum jam maupun kebalikannya (dilihat
gambar 11.8).
b. Dalam kondisi dinamik
Dengan dilakukannya proses switching, maka rotor akan berputar secara bertahap dari
posisi keseimbangan yang satu ke posisi keseimbangan yang lain, sesuai dengan arah
eksitasi medan magnet yang diberikan.
Bila selang waktu (time interval) antara suatu proses switching ke proses switching
berikutnya cukup lama, sehingga osilasi yang terjadi dapat teredam, maka proses
switching tersebut menghasilkan suatu operasi perputaran rotor yang stabil meskipun
disertai dengan proses osilasi yang teredam (lihat gambar 11.9). Bila laju proses
switching dipercepat (selang waktu antara proses switching yang satu dengan proses
switching yang berikutnya menjadi berkurang) sedemikian rupa sehingga proses
perputaran yang disertai dengan osilasi dieliminir, maka dihasilkan proses perputaran
rotor seperti yang ditunjukkan dalam gambar 11.10 Dalam gambar 11.11 ditunjukkan
bagaimana laju proses switching dapat diatur untuk menghindari terjadinya
perputaran rotor yang disertai proses isolasi, walaupun masih terjadi proses
percepatan dan perlambatan dalam perputaran rotor yang relative lebih halus
(smooth).
Gambar 11.9 Proses switching yang menghasilkan perputaran rotor yang stabil,
walaupun disertai dengan terjadinya proses osilasi yang teredam.
Gambar 11.10 Proses switching yang diatur sedemikian rupa sehingga mengeliminir
terjadinya proses osilasi teredam perputaran rotor.
Gamabr 11.11 Pull rate, pull out rate, daerah respond an slew range dari motor step
sebagai fungsi dari laju switching.
Gambar 11.13 Output dari up/down Counter bila pada pin UP diberi serangkaian pulsa.
Apabila ada suatu rangkaian pulsa masuk sebagai input pada pin UP dari UP/DOWN
COUNTER, maka sebagai outputnya (pada pin QA, QB dan QC) dihasilkan pulsa-pulsa seperti
yang ditunjukkan dalam gambar 11.13. Selanjutnya output dari counter menjadi input dari
decoder. Hubungan antara input dan output pada decoder tersebut ditunjukkan dalam table
11.10.
Output dari decoder tersebut diatas selanjutnya digunakan sebagai input dari Gerbang
Logika NAND (NAND Gate) open collector, sedemikian rupa sehingga output dari Gerbang
logika NAND secara bergantian melakukan proses switching, misalnya dimulai dengan
mengalirnya arus listrik menuju penguat daya melalui titik K-N, K, K-L, L, L-M, M, M-N, N
dan akhirnya kembali ke K-N. Laju dari proses switching ini merupakan fungsi dari frekuensi
sinyal pulsa yang merupakan input dari UP/DOWN Counter (lihat gambar 11.12 Selanjutnya
output dari Gerbang Logika NAND digunakan sebagai input dari penguat daya (amplifier).
c. Penguat Daya
Salah satu jenis penguat daya yang akan dijelaskan adalah jenis L/R (Limited-
Resistance) seperti yang ditunjukkan pada gambar 11.14 Kumparan phase dari motor
step dinyatakan sebagai hambatan Rm dan induktansi L yang dihubungkan secara seri
(lihat gambar 11.14) Time constant elektris dari motor step ini (L/Rm) biasanya
berkisar antara 10 mili-detik. Bila suatu tegangan disuplai dari catu daya yang
tegangannya konstan ke kumparan motor step tersebut, maka besar arus listrik yang
terjadi akan mencapai 95% dari harga maksimumnya dalam waktu 3 kali dari time
constantnya, sehingga akan mempengaruhi laju switching yang diperbolehkan.
