Rangkuman Materi
Rangkuman Materi
Rangkuman Materi
Bagian-bagian dalam GC
1. Gas Pembawa
Gas pembawa (carrier gas) berfungsi sebagai fase gerak.Gas pembawa adalah gas
inert yang memiliki kemurnian tinggi (direkomendasikan grade Ultra High Purity atau
UHP).Gas pembawa ini yang akan membawa uap sampel masuk ke dalam kolom untuk
dipisahkan komponen-komponen dalam campurannya dan selanjutnya akan masuk ke
detektor untuk dideteksi secara individual. Gas pembawa yang biasa digunakan adalah
Helium,Nitrogen atau Hidrogen. Untuk analisis sampel gas,maka gas pembawa yang
digunakan harus berbeda dengan gas target analisis. Gas pembawa biasanya disimpan dalam
tabung gas bertekanan tinggi atau dari gas generator.
2. Injektor
Injektor memiliki fungsi untuk memasukkan sampel,menguapkan sampel,dan
mencampur uap sampel dengan gas pembawa. Dalam kromatografi gas,semua sampel dari
fase asal harus diubah menjadi fase gas/uap.Misalnya sampel padatan dapat dilarutkan
terlebih dahulu,baru larutannya diinjeksikan ke sistem kromatografi gas.Untuk sampel larutan
bisa langsung diinjeksikan menggunakan microsyringe biasa,sementara untuk sampel gas
bisa menggunakan gas-tight syringe.Untuk otomatisasi,bisa juga menggunakan
autoinjector/autosampler. Injektor dilengkapi dengan blok pemanas (heater block) yang
memungkinkan pengaturan suhu injektor untuk menguapkan sampel. Biasanya yang menjadi
patokan awal adalah kira-kira 50oC di atas titik didih tertinggi dalam campuran,dengan
asumsi semua zat target akan menguap tapi tidak sampai merusak komponen itu sendiri.
3. Kolom
Kolom berfungsi sebagai fase diam dan merupakan jantung dari kromatografi. Dalam
kolomlah terjadi proses pemisahan komponen-komponen dalam campuran berdasarkan
perbedaan afinitas masing-masing komponen terhadap fase diam dan fase gerak. Secara
imaginer,masing-masing komponen akan mengalami 3 kondisi:ikut dengan gas
pembawa,terdistribusi secara dinamis di antara gas pembawa dan kolom,serta tertahan/larut
dalam kolom.Mekanisme ini terjadi berulang-ulang mulai dari sampel masuk ke dalam kolom
hingga masuk ke detektor secara individual. Proses pemisahan dalam kolom dipengaruhi oleh
banyak faktor seperti sifat kimia-fisika dari sampel maupun material kolom,dimensi
kolom(panjang,diameter dan tebal lapisan kolom,kapiler/kemas),laju alir gas pembawa, suhu
oven kolom,dll. Secara umum,semakin mirip polaritas komponen sampel dengan fase
diam,maka semakin kuat interaksi antara keduanya sehingga komponen akan tertahan lebih
lama dalam kolom (waktu retensi makin lama).
4. Oven
Kolom diletakkan dalam sebuah oven yang bisa diatur suhunya sesuai kebutuhan
analisis. Semakin tinggi suhu oven kolom, maka makin lemah interaksi komponen sampel
dengan fasa diamnya, sehingga waktu retensi semakin cepat. Oven yang baik harus bisa
memberikan akurasi dan kestabilan suhu yang baik.
5. Detektor
Komponen dalam sampel akan masuk secara individual ke dalam sistem detektor dan
akan dideteksi responnya,kemudian akan dikonversi menjadi satuan tegangan listrik.
Masuknya komponen-komponen sampel ke detektor terjadi secara parsial dan plotingnya
akan membentuk "khromatogram". Ada beberapa jenis detektor dalam khromatografi
gas,berikut adalah jenis detektor yang dikenal :
a. Flame Ionization Detector (FID),adalah detektor general untuk mengukur komponen-
komponen sampel yang memiliki gugus alkil (C-H).Komponen sampel masuk ke
FID,kemudian akan dibakar dalam nyala (campuran gas H2 dan udara),komponen akan
terionisasi,ion-ion yang dihasilkan akan dikumpulkan oleh ion collector,arus yang dihasilkan
akan diperkuat,kemudian akan dikonversi menjadi satuan tegangan.Semakin tinggi
konsentrasi komponen,makin banyak pula ion yang dihasilkan sehingga responnya juga
makin besar.
b. Thermal Conductivity Detector (TCD) adalah detektor paling general sebab hampir semua
komponen memiliki daya hantar panas.TCD bekerja dengan prinsip mengukur daya hantar
panas dari masing-masing komponen.Mekanismenya berdasarkan teori "Jembatan
Wheatstone" di mana ada dua sel yaitu sel referensi dan sel sampel.Sel referensi hanya dilalui
oleh gas pembawa,sementara sel sampel dilalui oleh gas pembawa dan komponen
sampel.Perbedaan suhu kedua sel akan mengakibatkan perbedaan respon listrik antara
keduanya dan ini akan dihitung sebagai respon komponen sampel.Detektor TCD banyak
digunakan untuk analisis gas.
c. Electron Capture Detector (ECD) adalah detektor khusus untuk mendeteksi senyawaan
halogen organik.Banyak diaplikasikan untuk analisis senyawaan pestisida.Secara
prinsip,komponen sampel akan ditembak dengan sumber radioaktif Nikel,dan jumlah
elektron yang hilang dari proses itu dianggap linear dengan konsentrasi senyawaan tersebut.
d. Flame Photometric Detector (FPD) adalah detektor khusus untuk mendeteksi senyawaan
sulfur, posfor dan atau timah organik.Prinsipnya adalah pembakaran senyawaan komponen
sehingga mengemisikan energi tertentu yang akan dilewatkan ke filter tertentu (filter S,P atau
Sn) kemudian akan dideteksi oleh Photomultiflier.Banyak digunakan untuk analisis
senyawaan pestisida.
e. Flame Thermionic Detector(FTD) adalah detektor khusus untuk mendeteksi senyawaan
nitrogen dan atau posfor organik.Prinsipnya adalah pembakaran senyawaan komponen
kemudian direaksikan dengan garam Rubidium dan respon listrik yang dihasilkan akan
diperkuat dan dikonversi menjadi satuan tegangan.Banyak digunakan untuk analisis
senyawaan pestisida.
f. Mass Spectrometer (MS) adalah detektor khusus yang dapat digunakan baik untuk analisis
kualitatif maupun kuantitatif.Prinsip pengukurannya adalah komponen sampel dipecah
menjadi bentuk ion fragmennya (baik secara elektronik maupun kimiawi) lalu ion fragmen
tersebut dilewatkan ke Mass Analyzer untuk memisahkan ion berdasarkan perbedaan
massa/muatan dan selanjutnya diteruskan ke ion detector untuk mendeteksi jumlah ion yang
dihasilkan.Spektrum fragmen yang dihasilkan oleh masing-masing komponen akan
menunjukkan karakteristik yang khas,dan ini digunakan untuk tujuan identifikasi kualitatif
dengan membandingkan dengan database atau library spektrum yang telah ada.
