Hasil Dan Pembahasab KLT Dan Kolom
Hasil Dan Pembahasab KLT Dan Kolom
Hasil Dan Pembahasab KLT Dan Kolom
Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa aktif yang terkandung
dalam ekstrak herba kemagi (Ocinum Americanum Linn) adalah metode Thin Layer
Chromotografy (TLC) atau yang dikenal dengan kromotografi lapis tipis (KLT), dibutuhkan
fase diam dan fase gerak dalam menggunakan metode KLT. fase gerak yang digunakan
adalah N-Heksana untuk ekstrak Heksan, etil asetat untuk ekstrak etil asetat, dan pelarut
methanol, dilakukan percobaan dengan berbagai perbandingan untuk mendapatkan
perbandingan pelarut yang memberikan pola noda yang baik. Perbandingan yang dilakukan
untuk ke dua ekstrak (etil dan heksan) adalah 2:1, 4:1, 3:2, dan 9:1. Noda-noda pada
permukaan plat diperiksa di bawah sinar UV pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm,
kemudian diamati pada masing-masing spot.
Gambar 1.1 : Hasil Uji KLT pada ekstrak heksan herba kemangi dengan
perbandingan pelarut 2:1, 4:1, 3:2, dan 9:1di lihat dengan megunakan lampu UV pada
panjang gelombang 245 nm untuk gambar a, dan 366 nm untuk gambar b.
Minyak atsiri bersifat non polar, jadi yang terlarut dalam ekstrak heksan adalah
senyawa terpenoid, klorofil, dan asam lemak. Ekstrak heksan ditotolkan dalam KLT dengan
eluen heksan:etil asetat 3:2. Dari hasil yang diperoleh, dengan pendeteksian uv 254, kemangi
terdapat bercak pada Rf 0,375 kuning -0,5 orange -0,65 coklat -0,77 hijau. Harga Rf yang
sama tersebut menunjukkan kepolaran senyawa yang sama, sedangkan warna yang berbeda
menunjukkan gugus fungsionalnya yang berbeda. Metabolit skunder dari prediksi tersebut
adalah terpeoid dan saponin.
Terpenoid terdiri atas beberapa senyawa antara lain minyak atsiri yang tersusun atas
monoterpenoid, seskuiterpenoid yang mudah menguap; Triterpenoid yang sukar menguap;
Triterpenoid dan steroid yang tidak menguap dan pigmen karetonoid. Setiap golongan
terpenoid penting bagi tumbuhan, dalam hal metabolisme maupun ekologi tumbuhan (
Harborn, 1987). Secara kimia terpenoid umumnya larut dalam lemak, dan terdapat dalm
sitoplasam sel tumbuhan. Identifikasi terpenoid dapat secara Kromatografi Lapis Tipis, yang
memberikan berfluororesensi biru pada UV 366 dan pemadaman bercak pada UV 254.
Penampakan bercak dengan Anisaldehid asam sulfat memberi bercak warna biru, hijau
cokalt, merah pada sinar tampak ( Wagner 1984).
Saponin merupakan salah satu golongan senyawa triterpenoid, yaitu senyawa yang
mempunyai kerangka karbonil dari 6 satuan isopren. Secara biosintesis diturunkan dari
hidrokarbon C30 asiklik ( Harborn, 1987). Saponin dapat diidentifikasi secara Kromatografi
Lapis Tipis, bercak yang ditimbulkan oleh pereaksi vanilin asam sulfat, anisaldehid asmsulfat
memberi warna biru, ungu, terkadang warna kuning. Dengan SbCl 3 memberi warna merah
sampai ungu pada sinar tampak, pada UV 366 memberi warna merah, ungu, biru, dan hijau (
Wagner 1984).
