0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
48 tayangan12 halaman

Isi Kebijakan Ppi Rsi Fatimah

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 12

Lampiran : KEPUTUSAN DIREKTUR RSIF BANYUWANGI

Nomor : P-1.110.a/I/RSIF/SK-PPI/VI/2016

Tertanggal : 23 April 2016

Tentang : Keputusan Direktur RSIF Banyuwangi tentang Kebijakan Pencegahan dan


Pengendalian Infeksi di RSIF Banyuwangi

KEBIJAKAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)

A. PENDAHULUAN
Program pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) sangat penting untuk dilakukan di
rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan, disamping itu sebagai tolok ukur mutu
pelayanan juga untuk melindung pasien, petugas rumah sakit, pengunjung dan keluarganya
dari risiko infeksi karena dirawat, bertugas ata berkunjung ke RSI Fatimah Banyuwangi.
Kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi ini merupakan bagian integral dari upaya
peningkatan kualitas layanan rumah sakit menuju layanan prima. Setiap unit kerja yang ada
di RSI Fatimah Banyuwangi wajib memperhatikan dan melaksanakan seluruh kebijakan
yang berkenaan dengan pengendalian pengendalian infeksi.

B. SASARAN :
1. Seluruh karyawan rumah sakit
2. Seluruh pasien rumah sakit
3. Keluarga pasien
4. Pengunjung pasien

C. DASAR HUKUM KEBIJAKAN PPI DI RSI FATIMAH BANYUWANGI:


Dalam menerapkan kebijakan program pencegahan dan pengendalian infeksi di RSI Fatimah
Banyuwangi mengacu pada :
1. Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya
Manusia Terbatas, JNPK KR JHPIEGO, 2004
2. Pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit , Depkes, 2004
3. KMK No. 1204 /Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
4. KMK No. 875 /Menkes/SK/VIII/2001 tentang Penysunan Upaya Pengelolaan
Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan.
5. KMK No. 876 /Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak
Kesehatan Lingkungan
6. Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan.
7. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia, Depkes, 2000

1
8. Pedoma Penatalaksanaan Pengelolaan Limbah Padat dan Limbah Cair di RS, Depkes,
2006
9. Standar Kamar Jenazah, Depkes, 2004
10. Pedoman Pelayanan Gizi di Rumah Sakit, Depkes, 2003
11. KMK No. 1335 /Menkes/SK/X/2002 tentang Standar Operasional Pengambilan dan
Pengukuran Sampel Kualitas Udara di Ruangan RS
12. PMK No. 1691 / 2011 tentang Keselamatan Pasien RS
13. A Guide to the Implementation of the WHO multi model Hand Hygiene Improvement
Strategy, 2009
14. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan, Depkes, 2005
15. Pedoman Manajerial Pecegahan dan Pengendalian Infeksi di RS dan Fasilitas Kesehatan
Lainnya. Depkes, 2007
16. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS dan Fasilitas Kesehatan Lainnya.
Depkes Perdalin JHPIEGO, 2007
17. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi di Rumah Sakit, Depkes 2009
18. KMK 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal di RS

D. RUANG LINGKUP
1. Kebijakan Manajemen
a. Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RS (KPPIRS) bertanggungjawab kepada
Direktur RSI Fatimah Banyuwangi. Tim PPI menjadi bagian dari KPPIRS. Penetapan
dan kualifikasi staf KPPIRS sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh
Direktur;
b. Dalam melaksanan tugasnya KPPIRS berkoordinasi dan bekerjasama dengan semua
unit di RSI Fatimah Banyuwangi terutama Tim KPRS, Tim PMKP, Tim K3RS, Tim
Kesehatan Karyawan RSI Fatimah;
c. KPPIRS membuat laporan kegiatan program dan evaluasi secara periodik kepada
Direktur RSI Fatimah Banyuwangi.