Beberapa metoda yang dapat dipergunakan untuk mempercepat arus listrik mencapai
harga maksimumnya pada suatu kumparan dalam suatu proses switching adlah
sebagai berikut :
a. Digunakan tegangan catu daya yang tinggi, kemudian memasang hambatan (R)
secara seri dengan kumparan motor, sehingga time konstannya menjadi L/(Rm +
R). Suatu diode dipasang secara parallel terhadap kumparan motor (lihat gambar
11.14) untuk proses discharging pada akhir dari setiap proses switching OFF.
b. Berusaha mendapatkan arus konstan di kumparan motor stepnya, untuk setiap laju
switching yang dilakukan
BAB XII
ELEKTRONIKA DAYA DALAM MOTOR DC-PM
Gambar 12.2 Proses pembalikan arah aliran arus listik pada beberapa jenis motor
servo DC-PM
Gambar 12.3 Formasi kumparan pada rotor dari motor DC-PM
Gambar 12.5 Hubungan antara torsi T dengan tegangan arus searah V dan putaran n, dengan
beberapa batasan dari daerah operasinya.
Tegangan arus searah (VI) yang diberikan pada terminal-terminal dari motor DC-PM
akan menghasilkan putaran motor sebesar n rpm dengan torsi sebesar T Nm. Yang
hubungannya dinyatakan dalam gambar 12.5
(12.1)
Dimana,
= Tegangan listrik arus searah pada kumparan armature.
I = Arus listrik pada kumparan.
R = Hambatan pada kumparan.
L = Induktansi pada kumparan
= Konstanta back emf.
0
= =
Apabila efek peredaman(damping) dan gesekan juga diabaikan, maka persamaan 13.4
akan menjadi :
2
= . . 2 + 1 (12.4)
.
= . . . . . 1 (12.5)
(12.7)
Dalam keadaan tanpa beban (no load) kecepatan stationernya adalah :
= (12.8)
Selanjutnya hubungan antara kecepatan dengan torsi/arus tersebut dapat dilihat dalam
gambar 12.7.
b. KARATERISTIK DINAMIK
Dari persamaan 12.5 dapat diperoleh hubungan antara kecepatan motor dangan tegangan
listrik arus searah pada terminal input dari motornya :
. 1
[. . + ] = . . 1
(12.9)
.
Dimana : . = (time constant mekanis)
Dengan transformasi laplace, persamaan 12.9 dapat diubah menjadi dalam domain p
sebagai berikuut :
1 1
[ + 1] () . () . . 1 () (12.10)
(1/ )[ ()]( . )[1 ()]
() (12.11)
1+ .
Bila kondisi awal nol, input Va berbentuk fungsi step dan T1=0, maka solusi dari
persamaan 12.11 dalam bentuk domain waktu adalah :
1
() . [1 1 / ] (12.12)
Dari persamaan 4.13 dapat dilihat bahwa solusi untuk t mendekati tidak
terhingga(telah mencapai kondisi stationer) adalah (1/ ) .
Contoh soal 12.1
Suatu motor servo DC-PM memiliki konstanta torsi dan back emf sebagai berikut :
K1 = 0,824 Nm/A
Kv = 0,824 Volt.detik/rad
Bila hambatan kumparan adalah 0,41 ohm dan inersia rotor 2,15.10-2 kg.m2, hitunglah
a. Time constant mekanis dari motor tersebut
b. Kecepatan putaran motor dalam kondisi stationer (Va = 85 Volt), untuk kondisi
tanpa beban dan kondisi beban penuh (13,57 Nm)
2,15.102.0,41 .2 .
= (0,824)2 [./][/]
= 12,98 .
b. Kecepatan dalam kondisi stationer :
1
= . ( . ) . 1
1
= 0,824 . 85 (.)/
= 103 /
= 103(60/2)
= 983,6
Dalam kondisi beban penuh (T1 = 13,57Nml), kecepatannya akan menjadi :
.1
= 103(/) .
0,41.13,57 .
