Cerpen Hewan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

Fabel Jerapah dan Kelinci

Zaman dahulu, di sebuah hutan yang dipenuhi pohon


besar nan subur menghijau tinggallah para hewan
dengan berbagai jenis, mulai dari kupu-kupu, lebah,
penyu, burung gagak, kura-kura, gajah, kancil, jerapah,
singa, harimau, elang, bangau, kelinci hingga semut.
Suatu hari, Singa sedang sakit tetapi tak satu pun
binatang yang bisa memberikannya obat, dan hanya
buah apel pelangi yang bisa menyembuhkannya.
Tetapi dengan ketinggian bukit yang sangat curam, Si
Srigala yang merupakan Tabib di hutan itu tidak bisa
mengambilnya. Karena semua hewan yang dimintai
tolong semuanya tidak ada yang berani mengambil,
akhirnya Sang Singa itu mengadakan sayembara.
Sayembaranya adalah “Bagi hewan yang dapat
mengambil buah apel pelangi yang bisa
menyembuhkan dirinya yang sedang sakit, dan dapat
mengambilnya dengan tepat waktu di atas bukit di
hutan tersebut. Singa akan memberikan mahkota pangeran sebagai pendamping Raja Hutan dan dua peti emas”.

Baca Cerita Dongeng Ini Selengkapnya :


Mendengar sayembara dengan hadiah yang cukup besar itu, para penghuni hutan yang tadinya takut dan tidak berani
mengambil buah di lereng curam itu akhirnya menjadi sangat tertarik dan ingin mengikuti sayembara yang diberikan
Singa. Tetapi dengan ketinggian bukit itu yang sangat curam, jarang ada hewan yang bisa melewatinya. Sayembara
itu membuat hutan menjadi ramai dengan para hewan yang membicarakannya. “Hai teman-teman, Apakah kalian
juga akan mengikuti sayembara dari raja hutan baginda Singa itu?”, tanya seekor Jerapah. “Iya, aku pasti akan
mengikuti sayembara itu, karena aku ingin menjadi pangeran hutan dan kaya raya.”, jawab seekor Badak. “Bukan
hanya kamu, aku pun ingin menjadi pangeran di hutan ini.” Kata seekor Keledai. “Kalau aku juga ingin mendapat
sekarung emas.” Kata kancil juga. “Kalau hadiahnya sebesar itu, aku juga akan mengikuti sayembara itu, kamu
sendiri bagaimana Jerapah?” tanya Kelinci pada Jerapah. “Itu sudah pasti, aku kan hewan yang paling kuat dan
punya jangkauan paling tinggi di hutan ini, pasti dengan mudah buah itu akan saya dapatkan dan aku sudah pasti
yang akan menjadi pangeran hutan ini.” Jerapah menjawab dengan sombongnya. “Hei, kamu jangan merasa paling
bisa dulu Jerapah, kita kan belum bertanding.” Kata Gajah. “Belum bertanding saja aku sudah tau pasti kalian tidak
akan kuat mendaki bukit itu.” Ketus Jerapah sambil mengibaskan kepalanya. “Jerapah, kamu tidak boleh sombong
dengan kekuatanmu, dan untuk teman-teman yang lain. bertandinglah untuk menyelamatkan sang raja, bukan hanya
untuk mendapatkan hadiah.”, jelas kelinci dengan sopan. “Iya kelinci, pada dasarnya aku ingin menyelamatkan
raja.” Kata kura-kura. “Ah Sudahlah! Aku malas berbicara dengan kalian. Aku ingin pulang saja, dan aku ingin
beristirahat supaya besok aku akan memenangkan sayembara itu.” kata Jerapah kesal. Mendengarkan pernyataan
ketus Jerapah, hewan-hewan lainnya pun menjadi kesal akan sikap Jerapah yang sangat angkuh dan sombong itu.
Dan mereka pun beranjak pulang untuk menyiapkan diri mengikuti sayembara besok.

Keesokkan harinya, Raja Hutan Baginda Singa menyatakan untuk memulai sayembara bagi warga hutan. “Bagi para
penduduk hutan yang ingin mengikuti sayembara, segera maju ke depan. Karena sayembara akan segera dimulai.”
Suara raja hutan Singa dari atas podium di depan Istana. Mendengar pernyataan itu, para hewan yang akan
mengikuti sayembara segera berlari mendekati Singa yang tampak lemah karena sakitnya. Dengan berbekal
semangat dan kekuatan, para hewan dengan percaya dirinya mengikuti sayembara. Para binatang pun sudah
berkumpul di depan istana, raja Singa pun memberikan pengarahan kepada para binatang. “Peraturannya adalah
bahwa para binatang harus memetik apel pelangi yang berada di atas bukit dan segera membawanya turun ke dalam
istana, lalu memberikannya padaku.” Jelas raja Singa. “Pasti aku yang akan memenangkan sayembara ini, aku lebih
kuat dan tangguh daripada kalian semua. Hai, kura-kura! Sebaiknya kamu tidak usah mengikuti sayembara ini,
kamu terlalu lemah sudah pasti kamu kalah.” kata Jerapah mengejek kura-kura yang berada di sampingnya saat itu.
“Kamu sombong sekali Jerapah, semua hewan berhak mengikuti sayembara ini.” kata kura-kura. “Iya itu benar,
semua hewan berhak mengikuti ini, dan yang terpenting kami sudah melakukan pemanasan.” Kata Kelinci.
“Terserah kalian sajalah! Kamu juga kelinci, kamu pasti akan aku kalahkan, meski aku tidak melakukan pemanasan
seperti kalian, tapi aku sudah pasti menang.” Kata Jerapah dengan sombongnya. Mereka saling bicara hingga
membuat gaduh. Tiba-tiba sang Raja Singa mengatakan bahwa sayembara akan segera dimulai. “Perhatian untuk
semaunya, harap tenang.... Saya berpesan berhati-hatilah dalam mendaki bukit, dan Apakah kalian sudah siap?” .
tanya Raja Singa. “Kami sudah siap Baginda!!” teriak para hewan yang mengikuti sayembara serentak.

“Guungggggggg…!!!!". Raja baginda Singa memukul Bende/Gong sebagai tanda sayembara telah dimulai. Semua
hewan yang mengikuti sayembara pun berlarian menurut rutenya masing-masing, mereka berlari sekencang
mungkin saling berlomba untuk lebih dahulu mencapai puncak bukit. Dan ketika setengah perjalanan menuju atas
bukit banyak hewan yang kelelahan dan akhirnya menyerah dan terkulai lemas dengan nafas yang tersengal-sengal.
Si Keledai malah sampai nyungsep karena saking capeknya. Sementara Gajah terduduk di bawah pohon sambil
menjulur-julurkan belalainya dan mengibaskan telinganya untuk kipasan. Bahkan si Kambing dan Serigala sudah
balik arah sebelum sampai mendekati bukit. Kini peserta yang masih bertahan tinggal menyisakan dua ekor hewan
yaitu, Jerapah dan Kelinci. Awalnya Jerapah memimpin di depan, tetapi ketika hampir sampai di atas bukit, tiba-tiba
saja kaki Jerapah mengalami kejang-dan keram, ia pun tidak bisa melanjutkan perjalanannya mengambil buah apel
pelangi, akhirnya ia berhenti di bawah pohon yang teduh sambil meringis kesakitan memegangi kakinya. Kelinci
yang awalnya berada di belakang Jerapah, sekarang ia sudah sampai di atas bukit dan segera memetik beberapa buah
apel tersebut untuk diberikan pada raja hutan Baginda Singa.

Ketika ia hendak turun untuk kembali ke istana, ia melihat Jerapah yang sedang merintih kesakitan sambil
berguling-guling seperti anak kecil yang minta mainan. “Jerapah, Kakimu kenapa, mengapa kamu terlentang
begitu?” Tanya kelinci sambil melihat kaki jerapah yang kaku mengacung ke atas. “Kakiku sakit sekali...!!! kakiku
kejang, mungkin karena aku belum melakukan pemanasan seperti kamu sebelum bertanding tadi, aku sangat sulit
untuk berjalan sendiri, tolong aku kelinci!!!.” Pinta Jerapah. “Baiklah Jerapah, aku akan membantumu menuruni
bukit ini, dan kita harus segera memberikan buah apel ini kepada Paduka raja Singa.” Kata Kelinci sambil
membantu jerapah untuk berdiri. “Maafkan aku ya kelinci, selama ini aku sudah bersikap buruk kepada kamu dan
teman-teman yang lain.” Kata Jerapah sambil menampakkan raut menyesali perbuatannya yang lalu. “Kita harus
selalu bersikap baik dengan semua orang sekalipun ia sudah berbuat jahat kepada kita. Mari... kita harus segera
turun ke istana.” Ucap kelinci. “Kamu bergitu mulia hatinya. saya sangat menyesal dengan telah berbuat yang tidak
baik padamu”. Kata Jerapah sambil beranjak menuruni bukit.

Tidak beberapa lama kemudian Jerapah dan kelinci sampai di depan istana, kelinci yang membawa buah apel
pelangi langsung memberikannya kepada Singa di dalam istana. Dengan disaksikan oleh banyak binatang lain,
Baginda Singa pun segera memakan buah itu dan seketika ia pun sembuh dari sakitnya. Para hewan pun bersorak
gembira dan mengucapkan selamat untuk Kelinci karena ia sudah berhasil menyembuhkan sang Raja. Raja Singa
memenuhi janjinya, ia memberikan mahkota pangeran dan dua peti emas kepada Kelinci. “Kelinci, Aku sangat
berterima kasih kepadamu, kamu sudah berhasil menyembuhkanku dengan buah yang kau bawa. Sekali lagi, Terima
Kasih Banyak.” Kata Raja Singa. “Iya Raja, aku sangat senang bisa membantu paduka. Dan terima kasih banyak
atas hadiah yang paduka berikan ini.” Kata Kelinci dengan sopan.

Tiba-tiba Jerapah menghampiri Kelinci. “Kelinci, Sekali lagi terima Kasih ya, karena tadi kamu sudah menolongku,
dan selamat kamu sudah menjadi Pangeran di Hutan ini. Selamat ya teman, kamu masih tetap mau menjadi temanku
kan?” Kata Jerapah sambil tersenyum dan berharap. Semua pun kaget dengan sikap Jerapah yang lembut , karena
selama ini ia bersikap buruk kepada semua hewan. “Iya Jerapah, aku senang bisa membantumu dan bisa
membuatmu berubah sikap menjadi baik. Iya, kamu tetap akan menjadi temanku untuk selamanya.” Kata Kelinci
sambil tersenyum. Hewan-hewan yang lain pun ikut terharu dan bahagia dengan kejadian yang baru saja dialaminya.
Jerapah pun menjadi hewan yang baik hati, suka membantu hewan lain yang kesusahan dan tidak sombong lagi.
Sementara Kelinci menjadi pangeran hutan yang selalu baik dan membantu warga hutan dan teman-temannya.
Mereka pun hidup rukun damai sentausa dalam kebersamaan di Hutan itu.

Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Jerapah dan Kelinci adalah : Janganlah kita merasa paling pandai dan
sombong kepada orang lain. Orang yang sombong dan merasa paling pintar dan serba bisa suatu saat pasti
membutuhkan bantuan orang lain, bahkan bukan tidak mungkin bantuan itu datang dari orang yang kita musuhi dan
dianggap bodoh dan lemah.
Fabel Seekor Penyu dan Burung Dara

Dahulu kala, Di sebuah pantai nan landai dan berpasir


putih hiduplah seekor penyu dan kawanan burung
dara. Siang itu udara berembus sepoi-sepoi, membuat
dahan dan daun-daun nyiur melambai menari. Di atas
ranting yang terjatuh oleh angin, seekor burung Dara
tampak hinggap tepat di depan seekor Penyu muda
yang sedang santai sambil berjemur.

“Hei, Penyu kawanku! Apakah tidak bosan kamu


sepanjang hari berjemur disitu?, kemana-mana jalan
pun lambat nian lah dikau heheheheh!! Lihatlah aku,
bisa terbang tinggi dan bisa melihat indahnya pantai
dari langit. Aku juga bisa melintasi langit diatas samudera luas, hutan, dan tempat-tempat yang tak mungkin kamu
bisa lihat. Kasihan sekali nasibmu kawan! Hehehehehe,” ledek sang burung Dara sambil mengibaskan sepasang
sayapnya yang berbulu putih dan indah.
“Lihat ini hai penyu!” Sang Dara terbang membubung tinggi, bermaksud menunjukkan kehebatannya pada Penyu.
Sang Penyu hanya melihatnya dari bawah pohon kelapa sambil tersenyum. Walaupun sering diejek dan direndahkan
oleh burung Dara, dia tak pernah menganggap burung Dara sebagai rivalnya. Dia menganggap semua binatang di
dunia ini sebagai sahabat. Dia yakin, bahwa setiap binatang diciptakan dengan kelebihan dan kekurangannya
masing-masing. Akan tetapi, tak semua binatang menyadari itu.
“Penyu... Aku mau pergi ke pulau lain. Kalau mau ikut ya silakan, tapi kamu berangkat sendiri saja. Aku tidak mau
menunggu kamu yang lamban,” ejek burung Dara. Dalam sekejap, burung Dara sudah hilang dari pandangan mata
Penyu. Dia sudah terbang menuju pulau lain di kawasan pantai tersebut.
Sudah lama Penyu mendambakan bisa pergi ke pulau yang lain untuk menambah pengetahuannya. Kadang terasa
bosan terus-terusan berada di satu pulau. Kepergian burung dara membuat Penyu semakin ingin pergi menyususl
kesana. Akhirnya dia memutuskan untuk menyusul burung Dara. Dia ingin melihat tempat baru dan kawan baru.
Barangkali aku bisa menemukan teman yang bisa diajak bermain bersama disana, kata Penyu dalam hati.
Akhirnya dengan tekat yang bulat, Penyu memberanikan diri untuk berenang menuju pulau yang ada di seberang.
Dalam perjalanannya, dia bertemu sesama penyu, juga binatang-binatang lain di laut itu. Sifat Penyu yang ramah
membuatnya disenangi oleh banyak binatang lain.
Penyu terus mengayuh kaki-kakinya yang pendek untuk berenang, tiba-tiba di tengah lautan luas, Penyu melihat
sebuah titik terombang-ambing di tengah laut. Karena penasaran, penyu segera berenang mendekati benda itu.
Betapa terkejutnya Penyu mendapati, benda itu ternyata adalah burung dara sahabatnya, rupanya dia pingsan.
Sayapnya terluka. Dengan sekuat tenaga Penyu membawa tubuh kawannya ke daratan. Dengan cekatan, ia
membersihkan dan merawat sayap Burung dara yang terluka.
Setelah lama pingsan, akhirnya Burung Dara mulai siuman. Dalam keadaan belum sepenuhnya siuman, tubuhnya
menggigil ketakutan. Bayangan tentang tubuhnya yang terjatuh ke laut dan dihantam ombak besar berkelebat di
benaknya. Burung dara menjerit dan menangis tersedu-sedu membayangkannya, lebih-lebih rasa sakit pada
sayapnya yang terluka parah. “Kawan, tenang, kamu sudah selamat. Ada aku di sini untukmu.” Penyu berkata pelan
kepada burung Dara. “Penyu, apakah kamu yang telah menyelamatkanku dan membawaku ke daratan?” tanya
burung Dara seolah tak percaya. “Benar, Kawanku. Apa gerangan yang telah terjadi denganmu?” tanya Penyu.
“Aku… aku diserang seekor Gagak Hitam. Aku tidak bisa melawan, dan terjatuh ke lautan. masih sakit sekali
rasanya sayap-sayapku…Penyu” “Mungkin aku tidak akan bisa terbang lagi. Padahal selama ini, aku selalu
menyombongkan diri dengan kelebihan yang aku miliki, sepasang sayap yang bisa membuatku terbang tinggi
melintasi udara diatas samudera.” Burung Dara mengucapkannya dengan terbata-bata dan seolah menyesali
perbuatan sombongnya.
“Tenanglah, Kawanku... setelah lukamu pulih, kamu pasti bisa terbang lagi. Aku sangat yakin itu. Istirahatlah dulu,
agar kukamu cepat pulih,” kata Penyu dengan suara pelan. Mendengar ucapan Penyu, tangisan burung Dara mulai
mereda. “Penyu sahabatku yang baik, terima kasih, ya, kamu telah menolongku. Dan aku ingin mohon maaf karena
selama ini, aku sudah sering menghina dan menyakitimu, tapi kamu begitu sabar menerima perlakuanku yang jahat
padamu.”
Penyu hanya diam sambil tersenyum, seraya menggelengkan kepala. “Tak ada yang perlu dimaafkan kawan,
tersakiti, Kamu tetap temanku. dan aku adalah temanmu. Selamanya akan selalu begitu, sebagai kawan, kita tidak
boleh bermusuhan.
Begitulah, sejak kejadian itu Burung Dara dan Penyu bersahabat dengan sangat baik. Kemana-mana mereka selalu
bersama. Bahkan ketika Penyu sedang sakit dan tidak bisa mencari makan, Burung Dara selalu membantunya
mencarikan makanan dan mengirimi makanan untuk penyu. Sebuah persahabatan yang indah.

Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Seekor Penyu dan Burung Dara adalah : Janganlah kita bersifat sombong,
jangan menyombongkan kelebihan yang ada pada diri kita. jangan suka mengejek orang lain yang mempunyai
kekurangan. Yakinlah, bahwa setiap manusia mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing, jadi tidak
sepantasnya kita menyombongkan diri pada orang lain.
Fabel Si Kancil dan Tikus

Zaman dahulu kala, hiduplah dua ekor kancil bersaudara yang menghuni hutan belantara yang sangat
subur. Yang Tua bernama Dodo dan adiknya bernama Didi. Walaupun mereka bersaudara, tetapi sifat
mereka sangatlah berbeda. Didi rajin dan baik hati. Sedangkan Dodo pemalas, jahil dan suka berbohong.
Suatu hari Dodo sedang mencari makanan, dia sudah sangat kelaparan, di seberang sungai kecil yang
dangkal tampak rerumputan hijau tapi ia enggan menyeberang. Dodo memang sangat pemalas. Akhirnya
Dodo mencuri makanan milik Didi, adiknya. Waktu ingin makan, dia terkejut karena makanan jatahnya
sudah habis. Didi bertanya kepada Dodo di mana makanannya, namun Dodo bohong, ia menjawab dicuri
tikus. “Ah, mana mungkin dimakan tikus!” kata Didi. “Iya! Masa sama kakaknya tidak percaya sih!”
jawab Dodo dengan meyakinkan.

Mulanya Didi tidak percaya dengan omongan Dodo. Tetapi setelah Dodo mengatakannya berkali-kali
akhirnya dia percaya juga. Tanpa sepengetahuan Dodo, kemudian Didi memanggil tikus ke rumahnya.
Esok paginya, Tikus datang memenuhi panggilan Didi kancil. Tampak raut muka Dodo agak memucat
ketika Tikus datang kerumahnya. “Tikus, apakah kamu yang kemarin mencuri makananku?” tanya Didi
pada tikus. “Hah? Mencuri makananmu? Berpikir saja aku belum pernah!” jawab tikus. “Ah, si tikus!
Kamu ini membela diri saja! Sudah, Kanca! Dia pasti berbohong,” kata Dodo Kancil memojokkan. “Ya,
sudahlah kalau memang kamu tidak mengambilnya! Tikus, aku minta tolong ambilkan makanan di
seberang sungai sana. Tadi aku juga mengambil makanan dari sana, kok!” kata Didi pada Tikus.

Tikus kemudian berjalan ke tepi sungai. Ia menaiki sampan untuk menuju seberang sungai. Sebenarnya
tikus tahu kalau Dodo lah yang telah mencuri makanan itu. Sementara itu, di bagian sungai yang lain,
Dodo cepat-cepat menyeberangi sungai. Ia hendak memasang perangkap tikus agar tikus terjebak dan
tidak bisa kembali.

Ketika tikus hampir mendekati tepian sungai, tikus melihat ada perangkap yang terpasang. Tikus yakin
kalau perangkap itu dipasang oleh Dodo Kancil. Tiba-tiba tikus mendapat ide gemilang. Tikus berpura-
pura jatuh tenggelam dalam sungai. “Aduhhhhhhhhh… Dodo, tolong aku… aku hampir tenggelam, aku
tidak bisa berenang!” teriak tikus. Mendengar itu Dodo segera menolong tikus. Tikus meminta Dodo
mengantarkannya ke seberang sungai. Sesampai di seberang sungai tikus meminta Dodo menemaninya
mengambil makanan.

Dodo sepertinya lupa terhadap perangkap tikus yang telah ia pasang, Karena tidak hati-hati, kakinya
terperangkap dalam perangkap tikus tersebut. Tikus yang kaget akan teriakan dodo segera datang untuk
menolong. Dengan hati-hati si tikus melepaskan perangkap yang menjepit kaki kanan Dodo. Darah
tampak keluar dari luka lecet dikakinya. Sambil menahan sakit, Dodo kemudian berterus terang pada
Tikus, kalau dialah yang telah mencuri makanan milik Didi adiknya. Dodo pun meminta maaf pada Tikus
tentang kesalahannya. Karena ulahnya kini tikus ikut susah disuruh mencari makanan. Dodo sangat
menyesali perbuatan buruknya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi di kemudian hari.

Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Si Kancil dan Tikus adalah : Jangan suka memfitnah, karena
perbuatan fitnah adalah sangat tercela. Juga jangan suka mengambil barang yang bukan haknya. Mencuri
sangat dilarang oleh Tuhan. Berusahalah berkata jujur kepada siapapun, jika memang salah kita akui terus
terang.
Fabel Ayam dan Musang

Di sebuah hutan yang lebat, langit tampak mendung dan menghitam. Gerimis pun mulai turun membasahi
dedaunan dan membuat suara gemericik. Angin pun berhembus agak kencang seolah akan terjadi hujan
lebat. Di sebuah goa kecil yang berada di tebing curam, tinggal seekor ayam betina yang sedang
mengerami telurnya. Menurut perhitungan nenek dukun ayam, telur tersebut tidak lama lagi akan
menetas. Tentu hal tersebut sangat membuat induk ayam bahagia, karena Sang induk ayam memang
sangat menyayangi bakal anak-anaknya tersebut. Dari kejauhan tampak seekor musang mendekati goa
tempat tinggal si ayam betina. Tampaknya dia sudah paham betul tempat tinggal si ayam dan dia yakin
kalau si jago tidak ada di rumah kalau sore-sore seperti ini. Dia pun mulai mengendap-endap supaya
kedatanganya tidak di ketahui si ayam betina.

Baca Cerita Dongeng Ini Selengkapnya :

Sesampai di dekat goa, Musang terhenti. Nampaknya dia sedang berfikir, karena jalan menuju goa tidak
semudah yang ia bayangkan apalagi suasana hujan seperti saat itu, si musang harus menaiki sebuah batu
besar yang memang satu-satunya jalan untuk menuju mulut goa tersebut, sayangnya musang tidak bisa
memanjat batu itu. Memang untuk keluar masuk goa si ayam pun biasanya menggunakan tangga.

Akhirnya akal licik dan akal bulus musang muncul, ia mondar-mandir di sekitar mulut goa, lalu berteriak
"Hai ayam, aku membawa pesan penting dari Tuan Singa, tolong turunkan tangga tali yang biasa kamu
pakai" pinta si musang.

Rupanya si ayam betina sudah mengetahui bahwa musang sedang mengincarnya. "Ya tunggulah sebentar,
akan saya turunkan tangga untukmu. Tapi sebelum itu aku juga ada pesan dari serigala sahabatku, dia
punya sesuatu untuk kamu....sebentar ya..serigala...serigala...kemari sini!! Ini ada si Musang kebetulan
datang!! Cepatlah kemari Serigala!" si induk ayam berteriak-teriak dari dalam goa.

Mendengar si ayam berteriak memanggil Serigala, Nyali Si musang langsung ciut dan ia pun berfikir
"Wah ternyata dia sahabat serigala yang menjadi musuhku, Bahaya nih, dari dulu aku selalu babak belur
dibuatnya! Sebaiknya aku pergi saja!". Si musang langsung lari terbirit-birit meninggalkan kediaman
induk ayam.

Akhirnya si ayam dan telur-telurnya selamat dari akal licik si musang yang hendak memangsanya.
"Bukan hanya kamu, aku saja takut dan lari kalau beneran ada serigala disini, ahihihi" tawa induk ayam
sambil membetulkan posisi duduknya mengerami telur-telur kesayanganya. Tak beberapa lama, benar
saja perkiraan nenek dukun ayam. Telur-telur tersebut mulai menetas dan bersamaan dengan itu ayam
jago pulang dari mencari makanan di hutan. Dia membawa banyak sekali makanan untuk keluarganya.
Mereka pun hidup bahagia dengan kehadiran anggota keluarga yang baru, sepuluh anak ayam telah
menetas dan membuat hangat suasana di goa terpencil itu.

Pesan Moral Dongeng Fabel Ayam dan Musang adalah : Janganlah suka berbohong kepada siapapun
karena bohong itu perbuatan dosa dan tercela, apalagi jika berbohong untuk sebuah tindak kejahatan.
Hendaknya kita saling menyayangi dan kasih mengasihi sesama makhluk Tuhan, karena itu adalah
perbuatan mulia.
Fabel Ayam Jantan dan Merpati

Alkisah, di sebuah hutan nun jauh disana. Hiduplah beragam jenis binatang diantaranya Gajah, singa, beruang,
kancil, serigala, dan Badak. Selain hewan-hewan besar disana juga hidup bernaeka binatang dari jenis unggas dan
burung, diantaranya ayam Jago dan burung Merpati/Dara. Sejak dulu ayam jago memang selalu iri pada merpati.
Ayam jago punya tabiat yang kurang baik, bukan hanya pada merpati, tapi juga ke semua binatang. Ia sombong dan
selalu membangga-baggakan mahkota yang ada di kepalanya. Dia selalu saja mengejek burung merpati dan binatang
kecil lainnya dengan ucapan yang tidak baik. Sedangkan Burung Merpati hanya menerima saja jika diejek oleh
ayam jago, dia lebih baik diam daripada melayani ejekan si jago.

Suatu hari, dihutan itu akan diadakan perlombaan mengambil seikat padi yang di gantung di dahan pohon.
Perlombaan itu memang di khususkan untuk kalangan burung yang bisa terbang. Merpati yang mengetahui akan ada
lomba segera mendaftar pada panitia lomba. Mengetahui hal itu tentu saja Si ayam Jago tidak senang. Ia tidak ingin
melihat merpati menang dalam lomba tersebut, lalu ia pun memaksakan untuk ikut lomba itu walau sebenarnya dia
tidak pandai terbang. Karena memaksa, akhirnya panitia pun memperbolehkan si Jago untuk ikut mendaftar.
Perlombaan itu tampaknya akan cukup ramai karena diikuti banyak bangsa burung. Diantara peserta ada
sekelompok burung bagau, burung gagak, burung elang, burung pipit dan burung kakak tua. Dalam perlombaan
tersebut yang mendapat perhatian paling banyak adalah ayam jago dan juga burung merpati. Karena semua hewan
tahu kalau Ayam jago dan merpati memang tidak Akur.

Tepat pukul sembilan pagi perlombaan pun segera dimulai. Panitia lomba mengumumkan peraturan lomba. ternyata
lomba tersebut menggunakan sistem gugur, dan di babak terakhir akan mempertemukan dua peserta saja. Giliran
pertama adalah burung elang melawna burung gagak, mereka bersiap-siap di titik yang telah di tentukan. Setelah
aba-aba di bunyikan, merekapun melesat terbang berebut siapa yang paling dulu mendapatkan seikat padi yang
tergantung tersebut. Dan ternyata di menangkan oleh Elang. Begitu seterusnya hingga singkat cerita sampailah pada
babak final. Di babak akhir bertemulah ayam jago dan burung merpati.

Ayam jago sudah bersiap-siap begitu pula dengan Merpati. Setelah terdengar aba-aba, ayam Jagi kangsung
melompat tinggi sambil susah payah berusaha mengepakan sayapnya, sementara burung merpati hanya bengong
melihat tingkah ayam jago. Ayam jago menyadari bahwa ia hanya bisa melompat dan tidak bisa terbang seperti
burung merpati, namun burung merpati segera menyusul terbang dengan mudahnya. Pelan-pelan, ketika burung
merpati berhasil melewati ayam jago untuk meraih ikatan padi, ayam jago mematuk kaki burung merpati agar
burung merpati tidak berhasil mendapatkan padi itu.

Rupanya siasat licik ayam jago berhasil, kaki burung merpati terluka dan patah, tapi bukannya turun kembali, sambil
menahan sakit burung merpati justru makin kencang mengepakkan sayapnya dan berhasil mendapatkan padi
tersebut. Sementara itu, ayam jago yang sudah kelelahan mengepakkan sayapnya akhirnya terjun bebas dan harus
mengakui kekalahannya dari burung merpati. Tak disangka oleh ayam jago, ternyata sang dewa melihat perbuatan
yang telah dilakukannya dan kemudian memberi hukuman. Mahkota yang selalu dibanggakan dan kemana-mana
dikenakan di kepala ayam jago, diambil paksa dan hanya disisakan sebagian saja di atas kepalanya. Sang dewa
bilang, “Kau kuhukum karena tekah berbuat curang pada burung merpati, dan mahkotamu kuambil. Jika kau ingin
mahkotamu kembali, panggil aku dan teriakkan penyesalanmu di setiap pagi. Mungkin mahkota ini akan
kukembalikan.” Kemudian, sang dewa pun pergi, dan ia memberi hadiah kepada burung merpati berupa
kesembuhan pada kakinya.

Sejak saat itu, Mahkota ayam jago tidak utuh lagi. Dan setiap pagi ayam jago pun meneriakkan penyesalannya serta
memohon kepada sang dewa untuk mengembalikan mahkotanya yang telah diambil dari kepalanya.

Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Ayam Jantan dan Merpati adalah : Penyesalan selalu datang terlambat,
berbuatlah jujur dan jangan pernah curang. Ketidak jujuran seringkali membawa petaka. Jika kita sudah kehilangan
sesuatu yang berharga dalam hidup kita, penyesalan tidak ada gunanya lagi.
Kelinci Sombong dan Kura-kura

Dulu kala di hari yang cerah di sebuah hutan kecil di pinggiran desa, ada seekor Kelinci yang sombong. Dia suka
mengejek hewan-hewan lain yang lebih lemah. Hewan-hewan lain seperti kura-kura, siput, semut, dan hewan-hewan
kecil lain tidak ada yang suka pada kelinci sombong itu.

Suatu hari, si Kelinci berjalan dengan angkuhnya mencari lawan yang lemah untuk diejeknya. Kebetulan dia
bertemu dengan kura-kura. “Hei, kura-kura, si lambat, kamu jangan jalan aja dong.. lari begitu, biar cepat sampai,”
kata Kelinci sambir mencibirkan bibirnya ke Kura-kura. “Biarlah Kelinci, memang jalanku lambat. Yang penting
aku sampai dengan selamat ke tempat tujuanku, daripada cepat-cepat nanti jatuh dan terluka,” jawab Kura-kura
dengan tenang.

“Hei, kura-kura, bagaimana kalau kita adu lari. Kalau kau bisa menang aku akan beri hadiah apapun yang kau
minta,” kata Kelinci dengan tertawa. Dalam hatinya dia berkata, “Mana mungkin dia akan bisa mengalahkanku.”

“Wah, kelinci, mana mungkin aku bertanding adu cepat denganmu, Kamu bisa lari dan loncat dengan cepat,
sedangkan aku berjalan selangkah demi selangkah sambil membawa rumahku yang berat ini,” kata kura-kura.
“Nggak bisa, kamu nggak boleh menolak tantanganku ini. Pokoknya besok pagi aku tunggu kau di bawah pohon
beringin. Aku akan menghubungi Pak Serigala untuk jadi wasitnya,” Kelinci memaksa.

Kura-kura hanya bisa diam melongo. Dalam hatinya berkata, “Mana mungkin aku bisa mengalahkan Kelinci?”