6. Pengolah Data
Pengolah data berfungsi sebagai pengatur sistem instrumen dan pengolahan data
untuk tujuan analisis kualitatif maupun kuantitatif. Secara umum pengolah data bisa berupa
integrator/recorder ataupun berupa software yang beroperasi under-Windows.
Derivatisasi dalam GC?
Derivatisasi merupakan proses kimiawi untuk mengubah suatu senyawa menjadi
senyawa lain yang mempunyai sifat-sifat yang sesuai untuk dilakukan analisis menggunakan
kromatografi gas.
1. Esterifikasi
Digunakan untuk membuat derivat gugus karboksil. Pengubahan gugus karboksil menjadi
esternya akan meningkatkan volatilitas karena akan menurunkan ikatan hidrogen.
Derivatisasi dengan esterifikasi dapat dilakukan dengan cara esterifikasi Fisher biasa
dalam asam kuat. Ester metil paling banyak digunakan, meskipun demikian ester etil,
propil, dan butil juga sering dimanfaatkan untuk derivatisasi ini. Ester alifatik yang lEbih
panjang dibuat dengan tujuan untuk menurunkan volatilitas, meningkatkan respon
detektor, meningkatkan resolusi atau daya pisah dari bahan pengganggu, dan
meningkatkan resolusi dari senyawa-senyawa yang mempunyai rumus molekul yang
hampir sama.
2. Asilasi
Jika sampel yang diuji mengandung fenol, alkohol, atau amin primer atau sekunder maka
sering digunakan derivatisasi dengan asilasi yang merupakan reaksi yang paling umum.
Derivatisasi dengan cara ini dilakukan dengan menggunakan asam asetat. Asilasi pada
umumnya memberikan bentuk kromatogram yang baik.Asilasi dilakukan dengan
menggunakan perfluoroanhidrida yang murni atau dalam pelarut, misalnya asetonitril dan
etil asetat.
3. Alkilasi
Digunakan untuk menderivitasi alkohol, fenol, amina primer dan sekunder, imida, dan
sulfhidril.Derivat dapat dibuat dengan sintesis Wiliamson, yakni alkohol atau fenol
ditambah alkil atau benzil halida dengan adanya basa.
4. Sililasi
Derivat silil saat ini digunakan untuk menggantikan eter alkil untuk analisis sampel yang
bersifat polar yang tidak mudah menguap.Derivat yang paling sering dibuat adalah
trimetilsilil.
5. Kondensasi
Reaksi kondensasi dapat digunakan untuk derivatisasi amina yang mana pereaksinya
mengandung gugus karbonil.Amina primer bereaksi dengan keton membentuk enamin
atau bereaksi dengan karbon disulida membentuk isotiosianat.Aseton dan siklobutanon
bereaksi dengan amin primer membentuk enamin yang menghasilkan puncak tunggal
dalam KG.
6. Siklisasi
Penutupan gugus polar melalui siklisasi dilakukan pada senyawa yang mengandung 2
gugus fungsi yang kira-kira sangat mudah dibuat heterosiklis beratom 5 atau 6.Beberapa
heterosiklis yang terbentuk adalah ketal, boronat, triazin, dan fosfit.Asam amino juga
bereaksi dengan anhidrida asam atau klorida membentuk azlakton yang bersifat lebih
volatil.
1. Efisiensi kolom
Salah satu karakteristik sistem kromatografiyang paling penting adalah efesiensi atau jumlah
lempeng teoretis(N)(6). Ukuran efisiensi kolom adalah jumlah lempeng (plate number, N)
yang didasarkan pada konsep lempeng teoritis pada distilasi. Jumlah lempeng (N) dihitung
dengan:
N = (tR/σt)2
Yang mana:
tR = waktu retensi solut
ot = simpangan baku lebar puncak
Wh/2 = lebar setengah tinggi puncak
Wb = lebar dasar puncak
Gambar 1.3. menjelaskan bagaimana cara menghitung tp;W^;
Wy dan o suatu puncak kromatogram.
Persamaan berikut digunakan untuk menggambarkan hubu-ngan antara panjang kolom (L)
dengan efisiensi kolom (H):
N = L/H
Bilangan lempeng (N) yang tinggi disyaratkan untuk pemisahan yang baik yang nilainya
sebanding dengan semakin panjangnya kolom (L) dan semakin kecilnya nilai H. Istilah H
merupakan tinggi ekivalen lempeng teoretis atau HETP (high equivalent theoretical plate),
yang mana merupakan panjang kolom yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu lempeng
teoretis. Kolom yang baik akan mempunyai bilangan lempeng yang tinggi; dan karenanya
kolom yang baik mempunyai nilai H yang rendah. Ukuran partikel merupakan penyumbang
utama pada nilai H. Semakin kecil ukuran partikel, maka semakin tinggi bilangan lempeng
teoretis. Kondisi optimum diperoleh dengan melihat hubungan antara k tinggi lempeng
teoretis dan kecepatan alir (kurva Van Deemter)
Dalam sistem kromatografi, diharapkan untuk mempunyai r bilangan lempeng (N) yang
tinggi. Bilangan lempeng (N) akan meningkat dengan adanya beberapa faktor161, yaitu:
Kolom yang dikemas dengan baik
Kolom yang lebih panjang
Partikel fase diam yang lebih kecil
Viskositas fase gerak yang lebih rendah dan suhu yang lebih tinggi
Molekul-molekul sampel yang lebih kecil
Pengaruh di luar kolom yang minimal
2.Resolusi (daya pisah)
Kolom yang lebih efisien akan mempunyai resolusi yang baik. Tingkat pemisahan komponen
dalam suatu campuran dengan metode kromatografi direfleksikan dalam kromatogram yang
di hasilkan. Untuk hasil pemisahan yang baik, puncak-puncak daiam kromatogram harus
terpisah secara sempurna dari puncak iainnya dengan sedikit tumpang suh [overlapping] atau
tidak ada tumpang suh sama sekali.Tingkat pemisahan antara puncak-puncak kromatografi
yang bersebelahan merupakan fungsi jarak antara puncak maksima dan lebar puncak yang
berhubungan. Untuk puncak Gaussian, hal ini cukup digambarkan dengan resolusi atau daya
pisah puncak'8'.