2. Kebijakan yang berfokus pada program :


1) Organisasi PPI
a) RSI Fatimah Banyuwangi menyusun dan menerapkan program yang
komprehesif untuk mengurangi risiko infeksi terkait dengan pelayanan
kesehatan kepada pasien dan staf RSI Fatimah Banyuwangi;.
b) Seluruh area, staf dan pengunjung RSI Fatimah Banyuwangi dimasukkan
dalam program PPI;
c) RSI Fatimah Banyuwangi menggunakan pendekatan berdasar risiko dalam
menentukan fokus dari program PPI di RS yaitu pencegahan, pengendalian
dan pengurangaan infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan;

2
d) RSI Fatimah Banyuwangi mengidentifikasi prosedur dan proses terkait
dengan risiko infeksi dan mengimplemtasikan stratei untuk menurunkan risiko
infeksi;
e) RSI Fatimah Banyuwangi menetapkan 1 IPCN (Infection Prevention and
Control Nurse) purnawaktu.

2) Kewaspadaan Isolasi
a) Kewaspadaan Standar
Meliputi :
1. Kebersihan Tangan
a. Kebersihan tangan dilakukan oleh seluruh petugas klinis maupun non klinis di
seluruh lingkungan RSI Fatimah Banyuwangi.
b. RSI Fatimah Banyuwangi menerapkan kebersihan tangan yang dilakukan
menurut 5 Momen Kebersihan Tangan.
c. RSI Fatimah Banyuwangi menerapkan 6 langkah kebersihan tangan.
d. RSI Fatimah Banyuwangi menyediakan kebutuhan kebersihan tangan di
setiap ruangan / unit.

2. Alat Pelindung Diri (APD)


a. Perencanaan, penyediaan, penggunaan dan evaluasi penggunaan APD oleh
Komite PPI RS bersama K3 RS.
b. APD digunakan berdasarkan prinsip kewaspadaan Isolasi (kewaspadaan
standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi) dengan selalu mengukur
potensi risiko spesifik pada setiap aktivitas pelayanan/tindakan medik
sehingga tepat, efektif dan efisien.
c. RSI Fatimah Banyuwangi menyediakan kebutuhan APD sekali pakai melalui
instalasi farmasi.

3. Pengelolaan Limbah dan Benda Tajam


a. Pembuangan atau pemusnahan limbah infeksius padat harus dilakukan di
tempat pengelolaan sampah infeksius dalam hal ini Rumah Sakit bekerjasama
dengan pihak ketiga .
b. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah anti bocor dan
tahan tusukan (safety box), tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidak.

4. Pengendalian Lingkungan
a. RSI Fatimah Banyuwangi menetapkan program pemeliharaan &
pengendalian kesehatan lingkungan secara terpadu meliputi :
Penyehatan air,

3
Pengendalian serangga dan binatang pengganggu,
Penyehatan ruang dan bangunan,
Pemantauan higiene sanitasi makanan,
Pemantauan penyehatan linen,
Disinfeksi permukaan/udara/lantai,
Pengelolaan limbah cair/limbah B3/limbah padat infeksius/non infeksius.
b. Petugas yang bertanggung jawab dalam pengendalian lingkungan adalah
Instalasi Pemeliharaan Sarana RS (IPS RS) dan Sub Bagian Rumah Tangga
bekerjasama dengan pihak ketiga, berkoordinasi dengan Komite PPI RS,
sehingga aman bagi

5. Penatalaksanaan Linen
a. RSI Fatimah Banyuwangi menetapkan kualifikasi linen menjadi linen bersih,
linen kotor infeksius, linen kotor non infeksius.
b. Untuk mencegah kontaminasi, pengangkutan linen menggunakan kantong
linen yang berbeda, linen kotor dengan kantong linen berwarna hitam dan
linen kotor infeksius dengan kantong linen kuning.

6. Kesehatan Karyawan
a. Setiap karyawan RSI Fatimah Banyuwangi dilakukan pemeriksaan kesehatan
secara berkala minimal 1 tahun sekali.
b. Penyediaan Sarana Kewaspadaan Isolasi (Kewaspadaan Standar &
Kewaspadaan berdasarkan Transmisi)
c. Pemberian immunisasi/profilaksis anti virus Hepatitis B bagi yang berisiko.
d. Penatalaksanaan pasca luka tusuk benda tajam bekas pakai.