Ekstrak etil asetat yang diperoleh dari partisi, sebelum diuji dengan KLT terlebih
dahulu di lakukan elusi dengan cara dikembangkan dengan menaikan dalam bejana
(chamber) pengembang dari gelas. Di dalam bejana ini dimasukkan fase gerak yaitu etil
asetat dan methanol dalam bejana ditempelkan kertas saring yang ujung bawahnya tercelup
fase diam. Fase diam akan merambat keatas membasahi kertas saring, dengan demikian
ruangan dalam bejana tertutup ini akan lebih cepat dijenuhi dengan uap pelarut. Setelah
ruangan dalam bejana jenuh dengan uap fase gerak (terjadi kesetimbangan), plat KLT
dimasukkan dimulai pengembangan atau elusi. Plat KLT yang masukkan adalah plat KLT
yang telah ditotoli sampel etil asetat. Bercak sample pada garis awal jangan sampai tercelup
dalam fase gerak. Fase gerak akan merambat naik membawa komponen sample. Kecepatan
merambat tiap-tiap komponen berbeda tergantung kekuatan persaingan ikatan hydrogen yang
ada pada masing-masing sampel.
Perbandingan yang dilakukan untuk ekstrak etil asetat pada praktikum ini adalah 2:1,
4:1, 3:2, dan 9:1. Dan diperoleh hasil perbandingan yang baik adalah 2:1 (etil asetat-
metanol). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Komariah pada tahun 2013 dalam Isolasi
Senyawa Aktif anti Oksidan dari Ekstrak Etil Asetat Herba Kemangi (Ocinum Americanum
L) mendapatkan hasil perbandingan yang baik untuk ekstrak etil asetat daun kemangi adalah
65:35, namun pada penelitian ini lebih berfokus pada senyawa yang memiliki aktifitas
antioksida.
Pada pemilihan eluent digunakan metode elusi gradien (bertahap), yaitu selama proses
menggunakan fase gerak berubah-rubah polaritasnya. Untuk membuat polaritas maka
komposisi fase gerak berubah. Pada umumnya dimulai dari fase grak non-polar kemudian
berubah kepelarut polar. Hal ini dapat dilihat dari tahapan fraksi eluent larutan n-heksana:
etil yang digunakan yaitu perbandingan 9:1, 8:2, 7:3 dan 6;4. Urutan perbandingan eluen
yang digunakan berdasarkan tingkat kepolarannya dari yang paling rendah hingga yang
paling polar, alasannya karena jika yang dimasukkan terlebih dahulu adalah pelarut polar
maka dikhawatirkan senyawa non polar yang terdapat dalam sampel akan tertarik semua
sementara kita akan melakukan proses pemisahan senyawa polar dan non polar dan pada
akhir dari proses tersebut tidak ada lagi senyawa non polar yang akan tertarik lagi jika
digunakan pada saat akhir. Elusi dihentikan jika tidak ada lagi sampel yang dapat dibawa lagi
keluar oleh fase gerak, sampai pada fase gerak yang paling polar.
Adapun warna yang didapat dari tingkat kepolaran eluen adalah bening, kuning,
coklat, hijau. Warna kuning menandakan adanya karetenoid, warna coklat mengartikan
adanya antoxianin, sedangkan warna hijau menandakan adanya klorofil. Adapun hasil yang
kami dapat dari hasil isolasi senyawa didapatkan banyak warna hijau pada fraksi eluen 6:4
dan 7:3 hal ini menjelaskan bahwa daun kemangi mengandung banyak klorofil. Sedangkan
warna yang paling banyak kedua ialah warna kuning pada fraksi eluen 9:1 dan warna coklat
pada fraksi eluen 8:2.
Pada pengujian menggunakan KLT di buat 2 plat KLT, masing-masing KLT di totolkan
sampel berdasarkan urutannya plat KLT yang pertama ditotolkan sampel dari vial 2- 36 (vial
genap) dan Plat KLT yang kedua sampel dari vial 34-72) ketika menggunakan eluen 100%
tidak ada warna yang terdeteksi dengan meggunakan UV (panjang gelombang 254 nm dan
366 nm) maupun pewarna godin. Untuk plat KLT pertama di uji dengan menggunakan eluen
9:1 dan diperoleh bercak pada plat KLT yang sama adalah 1-10, 11-15, 16-20, 22-26, 28-34.
Selanjutnya pada plat KLT yang ke dua dilakukan uji menggunakan eluen 4:1 diperoleh
persamaan bercak pada vial 34-42, 44-50, 52-54, 54-56, 58-60,62-66 dan 68-72. Senyawa
yang memiliki bercak yang sama pada hasil plat KLT dengan menggunakan UV diperkirakan
adalah senyawa yang sama.