Dalam kromatografi gas (KG) dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT), resolusi
didefinisikan sebagai perbedaan antara waktu retensi 2 puncak yang saling berdekatan
(ΔtR=tR2 - tR1) dibagi dengan rata-rata lebar puncak (W +W )/2 sebagaimana dalam
Gambar 1.8. Rumus untuk menghitung resolusi adalah sebagai berikut:
RS = 2 Δ tR / (W1 + W2)
Nilai Rs harus mendekati atau lebih dari 1,5 karena akan memberikan pemisahan puncak
yang baik {base line resolution).
Sesuai persamaan (1.12), resolusi yang besar akan dicapai jika perbedaan waktu retensi analit
cukup besar dan lebar puncak analit dengan analit yang Iainnya adalah sesempit mungkin.
waktu retensi relatif pada sistem kromatografi tertentu dan (2) tergantung pada lebar puncak.
Untuk mengoptimisasi parameter-parameter ini supaya diperoleh resolusi yang maksimal,
maka diperlukan suatu pemahaman terhadap sifat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Meskipun waktu retensi komponen cukup menggambarkan banyaknya waktu yang
diperlukan oleh solut tertentu terelusi dari sistem kromatografi, akan tetapi suatu parameter
yang lebih berguna yang menggambarkan retensi kromatografi adalah faktor retensi
sebagaimana dalam persamaan (1.2) dan (1.3).
Selain itu, retensi relatif 2 puncak dalam kromatogram dapat didefinisikan dengan faktor
pemisahan atau selektifitas (a) sebagaimana dalam persamaan (1.4).
Sementara itu, pada kromatografi planar, resolusi dapat dihitung dengan persamaan:
RS = d/ (W1 + W2)√2
Yang mana:
d = jarak antar 2 pusat bercak
W dan W = rata-rata lebar bercak
A. Latar belakang
Kromatografi merupakan suatu metode pemisahan yang dewasa ini telah banyak
digunakan, dibandingkan dengan metode yang lainnya seperti detilasi, kristalisasi,
pengendapan, ekstraksi, dan lain-lain mempunyai keuntungan dalam pelaksanaan yang lebih
sederhana, penggunaan waktu yang sangat singkat terutama mempunyai kepekaan yang
tinggi serta mempunyai kemampuan memisahkan yang tinggi, Metode ini digunakan, jika
dengan metode lain tidak dapat di lakukan misalnya karena jumlah cuplikan sangat sedikit
atau campurannya kompleks.
Meskipun dasar kromatografi adalah suatu proses pemisahan namun banyak diantara
cara ini dapat digunakan untuk analisi kuatitatif. Jenis-jenis kromatografi yang bermanfaat
dalam analisi kualitatif dan analisis kuantitatif adalah kromatografi kertas, kromatigrafi lapis
tipis (KLT), kromatografi kolom, kromatografi gas, dan kromatografi cair kinerja tinggi.
Kromatografi kertas dan KLT pada umunya lebih bermanfaat untuk tujuan indentifikasi,
karena lebih mudah dan sederhana.
Kromatografi kolom memberikan pemilihan fase diam yang lebih luas dan berguna
untuk pemisahan campuran secara kuantitatif. Dalam indutri metode inibanyak dipakaiuntuk
menghilangkan zat-zat yang tidak diinginkandalam hasil, misalnya pada pemurnian minyak
tanah atau minyak goring dan pemurnian hidroksidayang dihasilkan dari proses elektrolisis.
Teknik pemisahan kromatografi dilakukan untuk mendapatkan pemisahan campuran
diantara dua fase.Fase tersebut adalah fase diam dan fase gerak.Fase diam dapat berupa zat
cair dan zat padat, sedangkan fase gerak dapat berupa zat cair atau gas.
Latar belakang dari makalah ini adalah menghadirkan materi dasar yang akan
memperkenalkan dengan berbagai aspek dari proses kromatografi, menjelaskan dalam istilah
yang sederhana bagaimana prinsip kerja kromato grafi, dan menunjukan beberapa penerapan
yang telah membuat kromatografi tidak dapat diabaikan dalam berbagai bidang kehidupan.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari kromatografi?
2. Bagaimana pembagian kromatografi?
3. Bagaimana cara membedakan fase gerak dan fase diam?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian kromatografi.
2. Mengetahui dan memahami pembagian kromatografi.
3. Mengetahui dan memahami cara membedakan fase gerak dan fase diam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kromatografi
Kromatografi pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani RusiaMichael
Tsweet pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam tanaman dengan cara
perkolasi esktrak petroleum eter dalam kolom gelas yangberisi kalsium karbonat (CaCo3).
Saat ini kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling umum dan paling sering
digunakan dalam bidang kimia analisis dan dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis,
baik analisis kualitatif, kuantitatif, atau preparative dalam bidang farmasi, lingkungan,
industri, dan sebagainya. Kromatografi suatu teknik pemisahan yang menggunakan fase diam
(stationary phase) dan fase gerak (mobile phase)(Rohman, 2007).
Kromatografi adalah salah satu metode pemisahan kimia yang didasarkan pada
adanya perbedaan partisi zat pada fasa diam (stationary phase) dan fasa gerak (mobile
phase).Kromatografi berasal dari bahasa Yunani yaitu χρῶμα yang berarti warna dan γράφειν
yang berarti menulis.
Kromatografi dapat bersifat preparatif maupun analitik.Tujuan kromatografi
preparatif biasanya adalah untuk memisahkan senyawa dalam campuran (biasanya digunakan
untuk pemurnian).Kromatografi analitik digunakan untuk mengetahui perbandingan senyawa
dalam campuran.