= 103 (0,824)2 (./)(/)
= 103 8,19(/)
= 94,81 /
60
= 94,81 2
= 905,4
Kecepatan motor setelah mencapai keadaan stationer, untuk kondisi tanpa beban dan
beban penuh digambarkan pada gambar 12.8
Gambar 12.8 Respon motor dalam keadaan stationer untuk kondisi tanpa beban dan beban
penuh, dari contoh soal 12.1
Perbandingan putaran motor dan ulir penggerak ditentukan oleh perbandingan jumlah
gigi dari reduksinya,
1
=
1
(12.13)
Untuk mengetahui time constant dari system penggerak ini, inersia beban (meja+ball
screw+roda gigi) harus dipindahkan ke rotor dari motornya.
=
Dimana,
Jeq = J ekuivalen yang dinnyatakan sebagai berikut :
.2
= + 1 + 2 [2 + 1 + (2)2 ] (12.14)
Dimana,
= Inersia motor
1 = Inersia roda gigi 1
2 = Inersia roda gigi 2
1 = Inersia ulir penggerak
= Masa dari meja
= pits dari ulir gerak
1 = Kecepatan putaran ulir penggerak
= Kecepatan putaran motor
Gambar 12.9 Prinsip dasar dari teknik PWM (Pulse Width Modulation)
Bila saklar S dibuka, arus listrik akan mengalir dimotor servo DC-PM, karena masih
ada energy tersimpan dalam kumparan motornya.arus ini mengalir melalui diode D dan
dinamakan free whelling current. Selanjutnya, bila saklar S ditutup kembali, maka arus listrik
dari catu daya mengalir kembali melalui motor. Dengan demikian jelas bahwa teknik
pengontrolan PWM ini hanya menggunakan prinsip pemutusan dan penyambungan aliran
arus listrik melalui motor servo DC-PM.
Dalam gambar 12.9 dapat dilihat bahwa lebar pulsa (Pulse Width) akan bervariasi
dalam daerah 0<Ton<T, dimana T menyatakan suatu harga konstan dan f ( frekuensi
switching) = 1/T.
Dalam praktek, switching tersebut bias dilakukan denga thyristor atau transistor.
Rangkaian dasar dari chopper PWM dapat dilihat pada gambar 12.10.
12.10 Rangkaian dasar chopper PWM yang ditunjukkan dalam gambar hanya dapat
mengalirkan arus listrik dari catu daya ke motor. Tetapi tidak sebalinya, dengan demikian
proses regenerasi tidak dapat dilakukan (regenerasi merupakan proses penggeraman yang
paling disukai untuk system-sistem penggerak dengan beban energy yang tinggi, dimana
energy kinetic dari beban disisipi oleh discharging resistor atau rem gesek).
Dalam gambar 12.11 ditunjukkan rangkaian dasar chopper PWM dua kuadran yang
mampu melakukan proses regenerasi. Q1 dan D1 berfungsi sama seperti Q dan D pada
gambar 12,10
Bila beban dari motor ditambah dan ton juga ditambah untuk mempertahankan
kecepatan putaran pada kondisi pembebanan yang meningkatkan tersebut, maka bentuk
gelombang arus listrik ia akan sama seperti yang ditunjukkan dalam gambar 12.10
Gambar 12.11 Chopper 2 kuadran.
Gambar 12.13 Rangkaian transistor yang digunakan bersama-sama dengan rangkaian dalam
gambar 12.13
Dalam gambar 12.13 ditunjukkan rangkaian dasar dari transistor yang digunakan
bersama-sama dengan hasil modulasi yang ditunjukkan dalam gambar 12.12.
Apabila putaran motor dalam arah CW tersebut terjadi pada saat transistor B dan
transistor C meneruskan arus listrik pada collectornya, maka :
- Untuk berputar dalam arah CW tersebut, transistor B dan transistor C harus
dalam keadaan menghantar arus listrik pada collectornya, sehingga akan
terjadi aliran arus listrik melalui suplai +, transistor C, melalui motor,
transistor B dan akhinya ke suplai -.