7. Penempatan Pasien
a. Pasien dengan diagnosa TB Paru, ditempatkan di ruang isolasi.
b. Pasien infeksius ditempatkan di ruang tersendiri/terpisah bila tidak
mampu, Lakukan Kohorting (beri jarak >1 m) kewaspadaan sesuai cara
transmisi penyebab infeksi.
c. Kohorting bila tidak memungkinkan, bila keduanya tidak memungkinkan
konsultasi dengan petugas PPIRS
d. Pasien yang berisiko tinggi, yang rentan terhadap penularan penyakit
ditempatkan terpisah dengan pasien penyakit menular, di ruang tersendiri
bila tidak memungkinkan, dilakukan kohorting bila tidak memungkinkan,
pertimbangkan untuk di rujuk.

4
8. Kebersihan Pernafasan/Etika Batuk
a. Petugas dengan infeksi saluran nafas menjauhi kontak langsung dengan
mengenakan masker
b. Bagi pasien, keluarga, pengunjung dengan infeksi saluran nafas yang dapat di
transmisikan
Edukasi pasien, keluarga, pengunjung
Beri gambar/leaflet dengan bahasa yang mudah dipahami
Menutup mulut/hidung dengan tisu saat batuk, pakai masker.
Cuci tangan setelah kontak dengan sekresi saluran nafas .
Beri jarak > 1 meter bagi pasien infeksi saluran nafas di Ruang tunggu bila
perlu pakaikan masker.

9. Penyuntikan yang Aman


a. Tidak direkomendasikan menggunakan spuit berulang kali (one needle, one
shoot, one time)
b. Menggunakan trolley tindakan (berisi :handrub,tempat sampah infeksius dan
non infeksius dan safety box ) jika memberikan suntikan.
c. Memberikan suntikan dengan teknik aseptik dan antiseptik

10.Peralatan Perawatan Pasien


a. Peralatan non kritikal : Peralatan yang hanya dipermukaan tubuh pasien
(Pembersihan atau disinfeksi)
b. Peralatan semi kritikal : Peralatan yang masuk kedalam membrane mukosa
(Minimal disinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi)
c. Peralatan kritikal : Peralatan yang masuk kedalam pembuluh darah atau
jaringan steril (Sterilisasi)

11. Praktik Lumbal Punksi


a. Masker harus dipakai klinisi saat melakukan lumbal pungsi, anaestesi
spinal /epidural/pasang kateter vena sentral
b. Cegah droplet flora orofaring, dapat menimbulkan meningitis bakterial

b) Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi


Meliputi :
1. Transmisi Kontak
a. RSI Fatimah Banyuwangi tidak menetapkan penempatan pasien dengan
transmisi kontak.

5
b. Untuk mencegah penularan kesesama pasien ataupun ke petugas, petugas
kesehatan selalu menerapkan hand hygiene serta memakai APD : Sarung
tangan, Gaun.

2. Transmisi Droplet
a. RSI Fatimah Banyuwangi menetapkan penempatan pasien transmisi droplet
atau dengan pasien infeksi/terkolonisasi yang sama dengan kohort bila
memungkinkan dan beri jarak antar pasien 1 meter.
b. Gunakan masker bedah/medik.

3. Transmisi Udara/ Airborne


a. Rumah sakit menggunakan sistem ventilasi alamiah dan campuran
(menggunakan eks house vent) ruang Marwah.
b. Bila tidak memungkinkan, kumpulkan pasien (kohort) dengan pasien infeksi
yang sama
c. Batasi gerak pasien, edukasi untuk etika batuk, pakai masker bila keluar
ruang rawat
d. Gunakan APD : masker N-95.

3) Surveilans Infeksi RS
a. Dilakukan secara sistematik aktif oleh IPCN (Infection Prevention Control
Nurse dan IPCLN (Infection Prevention Control Link Nurse).
b. Target surveilans yaitu :
Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Infeksi Luka Operasi (ILO),
Pneumonia terkait ventilator (VAP),
Infeksi Aliran Darah Primer (IADP)
Phlebitis
Penyakit dan organisme yang signifikan secara epidemiologis.
Muncul dan pemunculan ulang (emerging atau reemerging) infeksi di
masyarakat.
c. Data hasil surveilans dikomparasi dengan rumah sakit lain.
d. Penyampaian hasil dilakukan pada rapat Mutu RSI Fatimah Banyuwangi, dan
di publikasikan dalam SIRS (for IT)

4) Pendidikan dan Pelatihan PPIRS


1) Direncanakan dan dilaksanakan secara periodik dan berkesinambungan oleh
bagian Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) bekerjasama dengan Komite PPI RS

6
2) Seluruh Karyawan baru di RS wajib mengikuti program orientasi, termasuk
materi PPIRS.
3) Setiap ada mahasiswa yang akan praktek harus diberiakan materi orientasi
PPIRS.
4) Monitoring dan evaluasi hasil pendidikan dan pelatihan dilakukan oleh bagian
SDM bersama Komite PPI RS sesuai ketentuan yang berlaku sebagai dasar
perencanaan program selanjutnya.