Dalam kromatografi, dikenal beberapa istilah, antara lain:
1. Analit adalah zat yang dipisahkan.
2. Kromatogram adalah output visual yang diperoleh dari hasil pemisahan. Adanya puncak
karakterisitik yang berbeda menunjukkan adanya senyawa yang berbeda.
3. Eluen adalah pelarut yang digunakan untuk memisahkan analit.
4. Fasa gerak adalah fasa zat yang bergerak pada arah tertentu.
5. Fasa diam adalah fasa yang tetap pada tempatnya.
6. Waktu retensi adalah waktu yang diperlukan analit untuk melewati sistem.
7. Volume retensi adalah volume fasa gerak yang dibutuhkan untuk mengelusi komponen
analit.
B. Pembagian/penggolongan kromatografi
Penggolongan kromatografi ada 3 yaitu :
1. Berdasarkan prinsip/mekanisme pemisahan
2. Berdasarkan fase yang digunakan
3. Berdasarkan alat yang digunakan
b. Cara kering
Preparasi fasa diam dengan cara kering dilakukan dengan cara memasukkan fase diam
yang digunakan ke dalam kolom kromatografi. Fase diam tersebut selanjutnya dibasahi
dengan pelarut yang akan digunakan (Sarker et al., 2006).
Preparasi sampel saat akan dielusi dengan KCV juga memiliki berbagai metode
seperti preparasi fasa diam. Metode tersebut yaitu cara basah dan cara kering (Canell, 1998).
Preparasi sampel cara basah dilakukan dengan melarutkan sampel dalam pelarut yang akan
digunakan sebagai fasa gerak dalam KCV. Larutan dimasukkan dalam kolom kromatografi
yang telah terisi fasa diam. Bagian atas dari sampel ditutupi kembali dengan fasa diam yang
sama. Sedangkan cara kering dilakukan dengan mencampurkan sampel dengan sebagian kecil
fase diam yang akan digunakan hingga terbentuk serbuk. Campuran tersebut diletakkan
dalam kolom yang telah terisi dengan fasa diam dan ditutup kembali dengan fase diam yang
sama (Canell, 1998; Sarker et al., 2006).
e. HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
Teknik pemisahan HPLC memiliki banyak keunggulan dibanding dengan kromatografi
lainnya, diantaranya adalah: cepat dalam proses analisa, resolusi yang lebih tinggi,
sensitivitas detektor yang lebih tinggi, kolom yang dipakai dapat digunakan kembali, ideal
dan cocok untuk zat bermolekul besar dan berionik dan mudah untuk rekoveri sampel. HPLC
boleh dibilang sebagai teknik tercanggih dalam metode kromatografi. HPLC juga
menggunakan sistem instrumen seperti pada kromatogarfi gas. Di dalam teknik ini juga
digunakan tekanan dan kecepatan yang cukup tinggi sehingga mampu dihasilkan resolusi
yang lebih baik.
Jenis kromatografi yang bermanfaat dalam analisa kualitatif dan kuantitatif
yang digunakan dalam penetapan kadar dan pengujian Farmakope Indonesia adalah
kromatografi Kolom, Kromatografi Gas, Kromatografi Kertas, Kromatografi Lapis Tipis dan
KCKT.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kromatografi merupakan suatu metode pemisahan yang dewasa ini telah banyak
digunakan, dibandingkan dengan metode yang lainnya seperti detilasi, kristalisasi,
pengendapan, ekstraksi, dan lain-lain mempunyai keuntungan dalam pelaksanaan yang lebih
sederhana, penggunaan waktu yang sangat singkat terutama mempunyai kepekaan yang
tinggi serta mempunyai kemampuan memisahkan yang tinggi, Metode ini digunakan, jika
dengan metode lain tidak dapat di lakukan misalnya karena jumlah cuplikan sangat sedikit
atau campurannya kompleks.
Penggolongan Kromatografi
¨ Berdasarkan prinsip/mekanisme pemisahan
¨ Berdasarkan fase yang digunakan
¨ Berdasarkan alat yang digunakan
Cara membedakan fase gerak dan fase diam
¨ Fase diam (Stationary phase) merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses
pemisahan dengan kromatografi karena dengan adanya interaksi dengan fase diamlah terjadi
perbedaan waktu retensi (tR) dan terpisahnya komponen suatu senyawa analit termasuk asam
amino. Fase diam dapat berupa bahan padat atau porous (berpori) dalam bentuk molekul kecil
atau cairan yang umumnya dilapiskan pada padatan pendukung.
¨ Fase gerak (Mobile phase) merupakan pembawa analit (asam amino), dapat bersifat inert
maupun berinteraksi dengan analit tersebut. Fase gerak dapat berupa bahan cair dan dapat
juga berupa gas inert yang umumnya dapat dipakai sebagai carrier gas senyawa mudah
menguap (volatil).
Jika dibandingkan dengan ekstraksi cair-cair, ekstraksi fase padat yang biasa
disebut Solid Phase Extraction (SPE) merupakan teknik yang relatif baru akan tetapi SPE
cepat berkembang sebagai alat yang utama untuk pra-perlakuan sampel atau untuk clean-up
sampel-sampel yang kotor, misal sampel-sampel yang mempunyai kandungan matriks yang
tinggi seperti garam-garam, protein, polimer, resin, dll.
Keunggulan SPE dibandingkan dengan ekstraksi cair-cair adalah:
Proses ekstraksi lebih sempurna
Pemisahan analit dari penganggu yang mungkin ada menjadi lebih efisien
Mengurangi pelarut organik yang digunakan
Fraksi analit yang diperoleh lebih mudah dikumpulkan
Mampu menghilangkan partikulat
Lebih mudah diotomatisasi
Karena SPE merupakan proses pemisahan yang efisien maka untuk memperoleh recovery
yang tinggi (>99%) pada SPE lebih mudah dari pada ekstraksi cair-cair. Dengan ekstraksi
cair-cair diperlukan ekstraksi beberapa kali untuk memperoleh recovery yang tinggi,
sedangkan dengan SPE hanya dibutuhkan satu tahap saja untuk memperolehnya.
Sementara itu kerugian SPE adalah banyaknya jenis cartridge (berisi penjerap tertentu) yang
beredar di pasaran sehingga reprodusibilitas hasil bervariasi jika menggunakan cartridge yang
berbeda dan juga adanya adsorpsi yang bolak-balit pada cartridge SPE.
