LAPORAN PENDAHULUAN Skoliosis
LAPORAN PENDAHULUAN Skoliosis
LAPORAN PENDAHULUAN Skoliosis
Oleh :
FATIMAH
41161095000034
2016 M/ 1437 H
SKOLIOSIS
A. Definisi skoliosis
Skoliosis adalah suatu kelainan yang menyebabkan suatu lekukan yang abnormal
dari spine (tulang belakang) hal ini biasanya disebabkan oleh idiopatik skoliosis (70% -
80% dari kasus) tidak di ketahui penyebabnya. Spine mempunyai lekukan-lekukan yang
normal ketika dilihat dari samping, namun tampak lurus ketika dilihat dari depan.
Skoliosis dapat dibagi atas dua yaitu skoliosis struktural dan non struktural (postural).
Pada skoliosis postural, deformitas bersifat sekunder atau sebagai kompensasi terhadap
beberapa keadaan diluar tulang belakang, misalnya dengan kaki yang pendek, atau
kemiringan pelvis akibat kontraktur pinggul, bila pasien duduk atau dalam keadaan fleksi
maka kurva tersebut menghilang. Pada skoliosis struktural terapat deformitas yang tidak
dapat diperbaiki pada segmen tulang belakang yang terkena.
B. Kurva Skoliosis
Deskripsi kurva skoliosis yaitu :
1. Arah skoliosis ditentukan berdasarkan letak apexnya.
2. Kurva mayor/kurva primer adalah kurva yang paling besar, dan biasanya struktural.
Umumnya pada skoliosis idiopatik terletak antara T4 s/d T12
3. Kurva kompensatori adalah kurva yang lebih kecil, bisa kurva struktural maupunnon
struktural. Kurva ini membuat bahu penderita sama tingginya.
4. Kurva mayor double, disebut demikian jika sepadan besar dan keparahannya,
biasanya keduanya kurva struktural.
5. Apex kurva adalah vertebra yang letaknya paling jauh dari garis tengah spine.
D. Etiologi skoliosis
Skoliosis di bagi dalam 2 jenis yaitu struktural dan non struktural, skoliosis non
stuktural biasanya disebabkan oleh :
1. Seperti membawa tas yang berat pada sebelah bahu saja (menyebabkan sebelah
menjadi tinggi), postur badan yang tidak bagus (seperti selalu membongkok atau
badan tidak seimbang).
2. Posisi duduk yang tidah simetris atau miring ke salah satu tulang belakang
3. Kaki tidak sama panjang
4. Kesakitan, biasanya yang disebabkan cidera pada ekstermitas bawah menyebabkan
aantara tulang vertebra tidak simetris dan menekan jaringan saraf di daerah tersebut.
5. Olahraga yang tidak terorganisir
6. Skoliosis stuktural di sebabkan oleh pertumbuhan tulang yang tidak nornal. Ciri –ciri
fisiknya adalah sebagai berikut :
a. Bahu tidak sama tinggi.
b. Garis pinggang tidak sama tinggi.
c. Badan belakang menjadi bongkok sebelah.
d. Payudara besar sebelah ( pada wanita)
e. Pinggul tidak sama tinggi
f. Badan kiri dan kanan menjadi tidak simetri.
Penyebab seseorang dapat mengalami skoliosis tidak dapat diketahui secara pasti
(idiopatik). Penyebab skoliosis 70-90 % belum dapat diketahui (idiopatik) sebagian kecil
yang penyebabnya sudah diketahui dikelompokan pada: Kelainan tulang dan sendi,
kelainan pada otot (miopati). Kelainan pada syaraf (neuropati) infeksi, trauma dan lain-
lain (Anonim, 2009).
Selain itu ada beberapa perbedaan teori yang menunjukkan penyebabnya lain
selain idiopatik seperti faktor genetik, hormonal, abnormalitas pertumbuhan, gangguan
biomekanik dan neuromuskular tulang, otot dan jaringan fibrosa.
Klasifikasi penyebab skoliosis dan sisi postural (non struktural) karena kebiasaan
postur tubuh yang kurang baik, nyeri pada tulang belakang, ataupun karena tungkai
bawah yang tidak sama panjang. Skoliosis jenis ini bersifat dapat berubah kembali
seperti sedia kala (reversible) apabila penyebabnya diatasi dan sisi struktural,
penyebabnya karena kelainan bawaan dan lahir ataupun yang didapat pada masa
perkembangan tubuh. Kelainan tersebut dapat berasal dari kelainan tulang (osteopathic
skoliosis), kelainan pada sistem syaraf (neuropathic skoliosis), kelainan pada otot
(myopathic skoliosis), ataupun skoliosis yang tidak diketahui penyebabnya (skoliosis
idiopatik).