- Arus free whelling mengalir dari motor melalui diode A, transistor C, dan
akhirnya kembali ke motor.
- Arus regenerasi (pada saat terjadinya pengereman) mengalir dari motor,
melalui diode C, suplai +, dan suplai -, diode B dan akhirnya kembali
kemotor.
BAB XIII
ELEKTRONIKA DAYA DALAM HVDC
13.1 PENDAHLUAN
Sistem transmisi tegangan tinggi arus searah (HVDC) mempunyai beberapa kelebihan
dibandingkan system transmisi tegangan tinggi arus bolak-balik, antara lain : jumlah
koduktor yang digunakan lebih sedikit dan stress tegangan yang ditimbulkan lebih kecil.
Walaupun demekian, keterbatasan dalam perubahan nilai tegangan masih membuat system
transmisi arus searah kurang umum digunakan.
Penggunaan saluran transmisi DC dimungkinkan berdasarkan atas pertimbangan
teknis sebagai berikut :
a. Route saluran transmisi sanagat panjang
b. Intrkoneksi dari suatu system yang berbeda frekuensi
c. Kabel laut yang cukup panjang
d. Stabilisasi dari jaringan yang sudah ada
e. Pengurangan arus hubung singkat pada system penerima yang menggunakan arus
bolak-balik.
Suatu system transmisi tegangan tinggi arus searah memerlukan converter untuk
mengkonversi daya AC menjadi DC. Thyristor dengan daya maupun tegangan yang tinggi
dapat dimanfaatkan untuk peralatan converter. System transmisi tegangan tinggi arus searah
secara umum terdiri dari sumber tegangan, filter AC, transformator, thyristor, smoothing
reactor dan medium transmisi.
Dalam BAB 13 ini akan dibahas peranan Elektronika Daya dalam HVDC dengan
memanfaatkan converter AC-DC dan inverter DC-AC. Dengan demikian maka :
1. Menganalisis tegangan rata-rata DC, Arus DC, dan Daya Output DC, dengan
menggunakan penyearah jembatan tiga fase tanpa control, dan terkontrol
2. Menganalisis tegangan rata-rata AC, Arus AC daya output AC, dengan menggunakan
inverter DC-AC.
Komponen-komponen utama dari suatu system tegangan tinggi arus searah adalah
stasiun converter di sisi pengirim yang disebut inverter, medium transmisi dan elektroda.
Stasiun converter ini memiliki beberapa komponen peralatan sebagi berikut :
a. Thyristor
b. Transformator
c. Filter AC dan Kapasitor Bank Filter AC
d. Smoothing Reaktor
e. Filter DC
f. Sistem Kontrol
g. Medium Transmisi
Untuk transmisi daya listrik di atas daratan, medium transmisi paling sering yang
digunakan adalah saluran udara (overhead). Saluran overhead ini secara normal berkutub dua,
yaitu dua konduktor dengan polaritas yang berbeda. Kabel tegangan tinggi arus searah secara
normal digunakan untuk transmisi bawah laut. Paling umum digunakanjenis kabel padat
(solid) dan oil-filled. Jenis yang padat banyak digunakan karena paling ekonomis.
Beberapa piranti lain juga diperlukan oleh stasiun converter, seperti pemutus kontak,
transducer tegangan dan arus, surge arrester, dan lain-lain. Gambar 13.1 memperlihatkan
rangkaian peralatan-peralatan pada stasiun converter.
Beberapa masalah dalam transmisi arus bolak-balik yang saat ini dapat diatasi dengan
transmisi arus searah antara lain :
1. Transmisi tenaga listrik dengan kabel tanah ataupun kabel laut melalui jarak-jarak
yang jauh dengan tegangan tinggi arus bolak-balik memerlukan daya reaktif yang
sangat besar. Masalah ini tidak ada pada tegangan tinggi arus searah.
2. Operasi parallel dari dua system arus bolak-balik melalui interkoneksi dapat
mengalami masalah-masalah stabilitas, terutama dengan daya-daya besar. Bilamana
interkoneksi dilakukan dengan tegangan tinggi arus searah maka stabilitas tidak
menjadi masalah.