5) Pengendalian Resistensi Antibiotika


a. Pemilihan terapi antibiotik secara rasional kepada pasien didasarkan tujuan
dan indikasi (profilaksis atau terapi).
b. Ketepatan pemberian antibiotika agar aman bagi pasien.
c. Pasien wajib diberi informasi tentang pengobatan yang diberikan dan efek
yang ditimbulkan.

6) Pencegahan Infeksi
RSI Fatimah Banyuwangi menetapkan penerapan bundle untuk mencegah infeksi RS
antara lain :
a. Bundle ISK
b. Bundle IADP
c. Bundle VAP
d. Bundle ILO

7) Pengawasan Peralatan Kadaluarsa


a. Proses untuk memastikan penanganan yang tepat dari persediaan yang
kadaluarsa.
b. Dokumen terkait: Kebijakan obat-obatan, alat kesehatan dan CSSD yang
kadaluarsa.

8) Pemakaian Ulang (Re-Use) Peralatan Dan Material


a. Dapat digunakan kembali sesuai dengan rekomendasi manufactur-nya dan
untuk satu pasien.
b. Alat medis sekali pakai tidak dapat digunakan ulang (re-use)
c. Pengawasan sterilisasi dilakukan oleh penanggung jawab CSSD dan PPI.

9) Pengelolaan Sampah Infeksius dan Cairan Tubuh


a. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi dengan darah, cairan
tubuh, sekresi dan ekskresi : di masukkan Kantong Plastik warna kuning yang
kuat dan anti bocor.

7
b. Pengumpulan/pengelolaan limbah infeksius dimasukkan kresek warna
kuning,dipastikan tidak bocor dikumpulkan di tempat penampungan
limbah B3
c. Limbah non infeksius adalah limbah yang tidak terkontaminasi dengan darah
dan cairan tubuh : di masukkan dalam kantong plastik warna hitam.
d. Pengumpulan/pengelolaan limbah non infeksius diikat, dkumpulkan dalam
tempat limbah domistik.
e. Limbah benda tajam adalah limbah yang memiliki permukaan yang tajam
yang dapat melukai atau merobek permukaan tubuh : dimasukkan dalam
safety box.
f. Pengumpulan/pengelolaan limbah benda tajam, bila safety box berisi , maka
safety box diganti yang baru.
g. Pemusnahan sampah infeksius dan cairan tubuh dengan menggunakan
incenerator yang bekerjasama dengan pihak ke-3 pengangkutan dengan
mobil box

10) Pengelolaan Darah dan Komponen Darah


a. Pengelolaan darah dan komponen darah diterapkan untuk mengurangi risiko
infeksi penyakit menular pada petugas kesehatan, baik dari sumber infeksi
yang diketahui maupun yang tidak diketahui.
b. Dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit setiap petugas harus
menerapkan pengelolaan darah dan komponen darah.
c. Kewaspadaan isolasi (kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan
transmisi) harus selalu diterapkan secara rutin di seluruh unit di rumah sakit.

11) Pelayanan PPI di Kamar Jenazah


a. Pasien yang meninggal di RSI Fatimah Banyuwangi dilakukan perawatan
jenazah awal oleh petugas ruangan dengan prinsip precaution universal.
b. Pasien yang meninggal, maka jenazah di bawa ke kamar jenazah sampai
dengan proses tatakelola selesai, untuk kemudian di bawa dengan ambulance
jenazah untuk kemudian di bawa ke rumah duka.
c. Proses pemulasaran jenazah dilakukan atas permintaan keluarga dan jenazah
tidak terdiagnosa atau diduga terjangkit penyakit infeksi khusus (atas
persetujuan Tim PPI).
d. Petugas yang bertanggung jawab di kamar jenazah adalah bagian kerohanian
RSI Fatimah Banyuwangi.