Keesokan harinya Si Kelinci sudah menunggu dengan sombongnya di bawah pohon beringin. Pak Serigala juga
sudah datang untuk menjadi wasit. Setelah kura-kura datang, Pak Serigala berkata, “Peraturannya begini, kalian
mulai dari garis di sebelah sana yang di bawah pohon mangga itu. Kalian bisa lihat nggak?” “Bisa… bisa… ,”
Kelinci dan kura-kura menjawab. “Nah siapa yang bisa datang duluan di bawah pohon beringin ini, itulah yang
menang,” kata Pak Serigala lagi.

“Oke,… siji…. loro… telu… mulai !!” Pak Serigala memberi aba-aba. Kelinci segera meloncat mendahului kura-
kura, yang mulai melangkah pelan, karena dia tidak bisa meninggalkan rumahnya. “Ayo kura-kura, lari dong…..!”
teriak Kelinci dari kejauhan. “Baiklah aku tunggu di sini ya…,” katanya lagi sambil mengejek kura-kura. Kelinci
duduk-duduk sambil bernyanyi. Angin waktu itu berhembus pelan dan sejuk, sehingga membuat Kelinci menjadi
mengantuk, dan, tak lama kemudian Kelinci pun tertidur!

Dengan pelan tapi pasti kura-kura melangkah sekuat tenaga. dengan diam-diam dia melewati Kelinci yang tertidur
pulas. Beberapa langkah lagi dia akan mencapai finish. Ketika itulah Kelinci bangun. Betapa terkejutnya dia ketika
melihat kura-kura sudah hampir mencapai finish. Sekuat tenaga dia berlari dan meloncat untuk mengejar kura-kura.
Namun sudah terlambat, kaki kura-kura telah menyentuh garis finish dan Pak Serigala telah memutuskan bahwa
pemenangnya adalah KURA-KURA. Si Kelinci Sombong terdiam seolah tak percaya bahwa dia bisa tertidur.

“Nah, siapa yang menang Kelinci?” tanya kura-kura kepada kelinci. “Wah, ternyata kau menang kura-kura,” jawab
kelinci malu. “Sekarang aku hanya minta satu dari kamu, kamu jangan sombong lagi, jangan suka mengejek lagi,
dan jangan nakal, ya?” kata kura-kura. “Iya lah kura-kura, mulai sekarang aku tidak akan sombong lagi, tidak akan
mengejek lagi. Maafkan aku ya,” kata kelinci. “Iya, nggak apa-apa, sekarang kita berteman ya?” kata kura-kura.
Sejak saat itu Kelinci tidak sombong lagi.
Burung Bangau dan Seekor Ketam

Cerita Dongeng Indonesia - Pada zaman dahulu diceritakan terdapat sebuah danau yang sangat indah. Airnya
sungguh jernih dan di dalamnya ditumbuhi oleh pokok-pokok teratai yang berbunga sepanjang masa. Suasana di
sekitar danau tersebut sungguh indah. Pokok-pokok yang tumbuh di sekitarnya hidup dengan subur. Banyak burung
yang tinggal di kawasan sekitar tasik tersebut. Salah seekornya adalah burung bangau. Manakala di dalam tasih
hidup bermacam-macam ikan dan haiwan lain. Ada ikan telapia sepat, kelah, keli, haruan dan bermacam-macam
ikan lagi. Selain daripada ikan,terdapat juga ketam dan katak yang turut menghuni tasih tersebut.
Burung bangau sangat suka tinggal di kawasan danau/tasik tersebut kerana ia senang mencari makan. Ikan-ikan
kecil di tasik tersebut sangat jinak dan mudah ditangkap. Setiap hari burung bangau sentiasa menunggu di tepi tasik
untuk menagkap ikan yang datang berhampiran dengannya.
Beberapa tahun kemudian burung bangau semakin tua. Ia tidak lagi sekuat dulu untuk menangkap ikan. Kadang-
kadang ia tidak memperolehi ikan untuk dimakan menyebabkan ia berlapar seharian. Ia berfikir di dalam hatinya
seraya berkata “Kalau beginilah keadaanya, aku akan mati kelaparan kerana tidak lagi berdaya untuk menangkap
ikan. Aku mesti mencari jalan supaya aku dapat memperolehi makanan dengan mudah”.
Burung bangau mendapat idea dan berpura-pura duduk termenung dengan perasan sedih di tebing tasik. Seekor
katak yang kebetulan berada di situ ternampak bangau yang sangat murung dan sedih lalu bertanya “Kenapakah aku
lihat akhir-akhir ini kamu asik termenung dan bersedih sahaja wahai bangau?”. Bangau menjawab ” Aku sedang
memikirkan keadaan nasib kita dan semua penghuni tasih ini.” “Apa yang merunsingkan kamu, sedangkan kita
hidup di sini sudah sekian lama tidak menghadapi sebarang masalah.” Jawab katak. “Awak manalah tahu, aku sering
terbang ke sana ke mari dan mendengar manusia sedang berbincang tentang bencana kemarau yang akan menimpa
kawasan ini dalam beberapa bulan lagi. Kau lihat sajalah sejak akhir-akhir ini hari panas semacam aje, hujan pun
sudah lama tidak turun”. Bangau menyambung lagi “Aku khuatir tasik ini akan kering dan semua penghuni di tasik
ini akan mati.” Katak mengangguk- ngangukkan kepalanya sebagai tanda bersetuju dengan hujah bangau tadi.
Tanpa membuang masa katak terus melompat ke dalam tasik untuk memaklumkan kepada kawan-kawan yang lain.
Berita bencana kemarau telah tersebar ke seluruh tasikh begitu cepat dan semua penghuni tasik berkumpul ditebing
sungai dimana bangau berada. Masing-masing riuh rendah menanyakan bangau akan berita tersebut. Seekor ikan
haruan bertanya kepada bangau “Apakah cadangan engkau untuk membantu kami semua?” Burung bangau berkata
“Aku ada satu cadangan, tetapi aku khuatir kamu semua tidak bersetuju.” “Apakah cadangan tersebut” kata haruan
seolah-olah tidak sabar lagi mendengarnya. Bangau berkata ” Tidak jauh dari sini ada sebuah tasik yang besar dan
airnya dalam, aku percaya tasik tersebut tidak akan kering walaupun berlaku kemarau yang panjang.” “Bolehkah
engkau membawa kami ke sana” sampuk ketam yang berada di situ. “Aku boleh membawa kamu seekor demi
seekor kerana aku sudah tua dan tidak berdaya membawa kamu lebih daripada itu” kata burung bangau lagi..
Mereka pun bersetuju dengan cadangan burung bangau.
Burung bangau mula mengangkut seekor demi seekor ikan daripada tasik tersebut, tetapi ikan- ikan tersebut tidak
dipindahkan ke tasik yang dikatakannya.Malahan ia membawa ikan-ikan tersebut ke batu besar yang berhampiran
dengan tasik dan dimakannya dengan lahap sekali kerana ia sudah tidak makan selama beberapa hari. Setelah ikan
yang dibawanya dimakan habis, ia terbang lagi untuk mengangkut ikan yang lain. Begitulah perbuatanya sehingga
sampai kepada giliran ketam. Oleh kerana ketam mempunyai sepit ia hanya bergantung pada leher burung bangau
dengan menggunakan sepitnya. Apabila hampir sampai ke kawasan batu besar tersebut,ketam memandang ke bawah
dan melihat tulang-tulang ikan bersepah di atas batu besar. Melihat keadaan tersebut ketam berasa cemas dan
berfikir di dalam hatinya “Matilah aku kali ini dimakan oleh burung bangau.” Lalu ia memikirkan sesuatu untuk
menyelamatkan dirinya dari bangau yang rakus. Setelah tiba di atas batu besar ketam masih lagi berpegang pada
leher bangau sambil berkata “Dimanakah tasik yang engkau katakan itu dan kenapa engakau membawa aku di sini?”
Bangau pun tergelak dengan terbahak-bahak lalu berkata “Kali ini telah tiba masanya engkau menjadi rezeki aku.”
Dengan perasaan marah ketam menyepit leher bangau dengan lebih kuat lagi menyebabkan bangau sukar untuk
bernafas, sambil merayu minta di lepaskan, ia berjanji akan menghantar ketam kembali ke tasik tersebut. Ketam
tidak mempedulikan rayuan bangau malah ia menyepit lebih kuat lagi sehingga leher bangau terputus dua dan
bangau pun almarhum.
Dengan perasaan gembira kerana terselamat daripada menjadi makanan bangau ia bergerak perlahan-lahan menuju
ke tasik sambil membawa kepala bangau. Apabila tiba di tasik, kawan-kawannya masih lagi setia menunggu giliran
masing-masing. Setelah melihat ketam sudah kembali dengan membawa kepala bangau mereka kehairanan dan
ketam menceritakan kisah yang berlaku. Semua binatang di tasik tersebut berasa gembira kerana mereka terselamat
daripada menjadi makanan burung bangau yang tamak dan mementingkan diri sendiri. Mereka mengucakpan terima
kasih kepada ketam kerana telah menyelamatkan mereka semua
Fabel Ular dan Emas

Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang petani miskin yang bernama Pak Joyo yang tinggal di
pinggiran sebuah hutan dengan anak semata wayangnya. Suatu hari pak tani sedang mencari kayu bakar
di dalam hutan, setelah berjalan cukup jauh masuk ke hutan ia bermaksud beristirahat. Pak tani lalu
berteduh di bawah pohon, ia berbaring sejenak sambil menikmati semilirnya udara . Tiba-tiba dilihatnya
ular berbisa yang keluar dari semak-semak di dekatnya. Saat itu dia berpkir, "Pasti ular ini adalah penjaga
hutan ini dan harus dihormati." Begitulah, karena masyarakat masih percaya dengan hal-hal tahayul
seperti halnya pak tani ini. Petani itupun pulang untuk mengambil sedikit makanan dari rumahnya yang
berada di pinggiran hutan, ia meletakan makanan berupa air gula ke dalam mangkuk, dan menaruhnya
dekat sarang ular tersebut sebagai ucapan rasa terima kasih, lalu petani itu berkata, "Wahai penjaga hutan
ini, saya memberikan semangkuk air gula ini sebagai ucapan terima kasih saya kepadamu!" Setelah itu,
petani tersebut pulang ke rumahnya.

Keesokan pagi saat dia datang kembali ke tempat kemarin dia menaruh mangkuk, dia melihat kepingan
emas di dalam mangkuk. Dan sejak saat itu, setiap hari kejadian itu terus berulang. Pak tani setiap hari
memberikan semangkuk air gula ke ular tersebut dan setiap pagi pula dia selalu mendapatkan sekeping
emas.

Suatu hari petani tersebut akan pergi ke desa sebelah selama beberapa hari dan untuk itu dia
memerintahkan anaknya untuk menaruh semangkuk air gula di depan sarang ular di hutan. Sang anak
melakukan perintah ayahnya, membawa semangkuk air gula, lalu menaruhnya di depan sarang ular.
Keesokan paginya saat dia membawa semangkuk air gula lagi, dia menemukan sekeping emas di
mangkuk yang lama, dan sang Anak berpikir: "Di perut ular ini mungkin penuh dengan emas; Jika saya
membunuh ularnya, saya dapat mengambil semuanya sekaligus dan saya akan cepat kaya." Keesokan
hari, saat dia menaruh semangkuk makanan di depan sarang ular, dia menunggu ular tersebut keluar, dan
saat sang Ular keluar dari sarang, sang Anak memukul kepala ular tersebut dengan pentungan. Tetapi ular
itu masih beruntung bisa lolos dari kematian dan dalam keadaan marah, ia mematuk sang Anak dengan
giginya yang tajam dan berbisa sehingga sang Anak langsung tidak bernyawa. Orang-orang sekampung
yang menemukan sang Anak yang telah meninggal lalu mengubur anak tersebut dan memanggil sang
Petani pulang.

Dua hari kemudian setelah sang Petani tiba di rumah dan mendapatkan penjelasan tentang kematian
anaknya, sang Petani merasa sangat bersedih. Tetapi setelah beberapa hari, dia kembali mengambil
semangkuk air gula dan menaruhnya di depan sarang ular. Pak Tani lalu memanggil sang Ular untuk
keluar dari sarangnya. Setelah lama menanti, sang Ular akhirnya muncul dan berkata kepada sang Petani:
"Keserakahan yang membawamu sekarang ke sini, keserakahan membuat kamu lupa akan kematian
anakmu. Mulai saat ini, persahabatan antara kita tidak akan bisa terjalin lagi. Anakmu yang serakah itu
memukul saya dengan kayu, dan Saya menggigitnya hingga meninggal. Bagaimana saya bisa melupakan
pukulan dengan kayunya? dan bagaimana kamu bisa melupakan rasa duka akan kehilangan anakmu?"
Setelah itu, sang Ular memberikan sebuah mutiara yang mahal kepada sang Petani dan menghilang masuk
ke dalam sarang. Tetapi sebelum menghilang, sang Ular berkata: "Jangan engkau datang lagi ke
sarangku." Sang Petani mengambil mutiara tersebut, pulang ke rumahnya sambil menyimpan rasa
penyesalan dalam hatinya.

Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Ular dan Emas adalah : Janganlah kita menjadi orang yang serakah,
karena sifat serakah sangat tercela dan di benci Tuhan. Keserakahan seringkali menghilangkan akal sehat
manusia. berlakulah lebih bijak dalam berfikir dan bertindak.
Si Rusa dan Si Kulomang

Cerita Dongeng Indonesia - Pada jaman dahulu kala di sebuah hutan di kepulauan Seribu,
hiduplah sekelompok rusa. Mereka sangat bangga akan kemampuan larinya. Pekerjaan mereka
selain merumput, adalah menantang binatang lainnya untuk adu lari. Apabila mereka itu dapat
mengalahkannya, rusa itu akan mengambil tempat tinggal mereka.

Ditepian hutan tersebut terdapatlah sebuah pantai yang sangat indah. Disana hiduplah siput laut
yang bernama Kulomang. Siput laut terkenal sebagai binatang yang cerdik dan sangat setia
kawan. Pada suatu hari, si Rusa mendatangi si Kulomang. Ditantangnya siput laut itu untuk adu
lari hingga sampai di tanjung ke sebelas. Taruhannya adalah pantai tempat tinggal sang siput
laut.

Dalam hatinya si Rusa itu merasa yakin akan dapat mengalahkan si Kulomang. Bukan saja
jalannya sangat lambat, si Kulomang juga memanggul cangkang. Cangkang itu biasanya lebih
besar dari badannya. Ukuran yang demikian itu disebabkan oleh karena cangkang itu adalah
rumah dari siput laut. Rumah itu berguna untuk menahan agar tidak hanyut di waktu air pasang.
Dan ia berguna untuk melindungi siput laut dari terik matahari.

Pada hari yang ditentukan si Rusa sudah mengundang kawan-kawannya untuk menyaksikan
pertandingan itu. Sedangkan si Kulomang sudah menyiapkan sepuluh teman-temannya. Setiap
ekor dari temannya ditempatkan mulai dari tanjung ke dua hingga tanjung ke sebelas. Dia sendiri
akan berada ditempat mulainya pertandingan. Diperintahkannya agar teman-temanya menjawab
setiap pertanyaan si Rusa.

Begitu pertandingan dimulai, si Rusa langsung berlari secepat-cepatnya mendahului si


Kulomang. Selang beberapa jam is sudah sampai di tanjung kedua. Nafasnya terengah-engah.
Dalam hati ia yakin bahwa si Kulomang mungkin hanya mencapai jarak beberapa meter saja.
Dengan sombongnya ia berteriak-teriak, “Kulomang, sekarang kau ada di mana?” Temannya si
Kulomang pun menjawab, “aku ada tepat di belakangmu.” Betapa terkejutnya si Rusa, ia tidak
jadi beristirahat melainkan lari tunggang langgang.