3.2 KONVERTER AC-DC
Pada umumnya penyearah atau converter yang dimaksud ialah peubah tegangan tinggi
arus bolak-balik menjadi tegangan tinggi arus searah. Komponen utama yang umum
digunakan ialah diode dan thyristor (SCR).
Apabila ditinjau dari jenis komponen yang digunakan maka dikenal penyearah tidak
terkendali dan penyearah terkendali. Dalam makalah ini akan digunakan penyearah jembatan
tiga fasa tanpa control dan semi control.
Daya masukkan ac, Pac adalah daya yang ditunjukkan oleh pembacaan watt-meter
yang dihubungkan pada rangkaian penyearah dengan kumpara tegangan dihubungkan dengan
belitan sekunder transformator.
Regulasi tegangan :
% =
100% (13-6)
Transformer Utilitation Factor, TUF adalah
= (13-7)
Power Beban
System
V V
Gambar 13.2 Diagram satu garis saluran transmisi tegangan tinggi arus searah
Sebuah generator 3 fasa (power sistem) menyalurkan daya ke beban pada suatu
rangkaian yang seimbang adalah 3 kali daya pada semua fasa, karena daya rangkaian
penyearah tiga fasa ditunjukkan pada gambar 13.2. Bentuk gelombang tegangan dan aruspada
tiap bagian ari gambar 13.2 ditunjukkan pada gambar 13.3pada saat D1 dan D6 konduksi, D1
dan D6 memblok tegangan sumber Vab dengan nilai maksimum sebesar 3 . Dengan
demikian, tiap dioda yang digunakan harus memiliki PIV sebesar 3 . Dari bentuk
gelombang tegangan di atas maka nilai tegangan keluaran rata-rata dapat ditentukan:
Tegangan keluaran rata-rata :
3 /2 33
= /6 ( + 6 ) = = 1,654 (13-8)
Dengan demikian,
2
= 2,8673 (13-12)
Factor riak :
= [ 1] = 0,042 (13-14)
faktor penyearah :
= = 0,998 (13-15)
2
33
( ) (1,6554)2
dimana : = , =
Dari beberapa parameter yang ada Nampak bahwasanya penyearah tiga fasa sistem
jembatan ini memiliki penampilan yang jauh baik disbanding penyearah sebelumnya. selain
efesiensi dan TUF yang lebih baik serta faktor riak yang sangat rendah pada belitan
transformator sekunder, tidak akan terjadi saturasi magnetisasi DC, karena pada lilitan
sekundernya dialiri oleh arus bolak-balik. Dengan faktor riak yang rendah ini akan
memudahkan untuk membuat filter guna memperoleh tegangan DC yang benar-benar rata.