Skoliosis pada klasifikasi berdasarkan usia penderita terdiri atas tipe; Infantile
terjadi pada usia 0 hingga 3 tahun, Juvenile muncul di antara usia 4 hingga 9 tahun, dan
Adolescent kelainannya muncul di antara usia 10 tahun hingga akhir masa pertumbuhan
tulang (16-17 tahun). Sebab-sebab pembengkokan (skoliosis) belum seluruhnya
diketahui, tetapi ada beberapa sebab yang jelas diantaranya:
a. Conginental
Disini pembengkakan disebabkan semenjak lahir dan sifatnya bisa progresif.
b. Karena salah sikap
c. Imbalance
d. Metabolic skoliosis
a. Faktor genetik
b. Faktor hormonal
d. Abnormalitas Jaringan.
Beberapa teori diajukan sebagai komponen struktural pada komponen tulang
belakang (otot, tulang, ligamentum dan atau diskus) sebagai penyebab skoliosis.
Beberapa teori didasari atas observasi pada kondisi seperti syndrome Marfan
(gangguan fibrillin), duchenne muscular dystrophy (gangguan otot) dan displasia
fibrosa pada tulang.
E. Patologi skoliosis
Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut skoliosis ini berawal dari adanya
syaraf –syaraf yang lemah atau bahkan lumpuh yang menarik ruas –ruas tulang belakang.
Tarikan ini berfungsi untuk menjaga ruas tulang belakang berada pada garis yang normal
yang bentuk nya seperti penggaris atau lurus. Tetapi karena suatu hal, diantaranya
kebiasaan duduk yang miring, membuat sebagian syaraf yang bekerja menjadi lemah.
Bila ini terus berulang menjadi kebiasaan, maka syaraf itu bahkan akan mati. Ini
berakibat pada ketidakseimbangan tarikan pada ruas tulang belakang. Oleh karena itu,
tulang belakang yang menderita skoliosis itu bengkok atau seperti huruf “S” ataupun
huruf “C”. Dari 4% populasi terdapat 10-15 tahun yang kebanyakan perempuan bentuk
normal dari tulang belakang dilihat dari belakang berbentuk lurus dari atas sampai os
coccygeus.
Bentuk skoliosis yang paling sering dijumpai adalah deformitas tripanal dengan
komponen lateral, anterior posterior dan rotasional (Rosadi, 2008). Gambaran patologi
anatomi skoliosis non idhiopatik sangat berhubungan dengan penyebab (etiologi). Pada
skoliosis idiopatik, terdapat gambaran yang khas yang dapat diikuti. Pada skoliosis
idiopatik, kurva struktural dimulai sebagai kurva non struktural (fungsional). Tidak
semua kurva non struktural akan menjadi struktural akan terjadi perubahan struktur
jaringan lunak sebagai berikut:
1. Kapsul sendi intervertebralis memendek pada sisi cekung (konkaf), terjadi komperesi
pada sendi facet
2. Pemendekan ligamen-ligamen pada sisi cekung (konkaf)
c. ligamen interspinosus
Pada otot-otot juga terjadi suatu perubahan seperti kontraktur (pemendekan) otot-otot sisi
konkaf yaitu:
Terkadang ditemukan ”rib hump” yang ternyata pada skoliosis lumbalis sebagai
akibat kompresi vertebra thorakalis, meskipun dari gambaran klinis dan radiologis
terlihat skoliosis daerah thorakal sangat minim. Penamaan skoliosis dihubungkan dengan
letak konveksitas (Keim HA, Rakasiwi, 2008). Skoliosis menyebabkan deformitas pada
tulang vertebra dan costa. Pada skoliosis postural, deformitas terjadi karena akibat
sekunder atau kompensasi dari beberapa kondisi di luar vertebrae, contoh: tungkai yang
berbeda panjangnya dan pelvis yang miring oleh kerena kontraktur hip. Dengan posisi
duduk, kurva struktur, deformitas awal segmen vertebra yang terlibat mungkin masih
dapat sikap atau postur tubuh tidak akan menghilangkan bentuk deformitas.