Hal yang sama terjadi berulang kali hingga ke tanjung ke sepuluh. Memasuki tanjung ke sebelas,
si Rusa sudah kehabisan napas. Ia jatuh tersungkur dan mati. Dengan demikian si Kulomang
dapat bukan saja mengalahkan tetapi juga memperdayai si Rusa yang congkak itu. (Aneke
Sumarauw, “Si Rusa dan Si Kulomang,” Cerita Rakyat dari Maluku.
Dongeng Kancil, Semut dan Cicak

Pada Zaman dulu, disebuah hutan tinggallah seekor kancil, cicak dan kawanan semut. Mereka hidup dengan bahagia
di hutan tersebut. Hanya saja si Cicak agak nakal dan sering mengganggu teman-temannya. Suatu hari Kancil
sedang bercengkrama dengan kawanan semut. Dia meloncat-loncat di sepanjang jalan setapak di hutan itu,
sementara para semut berlari-lari di belakangnya sambil menari dan menyanyi.
Ketika para semut melihat segerombol buah apel merah yang ranum, mereka berteriak-teriak pada Sang Kancil
untuk memetiknya. Maka Sang Kancil dengan gesit melompat dan menyundul apel-apel itu hingga jatuh ke tanah.
Tak berapa lama kemudian para semut merubungi apel-apel tersebut dan mulai memotongnya menjadi potongan
kecil-kecil. Sebagian dipanggul, sebagian lagi didorong beramai-ramai. Begitulah acara bermain dihentikan sejenak
setelah mereka menemukan tempat yang nyaman untuk beristirahat sambil menikmati buah apel.
Namun saat para semut sedang berpesta apel, tiba-tiba muncul Cicak yang merayap cepat dan Happp!!! menangkap
potongan apel yang paling besar dengan lidahnya lalu cepat-cepat kabur ke balik semak-semak. “Waaaduhhh ada
pencuri! Pencuri! Pencuri!” teriak para semut dengan kagetnya.
Kancil yang sedang enak-enak berjemur sambil menikmati manisnya buah apel jadi kaget. Kemudian setelah tahu
apa yang telah terjadi maklumlah dia. Rupanya ada cicak badung yang berulah menyerobot potongan apel yang di
bawa para semut. Setelah berpikir sejenak, Si Kancil yang sangat bijaksana ini membisikkan suatu rencana pada
para semut. Sontak setelah mendengar kata-kata yang dibisikkan, para semut serentak tertawa terpingkal-pingkal.
Sang Kancil melompat ke semak-semak dan sebentar kemudian kembali dengan membawa segenggam buah kecil
berwarna merah. Para semut membawa potongan buah merah itu sambil sebentar-sebentar berhenti karena tak kuat
menahan tawa. Rupanya para semut menganggap rencana mereka benar-benar sangat lucu. Pesta dimulai lagi, para
semut kembali makan apel yang telah dipotong kecil-kecil. Buah merah pemberian Sang Kancil sengaja diletakkan
di pinggir dan tidak dijaga oleh para semut. Mereka tertawa, bergandengan tangan, menari sambil sebentar-sebentar
melirik ke tumpukan buah merah di pinggiran.
Disaat para semut sedang berpesta, tiba-tiba Cicak kembali datang dan langsung menangkap buah-buah merah yang
diletakkan di pinggir lalu kabur. Anehnya bukannya marah, tapi para semut malahan tertawa terpingkal-pingkal
melihat Cicak membawa lari buah-buah itu. Terdengar suara tawa para semut riuh rendah mentertawakan Cicak
yang lari sambil menggondol buah merah. Cicak yang tengah berlari itu jadi bertanya-tanya mengapa para semut
tertawa terbahak-bahak melihat dia mencuri buah merah. Kemudian dicicipinya buah merah itu, hhmmm rasanya
manis dan enak. Tak terasa beberapa saat kemudian dia sudah tertidur kekenyangan dan lupa dengan pertanyaan
yang timbul dalam benaknya.
Saat terbangun si Cicak penasaran dengan tawa para semut. Maka dia kembali mendekat dan mengintip ingin tahu
apa yang aneh dengan para semut. Dilihatnya Sang Kancil sedang dikerumuni para semut sambil berbicara sesuatu.
“Jadi buah merah tadi bukan cabe yah???. Percuma dong kita gagal memberi pelajaran pada si pencuri” kata seekor
semut paling besar mewakili teman-temannya. Rupanya para semut tertawa terpingkal-pingkal karena menyangka
buah yang mereka letakkan di pinggir adalah cabe, sehingga si pencuri akan kepedasan saat memakannya. Saat tahu
buah merah itu bukan cabe mereka jadi kecewa. “Kalian terlalu tulus untuk bisa menjebak orang lain. Kalian tak
bisa menahan tawa terpingkal-pingkal mendengar rencanaku. Pastilah si pencuri akan curiga dan meneliti buah yang
dicurinya. Saat tahu itu cabe, dia tidak akan memakan dan akan kembali untuk mencuri buah lainnya. Jadi aku ganti
saja dengan buah strawberry yang banyak di sekitar sini. Biar saja dia kenyang, biar tidak mengganggu kita lagi”
kata Kancil
Para semut saling berpandang-pandangan dan mengakui bahwa mereka tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa.
Pastilah si pencuri mendengar tawa itu dan jadi curiga. Para semut memang tidak bisa berpura-pura, mereka selalu
jujur dalam bertindak dan berkata-kata. “Pencurinya adalah si Cicak. Biarlah nanti aku datang ke rumahnya sambil
membawa sekeranjang strawberry dan sedikit nasehat. Biar dia tidak mencuri lagi” kata Si Kancil.
Tak terasa, Si Cicak meneteskan air mata mendengar semua kata-kata Si Kancil. Rupanya Sang Kancil mengganti
cabe dengan apel bukan saja karena para semut tidak bisa menahan tawa, tapi juga karena dia sayang pada Cicak
kecil. Buktinya Sang Kancil akan datang ke rumahnya sambil membawa sekeranjang strawberry. Diam-diam Cicak
kecil merasa dirinya telah melakukan perbuatan hina dina pada makhluk-makhluk yang baik hati.

Pesan Moral Cerita Dongeng Kancil, Semut dan Cicak adalah : Jangan kita balas kejahatan dengan kejahatan.
dengan kita berbuat baik pada orang yang telah menjahati kita, maka orang tersebut akan berfikir dan kemungkinan
besar akan menyadari kesalahannya. Berbuat baik adalah perbuatan mulia.
Cerita Fabel Beruang dan Lebah

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng
Sarang Laba-Laba Emas, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat
Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan
Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia
Dini, PAUD, dan Balita.

Dahulu kala, hiduplah seekor beruang di sebuah hutan yang sangat subur. Siang itu dia sedang
berjalan menyusuri tepian danau yang ada di hutan tersebut, rupanya dia sedang kelaparan dan
bermaksud mencara makanan kegemarannya yaitu madu. Tak memerlukan banyak waktu, dia
pun melihat sarang lebah yang berada di lubang pohon tumbang dekat danau. dengan berhati-hati
dia mendekati sarang lebah tersebut.

Beruang itu mulai mengendus-endus dengan hati-hati di sekitar pohon tumbang tersebut untuk
mencari tahu apakah lebah-lebah sedang berada dalam sarang tersebut. Tepat pada saat itu,
sekumpulan kecil lebah terbang pulang dengan membawa banyak madu. Lebah-lebah yang
pulang tersebut, tahu akan maksud sang Beruang dan mulai terbang mendekati sang Beruang,
tanpa ampun mereka menyengat pantat Beruang dengan sengatnya yang tajam. Mendapat
serangan tiba-tiba, beruangpun kaget bukan kepalang. Dia mengamuk membabi buta dan
menyerang balik kawanan lebah. Mendapat perlawanan dari Beruang, para lebah pun ketakutan
dan lari bersembunyi ke dalam lubang batang pohon.

Sengatan di pantat beruang rupanya cukup banyak, Beruang tersebut menjadi sangat marah dan
seketika itu juga, loncat ke atas batang yang tumbang tersebut dan dengan cakarnya
menghancurkan sarang lebah. Tetapi hal ini malah membuat marah seluruh kawanan lebah yang
berada dalam sarang, mereka keluar dan menyerang sang Beruang. Beruang yang sial itu
akhirnya lari terbirit-birit dengan penuh benjolan bekas sengatan lebah. Para lebah terus
mengejarnya, karena merasa kewalahan akhirnya beruang itu menyelamatkan dirinya dengan
cara menyelam ke dalam air danau. Dia benar-benar sial hari itu, madu tidak ia dapatkan namun
sengatan lebah penuh di badan.

Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Beruang dan Lebah adalah : Janganlah kita mengusik
kehidupan orang lain, karena perbuatan itu sangat tercela. Belajarlah mencari rejeki dengan tidak
merugikan orang lain.
Fabel Laba-Laba Pembohong

Suatu hari di sebuah hutan berbukit-bukit, angin beristirahat setelah sekian lama bertiup. Di
puncak bukit, dibalik batu besar, angin tertidur panjang. Sementara itu, para binatang mulai
merindukan angin. Merekapun mengirimkan laba-laba untuk mencari angin. Tidak lama, laba-
laba menemukan angin dan membangunkannya. Angin tidak suka tidurnya diganggu olah laba-
laba. Anginpun mengusir laba-laba dan kembali tidur.

Baca Cerita Dongeng Ini Selengkapnya :


Karena laba-laba berjalan dengan perlahan, butuh waktu yang lama baginya turun dari bukit.
Dalam perjalanannya, dia bertemu lalat yang juga dikirim untuk mencari angin. Laba-laba
berbohong kepada lalat dengan mengatakan bahwa ia telah menemukan angin dan berhasil
membujuknya. Padahal, sebenarnya angin mengusir laba-laba. Mendengar berita bagus itu, lalat
pulang lebih dulu dan berencana mengakui bahwa ia yang terlebih dulu bertemu angin, bukannya
laba-laba. Ia berharap akan mendapatan pujian dari para binatang.

Rencana berjalan lancar. Ia tiba di bawah sebelum laba-laba. Dengan berbohong, lalat
menceritakan perjalanan beratnya untuk menemukan angin. Para binatang merayakan
keberhasilan lalat dan memuji lalat setinggi langit. Sementara, saat laba-laba pulang, ia diusir
oleh para binatang karena tidak berhasil menemukan angin. Sejak saat itulah laba-laba dan lalat
menjadi musuh. Laba-laba sengaja membuat jebakan untuk membunuh dan memakan lalat.
Sementara itu, angin sudah bangun dari tidur dan mulai bertiup kembali.

Pesan Moral dari Dongeng Fabel Laba-Laba Pembohong adalah : Jangan suka berbohong
kepada teman atau siapa pun, Jika kita berbohong akan dijauhi teman. Belajarlah jujur walau itu
tidak enak bagi kita. sifat jujur adalah mulia dan disukai Tuhan.
Rusa Yang Sombong

Zaman dahulu kala, di sebuah belantara hiduplah seekor rusa. Siang itu cuaca sangat panas,
maka si Rusa memutuskan untuk mencari sungai untuk mendinginkan badan sekaligus mandi.
Tak beberapa lama sampailah ia di sebuah sungai yang sangat jernih dan dingin airnya. tanpa
pikir panjang dia langsung menceburkan diri ke dalam sungai itu. Selain dirinya, di sungai itu
rupanya ada si Kambing dan si Kerbau yang tampaknya sudah lama berada disitu, mereka juga
sedang mandi dan minum. Mengetahui ada Si Kambing dan Si kerbau, Si Rusa pun beranjak ke
pinggiran sungai, di pinggiran sungai ia mulai menggosokkan tanduknya di batu sambil sesekali
memamerkannya pada Kerbau dan Kambing. Tanduknya nampak berkilauan keemasan diterpa
cahaya matahari.

Ternyata Si rusa itu sangat sombong, ia sengaja memamerkan tanduk emasnya. "Mentang –
mentang punya tanduk emas". kata si kambing dan si kerbau. "Iya ini kan tanduk emasku yang
sangat kuat dan besar, dan hanya aku yang memiliki tanduk seperti ini" kata Rusa dengan
sombongnya. Namun kerbau dan hanya menatap Rusa dengan heran. Rusapun meneruskan
mandi di sungai yang airnya sangat segar dan jernih itu. Selesai mandi di sungai si Rusa bertemu
dengan seekor burung Gagak "Hai Rusa... Tanduk emasmu bagus sekali". Kata burung Gagak .
"Ohhh Sudah pasti …tanduk emasku kan paling kuat dan besar". Ucap Rusa dengan
congkaknya.

Rusa itu melanjutkan perjalanannya, saking asyiknya ia tidak melihat di depannya ada sarang
lebah yang menggantung tepat di jalur yang hendak dilewatinya. Tak ayal tanduknya yang
berwarna emas menyentuh sarang lebah itu dan kontan saja para kawanan Lebah kaget dan
berhamburan keluar sarangnya seraya mengejar si Rusa.. Melihat para Lebah yang marah, rusa
lari tunggang langgang dan berteriak meminta tolong. "Tolong………
toloooong………Toloooong" teriak si Rusa. Namun tak satupun hewan di sekitarnya yang mau
menolongnya. saking paniknya, Si Rusa jatuh terjerembab di kubangan yang biasa untuk mandi
lumpur si Kerbau, Para Lebah pun menyengat tubuh si rusa tanpa ampun. Dengan Tubuh penuh
benjolan bekas sengatan, Ia beranjak bangkit dari kubangan si kerbau. Disitu sudah berdiri si
Kerbau dan si Kambing yang cengengesan, heran dengan bentuk tubuh si Rusa yang penuh
benjolan. "Wahh....wahh.... rupanya selain Tanduk emas, kamu juga punya kelebihan lain ya
Rusa???, kini tubuhmu unik dengan banyak benjolan kayak gitu, dan saya yakin.... hanya kamu
yang punya tubuh unik dengan benjolan macam itu" Ledek si kambing dan kerbau. si rusa hanya
diam saja sambil melengos pergi tanpa kata.

Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Rusa Yang Sombong adalah : Janganlah suka
menyombongkon diri dengan apa yang kita miliki. Dengan sifat sombong kita tidak akan
mempunyai banyak teman, jika kita tidak punya banyak teman maka ketika kita sedang ada
kesulitan maka . Jadilah orang yang baik hati dan menghargai sesama.
Tupai dan Ikan Gabus

Pada zaman dahulu, Di sebuah telaga di daerah Kalimantan barat, tersebutlah seekor tupai
bersahabat dengan seekor ikan gabus. Persahabatan tersebut sangatlah kuatnya. Pada suatu hari si
Ikan Gabus jatuh sakit. Badannya sangatlemah.

Dengan setianya si Tupai menunggui temannya itu. Sudah beberapa hari si Ikan Gabus tidak
enak makan. Maka si Tupai berusaha membujuknya. Namun si Ikan Gabus hanya mau makan
kalau diberi makan hati ikan Yu.

Mendengar permintaan si Ikan Gabus, Si Tupai menjadi sangat sedih. Sulit sekali memenuhi
permintaan sahabatnya itu. Ikan Yu adalah hewan yang sangat ganas dan hanya hidup di lautan
lepas. Namun akhirnya ia memutuskan juga untuk mencarikannya. Maka iapun meloncat-loncat
dari pohon ke pohon hingga sampai ke sebuah pohon kelapa yang batangnya menjorok ke laut.
Dengan perlahan si Tupai melobangi sebutir biji kelapa. Setelah airnya habis, iapun masuk ke
dalam kelapa itu. Dari dalam kelapa itu ia masih dapat menggerogoti tangkai buah kelapa itu.

Tak lama kemudian buah kelapa itu sudah terlepas dari tangkainya dan tercebur ke laut lepas.
Ombak laut itu sangat besar. sehingga dalam waktu tidak lama, buah kelapa itu sudah berada
ditengah laut lepas. Tiba-tiba datanglah seekor Ikan Yu besar. Dengan segera ia menelan biji
kelapa tersebut bulat-bulat. Setelah berada di dalam perut ikan itu, si Tupai lalu mengigiti
hatinya. Ikan itu menggelepar-gelepar menuju pantai. Sesampainya di pantai, Ikan Yu sudah
kehabisan tenaga dan akhirnya mati.