33
Bila diambil = , maka persamaan (17) menjadi
2
1 1
= [2 1(1 cos ) 2 (cos cos( + )] (13.18)
2
pada semua fasa adalah sama. Jika besarnya tegangan ke netral Vp dan arus fasa Ip untuk
suatu beban yang terhubung Y, maka daya 3-fasa total adalah :
= 3 cos (13.20)
Dimana adalah sudut fasa dengan arus fase tertinggal terhadap tegangan fasa. Jika VL dan
IL berturut-turut adalah besarnya tegangan antar-saluran dan arus saluran, maka :
= dan = (13.21)
3
300 MW
R
AC DC
DC AC
T
= 292,389 x 1,939
= 566,943 KV
Besarnya arus yang akan mengalir melalui kabel ialah :
300
= = = 529,154 = 0,529
566,943
Regulasi tegangan adalah :
VR = VDO ( IDC x RDC)
= 566,943 ( 0,529 x 0,0255 x 0,3048 x 300 )
= 566,943 1,233 = 565,71 KV
Jatuh tegangan atau Drop Voltage adalah :
V = VDC - VR
= 516,359 516,007 = 0,352
Jatuh tegangan atau Drop Voltage adalah :
V = VDC - VR
= 566,943 565,71 = 1,233 KV
Dalam Persen,
1,233
100 % = 0,218 %
565,71
= 40
Tegangan keluaran rata-rata(VDC) ialah :
1
VDC = 2 (1 + cos )
1
= 2 584,777 (1 + cos 40 )
= 292,389 x 1,766
= 516,359 KV
Besarnya arus yang akan mengalir melalui kabel ialah :
300
= = = 580,991 = 0,58
516,359
Regulasi tegangan adalah :
VR = VDO ( IDC x RDC)
= 516,359 ( 0,58 x 0,0255 x 0,3048 x 300 )
= 516,359 1,352 = 516,007 KV
Jatuh tegangan atau Drop Voltage adalah :
V = VDC - VR
= 516,359 516,007 = 0,352 KV
Dalam Persen,
0,352
100 % = 0,068 %
516,007
= 60
Tegangan keluaran rata-rata(VDC) ialah :
1
VDC = 2 (1 + cos )
1
= 2 584,777 (1 + cos 60 )
= 292,389 x 1,5
= 438,584 KV
Besarnya arus yang akan mengalir melalui kabel ialah :
300
= = = 684,019 = 0,684
438,584
Regulasi tegangan adalah :
VR = VDO ( IDC x RDC)
= 438,584 ( 0,684 x 0,0255 x 0,3048 x 300 )
= 438,584 1,595 = 436,989 KV
Jatuh tegangan atau Drop Voltage adalah :
V = VDC - VR
= 438,584 436,989 = 1,595 KV
Dalam Persen,
1,595
100 % = 0,365 %
436,989
13.7 KESIMPULAN
Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Jika semakin besar penyuluhan pada thyristor, maka regulasi tegangan akan
semakin kecil. Sebaliknya, semakin kecil penyuluhan pada thyristor, maka regulasi
tegangan akan semakin besar. Hal ini berlaku hanya jika menggunakan semi control.
2. Sudut pengoperasian thyristor yang optimal adalah 0 60o, jika dioperasikan antara
sudut 60o sampai sudut 120o, maka system tidak akan optimal. Hal tersebut
dikarenakan rugi daya atau losses pada jaringan yang besar.
BAB XIV
ELEKTRONIKA DAYA DALAM SAKELAR STATIK
14.1 PENDAHULUAN
Thyristor dapat dinyalakan dan dimatikan dalam beberapa mili detik yang bias
mengoperasikan sakllar cepat yang bias menggantikan saklar sirkuit breaker mekanik dan
elektro mekanik. Untuk penggunaan daya dc daya rendah, transistor daya dapat juga dipakai
sebagai saklar-saklar. Saklar static memiliki keuntungan-keuntungan (contoh : kecepatan
pensaklaran yang tinggi, tidak ada bagian bergerak, dan tidak ada kontak (Loncatan bunga
api) yang terjadi terhadap penutupan.
Sebagai tambahan untuk penggunaan sebagai saklar static rangkaian thyristor (atau
transistor) dapat dirancang untuk memperoleh, time delay, latching, arus rendah dan lebih
dan pendeteksian tegangan. Transduser untuk pendeteksi mekanik, listrik, posisi, pendekatan
dan lain-lain. Sinyal-sinyal dapat diperoleh dengan gate untuk Thyristor (atau transistor-
transistor).
Saklar static dpat diklasifikasikan ke 2 tipe yaitu Saklar AC dan Saklar DC
1. Saklar AC dibagi atas satu fasa dan tiga fasa
Dalam hal sebagai saklar AC, thyristor0thyristor adalah komutasi tipe natural dan
kecepatan pensaklaran dibatasi oleh frekuensi dari sumber AC dan waktu pematikan
dari thyristor-thyristor.
2. Saklar DC adalah komutasi paksa dan kecepatan pensaklaran tergantung pada
rangkaian komutasi dan waktu pematikan dari thyristor.