Prosedur SPE
Ada 2 strategi untuk malakukan penyiapan sampel menggunakan SPE ini. Strategi pertama
adalah dengan memilih pelarut yang mampu menahan secara total analit yang dituju pada
penjerap yang digunakan, sementara senyawa-senyawa yang mengganggu akan terelusi.
Analit yang dituju yang tertahan pada penjerap ini selanjutnya dielusi dengan sejumlah kecil
pelarut organik yang akan mengambil analit yang tertahan ini. Strategi ini bermanfaat jika
analit yang diutuju berkadar rendah.
Diagram skematik prosedur SPE sebagai berikut :
Strategi lain adalah dengan mengusahakan supaya analit yang tertuju keluar (terelusi),
sementara senyawa pengganggu tertahan pada penjerap.
Tahap pertama menggunakan SPE adalah dengan mengkondisikan penjerap dengan pelarut
yang sesuai. Untuk penjerap non polar seperti C18 dan penjerap penukar ion dikondisikan
dengan mengalirinya menggunakan metanol lalu dengan akuades. Pencucian yang berlebihan
dengan air akan mengurangi recovery analit. Penjerap-penjerap polar seperti diol, siano,
amino, dan silika harus dibilas dengan pelarut nonpolar seperti metilen klorida.
Dari diagram atas dapat diketahui bahwa ada 4 tahap dalam prosedur SPE, yaitu:
i. Pengkondisian
Cartridge (Penjerap) dialiri dengan pelarut sampel untuk membasahi permukaan penjerap dan
untuk menciptakan nilai pH yang sama, sehingga perubahan-perubahan kimia yang tidak
diharapkan ketika sampel dimasukkan dapat dihindari.
ii. Retensi (tertahannya) sampel
Larutan sampel dilewatkan ke cartridge baik untuk menahan analit yang diharapkan
sementara komponen lain terelusi atau untuk menahan komponen yang tidak diharapkan
sementara analit yang dikehendaki terelusi.
iii. Pembilasan
Tahap ini penting untuk menghilangkan seluruh komponen yang tidak tertahan oleh penjerap
selama tahap retensi.
iv. Elusi
Tahap ini merupakan tahap akhir untuk mengambil analit yang dikehendaki jika analit
tersebut tertahan pada penjerap.
Fase SPE
Berbagai macam cartridge SPE yang berisi berbagai macam penjerap diringkas dalam tabel
dibawah. Suatu penjerap pada SPE harus dipilih yang mampu menahan analit secara kuat
selama pemasukan sampel ke dalam cartridge.
Inilah berbagai jenis fase SPE dan kondisi-kondisinya.
Untuk sampel-sampel yang bersifat ionik atau yang dapat terionisasi, digunakan penjerap
penukar ion. Fraksi analit yang keluar dari SPE dapat langsung diinjeksikan ke sistem
kromatografi atau dilakukan pengaturan pH untuk meminimalkan ionisasi sehingga dapat
dipisahkan dengan kolom fase terbalik pada KCKT.
Pengembangan metode
Sebagaimana dalam metode kromatografi cair, retensi analit tergantung pada konsentrasi
sampel, kekuatan pelarut, dan karakteristik penjerap. Pendekatan empirik untuk melakukan
pengembangan metode SPE melibatkan screening penjerap yang tersedia. Langkah pertama
adalah menentukan penjerap mana yang paling baik dalam hal menahan analit yang dituju.
Pertimbangan kedua adalah pelarut apa yang dibutuhkan untuk mengelusi analit yang dituju.
Langkah ketiga adalah menguji matriks sampel blanko untuk mengevaluasi adanya
pengganggu yang mungkin ada, dan akhirnya (langkah keempat) adalah menentukan
recovery dengan menambah analit dalam jumlah tertentu harus dilakukan.
Polaritas pelarut yang meningkat dibutuhkan untuk mengelusi senyawa yang tertahan dalam
penjerap silika; sementara untuk senyawa yang tertahan dalam penjerap non polar (seperti
C18) digunakan pelarut non polar.
KROMATOGRAFI ELEKTROFORESIS
BAB 1
PENDAHULUAN
Elektroforesis berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai arti transport atau
perpindahan melalui partikel-partikel listrik. Metode elektroforesis telah digunakan dan
dikembangkan dalam teknik analisa untuk penelitian di bidang biologi dan genetika. Metode
tersebut berkembang sangat pesat sekali di zaman kemajuan teknologi, disebabkan karena
pengerjaannya yang sangat sederhana dan sangat mudah. Didalam ilmu biologi maupun biologi
molecular, metode elektroforesis banyak digunakan untuk taksonomi, sistematik, dan genetic
dari hewan ataupun tumbuhan.
Masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut :
I.3 Tujuan
BAB II
ISI
II.1 Pendahuluan
Larutan eter petroleum yang mengandung cuplikan diletakkan pada ujung atas
tabung gelas sempit yang telah diisi dengan serbuk kalsium karbonat. Ketika kedalam kolom
itu dituangi eter petroleum maka akan terlihat bahwa pigmen-pigmen itu terpisah dalam
beberapa daerah. Setiap daerah berwarna itu diisolasi dan diidentifikasi senyawa penyusun nya.
Adanya pita berwarna itu, maka dia mengusulkan nama “kromatografi” yang berasal dari
bahasa Yunani “kromatos” yang berarti warna dan “graphos” yang berarti menulis.
Ditemukan oleh Tswett dan dikenalkan kembali oleh Kuhn dan Lederer pada 1931, telah
digunakan sangat luas untuk analisis organic dan biokimia. Pada umumnya sebagai isi kolom
adalah silica gel atau alumina yang mempunyai angka banding luas permukaan terhadap
volume sangat besar. Keterbatasan yang lebih nyata pada kenyataan bahwa koefisien distribusi
untuk serapan kerap kali tergantung pada kadar total. Hal ini akan menyebabkan pemisahan
tidak sempurna.
Dikenalkan oleh Martin dan Synge pada 1941 dan kemudian mendapatkan hadiah Nobel
untuk hal itu. Fasa diam terdiri dari lapisan tipis cairan yang melapisi permukaan dari padatan
inert yang berpori-pori.