F. Type skoliosis
Skoliosis idiopatik juvenil terjadi pada umur 4-10 tahun. Berbagai bentuk
dapat terjadi namun kurva torakal biasanya kekanan. Skoliosis juvenil biasanya lebih
progresif dari adolesent. Perbedaan antara kasus remaja awal dengan fase anak-anak
biasanya sulit dipisahkan kecuali didasarkan atas pemeriksaan x-ray. Kebanyakan dari
kasus ini dideteksi lebih dari usia 6 tahun dan berlokasi pada kurvathorak kanan. Pada
kelompok umur ini, pravelensi kasus diantara perempuan dan laki –laki secara merata.
Skoliosis postural (non sruktural) pada umumnya disebabkan oleh karena suatu
kebiasaan postur yang salah, bukan merupakan gangguan srtuktural anatomi secara
bawaan tetapi misalnya oleh kerena cara membawa tas berat yang salah dengan
memberikan beban pada satu sisi bahu, berdiri atau duduk dengan memberikan
tumpuan berat badan pada satu sisi tubuh (Siong, 2006).
Dari sisi struktural, penyebab skoliosis kerena kelainan bawaan dari lahir
ataupun yang didapat pada masa perkembangan tubuh, kelainan tersebut dapat berasal
dari kelainan tulang (osteopathic skoliosis) ataupun skoliosis yang tidak diketahui
penyebabnya (idiopathic skoliosis), kelainan pada otot (myopathic skoliosis), ataupun
skoliosis yang tidak diketahui penyebabnya (idiopathic skoliosis). Skoliosis pada
klasifikasi berdasarkan usia penderita, terdiri dari empat tipe infantive, yaitu terjadi
pada usia 0 hingga 3 tahun, tipe juvenile yaitu kelainan ini muncul di antara usia 4
hingga 9 tahun dan tipe andolescent kelainan muncul diantara usia 10 tahun hingga
akhir masa pertumbuhan tulang (16 –17 tahun) (Anonim, 2009).
Secara umum, skoliosis dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu reversibel
(dapat kembali) dan non reversibel (tak dapat kembali). Skoliosis reversibel bisa
disebabkan oleh sikap tubuh yang buruk, rasa sakit dan kejang otot di sekitar saraf
tulang belakang, rasa sakit akibat peradangan dan kanker tulang belakang. Infeksi
saluran pencernaan seperti usus buntu atau infeksi di sekitar ginjal juga dapat
menimbulkan skoliosis reversibel. Penyebab lainnya adalah panjang tungkai yang
berbeda. Dari seluruh kasus skoliosis, 85% di antaranya berupa non reversibel yang
penyebabnya tidak dapat dideteksi. Jenis ini terbagi lagi dalam tiga kelompok yaitu
jenis infantil yang muncul pada bayi sejak lahir hingga usia 3 tahun, jenis juvenil pada
anak usia 4 -9 tahun, dan jenis adolesent pada remaja usia 10 tahun hingga akhir masa
pertumbuhan (Sana, 2005).
Skoliosis yang disebabkan oleh kelainan bentuk tulang bisa bersifat bawaan,
misalnya bentuk tulang belakang yang tidak normal atau bisa juga merupakan bentuk
yang didapat, misalnya karena patah atau bergesernya tulang belakang. Selain itu,
skoliosis juga bisa disebabkan oleh kekurangan mineral atau kelainan pada dada
(Sana, 2005).
Keadaan ini paling sering terjadi di daerah thoracal dan dapat diakibatkan
kerusakan otot atau vertebra. Paralylis otot akibat osteomyelitis dapat menimbulkan
skoliosis hebat, demikian juga adanya hemivertebra kongenital. Sering skoliosis
bersifat kompensasi pada kaki yang pendek sebelah atau penyakit panggul
(Snell,1997). Sesorang dikatakan skoliosis apabila tulang belakang melengkung
kesatu sisi melebihi 10 derajat. Dari populasi skoliosis 50% penderita mengalami
masalah tulang belakang 20 derajat, melebihi 30 derajat dan 10% melebihi 40 derajat.
Ada yang berpendapat bahwa skoliosis akan diperburuk oleh karena suatu kebiasaan
yang salah antara lain cara membawa tas berat yang salah pada satu sisi bahu, atau
posisi duduk atau berdiri dan tumpuan pada satu sisi tubuh (Siong, 2006).