Dengan senang hati si Tupai membawa hati Ikan Yu itu untuk sahabatnya. Dengan ajaibnya
setelah memakan hati Ikan Yu, Si Ikan Gabus menjadi sembuh total. Ia meloncat-loncat dengan
gembiranya. Ia pun berjanji akan menolong si Tupai kalau ia sakit di hari kemudian. (Diadaptasi
secara bebas dari Warisa Ram, dkk. “Tupai dan Ikan Gabus” Cerita Rakyat Daerah Kalimantan
Barat. Jakarta).
Si Kancil Kena Batunya

Pada zaman dahulu, Suatu hari yang cerah, angin yang berhembus semilir-semilir sepoi-sepoi membuat penghuni
hutan mengantuk. Begitu juga dengan si kancil. Untuk mengusir rasa kantuknya ia berjalan-jalan dihutan sambil
membusungkan dadanya. Sambil berjalan ia berkata,”Siapa yang tak kenal kancil. Si pintar, si cerdik dan si
pemberani. Setiap masalah pasti selesai olehku”. Ketika sampai di sungai, ia segera minum untuk menghilangkan
rasa hausnya. Air yang begitu jernih membuat kancil dapat berkaca. Ia berkata-kata sendirian. “Buaya, Gajah,
Harimau semuanya binatang bodoh, jika berhadapan denganku mereka dapat aku perdaya”.

Si kancil tidak tahu kalau ia dari tadi sedang diperhatikan oleh seekor siput yang sedang duduk dibongkahan batu
yang besar. Si siput berkata,”Hei kancil, kau asyik sekali berbicara sendirian. Ada apa? Kamu sedang bergembira ?”.
Kancil mencari-cari sumber suara itu. Akhirnya ia menemukan letak si siput.

“Rupanya sudah lama kau memperhatikanku ya ?”. Siput yang kecil dan imut-imut. Eh bukan !. “Kamu memang
kecil tapi tidak imut-imut, melainkan jelek bagai kotoran ayam”. Ujar si kancil. Siput terkejut mendengar ucapan si
kancil yang telah menghina dan membuatnya jengkel. Lalu siputpun berkata,”Hai kancil !, kamu memang cerdik
dan pemberani karena itu aku menantangmu lomba adu cepat”. Akhirnya mereka setuju perlombaan dilakukan
minggu depan.

Setelah si kancil pergi, siput segera memanggil dan mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta tolong teman-
temannya agar waktu perlombaan nanti semuanya harus berada dijalur lomba. “Jangan lupa, kalian bersembunyi
dibalik bongkahan batu, dan salah satu harus segera muncul jika si kancil memanggil, dengan begitu kita selalu
berada di depan si kancil,” kata siput.

Hari yang dinanti tiba. Si kancil datang dengan sombongnya, merasa ia pasti akan sangat mudah memenangkan
perlombaan ini. Siput mempersilahkan Kancil untuk berlari duluan dan memanggilnya untuk memastikan sudah
sampai mana ia sampai. Perlombaan dimulai. Kancil berjalan santai, sedang siput segera menyelam ke dalam air.
Setelah beberapa langkah, kancil memanggil siput. Tiba-tiba siput muncul di depan kancil sambil berseru,”Hai
Kancil ! Aku sudah sampai sini.” Kancil terheran-heran, segera ia mempercepat langkahnya. Kemudian ia
memanggil si siput lagi. Ternyata siput juga sudah berada di depannya. Akhirnya si kancil berlari, tetapi tiap ia
panggil si siput, ia selalu muncul di depan kancil. Keringatnya bercucuran, kakinya terasa lemas dan nafasnya
tersengal-sengal. Ketika hampir finish, ia memanggil siput, tetapi tidak ada jawaban. Kancil berpikir siput sudah
tertinggal jauh dan ia akan menjadi pemenang perlombaan.

Si kancil berhenti berlari, ia berjalan santai sambil beristirahat. Dengan senyum sinis kancil berkata,”Kancil
memang tiada duanya.” Kancil dikagetkan ketika ia mendengar suara siput yang sudah duduk di atas batu besar. “Oh
kasihan sekali kau kancil. Kelihatannya sangat lelah, Capai ya berlari ?”. Ejek siput. “Tidak mungkin !”,
“Bagaimana kamu bisa lebih dulu sampai, padahal aku berlari sangat kencang”, seru si kancil.

“Sudahlah akui saja kekalahanmu,”ujar siput. Kancil masih heran dan tak percaya kalau a dikalahkan oleh binatang
yang lebih kecil darinya. Kancil menundukkan kepala dan mengakui kekalahannya. “Sudahlah tidak usah sedih, aku
tidak minta hadiah kok. Aku hanya ingin kamu ingat satu hal, janganlah sombong dengan kepandaian dan
kecerdikanmu dalam menyelesaikan setiap masalah, kamu harus mengakui bahwa semua binatang mempunyai
kelebihan dan kekurangan masing-masing, jadi jangan suka menghina dan menyepelekan mereka”, ujar siput. Siput
segera menyelam ke dalam sungai. Tinggallah si kancil dengan rasa menyesal dan malu.
Sahabat Pak Kancil

Di sebuah hutan yang lebat, hiduplah keluarga Pak kancil. Dia tinggal di sebuah lembah dengan Istri dan anak-
anaknya yang berjumlah tiga ekor. Rumput yang hijau menghiasi sekitar tempat tinggalnya. Tidak ada seekor
binatang pun yang menganggap Pak Kancil sombong, bahkan banyak sekali binatang yang memanggil Pak Kancil
sebagai sahabat terbaik mereka. Pak Kancil sangat bahagia karenanya.
Pada suatu hari yang cerah, dia ingin mencari makanan untuk istri dan ketiga anaknya. Dia bangun pagi sekali dan
berjalan dengan riang di hutan, tapi tiba-tiba sebuah ranting besar jatuh menimpanya dan melukai sebelah kaki
belakangnya. Lukanya tidak parah, tapi ada satu alasan yang membuatnya khawatir. Besok jika para penduduk desa
datang ke hutan untuk berburu dengan membawa anjing pemburu, untuk bisa melepaskan diri dari mereka ia harus
waspada dan harus bisa berlari. Dia berjalan tertatih-tatih beberapa langkah dan kemudian terduduk, ia menggaruk
kepalanya, Sesuatu pasti ada yang salah, pikirnya. "Kenapa?" tanyanya sambil menggoyangkan telinganya, "Kenapa
aku harus lari setiap kali bertemu anjing pemburu? Benar-benar menggelikan!" Dia menunjuk dirinya sendiri dan
berkata lagi, "Dan aku akan melakukan sesuatu untuk itu!"

Dia bangkit dan berusaha berjalan, dengan terpincang-pincang akhirnya sampai juga ke sebuah lapangan rumput
tempat sahabatnya Pak Kuda berada. "Selamat pagi, Pak Kuda kawanku!" katanya. "Aku sedang dalam kesulitan.
Besok, kau pun tahu, adalah hari berburu. Dengan kakiku yang terluka ini, aku kesulitan melarikan diri dari kejaran
anjing pemburu. Bolehkah aku naik ke punggungmu esok hari?" "Kamu tentu tahu aku akan mengijinkannya," kata
Pak Kuda. "Tetapi besok aku harus kerja seharian dengan majikanku. Tapi tentunya hal itu tidak membuat orang
baik sepertimu khawatir. Kamu pasti akan dapat banyak pertolongan. Aku yakin sekali!"

Pak Kancil berterimakasih padanya lalu pergi ke tempat lainnya. Kakinya sakit sekali, dan dia lega ketika akhirnya
bertemu dengan Pak Kerbau. Tanpa beristirahat dulu, dengan segera ia menceritakan kisahnya. "Dengan tandukmu
yang tajam itu, kamu pasti dapat menghadang sekumpulan anjing pemburu, bahkan menakuti para pemburunya
sekalian," katanya. "Ya, tentu saja aku dapat melakukannya dengan mudah!" jawab Pak Kerbau. "Sayangnya, aku
telah berjanji pada kawanku, aku akan mengunjungi keluarganya besok." "Aku mengerti," jawab Pak Kancil cepat.
"Sudahlah, jangan dipikirkan." "Aku lihat kawanmu si Kambing gunung beberapa hari yang lalu," saran Pak
Kerbau. "Dia mungkin dengan senang mau menolongmu."

Akhirnya pak Kancil berusaha mencari pak Kambing. Butuh waktu yang lama untuk menemukan Pak Kambing, tapi
akhirnya Pak Kelinci berhasil menemukannya lalu mengulang lagi kisahnya. "Kamu tentu tahu bagaimana
perasaanku terhadapmu," kata Pak Kambing. "Semua akan aku lakukan untuk orang baik sepertimu. Tetapi
sejujurnya, aku sedang merasa tidak enak badan sehingga tidak bisa berbuat apa-apa. Aku sendiri tidak tahu
kenapa." Dia berkata sambil mengelengkan kepalanya yang besar berbulu. "Mungkin karena sesuatu yang kumakan
tadi pagi."

Sampai sore hari menjelang senja, Pak Kancil sudah mengunjungi Pak Keledai, kawan lamanya Pak Lembu, dan
bahkan dia bertemu Pak Beruang yang dahulu nyawanya pernah diselamatkannya. Semuanya berkata ingin
menolongnya, tetapi tampaknya mereka sedang sangat sibuk lebih dari biasanya. Pak Kancil berjalan tertatih-tatih
ke rumahnya. Ketika malam tiba dia duduk di ruang tengah rumahnya, istri dan anak-anaknya yang berkumpul
disekelilingnya hanya diam memandang Pak Kancil. Hari itu Pak Kancil mendapat pelajaran berharga dan sekaligus
pengalaman pahit, dan ia ingin menyampaikan pada seluruh keluarganya. "Jika kalian ingin tahu teman macam apa
yang kalian punya," Pak Kancil berkata pada istri dan anak-anaknya. "Cobalah meminta pertolongan dari mereka.
Maka kalian akan tahu jawabannya."

Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Sahabat Pak Kancil adalah : Carilah kawan yang sejati, kawan yang bisa
dipercaya dan peduli apapun keadaan kita. Kadang ada kawan yang sangat dekat dengan kita ketika kita dalam
keadaan serba ada, namun ketika kita dalam keadaan susah mereka pelan-pelan meninggalkan kita. Teman sejati
akan selalu ada dan siap membantu kesusahan sahabatnya, dalam suka maupun duka.
Dongeng Sarang Laba-Laba Emas
Disebuah hutan, tinggal beraneka macam hewan.
mereka hidup dengan damai. Pagi itu udara
berhembus segar meniup embun di dedaunan nan
subur menghijau. Matahari baru menampakan
sinarnya yang hangat. Sorot cahaya menembus
kerimbunan hutan kecil itu. Semua penghuni hutan
itu langsung terjaga. Mereka menyambut hari baru
itu dengan bersuka ria. Bunga-bunga mekar berseri.
Kupu-kupu menari-nari riang. Burung-burung
bernyanyi-nyanyi gembira. Cuma Laba-laba yang
nampak tidak bergairah. Sepertinya laba-laba
mungil itu sedang bersedih hati.
Baru beberapa hari ini Laba-laba tinggal di hutan
kecil itu. Tadinya ia tinggal di sebuah gubuk kosong
bekas pemburu yang letaknya tak jauh dari hutan
itu. Di sana ia tinggal dengan tenang. Kemudian
datanglah bencana itu. Gubuk itu dirobohkan petani
untuk dijadikan kayu bakar, dan dia tidak bisa lagi
bersarang di gubuk itu.
Setelah gubuk itu rata dengan tanah dan dibawa pergi, Ia kemudian terlunta-lunta. Suatu ketika Laba-laba juga
hendak ditangkap oleh seekor burung, ia lari menyelamatkan diri. Ia lalu bersembunyi di hutan kecil itu. Ketika
Kaba-laba menyesali nasibnya, Peri Bintang lewat di dekatnya. Agaknya Peri penguasa hutan kecil itu melihat
kesedihan Si Laba-laba. "Apa yang bisa kuperbuat untuk membuatmu gembira, Laba-laba?" ujar Peri itu lembut.
"Aku ingin anak-anak itu mengagumiku, Peri!" jawab Laba-laba.
Peri Bintang terdiam lama sekali. Sepertinya ia sedang berpikir. Beberapa saat terdengar ia berkata, "Baiklah! Aku
akan menolongmu, Laba-laba! Tetapi, jangan salah gunakan pemberianku ini, ya!" Peri Bintang membuat ramuan.
Lalu, ia menyuruh Laba-laba meminum ramuan itu. Setelah itu Laba-laba bergegas pergi ke sebuah pohon dekat
rumah penduduk di pinggiran hutan. namun ia tidak berani masuk ke dalam rumah. Ia memilih tempat di sudut
kebun petani. Di situ ia mulai memintal sarangnya. "Hei! Itu Lihatlah! Ada laba-laba ajaib! Sarangnya terbuat dari
emas,"Tak lama terdengar suara anak-anak. Laba-laba terkejut sekali. "Oh, jadi inikah keajaiban yang diberikan Peri
Bintang kepadaku," pikir Laba-laba dalam hati. "Wah! Benar-benar emas murni! Ayo kita tangkap laba-laba ini. la
akan membuat kita kaya!" usul salah seorang anak. Anehnya! Laba-laba tak berusaha menghindar ketika anak-anak
itu menangkapnya. Ia bahkan merasa bangga sekali.
"Aku akan membuat kalian terus mengagumiku!"janji Laba-laba. Ia kemudian ditempatkan di dalam sebuah ruangan
yang mewah. "Ayo pintallah sarang emas buat kami, Laba-laba Manis! Ayo pintal lagi! Pintal lagi! Pintal lagi!"
sorak anak-anak kegirangan. Sementara itu Laba-laba terus memintal dan memintal. Sampai ruangan mewah itu
nyaris penuh dengan sarang emas. Celakanya! Anak-anak itu tak pernah merasa puas. Mereka menyuruh Laba-laba
terus mengeluarkan benang emas sampai badan Spini terasa sangat lemas. "Ahh...! Badanku lemas sekali. Sebentar
lagi pasti aku mati...." gumam Laba-laba lirih.
Laba-laba kemudian menyadari ketololannya. Ia sadar bahwa kesombonganya telah dimanfaatkan oleh manusia.
Akibatnya, ia sendiri yang sengsara. Laba-laba ingin sekali melarikan diri. Tetapi, rasanya tidak ada kesempatan
untuk melakukan keinginannya itu. Sebab, anak-anak itu menjaganya dengan ketat.
Untung, ada seorang Nenek yang baik hati. Nenek itu heran melihat anak-anak yang sedang bermain laba-laba.
Laba-laba itu sudah tampak lemas, Setelah tahu sebabnya Nenek itu memarahi mereka. "Astaga? Kalian telah
menyiksa binatang itu!" seru si Nenek. "Tetapi, Nek. Ia bisa membuat kita kaya," jawab mereka. "Kalian sungguh
kejam. Tahukah kalian bahwa ketamakan kalian itu bisa membuat binatang itu binasa. Ayo segera tinggalkan tempat
ini!" kata Nenek tegas.
Keempat anak itu pergi dengan wajah kecewa. Laba-laba merasa lega sekali. Ternyata, masih ada manusia yang
berhati emas seperti Nenek ini, pikirnya. "Kasihan kau, Laba-laba Manis!" ujar Nenek lembut. "Mari kubebaskan
kau!" Nenek itu melepaskan Laba-laba di pekarangan rumahnya. Tubuhnya yang lemah itu diletakkannya di atas
rerumputan yang lembut. Andai Nenek itu bisa mengerti, Laba-laba ingin berteriak, "Terima kasih, Nek!"
Dengan tertatih-tatih Laba-laba segera menemui Peri Bintang. "Apakah anak-anak itu sangat mengagumimu, Laba-
laba?"tanya Peri Bintang. "Anak-anak itu memang sangat mengagumiku. Tetapi, kekaguman mereka itu justeru
membuatku sengsara, Peri. Karena ulah mereka aku nyaris mati kehabisan tenaga," jawab Laba-laba menyesal.
Laba-laba menceritakan pengalamannya dengan berlinang air mata. "Aku menyesal telah bersikap sombong. Aku ini
memang sangat tolol," ujar Laba-laba setengah terisak. Peri Bintang tercenung. Ia juga merasa bersalah. Karena
keajaiban yang diberikannya nyaris membuat Laba-laba celaka. "Sekarang apa yang ingin kuperbuat untukmu,
Laba-laba?" tanya Peri. "Aku ingin dikembalikan ke wujud asalku, Peri. Aku ingin jadi seekor laba-laba biasa.
Setelah itu aku ingin tinggal di hutan ini," ucap Laba-laba lirih. "Baik. Permintaanmu itu akan segera kukabulkan!"
tukas Peri Bintang mantap.
Peri yang baik hati itu kemudian membuat ramuan lagi. "Nah! Minumlah ini," tuturnya lembut sambil menyodorkan
ramuan. Laba-laba segera meminum ramuan itu. Ternyata ramuan itu sangat mujarab. Tak lama Laba-laba telah
kembali berubah jadi seekor laba-laba biasa. Sarang yang dipintalnya bukan sarang emas melainkan sarang biasa.
Betapa girangnya si Laba-laba! "Terima kasih, Peri. Aku berjanji tidak akan mengotori hutan ini dengan membuat
sarang di sembarang tempat," ucap Laba-laba tulus.