Saklar DC dan saklar AC dapat dilihat pada gambar 14.1 yang merupakan suatu gambaran
prinsip dasar suatu saklar static
Saklar Statik AC
Vi (t) Vo (t)
Ii (t) Io (t)
~
~
Saklar Statik DC
Vi (t) Vo (t)
Ii (t) Io (t)
=
=
Gambar 14.1 Prinsip dasar saklar static
Bilamana
() = sin (14-1)
2 1/2
= [2 0 2 2 ] = (14-2)
2
2
= 2 0 sin () = (14-3)
2 1/2
= [2 0 2 2 ()] = (14-4)
2
Rangkaian seperti pada gambar 11.1(a), dimana dua thyristor dihubungkan ddalam
parallel. Thyristor T1 dinyalakan pada t = 0, dan thyristor T2 dinyalakan pada t = .
Tegangan keluaran adalah sama tegangan masuk thyristor beraksi sebagai saklar-saklar
adalah komutasi Line. Gelombang-gelombang untuk tegangan input tegangan ouput, arus
keluaran seperti pada gambar 14.1(b). Dengan beban induktif T1 akan menyala bila arus
lewat melalui zero crossing selama setengah siklus positif dari tegangan input T2 menyala
pada saat arus lewat melalui zero crossing selama setengah siklus negative dari tegangan
input. Pulsa trigger untuk T1
c. AC Switch 3 Phase
() = sin
() = (1 cos )
1
dimana =
Pada gambar 14.7 berikut beberapa tipe-tipe AC solid state. Relay dan DC solid state relay
yang terkait fungsi dan penggunaanya.
a) DC Solid State Relay
b) AC Solid State - Relay
Sakelar Solid State adalah cocok untuk komersial dengan membatasi tegangan dan
arus dengan rating antara 1 A 50 A, tegangan sampai 440 Volt. Kalau perlu merancang SSR
( Static Switches Relay ). Sesuai dengan keinginan, rancangan sederhana diinginkan
menghitung rating tegangan dan arus sesuai dengan piranti daya
Contoh :
1 AC Switch seperti gambar dipaki 120 V 60 Hz dan beban induktif, Daya beban 5 KW pf
= 0,88 ( lagging)
2 2.5000
a) 0 = 3 cos = cos0 = = 66,96
120 0,88
1
persamaan (5.2) = ( = 2 0 sin =
1 1/2
= [2 0 2 2 ] = 2
66,96
= = 21,31
66,96
= = 33,48
2
= 2 120 = 169,7
Contoh Soal :
Sebuah AC Switch 1 seperti gambar 5.1a dipakai pada 120 V, 60 Hz sebagai sumber.
Beban induktif daya beban 5 kw, pf = 0,88 lagging
Hitung:
a) Tegangan dan arus rating pada thyristor
b) Sudut penyalaan Thyristor
I. Analisis:
a. Diketahui : AC Switch 1 Vs = 120 V, f = 60 Hz, P = 5 kw, pf = 0,88 lag
b. Ditanyakan : 1. rus dan tegangan rating 2. Sudut Penyalaan
II. Rencana :
2
= 3 cos = cos
1
= = 2 0 sin =
1 1/2
= [2 1 2 2 ] = 2
= 2
III. Penyelesaian :
2 25000
a) = cos0 = 120 0,88 = 66,96
66,96
= = 21,31
66,96
= = 33,48
2
= 120 = 169,7
b) Cos = 0,88 = 28,360
T1 = 1 = 28,360 T2 - 2 = 180 + 28,360 = 208,30
14.5 KESIMPULAN
Sakelar solid state AC DC memiliki sejumlah keuntungan terhadap sakelar / relay
yang konventional. Setelah dibuat semikonduktor dan rangkaian terintegrasi sakelar state
dapat dihitung dengan range luas. Pada penggunaan control industry. Sakelar stattik dapat
diintegrasi dengan digital atau system control computer.