1. Pasien berdiri tegak lurus dengan punggung terbuka, tali schit load (bandul) dipasang
tepat pada vertebra prominen (Anonim, 2009)
2. Bahu anak tidak sama tinggi, penonjolan pada satu sisi dan tulang panggulya
menonjol pada satu sisi, biasanya lengkungan tulang belakang sudah mencapai 30
derajat (Kostuik, 1990). Pemeriksaan dilakukan di daerah belakang dan kelainan ini
lebih jelas terlihat jika penderita mendudukan badan kearah depan fleksi lumbal.
G. Prognosis skoliosis
1. Kegemukan
2. Usia
3. Sudut kurva
Semakin besar sudut, semakin besar kemungkinan akan mengalami
perburukan apabila tidak dilakukan tindakan.
4. Lokasi
H. Deformitas skoliosis
Deformitas spinal sebagai bentuk yang berlawanan dengan derformitas vertebra
individual yang mempengaruhi bentuk punggung dan muncul sebagai kurva yang
abnormal, dalam bidang korona skoliosis atau bidang sagital, kifosis dan lordosis (Apley,
1995).
Aktivitas otot yang minimal pada tulang belakang untuk mempertahan postur yang
tegak, tetapi apabila terjadi rileksasi pada otot maka kurva spinal menjadi berlebih dan
struktur pasif yang menyukong untuk mempertahankan postur tubuh. Ketika tejadi
pergerakan yang berlebih maka strain terjadi dengan plastisitas dan reritribusi cairan
dalam penyangga jaringan sehingga otot sangat peka untuk terjadi cidera.
Kurva yang berlebih secara terus menerus akan menyebabkan gangguan postural
dengan ketidakseimbangan antara kekuatan otot dan fleksibilitas serta keterbatasan
jaringan lunak lainnya atau hipomobile. Secara alamiah otot akan dipertahankan dalam
posisiterulur sehingga otot menjadi melemah sehingga terjadi pergeseran dan kurva
lengtht tansion hal ini dikenal sebagai strech weaknes. Sedangkan otot –otot yang
dipertahankan dalam kondisi memendek secara habitual akan hilang elastisitasnya
(Kisner, 2007).
I. Komplikasi skoliosis
Skoliosis dengan derajat kurva tulang belakang yang besar dapat menyebabkan
gangguan fungsi kardiopulmonal yang disebabkan kompensasi dari ketidaknormalan
tulang vertebra sehingga mempengaruhi bentuk costa. Akibat terus menerus
berkontraksi, sehingga akan mengkibatkan pemendekan jaringan, kontraktur, komplikasi
dari kontraksi otot terus menerus di satu sisi tubuh.
J. Diagnosis skoliosis
Perlu ditanyakan riwayat keluarga akan skoliosis atau suatu catatan mengenai
beberapa kelainan selama kehamilan atau persalinan, kejadian penting dalam
perkembangan harus dicatat. Pada kurva yang lebih besar kadang-kadang di sertai
dengan keluhan nyeri dan sesak nafas. Gambaran yang terlihat pada skoliosis adalah
manifestasi dari tiga dari deformitas, gambaran tersebut di akibatkan oleh kombinasi
deviasi lateral korpus vertebra dan dinding dada. Bila terjadi devisi lateral vertebra,
vertebra berotasi disekeliling sumbunya yang panjang. Lengkungan yang cembung
kekanan memperlihatkan berbagai derajat Rotasi, yang menyebabkan penonjolan iga (rib
hump).
Salah satu cara untuk mengetahui apakah skoliosis atau tidak adalah dengan
forward bending test. Karena pada posisi fleksi lumbal kedepan, deformitas rotasi
dapat diamati paling mudah, dan penonjolan iga atau penonjolan para lumbal dapat
dideteksi dengan komponen rotasinya. Pada umumnya, jika deviasi lateral vertebrata
meningkat, begitu juga deformitas rotasinya, tetapi hubungan ini tidak linier dan
banyak lengkung minor memperlihatkan rotasi yang nyata sedangkan beberapa
deformitas skoliotik sedang dan berat hanya memperlihatkan unsur rotasional yang
lebih ringan.
2. Scoliometer (inclinometer)
Proyeksi Foto polos harus diambil dengan posterior dan lateral penuh terhadap
tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai derajat kurva dengan
metode Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan metode Risser. Kurva strutural akan
memperlihatkan rotasi vertebrata pada proyeksi posterior-anterior, vertebrata yang
mengarah ke puncak prosessus spinosus menyimpang kegaris tengah pada ujung atas dan
bawah kurva diidentifikasi sewaktu tingkat simetri vertebrata diperoleh kembali.