Sejak saat itulah, Laba-laba menjadi penghuni hutan kecil itu. Setiap matahari terbit merekah di ufuk timur ia selalu
menyambut hari baru itu dengan wajah cerah dan ceria.
Kasuari dan Dara Mahkota

Cerita Dongeng Indonesia - Zaman dahulu kala burung


kasuari tidak seperti yang kita kenal saat ini. Dia
memiliki sayap yang lebar dan kuat sehingga ia bisa
mencari makan di atas pohon yang tinggi tapi juga bisa
dengan mudah mencari makan di atas tanah.
Kelebihannya ini membuat Kasuari menjadi burung yang
sombong. Dia sering berbuat curang saat berebut
makanan dan tidak peduli jika teman-temannya yang lain
kelaparan gara-gara dia. Sayapnya yang lebar biasa dia
gunakan untuk menyembunyikan buah-buahan ranum di
atas pohon, sehingga burung-burung lainnya tidak bisa
melihatnya. Atau dengan sengaja dia menjatuhkan buah-
buahan ranum itu ke tanah sehingga Cuma ia sendiri yang
bisa menikmatinya. “Biar saja!” pikirnya, “Salah sendiri
kenapa mereka punya sayap yang pendek dan badan yang
kecil. Siapa cepat dia yang dapat.”

Tentu saja kesombongannya tidak disukai burung-burung


lainnya. Mereka menganggap Kasuari sudah keterlaluan
dan keangkuhannya harus segera dihentikan. Akhirnya para burung berkumpul untuk membahas masalah ini.
Setelah berbagai cara diajukan akhirnya mereka sepakat untuk mengadakan perlombaan terbang. Namun ternyata
sulit menemukan lawan yang sebanding dengan Kasuari. Tiba-tiba burung Dara Mahkota mengajukan diri untuk
bertanding terbang dengan Kasuari. Meskipun banyak yang meragukan kemampuannya karena Dara Mahkota
hanyalah burung kecil, tapi Dara Mahkota meyakinkan mereka bahwa dia mampu.

Mereka lalu mengirimkan tantangan tersebut kepada Kasuari. Kasuari yang sangat yakin dengan kemampuannya
langsung menyanggupi tantangan tersebut tanpa repot-repot bertanya siapa lawannya. “Pertandingannya akan
diadakan minggu depan dan akan disaksikan semua warga burung!” kata burung pipit. “Yang bisa terbang paling
jauh dan lama yang menang.”

“Ya ampun…kalo begitu pasti aku yang menang. Di hutan ini tidak ada yang memiliki sayap selebar dan sekuat
punyaku. Jadi pasti aku yang menang,” kata Kasuari pongah. “Tapi baiklah aku terima tantangannya, lumayan buat
olahrga!”

Burung pipit sebal mendengar jawaban Kasuari, tapi dia tahan emosinya. “Tapi ada ketentuannya. Sebelum
bertanding, peserta boleh saling mematahkan sayap lawannya,” kata pipit. Kasuari pun menyetujuinya tanpa ragu-
ragu.

Seminggu kemudian, warga burung berkumpul untuk meyaksikan pertandingan terbang tersebut. Meski tidak terlalu
yakin, mereka semua berharap Dara Mahkota akan memenangkan pertandingan tersebut. Diam-diam Dara Mahkota
menyisipkan sebilah ranting di balik sayapnya. Kasuari yang baru mengetahui lawannya tertawa terbahak-bahak,
“ini lawanku?” katanya sambil tertawa, “mimpi kali kamu ye…? Hei…burung kecil, sayapmu pendek mana bisa
menang melawanku!”. Burng-burung kecil lainnya sebal menyaksikan tingkah Kasuari sementara Dara Mahkota
hanya tersenyum menanggapinya.

Kini mereka siap bertanding. Kasuari maju untuk mematahkan sayap Dara Mahkota. KREK! Terdengar bunyi sayap
patah. Dara Mahkota pura-pura menjerit kesakitan. Padahal sebenarnya bunyi tadi berasal dari ranting kering di
bawah sayap Dara Mahkota yang patah. Kini giliran Dara Mahkota yang akan mematahkan sayap Kasuari. Dengan
sekuat tenaga dia menekuk sayap Kasuari hingga terdengar bunyi KREKK yang keras. Kasuari menjerit kesakitan.
Sayap Kasuari yang patah tergantung lemas. Tapi Kasuari yang sombong tetap yakin dirinya akan menang.

Sekarang mereka sudah siap untuk bertanding. Ketika aba-aba dibunyikan, Dara Mahkota dengan ringan melesat ke
udara. Sayapnya mengepak dengan mudah membawa tubuhnya yang mungil terbang ke angkasa. Kasuari terkejut
dan heran karena tadi dia mengira sayap Dara Mahkota telah patah. Dengan panik dia mencoba mengepakan
sayapnya dan mencoba mengangkat tubuhnya ke atas. Tapi bukannya terbang tinggi, tubuhnya malah meluncur ke
bawah dan jatuh berdebum di tanah. Semua burung bersorak senang sementara Kasuari terkulai lemas. Dengan
perasaan malu dia meninggalkan tempat itu. Sejak saat itu Kasuari tidak pernah bisa terbang. Sayapnya yang dulu
lebar dan kuat kini memendek karena sudah patah. Kini meski dia disebut burung namun dia hanya bisa berjalan dan
mencari makan di tanah seperti binatang lain yang tidak memiliki sayap
Rusa Yang Sakit dan Temannya

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang


memuat artikel tentang Cerita Dongeng Rusa Yang Sakit
dan Temannya, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat
dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara,
Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul,
Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak
Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia
Dini, PAUD, dan Balita.

Zaman dahulu kala, jauh di dalam hutan tropis hidup


seekor Rusa Betina, ia kini sedang sakit dan hampir mati
kelaparan karena tidak bisa berjalan untuk mencari
makan. Ia terluka akibat tergelincir dari atas tebing.
Waktu itu dia sedang berjalan mencari sumber air untuk
minum, namun tanpa sengaja dia terpeleset dan akhirnya
jatuh kedalam jurang terjal. Dengan tertatih dia berjalan
pulang ke rumahnya, dia tinggal di lembah yang
ditumbuhi rerumputan subur nan hijau.

Hampir seminggu dia diam terbaring sendirian di dalam rumahnya, hingga kabar sakitnya si
Rusa Betina terdengar oleh sesama Rusa. Yang pertama datang menengok adalah Rusa Jantan
dari daerah utara tempat tinggal Rusa Betina. Karena kasihan, dia sering datang menengoknya.
Rusa Jantan itu bahkan memberitahukan kepada penghuni hutan yang lain tentang Rusa Betina
yang terbaring di rumahnya, sakit dan kesepian. Rusa jantan ini juga menceritakan kalau di
rumah Rusa Betina banyak sekali makanan Rumput yang hijau dan muda. Akhirnya semakin
lama semakin banyak teman datang menjenguk.

Tentu saja hal ini sangat menyenangkan untuk Rusa Betina, dia suka ditemani. Dia menganggap
bahwa teman-temannya sangat sayang dan perhatian padanya. Tetapi, ternyata yang datang
menjenguknya hanya teman-teman yang tidak tulus, mereka hanya datang untuk memakan
rumput-rumput hujau di rumahnya. Rumput yang muda dan hijau subur itu pun segera habis,
karena dimakan oleh kawanan Rusa dan hewan-hewan lain. Mereka adalah kerbau, sapi, kelinci-
kelinci dan kambing kelaparan yang memakannya sampai ke akar-akarnya. Dan ketika
rerumputan itu telah habis, mereka pun tak pernah lagi datang menjenguk si Rusa Betina.

Rusa Betina sangat sedih, disaat dia tidak bisa kemana-mana lagi, makanan di rumahnya sudah
ludes oleh hewan lain. Ketika rusa itu terbaring lemas, seorang petani kebetulan lewat dan
mendengar rintihan si Rusa. Dia menyibakkan semak semak dan menemukannya. "Apa
kesulitanmu, Rusa?" Petani itu bertanya. "Aku kelaparan!" jawab si Rusa Betina. "Kawan
kawanku yang datang menjenguk telah memakan semua makanan di rumahku." "Saya akan
memperingatkan mereka semua!" seru Petani. "Kamu harus memperhatikan mana kawanmu
yang hanya sayang pada perut mereka, dan mana yang benar-benar sayang kepadamu!."
Kemudian dia pergi mengumpulkan banyak rumput di hutan dan membawanya kembali ke
tempat si Rusa Betina. "Rusa.... Ini makanlah, semoga cepat sembuh." Kata petani sambil
menaruh tumpukan rumput hijau dan muda. Dengan lahap Rusa betina menghabiskan rumput itu,
hari demi hari pak petani selalu datang memberinya makan dan merawat luka Rusa Betina
sampai lukanya berangsur membaik. Rusa betina sangat berterimakasih pada pertolongan pak
Tani.

Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Rusa Yang Sakit dan Temannya adalah : Berhati-hatilah
memilih teman, ada golongan orang yang hanya menjadikan kita teman disaat kita memiliki
sesuatu yang menguntungkan mereka, namun ketika kita sudah tidak memiliki apa-apa, mereka
akan menjauhi kita. Mereka hanya peduli dengan dirinya sendiri. Carilah teman yang baik yang
tetap menjadi teman di saat senang dan susah.
Kera Jadi Raja

Pada zaman dahulu, dikisahkan Sang


Raja hutan “Singa” ditembak
pemburu, penghuni hutan rimba jadi
gelisah. Mereka tidak mempunyai
Raja lagi. Tak berapa seluruh
penghuni hutan rimba berkumpul
untuk memilih Raja yang baru.
Pertama yang dicalonkan adalah
Macan Tutul, tetapi macan tutul
menolak. “Jangan, melihat manusia
saja aku sudah lari tunggang
langgang,” ujarnya. “Kalau gitu
Badak saja, kau kan amat kuat,” kata
binatang lain. “Tidak-tidak,
penglihatanku kurang baik, aku telah
menabrak pohon berkali-kali.”
“Oh…mungkin Gajah saja yang jadi
Raja, badan kau kan besar..”, ujar
binatang-binatang lain. “Aku tidak bisa berkelahi dan gerakanku amat lambat,” sahut gajah.

Binatang-binatang menjadi bingung, mereka belum menemukan raja pengganti. Ketika hendak
bubar, tiba-tiba kera berteriak, “Manusia saja yang menjadi raja, ia kan yang sudah membunuh
Singa”. “Tidak mungkin,” jawab tupai. “Coba kalian semua perhatikan aku…, aku mirip dengan
manusia bukan ?, maka akulah yang cocok menjadi raja,” ujar kera. Setelah melalui
perundingan, penghuni hutan sepakat Kera menjadi raja yang baru. Setelah diangkat menjadi
raja, tingkah laku Kera sama sekali tidak seperti Raja. Kerjanya hanya bermalas-malasan sambil
menyantap makanan yang lezat-lezat.

Penghuni binatang menjadi kesal, terutama srigala. Srigala berpikir, “bagaimana si kera bisa
menyamakan dirinya dengan manusia ya?, badannya saja yang sama, tetapi otaknya tidak”.
Srigala mendapat ide. Suatu hari, ia menghadap kera. “Tuanku, saya menemukan makanan yang
amat lezar, saya yakin tuanku pasti suka. Saya akan antarkan tuan ke tempat itu,” ujar srigala.
Tanpa pikir panjang, kera, si Raja yang baru pergi bersama srigala. Di tengah hutan, teronggok
buah-buahan kesukaan kera. Kera yang tamak langsung menyergap buah-buahan itu. Ternyata, si
kera langsung terjeblos ke dalam tanah. Makanan yang disergapnya ternyata jebakan yang dibuat
manusia. “Tolong…tolong,” teriak kera, sambil berjuang keras agar bisa keluar dari perangkap.

“Hahahaha! Tak pernah kubayangkan, seorang raja bisa berlaku bodoh, terjebak dalam
perangkap yang dipasang manusia, Raja seperti kera mana bisa melindungi rakyatnya,” ujar
srigala dan binatang lainnya. Tak berapa lama setelah binatang-binatang meninggalkan kera,
seorang pemburu datang ke tempat itu. Melihat ada kera di dalamnya, ia langsung membawa
tangkapannya ke rumah.

Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Kera Jadi Raja adalah : Hendaknya kita memperlakukan
teman kita dengan baik, janganlah sombong dan bermalas-malasan. Jika kita sombong dan
memperlakukan teman-teman dengan semena-mena, kita pasti akan ditinggalkan oleh mereka.
Dongeng Fabel Burung Hantu dan Belalang

Jaman dahulu, di sebuah hutan hidup Seekor burung hantu tua. Suatu ketika ia keluar dari
sarangnya karena merasa terganggu mendengar seekor belalang bernyanyi dengan sangat berisik.

"Kau tak punya sopan santun ya? Setidaknya hormatilah aku, karena usiaku. Biarkan aku tidur
tenang," kata burung hantu tua kepada belalang, "Diamlah atau pergilah segera!"

Baca Cerita Dongeng Ini Selengkapnya :


Belalang mengacuhkan ucapan burung hantu tua. Soalnya, belalang merasa berhak untuk tetap di
tempat sambil terus bernyanyi. Yang ada malah belalang bernyanyi lebih keras. Memekakkan
telinga.

Burung hantu tua tahu tak berguna berdebat dengan belalang. Tubuh rentanya membuatnya sulit
bergerak cepat. Karena itu, dia berkata baik-baik kepada belalang, "Baiklah, ketimbang berdebat
lebih baik aku mengalah. Mari kunikmati nyanyianmu di sini, sekarang juga. Oiya, aku memiliki
banyak makanan dan minuman di sarangku. Bila kamu sudah selesai bernyanyi kemarilah.
Nikmati makanan dan minuman ini bersamaku."