8
12) Penyelenggaraan Persiapan Makanan
Penyelenggaraan persiapan makanan di instalasi gizi memperhatikan standar sanitasi
makanan minuman, alat, lingkungan produksi dan higiene perorangan penjamah
makanan.

13) Pengontrolan Fasilitas


Penyelenggaraan pengontrolan fasilitas di RSI Fatimah Banyuwangi memperhatikan
standar higiene dan sanitasi lingkungan.

14) Kriteria Risiko Akibat Dampak Renovasi atau Pekerjaan Pembangunan


(Konstruksi) Baru
a. Setiap konstruksi maupun renovasi bangunan yang dilakukan di RSIF harus
mengutamakan keselamatan pasien, pengunjung dan petugas berdasarkan
prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi .
b. Pengkajian risiko infeksi dibuat berdasarkan dari panduan Infection Control
Risk Assesment (ICRA).
c. Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (KPPI RS)
melakukan pengkajian risiko infeksi dan tindak lanjut berkolaborasi dengan
bagian pemeliharaan dan K3 RS.

15) Perawatan Pasien Penyakit Menular


RSI Fatimah Banyuwangi menetapkan perawatan pasien penyakit menular dengan
menggunakan APD sesuai dengan transmisi penyakitnya.

16) Area Yang Menggunakan APD


a. Gunakan Alat Pelindung Diri sesuai indikasi
b. Jika melakukan tindakan yang memungkinkan tubuh atau membran mukosa
terkena atau terpercik darah atau cairan tubuh atau kemungkinan pasien
terkontaminasi dari petugas harus menggunakan APD sesuai kebutuhan.
c. Segera melepas Alat Pelindung Diri jika tindakan sudah selesai.

17) Penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB)


a. Untuk mendeteksi secara dini adanya KLB, dilakukan surveilans infeksi di
rumah sakit. Selain untuk deteksi dini, surveilans secara aktif juga bertujuan
untuk mencegah supaya KLB tidak terulang lagi.
b. Kejadian Luar Biasa Infeksi Rumah Sakit ditetapkan oleh Direktur berdasarkan
pertimbangan Komite PPIRSI Fatimah Banyuwangi pada hasil evaluasi
epidemiologik kecenderungan peningkatan angka IRS secara signifikan selama

9
3 bulan berturut-turut. Peningkatan signifikan angka kejadian IRS pada suatu
waktu pengamatan tertentu diwaspadai sebagai KLB.
18) Penggunaan Antibiotik yang Rasional
a. Pemberian Antibiotika harus dilakukan hanya atas indikasi yang tepat.
b. Keputusan pengobatan paling tepat diambil berdasarkan keadaan klinis.

19) Penempatan Pasien yang Immunosuppressed


a. Penanganan pasien immunocopromised hanya melakukan kestabilisasi keadaan
umum, bila sudah stabil rumah sakit merujuk ke fasilitas kesehatan yang lain.
b. RSI Fatimah Banyuwangi tidak melakukan perawatan pasien
imuncompromised. Apabila terdapat pasien imunocompromised, maka dirujuk
kefasilitas kesehatan yang lainnya.

20) Penempatan Pasien Penyakit Airbone Desease bila Ruang Tekanan Negatif
tidak ada
a. Untuk penatalaksanaan kegawatdaruratan pasien dengan diagnosa pasti dan
atau diduga penyakit airbone desease dilakukan di ruangan khusus di UGD.
b. Edukasi pasien untuk etika batuk dan memakai masker.

21) Pendidikan PPI Diberikan untuk Setiap Pasien.


Untuk pasien rawat inap disampaikan oleh perawat saat orientasi pasien baru masuk,
meliputi kebersihan tangan, etika batuk dan ketertiban membuang sampah.