Cobb Angel di ukur dengan menggambar garis tegak lurus dari batas superior dari
vertebra paling atas pada lengkungan dan garis tegang lurus dari akhir inferior vertebra
paling bawah. Perpotongan kedua garis ini membentuk suatu sudut yang diukur.
K. Penatalaksanaan
Adapun pilihan terapi yang dapat dipilih, dikenal sebagai “The three O’s” adalah :
a. Observasi
Pemantauan dilakukan jika derajat skoliosis tidak begitu berat, yaitu <25o
pada tulang yang masih tumbuh atau <50o pada tulang yang sudah berhenti
pertumbuhannya. Rata-rata tulang berhenti tumbuh pada saar usia 19 tahun. Pada
pemantauan ini, dilakukan kontrol foto polos tulang punggung pada waktu-waktu
tertentu.Foto kontrol pertama dilakukan 3 bulan setelah kunjungan pertama ke
dokter.Lalu sekitar 6-9 bulan berikutnya bagi yang derajat <20>20.
b. Orthosis
Orthosis dalam hal ini adalah pemakaian alat penyangga yang dikenal dengan
nama brace. Biasanya indikasi pemakaian alat ini adalah :
a). Milwaukee
b). Boston
Alat ini dapat memberikan hasil yang cukup signifikan jika digunakan secara
teratur 23 jam dalam sehari hingga 2 tahun setelah menarche.
c. Operasi
L. Asuhan Keperawatan
Terapi Oksigen
Bersihkan mulut, hidung dan
secret trakea
Pertahankan jalan nafas yang
paten
Atur peralatan oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi pasien
Observasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
Diagnosa
3. : Hambatan “ Mobility ” “ Exercise Thrapy Joint Mobility ”
Mobilitas Fisik
Indikator : Aktivitas :
Definisi :
keterbatasan pada pergerakan Keseimbangan Tentukan keterbatasan gerak
fisik tubuh atau satu/lebih Koordinasi sehat dan efek pada fungsi.
ekstremitas secara mandiri Berjalan Kolaborasi dengan terapi fisik
dan terarah.
Berjalan dengan dalam mengembangkan dan
mudah melakukan program latihan.
Pakaikan pakaian yang tidak
membatasi.
Lakukan pasif (ROM) atau di
bantu (ROM) latihan sesuai
indikasi.
Bantu pasien untuk
mengembangkan jadwal dari
latihan ROM aktif.
Dorong pasien untuk bergerak
atu jalan dari satu tempat
ketempat lain.
Daftar Pustaka
Anonim. 2009. Fakta Mengenai Skoliosis Pada Remaja.Singapore Medical Grup. Available
from : URL: Hppt//www.css.sg/bahasa/patien.06.html.
Apley.A., Lois S.1995. Buku ajar Ortopedik Dan Fraktur Sistem Aplay. Edisi ke
Biatex M, Hanggo, M.A. 2010. Complex Diagnostic and Therapy of Spine Curvatures and
Scoliosis according to FITS (Fungsional Individual Therapy Scoliosis. University
Medical Sciences. [BiomedCentral]. 96-105 ISBN 978-83 7597-1097-1
Blackman, Ronal, MD. 2011. Scoliosis Treatment. Scoliosis Research Institute. Available
from : URL : hhpt : /www.Scoliosisrx.com.
Kisner, C., Allen Colby. 2007. Therapeutic Exercise Foundation and Techniques Six
Lau. K. Dr. 2012. Program Pencegahan Dan Penyembuhan Skoliosis. Kesehatan di tangan
anda.
Lonsteen, J.E. 2006. Scoliosis Surgical versus non surgical treatment clin orthop Relad.
Res.;[PubMed] 443-243-566
Rakasiwi ,A.M. 2008 “ Hubungan Sikap Duduk Dengan Terjadinya Scoliosis dini pada anak
usia 10 –12 Di Sekolah Dasar Negeri Jentis 1 Juring” (skripsi). Surkarta . Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Rosadi, R. 2008 “ Hubungan Sikap Duduk dengan Terjadinya Scoliosis Pada Anak umur 10 -
12 tahun di SD Pabelan “(skripsi). Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.