Belalang itu mengikuti ucapan burung hantu tua. Sewaktu berada dalam jarak yang cukup,
burung hantu tua segera menerkam belalang. Mati dimakanlah belalang bodoh.
Dongeng Fabel Kuda, Kancil dan Gajah

Di sebuah hutan, huduplah seekor Kuda dan Kancil. tentu


bukan hanya mereka saja penghuni di hutan tersebut. Ada
Musang, serigala, Kerbau, Gajah, Keledai, Kura-kura dan
hewan lainnya. Mereka saling berbagi dan hidup rukun di
dalam hutan yang sejuk nan indah dengan pepohonan hijau
rindang. Walau pun mereka hidup dengan rukun, namun ada
saja hewan yang punya tabiat buruk yaitu si Kuda. Sifatnya
yang suka usil dan agak sombong membuatnya beda dengan
hewan-hewan yang lain di hutan tersebut. Menurut rencana
ketua hewan di hutan itu, Beberapa hari lagi akan diadakan
perlombaan lari tingkat hewan pemakan rumput untuk
memperebutkan sebuah hadiah berupa sepetak padang rumput
yang hijau dan muda-muda daunnya. Siapapun yang menang,
hewan lain tidak boleh memakan rumput di padang rumput
tersebut tanpa seijin pemiliknya/pemenang lomba.
Suatu hari, ketika si Kancil sedang berjalan-jalan
menyusuri jalanan setapak di hutan itu, tiba tiba ada si Kuda yang berlari sangat kencang mendahuluinya. “Hai
Kancil jelek! ayo kejar aku kalau bisa.... kamu tidak bisa berlari.. hehehehehe!” Ejek si Kuda sambil terus berlari. Si
Kancil yang kaget menghentikan langkahnya. “Dasar kuda jangan sombong, aku bisa berlari cepat kok, Besok kita
buktikan di perlombaan”. Gumam Kancil. sementara si Kuda sudah tidak tampak, menghilang di sebuah kelokan.
Esok paginya, acara perlombaan pun akan segera dimulai. Tampak si Kerbau dan Si sapi sudah siap-siap dengan
kostum lari kebanggaan mereka. Sementara Si Kuda asyik merumput tak jauh dari tempat panitia lomba. Dia pun
sudah mengenakan kostumnya. Tak jauh dari si Kuda tampak si Kambing, Si Keledai, dan Si Kancil sedang
melakukan pemanasan dengan bolak-balik berlari-lari kecil. Sementara si Jerapah sedang melakukan pendaftaran di
panitia lomba. Selesai merumput, si Kuda mendekati si Kancil yang masih melakukan pemanasan. "Buat apa kamu
melakukan itu semua cil, buang-buang tenaga saja!!!." Kata si Kuda meremehkan. "Ini namanya pemanasan agar
otot-otot kita tidak tegang tau???" Jawab si Kancil. “Ah bohong, paling-paling kamu lagi bergaya biar dilihat sama
yang lain. Aku tidak pernah pemanasan tidak pernah ototnya tegang tuh!!!” Kata Kuda lagi. "Lihat itu si Kambing
dan si keledai juga tau pentingnya pemanasan, mereka melakukannya". Kata kancil sambil menunjuk ke arah
Kambing dan Keledai, kemudian dia berlalu meninggalkan si Kuda yang memperhatikan Si Kambing dan keledai
berlari bolak-balik tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Tepat pada pukul sepuluh pagi pertandingan pun segera akan dimulai. "Priiiiiiiiiiittttttttt !!!!!!" terdengar suara pluit
panjang dari panitia pertandingan menandakan agar para peserta lomba untuk segera berkumpul. Setelah mereka
berkumpul dan mendengarkan beberapa instruksi dari panitia, merekapun segera menuju lintasan lari. Aba-aba pun
di bunyikan, Si Kuda langsung berlari meninggalkan si kancil dan peserta lainnya. Teman-teman si kancil berteriak
memberi semangat pada kancil, sehingga ia terus berusaha berlari mengejar kuda yang sudah jauh di depan. Di
belakang si kancil tampak si Kambing, Keledai dan jerapah. Sementara peserta yang lain masih jauh tertinggal di
belakang. Di urutan paling depan si Kuda yang merasa sudah jauh meninggalkan peserta lain seskali menengok ke
belakang dan sesekali sengaja bergaya dengan berjalan mundur. Tampak olehnya si kancil sudah mulai menyusul.
Dengan cepat si kuda berlari dan menambah kecepatannya. Namun tiba-tiba dia meringkik keras sambil jatuh
terduduk memegangi kakinya yang terasa kaku dan sakit. Rupanya si Kuda kejang otot gara-gara malas melakukan
pemanasan. Akhirnya si kancil bisa mendahului si kuda yang sedang meringis kesakitan di lintasan. Disusul
kemudian oleh si Kambing, si Keledaia dan peserta yang lain. Akhirnya si kancil itupun memenangkan lomba lari
sebagai juara pertama dan disusul Kambing dan Keledai.
sementara Si kuda langsung di hampiri oleh para medis yang terdiri dari si gajah dan si badak. Si gajah yang sudah
hafal benar dengan tabiat buruk si kuda yang suka mengejek binatang lain sengaja menakut-nakuti si Kuda. "Wah
gawat nih, otot kaki kamu kayaknya tidak bisa pulih, lihatlah !!! ini kaku sekali seperti batang kayu" Mendengar itu
si Kuda sangat ketakutan dan cemas kalau dia tidak akan bisa berlari lagi. "Jangan begitu dong pak Gajah, tolong
sembuhkan sakit di kakiku ini. Apapun permintaanmu akan saya penuhi" Janji si Kuda. "Benarkah??? kamu akan
memenuhi permintaan saya kalau kakimu sembuh nanti?" Tanya gajah. "Iya saya janji, sembuhkan dulu kakiku ini"
Jawab si Kuda. Mendengar jawaban si Kuda, gajah lalu memoleskan ramuan ke kaki si Kuda. dengan di urut
sebentar, kaki kuda pun mulai bisa digerakan dan berkurang rasa sakitnya. Sebenarnya walau kuda tidak berjanji
apa-apa pun, si gajah juga akan menyembuhkan kakinya karena tugasnya sebagai para medis pertandingan. Namun
sekalian menyelam minum air ibarat pepatah, maka kesempatan itu ia gunakan untuk menyadarkan si Kuda atas
tabiat buruknya. "Sekarang kakimu sudah baikan, sekarang aku ingin meminta sesuatu dari kamu, Kuda". Kata gajah
menagih janji. "katakanlah apa yang pak gajah inginkan dari saya, pasti saya kabulkan." kata Kuda. "Saya hanya
minta kamu untuk belajar merubah sifat kamu yang kurang baik, jangan suka meremehkan binatang lain dan
janganlah sombong pada sesama hewan, itu saja permintaanku padamu". Kuda terdiam dan merenungi kata-kata si
Gajah, "Rupanya selama ini aku telah banyak berbuat kesalahn, telah berlaku sombong dan jahat pada teman-teman
saya. Dan hari ini masih ada yang peduli dan mau mengingatkan aku atas kesalahan yang selama ini aku lakukan"
Kata kuda dalam hati. Akhirnya ia pun menyadari kesalahannya. dia bersumpah tidak akan melakukan kesalah yang
sama. Kuda yang sombong itu pun segera meminta maaf pada si kancil dan semua teman-temannya yang pernah dia
jahati. Kini si Kuda sudah banyak mempunyai teman, tidak seperti dulu yang selalu dijauhi karena sifat buruknya.
Akhirnya semua hewan di hutan itu pun hidup dengan rukun dan damai.

Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Kuda, Kancil dan Gajah adalah : Hendaknya kita jauhi sifat sombong dan
merasa paling bisa. Dan jangan suka jahil terhadap teman. Orang yang sombong, jahil dan nakal akan dijauhi teman.
Perbuatan sombong adalah perbuatan yang dibenci Tuhan.
Angsa Ajaib dan Telur Emas

Suatu hari, terjadi kehebohan di sebuah pasar kampung.


Orang orang berkerumun di depan sebuah toko penjual telur.
Yang berada di luar ingin maju masuk ke dalam, sedangkan
yang di dalam ingin lebih dekat lagi ke depan meja. Mereka
datang dari seluruh penjuru negeri karena mendengar ada
seekor angsa yang bisa bertelur emas, mereka ingin
melihatnya dengan mata kepala sendiri. Dan akhirnya, di
depan mereka semua, hal ajaib itu terjadi persis seperti yang
mereka dengar. Di atas meja, berkilauan sebuah telur angsa
emas!

Mereka berebutan ingin membeli telur itu. Namun si


Pedagang hanya bisa menjual satu butir telur emas sehari.
Yang lain terpaksa menunggu karena si Angsa hanya bisa
bertelur satu butir sehari. Si Pedagang benar-benar tidak puas
dengan hal itu, dia ingin segera punya banyak uang. Lalu
terlintas ide di pikirannya. Pedagang yang rakus itu akan memotong si Angsa ajaib. Dia
berfikiran kakau angsa tersebut di bunug dan perutnya dibelah pasti di dalamnya terdapat banyak
telur emas. Ia akan mengambil semua telur yang ada di dalam tubuhnya sekaligus. Dia sudah
tidak sabar ingin segera cepat kaya.

Para pembeli bersorak gembira ketika si Pedagang mengumumkan ide hebatnya itu pada mereka.
Kemudian dengan hati-hati ia mengeluarkan sebuah pisau tajam dan membelah dada angsa ajaib
itu. Orang-orang menahan nafasnya. Darah si Angsa menetes merah membasahi bulu bulunya
yang putih bersih. "Dia membunuh angsa peliharaanya" orang-orang riuh bersorak sorai.

Lalu tiba-tiba datang seorang kakek tua dan berkata dengan bijak,"Ya, dan dia telah melakukan
kesalahan yang amat besar! Kamu semua akan lihat, angsa itu sekarang hanya seekor burung
biasa. Tentu saja karena ia sudah mati. Kamu terlalu serakah ! sehingga tidak bisa berfikir
dengan jernih !"

Apa yang di katakan okeh kakek itu memang benar. Di sana terbaring seekor angsa yang cantik,
dadanya terbelah lebar, tapi tak ada sebutir telur pun ada di dalam tubuhnya. Sekarang angsa itu
hanya berguna untuk jadi angsa panggang. "Dia sudah membunuh angsa yang memberinya telur
emas!" seorang petani tua berkata sedih. Orang-orang pun meninggalkan toko dan berjalan
pulang dengan gontai dan kecewa. sementara si pemilik angsa hanya bisa diam menyesali
keserakahan dan perbuatan bodohnya.

Pesan Moral Dongeng Angsa Ajaib dan Telur Emas adalah : Sebagai manusia kita tidak boleh
rakus, tamak, dan serakah. Karena keserakahan sering kali membuat kita berbuat bodoh tanpa
berfikir jangka panjang. Keserakahan, tamak dan loba adalah perbuatan yang sangat tercela.
Katak Kecil dan Ular Kecil

Pada zaman dulu, di suatu pagi yang cerah, ada seekor katak kecil melompat-lompat di dekat
semak-semak di tepi hutan, ketika dia melihat ada seekor makhluk panjang menjalar di dekatnya.
Bentuknya panjang, kulitnya licin dan berwarna belang-belang. “Hai, apa kabar,” katak kecil
menyapa, “Apa yang sedang kamu kerjakan di situ.” “Oh.. aku hanya menghangatkan tubuhku di
bawah sinar matahari,” jawab makhluk itu. “Nama saya Ular Kecil, kamu siapa,” tanya makhluk
yang ternyata adalah ular kecil. “Nama saya KatakKecil, Maukah kamu bermain dengan saya?”

Akhirnya Katak Kecil dan Ular Kecil bermain bersama di dekat semak-semak itu. “Lihat apa
yang bisa ku lakukan,” kata Katak Kecil, “Aku bisa mngejarimu kalau kamu mau.” Kemudian
dia mengajarkan kepada Ular Kecil bagaimana cara melompat. “Aku juga bisa mengajarimu
menjalar pakai perut,” kata Ular Kecil. Mereka saling mengajari bagaimana mereka berjalan,
sampai akhirnya perut mereka lapar dan mereka memutuskan untuk pulang.

“Besok ketemu lagi ya?” kata Katak Kecil. “Iya, aku tunggu di sini,” jawab Ular Kecil.
Sesampainya di rumah, Katak Kecil mencoba mempraktekkan apa yang diajarkan oleh kawan
barunya, Ular Kecil. Induk Katak terkejut dan bertanya, “Hai, siapa yang mengajarkan cara
berjalan seperti itu?” “Ular Kecil yang mengajarimu, kita tadi bermain bersama di dekat semak-
semak sana itu,” jawab Katak Kecil.

“Apa? Tidakkah kau tahu anakku, bahwa keluarga ular itu jahat. Mereka mempunyai racun di
taringnya. jangan sampai Ibu melihat kamu bermain dengan mereka lagi, dan juga jangan pernah
berjalan seperti itu lagi. Itu nggak baik,” Ibu Katak agak marah.

Sementara itu di rumah Ular, Ular Kecil juga mencoba cara berjalan seperti yang diajarkan oleh
Katak Kecil. Ibu Ular terkejut dan bertanya, “Siapa yang mengajari kamu cara berjalan seperti
itu?” “Katak Kecil Bu, tadi kita main bersama di dekat semak-semak di sebelah sana itu.” “Apa?
Tidakkah kamu tahu bahwa keluarga Ular itu sudah sejak lama bermusuhan dengan keluarga
Katak? Lain kali kalau kamu ketemu dengan mereka, tangkap dan makan saja. Dan jangan
melompat-lompat seperti itu lagi. Ibu tak mau melihatnya.”

Keesokan harinya, Katak Kecil datang lagi ke tempat dimana dia bermain bersama Ular Kecil
kemarin, namun dia hanya diam dari kejauhan. Ular Kecil juga demikian, dia ingat pesan Ibunya,
“Begitu dekat dia, tangkap dan makan.” Tapi sebenarnya dia pingin bermain seperti kemarin
lagi. “Katak Kecil, kayaknya aku nggak bisa bermain seperti kemarin lagi,” dia berteriak kepada
Katak Kecil. “Aku juga nggak bisa kayaknya,” sahut Katak Kecil dari kejauhan. Akhirnya
mereka berbalik dan menghilang di balik semak.

Sejak itu mereka nggak pernah main bersama lagi. Tapi dalam ingatan mereka, bermain bersama
waktu itu sangatlah menyenangkan.
Dongeng Fabel Kancil dan Kecoak
Pada suatu hari Kancil bertemu dengan seekor kecoa
yang mengadu karena dirinya selalu diburu petani di
rumahnya karena dianggap mengganggu. Sambil
menangis terisak-isak Si Kecoa menceritakan dirinya
diutus teman-temannya berjalan jauh masuk ke dalam
hutan semata-mata untuk minta petunjuk Sang Kancil
yang tersohor sangat bijaksana dan cerdik. Setelah
menempuh perjalanan yang panjang, akhirnya kecoak
bertemu dengan kancil. Kecoak pun menceritakan
maksudnya dan cerita panjang lebar pada Kancil.
“Hiks...hiks....begitulah Sang Kancil, aku selama ini
diburu-buru oleh Pak Tani dan keluarganya tiap kali
ada di dapur dan di ruang makan mereka. Padahal
kami hanya mencari makan di sana, tidak berniat
mengganggu sama sekali” . Sang Kancil tersenyum
menenangkan hati Kecoa, lalu menjawab pertanyaan
Kecoa dengan kalimat singkat. “Masuklah ke
rumahku. Baca buku tentang biologi kecoa, lalu baca buku tentang rumah petani. Setelah itu datang lagi padaku”.

Begitulah akhirnya Si Kecoa selama satu minggu penuh menginap di rumah Kancil untuk membaca buku-buku
tentang kehidupan kecoa dan tentang rumah petani. Dia bekerja keras memahami dan mencatat point-point penting
dari buku yang dibacanya. Kebetulan dia pernah diajar Sang Kancil tentang cara membaca dan memahami buku
dengan cepat. Seminggu kemudian dia kembali menghadap Sang Kancil dengan muka muram.

“Wahai Sang Kancil yang bijaksana. Saya telah membaca buku-buku tentang kecoa dan tentang rumah petani di
rumahmu. Tapi aku tidak tahu apa gunanya bagiku?. Aku tidak paham bagaimana buku-buku itu bisa mengatasi
masalahku sebagai sekelompok kecoa yang dikejar-kejar petani”. Sang Kancil lalu menjawab dengan sabar atas
kegagalan Si Kecoa menemukan jalan keluar bagi masalah yang dihadapinya.

“Tahukah kamu apakah yang suka dimakan kecoa?” “Mirip dengan makanan manusia dan hewan peliharaan. Tapi
selama ini aku cukup puas dengan makanan sisa di kamar makan, di dapur dan tempat cuci piring” “Selain di dapur
ada di mana lagi makananmu tersedia di rumah petani?”. Kemudian Kecoa diam sejenak sambil membuka-buka
catatannya.

“Hmmmm....menurut buku tentang rumah petani,mereka memiliki tempat sampah untuk membuang sisa makanan.
Itu bisa jadi sumber makanan bagiku” “Lalu mengapa Petani mengejar-ngejar kamu?” “Menurut buku, kecoa
dianggap sebagai tempat menempelnya bakteri yang mungkin membahayakan manusia. Jadi Pak Tani takut bakteri
yang menempel di permukaan tubuhku akan berpindah kemana-mana dan membuat keluarganya sakit” “Nah itu
jawabannya. Pergilah pulang dan berpikirlah. Kamu pasti tahu jawaban atas masalahmu”.