22) PPI Untuk Pasien, Keluarga dan Pengunjung.


a. Salah satu Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di rumah sakit adalah
kepedulian terhadap pasien, keluarga dan pengunjung rumah sakit.
b. Pasien ,keluarga dan pengunjung harus diberikan edukasi tentang PPIRS.
c. Pasien dapat mengingatkan petugas kesehatan (Dokter, Perawat, Pekarya, Gizi
dll) bila tidak melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah menyentuh
pasien dan lingkungan pasien.
d. Setiap ruangan/unit harus menyediakan fasilitas kebersihan tangan , tempat
sampah non infeksius (kantong hitam), sabun biasa (handsoap).

23) Sterilisasi Alat/Instrumen Kesehatan Paska Pakai


a. Di RS dilakukan dengan 2 cara yaitu secara fisika atau kimia, melalui tahapan
pencucian (termasuk perendaman dan pembilasan), pengeringan, pengemasan,
labeling, indikatorisasi, sterilisasi, penyimpanan, distribusi diikuti dengan
pemantauan dan evaluasi proses serta kualitas/mutu hasil sterilisasi secara
terpusat melalui Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi (CSSD) yang saat ini
berada di K.Operasi.

10
b. Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi (CSSD) bertanggung jawab menyusun
panduan dan prosedur tetap, mengkoordinasikan serta melakukan monitoring
dan evaluasi proses serta kualitas/mutu hasil sterilisasi dengan persetujuan
Komite PPI RS.
c. Unit CSSD memonitor pelaksanaan proses dekontaminasi di setiap unit
menggunakan form.

24) Pemeriksaan Kultur dan Swab Mikrobiologi di Lingkungan Rumah Sakit


a. Swab dilakukan 2 kali setahun untuk area kritis (zona risiko tinggi dan sangat
tinggi).
b. Area lain bila diperlukan sewaktu-waktu atau bila terjadi wabah/KLB.
c. Dilakukan pemeriksaan pada pasien yang menderita infeksi yang terjadi IADP
dan ILO.
d. Kultur dilakukan jika ada curiga kasus IADP dan ILO.

25) Persiapan Pemakaian Ruangan Baru Paska Konstruksi / Renovasi RS


Melakukan pembersihan menyeluruh dan dekontaminasi semua permukaan,
termasuk dinding, langit-langit, jendela dan sistem ventilasi berisiko tinggi.
Malakukan swab ruangan dan uji kualitas udara, khususnya di area berisiko tinggi
sebelum ruangan digunakan.

26) Perbandingan Data Dasar Infeksi (Benchmarking)


a. Perbandingan data dasar infeksi dilakukan secara internal (antar unit) maupun
eksternal (dengan Rumah Sakit lain yang sejenis atau dengan praktik terbaik
/bukti ilmiah yang diakui).
b. Perbandingan data dasar infeksi dilakukan oleh tim PPI setiap bulan
(benchmarking internal) dan setahun sekali (benchmarking eksternal).
c. Rumah sakit yang menjadi mitra dalam benchmarking eksternal adalah rumah
sakit lokal/nasional yang setara dan terbukti memiliki praktik terbaik secara
ilmiah.
d. Hasil perbandingan dianalisa, ditindak lanjuti dan dilaporkan kepada Direktur
secara tertulis dalam bentuk laporan bulanan PPI (benchmarking internal) dan
laporan surveilans tahunan (benchmarking eksternal).
e. Hasil perbandingan data dasar infeksi internal maupun eksternal
dikoordinasikan dalam rapat tim pokja PPI setiap 3 bulan sekali.

27) Risk Management PPI / ICRA HAIs


a. Setiap ruangan/unit melakukan pengkajian risk PPI di masing-masing ruangan.
b. Pengkajian didasarkan pada management risk.

11
c. Dilakukan analisis risk management PPI oleh IPCN bersama komite PPI.
d. Komite PPI menetapkan hasil analisa untuk dijadikan program kerja PPI RSI
Fatimah Banyuwangi.
e. Risk PPI juga terkait kejadian KLB

28) Pengadaan bahan dan alat yang melibatkan PPI


RSI Fatimah Banyuwangi.melibatkan Tim PPI dalam pengadaan peralatan dan
bahan-bahan yang terkait dengan program pencegahan dan pengendalian infeksi.

Banyuwangi, 23 April 2016


Direktur
RSI Fatimah Banyuwangi

dr. Selamat Widodo,M.Kes.Sp OG


NIK : 2011.343

12

Anda mungkin juga menyukai