Digunakan sebelum tahun 1800 untuk memurnikan gas. Pada waktu dulu teknik ini tidak
berkembang karena keterbatasannya yang sama seperti halnya kromatografi cairan – padat,
tetapi penelitian lebih lanjut dengan macam fasa padat baru memperluas penggunaan teknik
ini.
Metode pemisahan yang sangat efisien dan serba guna. Teknik ini telah menyebabkan
revolusi dalam kimia organic sejak dikenalkan pertama kali oleh James dan Martin pada 1052.
Hambatan yang paling utama adalah bahan cuplikan harus mempunyai tekanan uap paling
tidak beberapa torr pada suhu kolom. Sistem ini sangat baik sehingga dapat dikatakan sebagai
metode pilihan dalam kromatografi karena dapat memisahkan dengan cepat dan peka.
5. Kromatografi kertas
Merupakan kromatografi cairan – cairan dimana sebagai fasa diam adalah lapisan tipis
air yang diserap dari lembap udara oleh kertas. Teknik ini sangat sederhana bila digunakan.
Serupa dengan kromatografi kertas, kecuali kertas diganti dengan lempeng gelas atau
alumunium yang dilapisi dengan lapisan tipis alumina, silica gel, atau bahan serbuk lainnya.
Kromatografi ini pada umumnya dijadikan metode pilihan pertama pada pemisahan dengan
kromatografi.
7. Kromatografi penukar ion
Merupakan bidang khusus kromatografi cairan – cairan. Seperti namanya, sistem ini
khusus digunakan untuk spesies ion.
8. Penyaringan gel
Merupakan proses pemisahan dengan gel yang terdiri dari modifikasi dekstran –
molekul polisakarida linier yang mempunyai ikatan silang. Bahan ini dapat menyerap air dan
membentuk susunan seperti saringan yang dapat memisahkan molekul-molekul berdasarkan
ukurannya.
9. Elektroforesis
Merupakan kromatografi yang diberi medan listrik disisinya dan tegak lurus aliran fasa
gerak.
Fenomena elektroforesis dapat diketahui jika suatu fase zat bermuatan dan diberi
beda potensial, maka fase itu akan berpindah sepanjang medium yang kontinyu ke arah katoda
atau anoda sesuai dengan muatan partikel. Dasar elektroforesis adalah pembentukan suatu
ketidakhomogenan atau gradasi konsentrasi sepanjang sistem. koloid, protein enzim
menunjukkan mobilitas elektroforesis spesifik dan titik isoelektrik yang dapat digunakan untuk
identifikasi zat-zat spesifik.
Fe = q.E
Dimana F adalah gaya Lorentz, q adalah muatan yang dibawa oleh objek, E adalah
medan listrik.
Elektroforesis digunakan dengan tujuan untuk mengetahui ukuran dan bentuk suatu
partikel baik DNA, RNA dan protein. Selain itu, elektroforesis juga digunakan untuk
fraksionasi yang dapat digunakan untuk mengisolasi masing-masing komponen dari
campurannya, mempelajari fitogenetika, kekerabatan dan mempelajari penyakit yang
diturunkan. Elektroforesis dalam bidang genetika, digunakan untuk mengetahui ukuran dan
jumlah basa yang dikandung suatu sekuen DNA tertentu.
Elektroforesis merupakan suatu teknik analisis penting dan sangat sering dipakai
dalam bidang biokimia dan biologi molekular. Secara prinsip, teknik ini mirip
dengan kromatografi : memisahkan campuran bahan-bahan berdasarkan perbedaan sifatnya.
Dalam elektroforesis, pemisahan dilakukan berdasarkan adanya pergerakan komponen
bermuatan positif (+) pada kutub negative (-) serta komponen bermuatan negative (-) pada
kutub positif (+). Pergerakan yang terjadi disebut elektrokinetik. Hasil yang didapatkan dari
elektroforesis adalah elektroforegram yang memberikan informasi mengenai seberapa cepat
perpindahan komponen (tm) atau biasa disebut kecepatan migrasi.
Gel poliakrilamid dan agarosa merupakan matriks penyangga yang banyak dipakai
untuk separasi protein dan asam nukleat. Banyak molekul biologi bermuatan listrik yang
besarnya tergantung pada pH dan komposisi medium dimana molekul biologi tersebut terlarut.
Bila berada dalam suatu medan listrik, molekul biologi yang bermuatan positif akan bermigrasi
ke elektroda negatif dan sebaliknya. Prinsip inilah yang dipakai dalam elektroforesis untuk
memisahkan molekul-molekul berdasarkan muatannya. Dalam hal ini protein diberi muatan
negatif. Sampel protein dimasukkan ke dalam slot atau sumuran pada ujung agar. Karena
sampel ini memiliki berat, mereka akan turun ke dasar sumuran.
1. Elektroforesis Planar
2. Elektroforesis Kolom
1. Pendinginan
2. Efek Konveksi
Efek konvensi adalah suatu cara untuk membebaskan panas dengan mengganti bentuk
planar menjadi bentuk kolom atau kapiler. Kapiler yang digunakan dibuat dari silica yang
bermuatan netral atau negative. Bagian luar kapiler dilapisi dengan polimer agar bersifat lentur.
Elektroforesis kertas adalah jenis elektroforesis yang terdiri dari kertas sebagai fase
diam dan partikel bermuatan yang terlarut sebagai fase gerak, terutama ion-ion kompleks.
Pemisahan ini terjadi akibat adanya gradasi konsentrasi sepanjang sistem pemisahan.
Pergerakan partikel dalam kertas tergantung pada muatan atau valensi zat terlarut, luas
penampang, tegangan yang digunakan, konsentrasi elektrolit, kekuatan ion, pH, viskositas, dan
adsorbsivitas zat terlarut.
Arus listrik yang dialirkan ini ternyata dapat memisahkan campuran kompleks reaksi
tadi menjadi komponen-komponennya, ini akibat adanya perbedaan minor antara struktur
molekul RNA yang belum terhidrolisis, zat antara ( intermediate ) dan hasil reaksi ( nukleosida
2′ -monoposfat dan nukleosida 3′ -monoposfat ) yang menyebabkan mobilitas alias pergerakan
mereka pada kertas saring berbeda-beda kecepatannya. Karena pada akhir proses
elektroforesis komponen tersebut terpisah-pisah, sehingga dapat mengisolasi dan
mengidentifikasi setiap komponen tersebut.
Elektroforesis gel merupakan suatu teknik analisis penting dan sangat sering dipakai
dalam bidang biokimia dan biologi molekular. Elektroforesis gel ialah elektroforesis yang
menggunakan gel sebagai fase diam untuk memisahkan molekul-molekul. Awalnya
elektoforesis gel dilakukan dengan medium gel kanji (sebagai fase diam) untuk
memisahkan biomolekul yang lebih besar seperti protein- protein. Kemudian elektroforesis
gel berkembang dengan menjadikan agarosa dan poliakrilamida sebagai gel media.
Tahun 1955, Smithies mendemonstrasikan bahwa gel yang terbuat dari larutan kanji
dapat digunakan untuk memisahkan protein-protein serum manusia. Caranya yaitu dengan
menuangkan larutan kanji panas ke dalam cetakan plastik, setelah dibiarkan mendingin kanji
tersebut akan membentuk gel yang padat namun rapuh. Gel kanji berperan sebagai fasa diam
( stationary phase) menggantikan kertas saring Whatman pada teknik terdahulu. Teknik
elektroforesis gel makin berkembang dan disempurnakan, hingga 12 tahun kemudian
ditemukan gel poliakrilamida ( PAGE = Polyacrilamide Gel Electrophoresis) yang terbentuk
melalui proses polimerisasi akrilamida dan bis-akrilamida. PAGE ini sanggup memisahkan
campuran DNA/RNA atau protein dangan ukuran lebih besar.
Secara prinsip, teknik ini mirip dengan kromatografi yaitu memisahkan campuran
bahan-bahan berdasarkan perbedaan sifatnya. Dalam elektroforesis gel, pemisahan dilakukan
terhadap campuran bahan dengan muatan listrik yang berbeda-beda. Elektroforesis gel
memisahkan makromolekul berdasarkan laju perpindahannya melewati suatu gel di bawah
pengaruh medan listrik. Elektroforesis gel memisahkan suatu campuran molekul DNA menjadi
pita-pita yang masing-masing terdiri atas molekul DNA dengan panjang yang sama.
Ada tiga jenis gel yang dapat digunakan dalam elektroforesis DNA, yaitu sebagai
berikut :
3.Gel agarosa formaldehid denaturasi, berfungsi untuk menyediakan sistem elektroforesis yang
digunakan untuk fraksi RNA pada ukuran standar.
1. Ukuran Molekul DNA Molekul yang berukuran lebih kecil akan cepat bergerak melewati gel
karena hambatan yang akan dihadapi tidak lebih banyak dibandingkan molekul berukuran
besar.
2. Konsentrasi gel semakin tinggi karena konsentrasi agarosa, semakin kaku gel yang dibuat
sehingga sukar untuk dilewati molekul-molekul DNA. Konsentrasi agarosa yang lebih tinggi
memudahkan pemisahan DNA yang berukuran kecil, konsentasi agarosa yang lebih rendah
memudahkan pemisahan DNA dengan ukuran yang lebih besar.
3. Bentuk molekul yang memiliki bentuk elips atau fibril akan lebih cepat bergerak
dibandingkan dengan yang berbentuk bulat.
4. Densitas muatan yaitu muatan per unit volume molekul. Molekul dengan densitas muatan
tinggi akan bergerak lebih cepat dibandingkan molekul dengan densitas muatan yang rendah.
5. Semakin kecil pori-pori gel yang digunakan, semakin lambat pergerakan molekul DNA.
6. Semakin tinggi tegangan listrik yang diberikan, semakin cepat pergerakan molekul DNA.
7. Larutan buffer, elektroforesis Buffer dengan kadar ion tinggi akan menaikkan konduktansi
listrik sehingga mempercepat migrasi DNA.
Manfaat elektroforesis gel antara lain untuk mengetahui ukuran fragmen DNA dari
produk PCR, memisahkan produk DNA dari hasil digesti yang berbeda ukuran, lalu dapat
di sequencing, dan juga untuk pemurnian atau purifikasi DNA. Elektroforesis dapat
diaplikasikan untuk berbagai macam kegiatan, antara lain membandingkan gen homolog dari
spesies yang berbeda, mengetahui susunan sekuens berbagai genom, DNA finger printing ,
mengetahui ada atau tidaknya gen-gen penyebab kelainan genetik atau penyakit tertentu,
mendeteksi lokasi dan jumlah mRNA dalam sel atau jaringan tertentu, mengetahui aktivitas
gen selama perkembangan berbagai tipe sel organisme atau aktivitas gen sebelum dan sesudah
diberi perlakuan tertentu, mempelajari evolusi di tingkat molekular, mengetahui variasi genetik
dalam populasi natural di alam, menentukan atau mengidentifikasi berat molekul fragmen
DNA, RNA, protein dan aktivitas enzimatik, menganalisa fragmen DNA yang diamplifikasi
melalui PCR, mengidentifikasi persamaan dan perbedaan genetik antar individu, dan
menentukan jumlah fragmen DNA yang diklon dalam rekombinan plasmid DNA.
(crosslinked) yang porositasnya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Untuk memisahkan
protein atau asam nukleat berukuran kecil (DNA, RNA, atau oligonukleotida), gel yang
digunakan biasanya merupakan gel poliakrilamida, dibuat dengan konsentrasi berbeda-beda
antara akrilamida dan zat yang memungkinkan pertautan silang (cross-linker), menghasilkan
jaringan poliakrilamida dengan ukuran rongga berbeda-beda. Untuk memisahkan asam
nukleat yang lebih besar (lebih besar dari beberapa ratus basa), gel yang digunakan adalah
agarosa (dari ekstrak rumput laut) yang sudah dimurnikan.
4. Efisiensinya kadangkala sama dengan kromatografi gas kapiler, namun juga bisa lebih besar.
8. Metode ini lebih aplikatif untuk menyeleksi dalam ukuran luas, dibandingkan dengan teknik
separasi lainnya.
N=
Salah satu keuntungan utama dari CE adalah dibutuhkan peralatan yang sederhana.
CE terdiri dari satu daya tegangan tinggi, penyangga reservoir, sebuah kapiler, dan sebuah
detektor. Pengaturan dasar dapat diuraikan dengn peningkatan fitur seperti sampel, peralatan
injeksi ganda, mengontrol suhu kapiler, pengaturan penyediaan daya, detektor ganda, dan
kumpulan fraksi.
1. Pipa kapiler
Pipa kapiler bertindak sebagai kolom tempat proses pemisahan pengganti kertas atau
agar-agar pada elektroforesis konvensional. Pipa kapiler terbuat dari gelas dengan diameter
dalam berkisar antara 25-100 µm dan panjang antara 50-100 cm. semakin kecil ukuran
diameter pipa kapiler maka semakin besar harga N. Oleh karena itu, semakin besar diameter
(>100) maka pemisahan semakin tidak efisien.
2. Larutan buffer
Pipa kapiler diisi dengan larutan buffer dan kedua ujung pipa kapiler tersebut tercelup
dalam larutan buffer. Larutan buffer berfungsi sebagai larutan elektrolit untuk menghantarkan
arus listrik dan untuk pengontrol muatan molekul. Karena molekul dapat bermuatan positif,
negative, atau netral bergantung pada pH larutan dan sebagaimana fungsi buffer dalam
menahan pH. Dengan kata lain, pH buffer dapat mengontrok selektifitas pemisahan
elektroforesis,
Dalam elektoforesi konvesional dialirkan arus searah sekitar 100 volt tetapi dalam
elektroforesis kapiler dialirkan arus searah bertegangan sangat tinggi 10.000-30.000 volt. Oleh
karena itu, ekperimen elektroforesis kapiler dapat dilakukan dalam beberapa menit sedangkan
eksperimen elektroforesis konvensional dilakukan dalam waktu sehari.
4. Detector
Detector dapat diletakkan disalah satu ujung pipa kapiler yaitu dekat katoda. Berbagai
detector telah digunakan untuk mendeteksi komponen-komponen hasil pemisahan, antara lain
: spektrometri (seperti UV dan fluoresen) dan detector elektrokimia (seperti konduktometri dan
amperometri).
Kedua kation ini, Li+ dan Na+ sama-sama memiliki muatan +1, namun memiliki
ukuran berbeda. Ion Li+ memiliki ukuran yang lebih kecil dari Na+. Ion Li+ akan lebih
tersolvasi dengan air sehingga akan mengikat banyak molekul air. Akibatnya mobilitas
Li+ akan menjadi kecil dan ion Na+ akan lebih dahulu keluar dari kapiler.
HNO3 merupakan asam kuat, dalam air akan terurai sempurna menjadi H+ dan NO3- ,
sedangkan HNO2 merupakan asam lemah, dalam air akan terdisosiasi sebagian. Pada pH 7,
HNO2 akan terdisosiasi sebagian, menyisakan spesi HNO2. Hal ini tidak baik untuk pemisahan
karena tidak semua HNO2 berada dalam spesi NO2-. Untuk melakukan pemisahan dengan
baik, kita harus menggunakan pH yang tinggi sehingga kedua spesi tersebut dapat berada dalam
bentuk anionnya. Namun ketika pH sudah diatur tinggi, hanya akan terbentuk satu puncak pada
elektroforegram. Hal ini disebabkan karena kedua spesi akan menuju pada kutub yang sama.
Pemisahan dapat tetap dilakukan dengan baik asalkan muatan detektor diatur menjadi positif
dan muatan injektor diatur menjadi negatif.
Sistem yang berdasarkan pada skema (a) hanya akan menghasilkan satu puncak,
artinya pemisahan tidak berlangsung dengan baik. Pada skema (b) akan muncul dua puncak,
artinya pemisahan NO3- dan NO2-terjadi dengan baik. Hal ini disebabkan karena nilai mobilitas
elektroforetik (μep) NO3- lebih kecil dibanding μep NO2- , akibatnya mobilitas total (μt)
NO2- menjadi lebih besar dari μt NO3- . Hal ini akan berakibat NO2- akan keluar terlebih dahulu
dibanding NO3- .
a. Di bidang kepolisian teknik ini digunakan nuntuk pemeriksaan DNA, setiap orang memiliki
karakteristik khusus, misalnya sidik jari. Sehingga membantu polisi dalam mengungkap sebuah
kasus.
b. Dalam kegiatan biologi molekuler, elektroforesis merupakan salah satu cara untuk
memvisualisasikan keberadaan DNA, plasmid, dan produk PCR.
1. Komposisi
Buffer harus tidak mengikat senyawa yang dipisahkan karena akan mempengaruhi
kecepatan gerak. Buffer borat dipakai untuk memisahkan karbohidrat karena dapat membentuk
gabungan yang bermuatan listrik dengan karbohidrat.
2. Konsentrasi
Dengan naiknya kekuatan ion buffer, jumlah arus listrik yang terbawa akan meningkat
dan bagian aliran yang dibawa sampel menurun, sehingga memperlambat geraknya. Kekuatan
ion tinggi dalam buffer akan meningkatkan arus keseluruhan sehingga panas jugs meningkat,
biasanya dipilih konsentrasi sebesar 0,05 – 0,10 M.
3. pH
Apabila voltase diberikan diantara dua elektroda, arus ditentukan oleh tahanan
dalam medium :
1. Voltase
Apabila jarak antara dua elektroda adalah 1 meter dan perbedaan potensial antara
keduanya adalah V volt sehingga gradient potensialnya adalah V/1m. Kenaikan gradient
potensial akan menyebabkan kecepatan gerak ion.
2. Aliran listrik
Arus aliran listrik dalam larutan antara dua elektroda disebabkan umumnya oleh ion
buffer dan sedikit oleh ion dalam sampel. Kenaikan voltase akan meningkatkan jumlah muatan
yang dipindahkan setiap detik kearah elektroda. Jarak yang ditempuh ion akan sebanding
dengan waktunya.
3. Tahanan
Medium elektroforesa menimbulkan aliran ion sebandin dengan jenis medium, jenis
buffer, dan konsentrasinya. Tahanan akan meningkat dengan bertambahnya jarak antara
elektroda, namun berkurang dengan bertambahnya luas permukaan elektroda dan konsentrasi
ion dalam buffer.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Dari pembahasan materi yang telah dijabarkan, dapat ditarik beberapa kesimpulan,
antara lain sebagai berikut:
2. Secara prinsip, teknik ini mirip dengan kromatografi, yaitu memisahkan campuran bahan-
bahan berdasarkan perbedaan sifatnya.
III.2 Saran