Dengan penuh tanda tanya Kecoa terpaksa pulang kembali ke rumahnya. Dia malu untuk bertanya-tenya lagi, secara
dia sudah dianggap mampu mencari jawaban sendiri. Sambil berjalan pulang Si Kecoa berpikir keras, berusaha
menghubung-hubungkan pertanyaan Sang Kancil dengan resep agar tidak dikejar-kejar petani. Sampai akhirnya dia
menemukannya. Si Kecoa meloncat-loncat kegirangan atas penemuan jawaban itu. Rasanya tak sabar lagi untuk
menemui teman-temannya.

“Ahaay....! Aku tahu jawabannya!!. Teman-teman kita harus pindah dari dapur dan kamar makan ke tempat sampah
Pak Tani yang ada jauh di dalam kebun. Pak Tani membuat gubuk tanpa dinding untuk menimbun sampah dan
dibuat kompos. Tempat itu cukup hangat untuk kecoa yang suka sekali tempat hangat. Kita harus pindah ke situ!.
Paling tidak di situ berkuranglah frekuensi kita diburu oleh Pak Tani, karena mereka jarang berada lama di sana”
teriak Kecoa pada teman-temannya saat dia telah dekat dengan rumah.

Begitulah adik-adik, Rupanya dengan bijak Sang Kancil tidak langsung memberi jawaban atas masalah para kecoa
karena dia tidak ingin membuat kecoak sakit hati dengan mengatakan kalau Kecoak memang penuh bakteri dan
tidak seharusnya dekat dengan manusia. Kancil percaya, Si Kecoa cukup cerdas untuk mencari sendiri jawaban atas
masalah yang dihadapinya.
Dongeng Gajah dan Orang Buta

Dahulu kala, di sebuah negeri ada seorang raja yang


mengalami kerepotan dengan para menterinya. Mereka
terlalu banyak berbantah sehingga nyaris tak satupun
keputusan dapat diambil. Para menteri itu mengikuti
tradisi kuno, masing-masing menyatakan bahwa
dirinyalah yang paling benar dan yang lainnya salah.
Meskipun demikian, ketika sang raja yang penuh
kuasa menggelar sebuah pesta di negeri tersebut,
mereka semua bisa sepakat untuk cuti bersama.
Intinya, jika hal tersebut menguntungkan mereka,
maka mereka baru sependapat.

Pesta rakyat yang luar bisa itu digelar di alun-alun


istana. Ada banyak atraksi yang ditampilkan, ada
nyanyian dan tarian tradisional, akrobat, musik dan
banyak lagi. Dan di puncak acara, di kerumunan
banyak orang dengan para menteri yang tentunya
menempati tempat duduk terbaik, tampak sang raja menuntun sendiri seekor gajah ke tengah arena pesta. Di
belakang gajah itu berjalanlah beriringan orang-orang buta.
Setekah sampai di tengah arena, Sang raja kemudian meraih tangan orang buta pertama, menuntunnya untuk meraba
belalai gajah itu dan memberitahunya bahwa itulah gajah. Raja lalu membantu orang buta kedua untuk meraba
gading sang gajah, orang buta ketiga meraba kupingnya, yang keempat meraba kepalanya, yang kelima meraba
badannya, yang keenam meraba kaki, dan yang ketujuh meraba ekornya, lalu menyatakan kepada masing-masing
orang buta bahwa itulah yang dinamakan gajah.
Lalu raja kembali kepada si buta pertama dan memintanya untuk menyebutkan dengan lantang seperti apakah gajah
itu.
"Menurut pertimbangan dan pendapat saya," kata si buta pertama, yang meraba belalai gajah, "saya nyatakan dengan
keyakinan penuh bahwa seekor ‘gajah’ adalah sejenis ular"
"Sungguh omong kosong," seru si buta kedua yang meraba gading gajah. "Seekor ‘gajah’ terlalu keras untuk
dianggap sebagai seeokr ular. Fakta sebenarnya, dan saya tak pernah salah, gajah itu seperti bajak petani."
"Jangan ngawur kamu!," cemooh si buta ketiga yang meraba kuping gajah. "Seekor ‘gajah’adalah seperti daun kipas
yang besar dan lebar."
"Kalian semua makin ngawur... hahahahaha...!" tawa si buta keempat yang meraba kepala gajah. "Seekor ‘gajah’
sudah pasti adalah sebuah gentong air yang besar."

"Makin aneh saja kalian ini!," cibir si buta kelima yang meraba badan gajah. "Seekor ‘gajah’adalah sebuah batu
karang besar."
"Dasar orang-orang aneh dan pembohong semua!" kata si buta terakhir yang meraba ekor gajah. "Aku akan
memberitahu kalian apa sebenarnya ‘gajah’ itu. Seekor gajah adalah semacam pecut. Aku tahu, aku dapat
merasakannya dengan sangat."
"Sumpah! Gajah itu seekor ular.". "Tidak bisa! Itu gentong air!". "Bukan! Gajah itu… " Dan para buta itu pun mulai
berbantah dengan sengitnya, semuanya bicara berbarengan, menyebabkan kata-kata melebur menjadi teriakan-
teriakan yang lantang dan panjang. Tatkala kata-kata penghinaan mulai mengudara, lantas datanglah jotosan. Para
buta itu tidak yakin betul siapa yang mereka jotos, tetapi tampaknya itu tidak terlalu penting dalam tawuran
semacam itu. Mereka sedang berjuang demi pronsip, demi integritas, demi kebenaran. Kebenaran masing-masing
pada kenyataannya.
Saat prajurit raja melerai perkelahian diantara orang-orang buta itu, kerumunan hadirin di alun-alun istana terpaku
diam dan wajah para menteri tampak malu. Setiap orang yang hadir menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh
raja melalui pelajaran itu.
Masing-masing dari kita hanya mengetahui sebagian saja dari kebenaran. Bila kita memegang teguh pengetahuan
kita yang terbatas itu sebagai kebenaran mutlak, kita tak ubahnya seperti salah satu dari orang buta yang meraba satu
bagian dari seekor gajah dan menyimpulkan bahwa pengalaman mereka itu sebagai sebuah kebenaran, dan yang
lainnya: salah.

Bayangkanlah jika ketujuh orang buta itu mampu menarik suatu kesimpulan bahwa ‘seekor gajah’ adalah sesuatu
yang seperti batu karang besar, yang ditopang oleh empat batang pohon. Di bagian belakang batu karang itu ada
seutas pecut pengusir lalat, dan di depannya ada gentong air besar. Di setiap sisi gentong air itu terdapat dua daun
kipas, dengan dua bajak yang mengapit seekor piton panjang! Mewreka tentu akan tahu gambaran seekor gajah yang
sebenarnya, bagi orang yang tak akan pernah melihatnya.
Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam
Dongeng Binatang : Kisah Semut Dan Gajah

Dahulu kala di sebuah rimba sangatlah rimba. Hiduplah berbagai


macam binatang, dari yang paling kecil seperti Semut serta binatang
yang terbesar seperti Gajah.
Gajah sangatlah angkuh, ia mengaku dianya paling kuat. Gajah
binatang yang di segani di rimba itu lantaran sukses menaklukkan
Harimau si raja rimba. Gajah dengan gampang menaklukkan Harimau,
dengan belalainya yang panjang, Harimau diangkat timggi-tinggi serta
di banting ke tanah. Lantaran bisa menaklukkan Harimau, Gajah
mengakui juga sebagai pengusa rimba rimba yang baru.
Gajah sangatlah sombong. Karena badannya yang sangatlah besar, ia
memikirkan bisa menaklukkan seluruhnya binatang. Ia meremehkan
hewan-hewan yang ada di rimba. Lantaran kesombongan itu, ia tak di
sukai oleh hewan-hewan yang lain.Disuatu hari, Gajah mengadakan
satu sayembara, siapa saja yang bisa menaklukkannya, ia memiliki hak
menggantikannya juga sebagai Raja rimba.
Sayembara itu di sambut sangatlah ketertarikan dari beragam binatang. Terlebih binatang buas yang sukai
memangsa binatang kecil yg tidak berdaya.
Sayembara yang dinanti telah tiba. Seluruhnya bintang berkumpul. Termasuk juga binatang yang besar
seperti. Harimau, Badak, Landak, serta Beruang. Tetapi, ketika mereka lihat Gajah, mereka terasa takut
untuk melawannya. Seluruhnya binatang tak ada yang berani bertemu dengan binatang raksasa itu.
Lihat tak ada seekor juga yang bisa menaklukkannya. Kesombongannya juga sangatlah bertambah. Gajah
juga menakut-nakuti hewan lainya dengan menjulurkan belalainya yang panjang di depan seluruhnya
hewan. Ia terasa paling kuat serta di takuti seluruhnya hewan.
Saat Gajah memberikan kesombongannya. Mendadak turunlah seekor Semut dari batang pohon.
‘’ Saya mau ikuti sayembara ini! Bolehkan saya turut? ’’ Bertanya Semut dengan ramah.
‘’ Hei kau hewan kecil! Kau bukanlah lawanku. Kau aka melawanku yang sebesar ini? Badanmu saja tak
ada sebesar ujung ekorku.! ’’ Jawabnya sembari tertawa.
Mendengar perkataan Gajah, Semut juga terasa jengkel. Tetapi, ia terus rendah hati.
‘’ Baiklah Gajah, saat ini kau bisa smbong dihadapanku. Tetapi, kau belum pernah rasakan gigitanku
bukan? ’’ jawabnya.
Gajah juga mulai geram mendengar yang di ucapkap Semut. Ia segera masuk kedalam arena pertarungan.
‘’ Majulah hei kau Semut! ’’ kata sang Gajah.
Dengan gagah berani Semut maju ke arena. Pertempuran berlangsung sangatlah tak seimbang. Semut di
injak-injak Gajah dengan sangatlah gampang. Tetapi, Semut yang cerdik serta berani itu mencari peluang.
Tanpa ada Gajah sadari, Semut sukses naik ke atas punggung Gajah yang besar itu. Peluang itu tak di sia-
siakan oleh si kecil Semut. Semut hatu kekurangan Gajah terdapat pada telinga yang besar serta lebar itu.
Perlahan ia masuk ke lubang telinga Gajah. Semut mulai menggerogoti isi telinga Gajah. Gajah mulai
terasa kesakitan. Badannya yang sangatlah besar itu berguling-guling diatas tanah lantaran menahan
kesakitannya. Gajah berupaya keluarkan Semut itu dari telinganya. Tetapi, usahanya percuma.
‘’ Ampun Semut! Saya mengakui bersalah. ’’ Teriak Gajah. Heban besar itu mulai menyerah.
Mendengar teriakan Gajah, ia terasa sangatlah kasihan. Semut keluar dari lubang telinga.
‘’ Mangkannya hidup tak bisa sombong serta angkuh. Anda besar. Tetapi, ada lagi yang semakin besar.
Saat ini anda kuat. Tetapi, ada yang lebih kuat dari anda. Kemampuan tenaga tidak selamanya bisa
membantu. Tetapi, kecerdikan otak senantiasa diatas semuanya. ’’ Katanya.
Gajah cuma terdiam. Ia terasa sangatlah malu, hewan-hewan lain cuma melihat kekalahan Gajah serta
tertawa serta bersorak-sorak. Salah satu binatang yang ikut melihat pertarungan anggota komentar.
‘’ Mangkannya janganlah sukai menyepelekan hewan yang lain. Semut, memanglah binatang yang
sangatlah kecil. Tetapi, Semut yaitu pahlawan yang bisa menaklukkan kesombongan serta keangkuhan. ’’
Pesan moral dari Cerita Dongeng Binatang : Kisah Semut Dan Gajah adalah sehebat-hebatnya kita
pasti ada orang lain yang memiliki keahlian yang lebih tinggi. Kelebihan yang kita miliki jangan
membuat kita sombong dan lupa diri. Justru harus rendah hati dan bersyukur.
Persahabatan Singa dan Tikus

Disebuah hutan yang dipenuhi pepohonan hijau


nan rindang. Hiduplah keluarga tikus, mereka
sedang menikmati suasana siang itu dengan
banyak di rumah. Suasana yang agak sepi
dengan semilir angin yang membuat siap saja
akan mengantuk, Tak hanya keluarga tikus yang
hari itu sedang bermalas-malasan di rumah.
Hampir semua binatang berbaring tidur siang
dengan nyenyak kecuali seekor anak tikus yang
menggoyang-goyangkan kumisnya dan bermain-
main dengan bayangannya. Dia lari kian kemari
berputar-putar, dia sangat bergembira menikmati
siang yang hangat itu.

Karena terlalu senang bermain, dengan berputar-


putar mengejar ekornya sendiri sampai dia tak
sadar telah jauh meninggalkan rumahnya. Saking
asyiknya berlari-larian tanpa sengaja dia menubruk seekor singa besar yang sedang berbaring malas di
bawah pohon. Tikus itu tidak menyadari dia telah menabrak sang Raja Hutan, yang disangkanya hanya
sebatang dahan pohon. Baru dia tersadar ketika dia melewati hidung sang Singa dan merasakan panasnya
hembusan nafas yang keluar dari lubang hidungnya.

Si Raja Hutan bergeming, hidungnya terasa gatal. Dia membuka satu matanya dan melihat seekor tikus
abu abu di hadapannya, lalu ...Happp!! Dengan secepat kilat cakarnya menjepit ekor si tikus kecil. Si
tikus mencicit ketakutan,"Jangan! Jangan wahai Raja Hutanku! Kasihanilah aku!" Dia berusaha
melepaskan ekornya dari cengkeraman cakar sang Singa dengan putus asa. Tapi dia tidak bisa
melepaskannya dan setiap kali sang Singa mengaum keras seperti halilintar, tubuhnya bergetar ketakutan.
"Jangan! Jangan!" si Tikus bergidik "Jangan wahai Tuanku Raja! Kasihanilah aku. Lepaskanlah cakarmu
dan biarkan aku pergi."

Tapi sang Singa malah meneriakinya lebih keras lagi dengan aumannya. Si Tikus mengumpulkan seluruh
keberaniannya, lalu berkata membujuk, "Tentunya anda sang Raja Hutan tidak mau mengotori cakar
Yang Mulia dengan darah tikus yang tidak berguna ini. Mohon lepaskanlah hamba!" Dan sang Singa
malah menekan buntutnya lebih keras lagi dengan cakarnya. "Oh Rajaku! Jika engkau berkenan
melepaskanku, suatu hari nanti aku akan menolongmu!"

Sang Raja Hutan tertawa terbahak-bahak "Hahahahahah..... apa aku tak salah dengar???!!!" Kata sang
Singa kepada Tikus Muda. "dengan apa kamu akan menolongku??" tanya Singa karena merasa lucu
mendengar perkataan terakhir si Tikus Muda. Si Tikus Muda hanya diam saja sambil menggigil
ketakutan. Karena merasa kasihan, akhirnya Singa melepaskan cengkeramannya dan membiarkan si
Tikus Muda itu pergi melarikan diri.

Beberapa bulan kemudian, si Tikus yang sedang berjalan jalan di hutan mendengar suara auman keras
dari balik semak belukar. Dia mencari asal suara itu dan dia menemukan sahabatnya sang Singa
terperangkap di dalam jaring pemburu. Sekarang sang Raja Hutan yang berguling-guling berusaha
melepaskan diri dari perangkap, tetapi semakin keras dia berusaha, jeratnya semakin kencang. Si Tikus
segera menyadari apa yang terjadi dan dengan cepat dia menggigiti jaring, dan tak lama kemudian sang
Raja Hutan telah bebas.
"Kebaikan pasti akan dibalas kebaikan," demikian kata si Tikus sambil lari bermain lagi berkejaran
dengan bayangannya, meninggalkan Singa yang masih bengong menatapnya.

Sejak saat itu Singa bersahabat baik dengan Si Tikus Muda dan keluarganya. Kemanapun singa pergi
berburu, si Tikus muda selalu ikut menemaninya.

Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Singa dan Tikus adalah : Berbuatlah kebaikan sebanyak mungkin,
Niscaya perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan, balasan itu pasti datang dari Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai